BAB I PENDAHULUAN. proses penyediaan lapangan kerja, standar hidup bagi sektor-sektor

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata merupakan industri yang banyak dikembangkan di negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara karena merupakan salah satu sumber devisa.

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber pendapatan daerah.program pengembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan ini semakin dirasakan oleh daerah terutama sejak diberlakukannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi, tetapi setelah bergulirnya reformasi maka pola sentralisasi berganti

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2010 dan tahun Bahkan pada tahun 2009 sektor pariwisata. batu bara, dan minyak kelapa sawit (Akhirudin, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan perekonomian nasional. Pemerintah daerah hendaknya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

BAB I PENDAHULUAN. setelah komoditi minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. 1

ANALISA PEMBELANJAAN WISATAWAN

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari migas, pajak, non pajak. Dana yang berasal dari rakyat dengan jalan

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Perkembangan pembangunan secara tidak langsung merubah struktur

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang

I. PENDAHULUAN. menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011,

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Yogyakarta adalah kota yang dikenal sebagai kota perjuangan, pusat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah di Indonesia memperoleh hak untuk melakukan otonomi daerah

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. selalu mengalami kenaikan dalam jumlah maupun kualitas barang dan jasa

BAB I PENDAHULUAN. wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya

BAB I PENDAHULUAN. Kota Yogyakarta berkedudukan sebagai ibukota Provinsi DIY dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kebijakan Otonomi Daerah yang diterapkan oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kelayakan

PUSAT RESTORAN MASAKAN TRADISIONAL YOGYAKARTA DENGAN KONSEP TROPIS MODERN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. di sektor jasa yang disebut industri pariwisata, oleh karena itu banyak negara

BAB I PENDAHULUAN. antara lain berupa keanekaragaman hayati, keunikan budaya tradisional, keindahan

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai sumber mengatakan bahwa pariwisata adalah salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah wisatawan domestik dan asing ke DIY, (ribu orang) (Sumber : yogyakarta.bps.go.

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. bagi perekonomian di Indonesia. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UKM)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta terletak antara 70 33' LS ' LS dan ' BT '

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Yogyakarta merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia setelah Bali. Aliran uang yang masuk ke provinsi DIY dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. daerah pegunungan, pantai, waduk, cagar alam, hutan maupun. dalam hayati maupun sosio kultural menjadikan daya tarik yang kuat bagi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan daerah adalah meningkatkan. pertumbuhan sektor ekonomi, dengan pendapatan sektor ekonomi yang tinggi

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan

FORUM KABUPATEN/KOTA DI DIY

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. No. 22 tahun 1999 diganti menjadi UU No. 32 tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Peta Wisata Kabupaten Sleman Sumber : diakses Maret Diakses tanggal 7 Maret 2013, 15.

BAB I PENDAHULUAN. dan masih banyaknya rakyat miskin. Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah adalah pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki beraneka ragam potensi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kewenangan yang lebih luas. Masing-masing kepala daerah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

IV. GAMBARAN UMUM. DIY adalah salah satu Provinsi di wilayah Indonesia dan terletak di pulau

7 ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA PESISIR YANG BERKELANJUTAN DI KAWASAN PESISIR BARAT KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik

ARAHAN BENTUK, KEGIATAN DAN KELEMBAGAAN KERJASAMA PADA PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PANTAI PARANGTRITIS. Oleh : MIRA RACHMI ADIYANTI L2D

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) atau lebih populer dengan sebutan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan suatu penerimaan yang rutin, maka pemerintah menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. mengandalkan sektor pariwisata untuk membantu pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, selain Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB I PENDAHULUAN. daya bagi kesehjateraan manusia yakni pembangunan tersebut. Adapun tujuan nasional

BAB IV GAMBARAN UMUM. dan Bujur Timur, dengan luas 3.185,80. Luas Area ( ) 32,50 586, ,36

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian nasional. Jumlah wisatawan terus bertambah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek

