VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR

BAB IV METODE PENELITIAN

VI. HASIL dan PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

VII ANALISIS PENDAPATAN

VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang tidak mengalami kelangkaan pupuk dilihat berdasarkan produktivitas dan

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Tingkat Partisipasi Petani Dalam Mengikuti Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu No. Pertanyaan Sampel

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

III. METODE KERJA 1. Lokasi dan Waktu 2. Pengumpulan data

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH

III KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode deskriptif.

V1. ANALISIS USAHATANI PETANI PESERTA DAN NON-PESERTA PRIMA TAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendapatan Usahatani Padi Hibrida dan Padi Inbrida di Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. tanggungan keluarga, luas lahan, status kepemilikan lahan, pengalaman bertani,

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kelayakan Usahatani Padi Semi Organik dan Anorganik Petani Penggarap

III. METODE PENELITIAN. penerimaan yang diperoleh petani kedelai, pendapatan dan keuntungan yang

VIII. ANALISA PENDAPATAN USAHATANI PADI

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

V. GAMBARAN UMUM RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGARA

IV. METODE PENELITIAN

JURNAL KAJIAN USAHATANI PADI SAWAH DI KELURAHAN TARATARA SATU KOTA TOMOHON GRACELLA KAPARANG

V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SURVEI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan

KAJIAN MANFAAT IRIGASI WADUK PELAPARADO DI KABUPATEN BIMA TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DAN KESEMPATAN KERJA

Program Studi Magister Sains Agribisnis, Pascasarjana Institut Pertanian Bogor b

LAMPIRAN. Pendidikan Terakhir. B. Karakteristik dan Pendapatan Rumah Tangga Responden. Status Penguasaan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempengaruhi petani dalam mengusahakan pendapatan rumah tangganya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan 12 varietas yang akan dilakukan oleh 10 kabupaten yang sentra produksi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian kelayak usahatani dengan

IV METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Data Usahatani Jahe Emprit Dengan Satuan Rp/Ha/Musim Tanam. Petani Klaster

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR

II. TINJAUAN PUSTAKA

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KUISIONER PRAKTIKUM LAPANG ILMU USAHATANI (Responden : Petani)

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 2 September 2012

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

III. METODE PENELITIAN. melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Gambaran Wilayah Desa Penelitian PUAP

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang

JIIA, VOLUME 5 No. 1 FEBRUARI 2017

V. GAMBARAN UMUM. menjadikan sektor tersebut sebagai mata pencaharian masyarakat.

II. TINJAUAN PUSTAKA. berbeda dengan pendapatan yang diterima oleh petani lainnya. Bahkan seorang

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

PENGARUH PERBAIKAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KELURAHAN TABA PENANJUNG KABUPATEN BENGKULU TENGAH ABSTRAK

Transkripsi:

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan yang langsung diterima, yang berasal dari penjualan hasil produksi. Sedangkan hasil penerimaan yang berasal dari konsumsi sendiri atau yang digunakan untuk bibit adalah penerimaan diperhitungkan atau penerimaan non tunai. Gabungan dari penerimaan tunai dan non tunai ini menghasilkan penerimaan total. Jumlah produksi rata-rata per hektar padi sehat yang dijual adalah sebesar 2.579,79 kilogram per hektar dengan harga jual rata-rata Rp 2.500,00 per kilogram. Penerimaan tunai yang diperoleh petani pemilik paling besar dibanding petani lain yaitu sebesar Rp 14.400.000,00. Sementara penerimaan tunai petani paling kecil diperoleh petani penggadai yaitu sebesar Rp 3.500.000,00. Akan tetapi petani penggadai ini memperoleh penerimaan diperhitungkan paling besar. Dimana penerimaan dipeerhitungkan yang diterima petani responden berasal dari konsumsi untuk ramah tangga (RT) sebesar Rp 10.093.750,00. Hal tersebut menunjukkan bahwa petani penggadai lebih banyak menyimpan hasil padi sehat produksinya untuk konsumsi rumah tangga sendiri dibanding menjualnya. Berbeda halnya dengan petani pemilik yang lebih memilih menjual padi sehat produksinya dibanding dikonsumsi sendiri. Hal ini terbukti dari jumlah penerimaan diperhitungkan yang diperoleh lebih sedikit dibanding penerimaan petani lain. Komponen penerimaan diperhitungkan berasal dari konsumsi padi untuk rumah tangga, maka jumlah penerimaan diperhitungkan sama dengan penerimaan untuk konsumsi padi rumah tangga per hektar. Total penerimaan untuk usahatani padi sehat ini paling besar diperoleh petani pemilik adalah sebesar Rp 16.275.000,00 per hektar. Sementara total penerimaan paling sedikit diperoleh petani penggarap atau penyakap sebesar Rp12.433.764,28. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas padi sehat petani pemilik lebih tinggi dibanding petani lain. Jumlah produksi padi sehat yang dimasukkan adalah padi sehat yang dijual dan dikonsumsi oleh rumah tangga petani responden.