PERAN RETRIBUSI OBYEK WISATA DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah yang baik agar masyarakat dapat merasa lebih aman dan terjamin dalam

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara,misalnya dengan mengadakan pameran seni dan budaya, pertunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi terhadap jumlah penjualan, laba, lapangan pekerjaan,

BAB I PENDAHULUAN. menambah devisa negara. Hal tersebut tidak terlepas dari perkembangan

PAPARAN Rancangan Awal RPJMD Tahun Wates, 27 September 2017

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul,

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Saat ini, pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Pusat dan Daerah di mana sistem pemerintahan negara yang semula. pembangunan perekonomian daerah setempat.

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. setelah Provinsi DKI Jakarta. Luas wilayah administrasi DIY mencapai 3.185,80

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan pada kondisi ekonomi yang kurang baik. UMK menjadi sektor

BAB I PENDAHULUAN. menghilangkan kejenuhan kerja, relaksasi, berbelanja, bisnis, mengetahui. Wiyasa, 1997 dalam Budisusetio, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai wilayah

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004).

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu sumber pendapatan yang penting bagi suatu negara. Dengan adanya pariwisata, maka suatu negara akan mendapatkan pemasukan dari pendapatan setiap obyek wisata tersebut. Pariwisata juga merupakan komoditas yang dibutuhkan oleh setiap individu, karena berwisata bisa menghilangkan kejenuhan, mengetahui peninggalan sejarah dan budaya, bisa berbelanja dan bisnis, (Austriana,2005). Selain itu, Pariwisata merupakan hal yang kompleks dan bersifat unik, karena pariwisata bersifat multidimensi baik fisik, sosial, ekonomi, politik dan budaya. Pariwisata juga menawarkan beragam jenis wisata, mulai dari wisata alam, wisata budaya, wisata sejarah, wisata buatan, hingga beragam jenis wisata yang diminati oleh masyarakat. Menurut Salah Wahab dalam bukunya Tourism Management pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat. Karena dalam proses penyediaan lapangan kerja, standar hidup bagi sektor-sektor produktivitas sangat diminati oleh masyarakat dan sebagai sektor yang kompleks, pariwisata juga menyediakan industri-industri klasik yang meliputi industri kerajinan tangan dan cinderamata, Penginapan dan transportasi yang ekonomis juga dipandang sebagai industri (Salah,2003). 1

2 Para pakar ekonomi memperkirakan sektor pariwisata akan menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang penting pada abad ke-21. Dalam perekonomian suatu negara, bila dikembangkan secara berencana dan terpadu, peran sektor pariwisata akan melebihi sektor migas (minyak bumi dan gas alam) serta industri lainnya. Keberhasilan pengembangan sektor kepariwisataan, berarti akan meningkatkan perannya dalam penerimaan daerah, dimana kepariwisataan merupakan komponen utamanya dengan memperhatikan juga faktor yang mempengaruhinya, seperti: jumlah obyek wisata yang ditawarkan, jumlah wisatawan yang berkunjung baik domestik maupun internasional, dan PDRB. Pemberlakuan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dengan esensi kebijakan otonomi daerah yang bergulir dewasa ini merupakan wujud dari kewenangan dalam bidang keuangan daerah. Dengan adanya kebijakan tersebut maka daerah mempunyai otoritas penuh bagi daerahnya untuk memberdayakan potensi daerah yang ada. Salah satunya adalah kebijakan pariwisata yang di dalamnya terdapat sektor-sektor pariwisata sebagai pendapatan daerah. Semua itu dicapai melalui penarikan pajak dan retribusi, dan tentunya didukung dengan pelayanan publik yang baik dari pemerintah daerah. Dengan adanya pariwisata, tentu akan mendatangkan berbagai segi dampak positif antara lain dampak lingkungan, sosial, budaya dan dampak ekonomi. Dari segi ekonomi adanya pariwisata membawa berbagai macam dampak meliputi dampak langsung, tidak langsung dan lanjutan. Dampak