Tabel 17. Rata-rata Penerimaan Usahatani Padi Sehat per Hektar Tahun 2011 Sistem Hak Milik Sewa Sakap Gadai Penerimaan Nilai (Rp) Nilai (Rp) Nilai (Rp) Nilai (Rp) Padi Sehat 14.400.000,00 12.690.714,29 10.116.451,65 3.500.000,00 Penerimaan Tunai 14.400.000,00 12.690.714,29 10.116.451,65 3.500.000,00 Konsumsi RT 1.875.000,00 2.310.952,38 2.317.312,63 10.093.750,00 Penerimaan Diperhitungkan 1.875.000,00 2.310.952,38 2.317.312,63 10.093.750,00 Total Penerimaan 16.275.000,00 15.001.666,67 12.433.764,28 13.593.750,00 Semua petani responden menjual gabah hasil panen mereka langsung ke koperasi kelompok tani yang berada di desa tersebut. Biaya pengangkutan ke koperasi kelompok tani ditanggung oleh petani yang sudah termasuk dalam biaya panen. Alasan petani menggunakan sistem penjualan dengan menjualnya pada saat panen adalah karena di lokasi penelitian tersebut tidak terdapat tengkulak dan seluruh petani menjual hasil panen mereka langsung ke koperasi. Sehingga petani responden memiliki perasaan malu jika tidak menjualnya kepada koperasi kelompok tani. Banyaknya petani responden yang menyimpan sebagian hasil produksi mereka untuk konsumsi rumah tangga mengindikasikan bahwa petani responden berusaha memenuhi ketahanan pangan mereka. Dengan adanya stok untuk konsumsi menunjukkan bahwa petani tidak harus membeli beras untuk konsumsi rumah tangga mereka. Hal ini dikarenakan oleh harga beras yang cukup tinggi di pasar, sehingga petani responden lebih memilih untuk mnyimpan hasil produksi mereka. Meskipun data hasil penelitian ini belum mampu menunjukkan bahwa petani responden memiliki stok untuk konsumsi beras selama satu musim dikarenakan tidak terdapat data pembelian beras setelah stok habis. Namun data ini menunjukkan bahwa petani responden berusaha memenuhi kebutuhan konsumsi beras dan hasil produksi mereka sendiri. Rata-rata petani di lokasi penelitian menyimpan hampi 20 persen hasil produksi mereka untuk dikonsumsi. Petani penggadai merupakan petani yang paling banyak melakukan stok, dimana hampir 40-100 persen hasil produksi mereka disimpan untuk stok konsumsi mereka. Apalagi bagi petani responden