3 langsungnya bagi pekerja di kawasan wisata tersebut termasuk pemerintah daerah. Dampak tidak langsung salah satunya bisa berupa meningkatnya permintaan akan transportasi umum publik, dan dampak berkelanjutannya tentu berhubungan dengan pemerintah dan masyarakat yang bekerja dibidang pariwisata atau pun tidak secara langsung tapi mendapatkan dampak positifnya. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan daerah wisata yang banyak diminati wisatawan lokal maupun mancanegara. D.I Yogyakarta memiliki beragam jenis bentuk kepariwisataan, baik itu wisata budaya, wisata alam, wisata kuliner, maupun wisata jenis lainnya. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki berbagai macam objek wisata, diantaranya wisata budaya ada Candi Boko, Candi Sambisari, Museum Keraton, Museum Vredeburg, Alun-alun Kidul, Alun-alun Lor, Museum Monjali. Dalam wisata alam diantaranya ada Pantai Parangtritis, Pantai Depok, Pantai Baron, Pantai Sandranan, Wisata Kaliurang, Gunung Merapi, Waduk Sermo dan Kalibiru. Adapun wisata kuliner dan oleh-oleh khas jogja, Gudeg Wijilan, sepanjang jalan Malioboro, dan pusat perbelanjaan di daerah Malioboro, Bakpia Pathuk, kaos khas Jogja dagadu. Semua itu tersebar di setiap kabupaten di DIY, dan hal-hal yang disebutkan masih dari sebagian kecil dari seluruh jumlah objek wisata. Perkembangan kepariwisataan memegang peranan penting sebagai pusat pengembangan dan pertumbuhan ekonomi di dalam mencipakan iklim yang sehat dan dinamis melalui pegelolaan kegiatan usaha dan kepariwisataan

4 di daerah. Berikut merupakan data jumlah obyek wisata di D.I Yogyakarta tahun 2010-2014 Tabel 1.1 Jumlah Obyek Wisata di D.I Yogyakarta Tahun Jumlah Obyek Wisata Pertumbuhan 2010 82-2011 92 12,19 % 2012 130 41,30 % 2013 132 1,53 % 2014 132 0 % Sumber : BPS D.I Yogyakarta (Data diolah) Dari tabel diatas dapat di simpulkan bahwa setiap tahun nya dari tahun 2010-2014 kondisi pertumbuhan obyek pariwisata di D.I Yogyakarta fluktuatif dimana peningkatan terus terjadi tetapi tidak seimbang. Peningkatan sangat tinggi terjadi di tahun 2012 dimana pertumbuhannya mencapai 41,30%, tetapi ditahun berikutnya 2013 terjadi peningkatan tetapi pertumbuhan yang tidak signifikan di banding tahun sebelumnya. Hal ini tentu akan berdampak positif bagi perkembangan kunjungan wisatawan yang berkunjung ke DIY sebagai alternatif daerah kunjungan wisata. Berikut ini merupakan jumlah kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara yang telah berkunjung ke D.I Yogyakarta Tabel 1.2 Jumlah Wisatawan di D.I Yogyakarta Tahun Jumlah Wisatawan Pertumbuhan 2010 8.157.393-2011 9.342.243 14,52 % 2012 11.507.556 23,17 % 2013 11.666.232 1,37 % 2014 13.943387 19,51 % Sumber : BPS D.I Yogyakarta (Data diolah)