yang memiliki lahan sempit kurang dari 0,1 ha, lebih memilih menyimpan seluruh hasil produksi mereka untuk konsumsi rumah tangga. Hal ini menunjukkan bahwa status kepemilikan lahan petani dan luas lahan petani berkorelasi terhadap perilaku stok petani. Dimana semakin kecil luas lahan petani dan status lahan gadai akan membuat petani semakin banyak menyimpan stok. Hal ini dikarenakan jumlah produksi yang mereka dapatkan tidak terlalu banyak dan jika dijualpun uang yang diperoleh tidak terlalu banyak jika dibandingkan uang yang harus mereka keluarkan jika harus membeli beras. Dengan melakukan stok, petani tidak memiliki ketergantungan terhadap ketersediaan pangan di pasar. Hal ini menunjukkan bahwa ketahanan pangan di tingkat petani khususnya di lokasi penelitian cukup baik. Hal ini akan membantu mendorong peningkatan ketahanan pangan nasional. 7.2. Biaya Usahatani Padi Sehat Biaya usahatani terdiri dari dua komponen, yaitu biaya tunai dan biaya diperhitungkan. biaya yang langsung dikeluarkan petani adalah biaya tunai, seperti biaya input, biaya tenaga kerja luar keluarga (TKLK), biaya air irigasi, pajak, dan sewa lahan. Sedangkan biaya yang diperhitungkan adalah biaya yang tidak dikeluarkan langsung dalam bentuk uang tunai, seperti opportunity cost lahan, penyusutan, dan biaya tenaga kerja dalam keluarga (TKDK). Biaya tenaga kerja luar keluarga menjadi nilai biaya terbesar dalam biaya tunai. Hal ini dikarenakan setiap aktivitas usahatani mulai dari persemaian, penanaman, penyiangan, pemupukan, penyemprotan sampai pemanenan menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga (TKLK). Upah untuk tenaga kerja pria sebesar Rp 25.000,00 dan Rp 15.400.00 untuk upah rata-rata tenaga kerja wanita dengan jam kerja per hari selama lima jam. Namun untuk aktivitas pemanenan, tenaga kerja yang digunakan bersifat borongan dan upahnya berkisar antara Rp 200,00 sampai Rp 300,00 per kilogram bergantung pada jarak lahan sawah. Hal ini dkarenakan upah pemanenan tersebut sudah termasuk biaya pengangkutan hasil panen ke jalan raya, Rp 200,00 per kilogram untuk lahan yang jaraknya dekat dengan jalan raya dan Rp 300,00 untuk lahan yang jauh jaraknya. Namun rata-rata petani mengeluarkan biaya panen ini sebesar Rp 250,00 per

kilogram. Petani yang mengluarkan biaya terbesar untuk biaya TKLK ini adalah petani penyewa sebesar Rp 3.537.071,42. Hal ini dikarenakan petani penyewa tidak menjadikan pekerjaan bertani sebagai mata pencaharian utama, petani ini memiliki pekaerjaan lain selain bertani sehingga mereka banyak mempekerjakan buruh tani untuk menggarap lahan sewaannya. Biaya kedua terbesar bagi petani pemilik, penyewa, dan penyakap adalah biaya pupuk organik. Dimana biaya untuk pupuk organik lebih besar dibanding biaya untuk pupuk anorganik. Berbeda halnya dengan petani penggadai yang biaya pupuk anoganiknya lebih besar. Hal ini dikarenakan jumlah pupuk organik yang digunakan petani kecuali petani penggadai cukup banyak dibanding pupuk anorganik. Meskipun harga beli pupuk tersebut tidak terlalu mahal yaitu sekitar Rp 700-1.000,- per kilogram. Petani penggadai lebih memilih menggunakan pupuk anorganik yanng lebih banyak dikareakan mereka sulit menerima teknologi baru untuk mengubah penggunaan pupuk anorganik ke pupuk organik. Pupuk anorganik yang banyak digunakan oleh petani responden adalah pupuk urea. Sementara pupuk yang jarang digunakan oleh petani responden adalah pupuk NPK dan KCL. Penggunaan pupuk NPK yang sedikit ini dikarenakan petani telah menggunakan pupuk Phonska, dimana pupuk ini merupakan pupuk majemuk yang mengandung unsur N, P, dan K. Dikarenakan petani menerapkan sistem pertanian sehat yang menggunakan obat-obatan alami, maka pestisida yang digunakan adalah pestisida nabati. Akan tetapi hanya sebagian petani pemilik dan penyewa yang menggunakan pestisida nabati ini, sedangkan yang lainnya memilih untuk tidak menggunakan obat-obatan sama sekali dan melakukan penyemprotan apabila tanaman mereka terserang hama atau penyakit. Hal ini dikarenakan, tanaman padi petani responden di lokasi penelitian jarang terkena hama dan penyakit. Biaya untuk air irigasi dimana sistem irigasi yang digunakan adalah irigasi pedesaan atau irigasi semi teknis atau yang dikenal petani responden dengan sebutan Janggol. Biaya ini dikeluarkan untuk membayar sekelompok petugas yang mengatus jalur irigasi lahan mereka. Biaya air irigasi ini berbeda tiap petani responden tergantung pada luas lahan garapan petani. Sementara bajak yang digunakan di lokasi penelitian terdiri dari bajak dengan traktor yang biayanya

sebesar Rp 100.000,00 dan bajak menggunakan kerbau dengan biaya Rp70.000,00. Pada petani penyakap terdapat biaya bagi hasil dimana mereka harus memberikan 50-60 persen hasil produksi padi sehat mereka kepada pemilik lahan. Dimana bila bagi hasil ini dihitung dalam bentuk uang maka biaya yang harus dikeluarkan petani penyakap sekitar Rp 5.795.486,96. Tabel 18. Biaya Rata-rata Usahatani Padi Sehat per Hektar di Desa Ciburuy Tahun 2011 Keterangan Hak Milik Sewa Sakap Gadai Nilai (Rp/ha) Nilai (Rp/ha) Nilai (Rp/ha) Nilai (Rp/ha) Biaya Tunai Benih 159.375,00 251.285,71 320.020,63 577.500,00 Pupuk Organik 3.987.500,00 2.508.809,52 1.182.802,56 400.000,00 Pupuk Anorganik 517.500,00 1.499.200,00 791.875,93 706.250,00 Pupuk Cair 66.875,00 53.500,00 - - Pestisida - 71.142,86 172.576,60 120.000,00 TKLK 1. Wanita 499.750,00 834.333,33 670.836,70 802.500,00 2. Pria 256.250,00 1.144.404,76 692.314,80 868.750,00 3. Borongan 1.525.000,00 1.558.333,33 1.169.242,32 1.359.375,00 Sewa Lahan - 1.166.666,67 - - Air Irigasi 116.666,67 133.619,04 89.642,37 334.375,00 Sewa Bajak 365.000,00 50.257,14 516.505,65 875.000,00 Pajak Lahan 266.666,67 - - 52.083,33 Bagi Hasil - - 5.795.486,96 - Total Biaya Tunai 7.760.583,33 9.271.552,38 11.401.304,52 6.095.833,33 Biaya Diperhitungkan TKDK 1. Wanita 30.519,08-19.673,12-2. Pria 993.750,00 176.904,76 418.704,16 868.750,00 Penyusutan 167.500,08 27.809,54 98.134,41 169.166,53 Sewa Lahan 1.166.666,67 - - 1.166.666,67 Total Biaya Diperhitungkan 2.358.435,83 204.714,30 536.511,69 2.204.583,19 Total Biaya 10.119.019,16 9.476.266,68 11.937.816,21 8.300.416,53 Total biaya keseluruhan dari usahatani paling besar dikeluarkan oleh petani penyakap sebesar Rp 11.937.816,21. Hal ini dikarenakan adanya