5 Dari data di atas dapat pula di simpulkan bahwa pertumbuhan kunjungan wisatwan baik domestik maupun macanegara cukup positif dilihat dari tahun ke tahun walau terjadi pertumbuhan yang fluktuatif. Dimana terjadi pertumbuhan yang sangat tinggi di tahun 2012 yaitu sebesar 23,17%. Hal ini tentu menggambarkan situasi perekonomian yang bagus dimana setiap perjalanan ke obyek pariwisata tentu akan menguntukan bagi sisi perekonomian dari suatu daerah yang di kunjungi. Dari hal ini di katakan bahwa kondisi perekonomian di DIY cukup baik. Selain itu diperlukan juga faktor pendukung lainnya seperti PDRB, dimana hal ini berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut dan berdampak bagi setiap calon wisatawan untuk melakukan kegiatan berwisata, berikut datanya: Tabel 1.3 PDRB ADHK 2010 di D.I Yogyakarta Tahun PDRB Pertumbuhan 2010 64.678.968.2-2011 68.049.874.4 5.21 % 2012 71.702.449.2 5.36 % 2013 75.637.007.5 5.48 % 2014 79.557.248.0 5.18 % Sumber : BPS D.I Yogyakarta (Data diolah) Dari tahun 2010-2014 kondisi PDRB perkapita di DIY selalu mengalami peningkatan tetapi dari sisi pertumbuhan selalu naik turun dan tidak dapat konsisten hal ini tentunya dampak dari peningkatan perekonomian fluktuatif yang terjadi seluruh wilayah kabupaten/kota yang ada di DIY.

6 Tabel 1.4 Pendapatan Retribusi di D.I Yogyakarta Tahun Pendapatan Retribusi (ribu Rp) Pertumbuhan 2010 35.839.076-2011 37.709.418 5,22 % 2012 36.228.288-3,93% 2013 41.436.703 14,38% 2014 36.670.322-11,50% Sumber : BPS D.I Yogyakarta (Data diolah) Telah diketahui laju pertumbuhan dari data diatas bahwa retribusi obyek pariwisata di DIY pada periode tahun 2010-2014 mengalami pertumbuhan yang kurang stabil. Hal ini dapat dilihat dari perubahan yang terjadi pada tahun 2010 meningkat ditahun 2011 berkisar 5,22%. Akan tetapi penurunan terjadi ditahun berikutnya yaitu sebesar -3,93%, dan pada tahun 2013 kembali meningkat kemudian menurun kembali di tahun 2014. Dapat disimpulkan dari tabel tersebut, bahwa pendapatan retribusi di D.I Yogyakarta mengalami perkembangan yang lambat. Oleh karena itu sangat penting untuk menelaah apakah perkembangan cukup tinggi atau sebaliknya dan dengan disertai pemerataan atau tidak.

7 Tahun Pendapatan Retribusi Tabel 1.5 Tingkat Pertumbuhan Pendapatan Retribusi, Jumlah Obyek Pariwisata, Jumlah Wisatawan, PDRB Pertumbuhan (Pendapatan Retribusi) Jumlah obyek wisata Pertumbuhan (Jumlah obyek wisata) Jumlah wisatawan Pertumbuhan (jumlah wisatawan) PDRB Pertumbuhan (PDRB perkapita) 2010 35.839.076-82 - 8.157.393-64.678.968.2-2011 37.709.418 5,22 % 92 12,19 % 9.342.243 14,52 % 68.049.874.4 5.21 % 2012 36.228.288-3,93% 130 41,30 % 11.507.556 23,17 % 71.702.449.2 5.36 % 2013 41.436.703 14,38% 132 1,53 % 11.666.232 1,37 % 75.637.007.5 5.48 % 2014 36.670.322-11,50% 132 0 % 13.943387 19,51 % 79.557.248.0 5.18 % Sumber BPS D.I Yogyakarta, data diolah

8 Berdasarkan data diatas bahwa pertumbuhan pendapatan retribusi obyek wisata mengalami pasang surut antara tahun kisaran 2010-2014 dan secara umum telah diketahui bersama belum ada penelitian terhadap pertumbuhan ekonomi yang dapat menginterpretasikan secara tepat di setiap wilayah. Hal ini menunjukkan signifikansi antara variabel dengan variabel lainnya terhadap variabel independen bahwa tidak semua berpengaruh secara real. Pasang surut itu terjadi secara berkesinambungan dengan menggunakan perbandingan berbagai tahun kisaran tahun 2010-2014. Dari data-data tersebut yang disajikan, kondisi jumlah obyek pariwisata, jumlah wisatawan maupum PDRB DIY memang selalu mengalami peningkatan selalu terjadi tetapi dari sisi pertumbuhan tidak terjadi konsistensi dimana fluktuatif dari tahun 2010-2014. Hal ini tentu akan mempengaruhi pendapatan retribusi obyek pariwisata. Dimana kemungkinan juga akan terjadi fluktuatif pendapatan retribusi di DIY. Sektor industri pariwisata sebagai salah satu sektor yang diandalkan bagi penerimaan daerah maka Pemerintah Provinsi DIY dituntut untuk dapat menggali dan mengelola potensi pariwisata yang dimiliki sebagai usaha untuk mendapatkan sumber dana melalui terobosan-terobosan baru dalam upaya membiayai pengeluaran daerah melalui retribusi yang didapatkan dari masing-masing obyek pariwisata di tiap daerah. Terobosan dimaksud salah satunya adalah dengan peningkatan kualitas dan obyek-obyek kepariwisataan yang baru di DIY. Hal ini akan mendorong meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara,

9 sehingga akan meningkatkan penerimaan daerah terutama retribusi obyek wisata dan juga akan mempengaruhi kegiatan perekonomian masyarakat sekitarnya, sehingga nantinya dapat membiayai penyelenggaraan pembangunan daerah. Berdasarkan penjelasan latar belakang ini, maka judul dalam penelitian ini adalah Analisis Pengaruh Jumlah Obyek Wisata, Jumlah Wisatawan dan PDRB terhadap Pendapatan Retribusi di 5 kabupaten/kota Daerah Istimewa Yogyakarta (2001-2014). B. Batasan Masalah Sehubungan dengan faktor keterbatasan yang ada dan mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi retribusi daerah maka peneliti disini membatasi penelitian hanya dengan membahas pengaruh jumlah obyek wisata, jumlah wisatawan, PDRB terhadap pendapatan retribusi. Penelitian dilakukan di 5 Kabupaten/kota di DIY, yaitu Kabupaten Sleman, kota Yogyakarta, Kulon Progo, Bantul, dan Gunung Kidul pada tahun 2001-2014. C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah diuraikan oleh penulis, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah jumlah objek wisata berpengaruh signifikan terhadap pendapatan retribusi Kabupaten / Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta? 2. Apakah jumlah wisatawan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan retribusi Kabupaten / Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta?

10 3. Apakah PDRB berpengaruh signifikan terhadap pendapatan retribusi Kabupaten / Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta? D. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis: 1. Pengaruh jumlah objek wisata terhadap pendapatan retribusi kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta. 2. Pengaruh jumlah wisatawan terhadap pendapatan retribusi kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta. 3. Pengaruh PDRB terhadap pendapatan retribusi kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitiaan ini: 1. Kepada pemerintah daerah Kiranya bisa ikut menyumbangkan pikiran dari penelitian tersebut kepada kebijakan-kebijakan yang dibuat dan menjadi terobosan baru dalam upaya menjaga dan melestarikan kebudayaan daerah, kesenian dan keindahan alamnya serta dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di provinsi DIY. 2. Kepada instansi pendidikan khususnya UMY Menjadi perhatian bersama bahwa penelitian ini kiranya bisa menjadi inspirasi atau masukan bagi instansi terkait tentang bagaimana cara

11 menjaga keaslian budaya dan melestarikan alam di daerah masingmasing. Dan menjadi pendidikan bagi anak bangsa. 3. Kepada peneliti dan pembaca Bisa menjadi referensi bagi pembaca dalam penelitian selanjutnya. Serta menjadi motivasi tersendiri bagi peneliti bahwa untuk terus melakukan penelitian selanjutnya atau melakukan penelitian lainnya.