komponen biaya bagi hasil yang harus dikeluarkan petani penyakap. Dimana biaya bagi hasil ini lebih besar biayanya dibanding dengan biaya untuk sewa lahan atau opportunity cost lahan yang harus dikeluarkan petani lain. Sementara biaya paling kecil dikeluarkan oleh petani penggadai yaitu sebesar Rp 8.300.416,53. Hal ini dipengaruhi oleh penggunaan pupuk organik dan anorganik yang tidak terlalu banyak sehingga biaya yang dikeluarkannya pun sedikit dibanding petani lain. 7.3. Pendapatan Usahatani Padi Selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya usahatani adalah merupakan pendapatan usahatani padi. Pendapatan usahatani ini terdiri dari dua komponen, yaitu pendapatan tunai dan pendapatan total. Pendapatan tunai adalah penerimaan setelah dikurangi biaya biaya tunai. Sedangkan total penerimaan setelah dikurangi total biaya adalah pendapatan total. Analisis R/C rasio digunakan untuk menunjukkan perbandingan antara nilai output terhadap nilai inputnya, sehingga dapat diketahui kelayakan dari usahatani yang dilakukan. Pendapatan usahatani paling besar diperoleh petani pemilik baik untuk pendapatan atas biaya tunai maupun atas biaya total. Sementara petani penyakap memperoleh pendapatan usahatani paling kecil. Padahal sekitar 23 petani dari 34 jumlah petani responden adalah petani penyakap. Namun hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa pendapatan usahatani padi sehat lebih dari nol, yang berarti usahatani padi sehat ini memberikan keuntungan bagi petani atas biaya baik tunai maupun total yang dikeluarkannya dalam memproduksi padi sehat seluas satu hektar. Berdasarkan hasil analisis R/C, menunjukkan bahwa nilai R/C atas biaya tunai dan biaya total terbesar dimiliki petani penggadai yaitu sebesar 2,23 dan 1,64. Sementara nilai R/C paling kecil dimiliki petani penyakap yaitu sebesar 1,09 dan 1,04. Hal ini menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya tunai dan total yang dikeluarkan petani responden maka akan memperoleh penerimaan sebesar nilai R/C nya.

Tabel 19. Perhitungan Pendapatan dan Rasio Penerimaan Terhadap Biaya (R/C) Usahatani Padi Sehat per Hektar di Desa Ciburuy tahun 2011 Komponen Nilai (Rp) HM Sewa Sakap Gadai A. Penerimaan Tunai 14.400.000,00 12.690.714,29 10.116.451,65 3.500.000,00 B. Penerimaan Diperhitungkan 1.875.000,00 2.310.952,38 2.317.312,63 10.093.750,00 C. Total Penerimaan (A+B) 16.275.000,00 15.001.666,67 12.433.764,28 13.593.750,00 D. Biaya Tunai 7.760.583,33 9.271.552,38 11.401.304,52 6.095.833,33 E. Biaya Diperhitungkan 2.358.435,83 204.714,30 536.511,69 2.204.583,19 F. Total Biaya (D+E) 10.119.019,16 9.476.266,68 11.937.816,21 8.300.416,53 Pendapatan atas Biaya Tunai (C-D) 8.514.416,67 5.730.114,29 1.032.459,76 7.497.916,67 Pendapatan atas Biaya Total (C-F) 6.155.980,84 5.525.399,98 495.948,07 5.293.333,48 R/C atas Biaya Tunai 2,10 1,62 1,09 2,23 R/C atas Biaya Total 1,61 1,58 1,04 1,64 Berdasarkan hasil analisis pendapatan dan R/C menunjukkan bahwa usahatani padi sehat ini menguntungkan dan layak untuk diusahakan. Akan tetapi jika dibandingkan dengan usahatani padi anorganik (Rachmiyanti, 2009), keuntungan yang diperoleh padi sehat lebih kecil. Dari hasil penelitian Rachmiyanti (2009) menunjukkan bahwa pendapatan atas biaya tunai dan atas biaya total yang diperoleh adalah Rp 12.212.000,00 dan Rp 5.644.655,00. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan yang diperoleh petani padi anorganik lebih besar. Hasil analisis R/C pun lebih besar petani padi anorganik, dimana nilai R/C atas biaya tunai adalah 2,46 dan nilai R/C atas biaya total adalah 2,16. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani padi anorganik lebih menguntungkan untuk diusahakan.