HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata persentase diferensiasi leukosit pasien anjing di RSH-IPB Momo. Kronis 1-8.

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

NEUTROFIL MUDA SEBAGAI DASAR DIAGNOSA PENYAKIT AKUT DAN KRONIS : STUD1 KASUS DI RUMAH SAKIT HE WAN IPB

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. inflamasi. Hormon steroid dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu glukokortikoid

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI

PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol

HASIL DAN PEMBAHASAN

HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS. Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara.

Gambar 1 Rata-rata Jumlah Sel Darah Putih Ikan Lele Dumbo Setiap Minggu

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

HASIL DAN PEMBAHASAN

Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) ditingkat dunia AKB berkisar sekitar 37 per 1000

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Premedikasi Premedikasi adalah penggunaan obat-obatan sebelum induksi anestesi.

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Berdasarkan Morfologi

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang cair dengan frekuensi

KESEHATAN IKAN. Achmad Noerkhaerin P. Jurusan Perikanan-Untirta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

IMUNITAS NON-SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK, VITAMIN C DAN DASAR KOLAM BUATAN ABSTRAK

Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan. Sistem Imunitas

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB I PENDAHULUAN. masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun),

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

BAB I PENDAHULUAN. 1 P a g e

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tabel 1 Nilai (rataan ± SD) PBBH, FEC, dan gambaran darah domba selama masa infeksi Parameter Amatan Domba

I. PENDAHULUAN. masamo (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus) merupakan lele varian baru.

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Kuda (Dokumentasi)

TINJAUAN PUSTAKA Anatomi dan Fisiologi Ambing

SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tabel 2 Aktivitas fagositosis sel PMN ayam broiler umur 3 minggu dan 6 minggu Kelompok perlakuan Aktivitas fagositosis (%) umur 6 minggu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

leukemia Kanker darah

BAB I PENDAHULUAN. walaupun rangsangan yang memicu perubahan tersebut telah berhenti (Kumar et al.,

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur

Sistem Imun. Organ limfatik primer. Organ limfatik sekunder. Limpa Nodus limfa Tonsil. Sumsum tulang belakang Kelenjar timus

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan gaya hidup dan gaya hidup negatif dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ini tersebar di berbagai penjuru dunia. Di Indonesia, penyakit ini bersifat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. imunitas gingiva yang salah satu penyebabnya adalah infeksi. Infeksi disebabkan oleh

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kronik yang sering ditemukan (Kurniati, 2003). Biasanya terjadi di daerah yang

Gambaran Diff Count Pada Perokok Di Kecamatan Cibeureum. Undang Ruhimat STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya ABSTRAK

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Seiring proses penuaan mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit. Integritas

Bila sumsum tulang muzik merespon keradangan atau jangkitan, sebahagian besar sel leukosit PMN.

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN

ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang cair dengan frekuensi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan

HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII

: Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp., MNS. NIP : Departemen : Kep. Medikal Bedah & Kep. Dasar

aureus, Stertococcus viridiansatau pneumococcus

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

TINJAUAN PUSTAKA. genetis ayam, makanan ternak, ketepatan manajemen pemeliharaan, dan

Kompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya

Tabel 3 Tingkat prevalensi kecacingan pada ikan maskoki (Carassius auratus) di Bogor

BAB I PENDAHULUAN. belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Data Laboratorium

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji LD-50 merupakan uji patogenitas yang dilakukan untuk mengetahui

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

1 Universitas Kristen Maranatha

MATURASI SEL LIMFOSIT

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan jenis ayam kampung yang banyak dikembangkan di

Transkripsi:

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Gambaran Umum Berikut ini disajikan tabel hasil pemeriksaan differensial leukosit pada pasien RSH-IPB. Secara umum dapat dikatakan bahwa gambaran leukosit pada semua pasien cenderung mengalami left shift; yaitu gambaran presentasi neutrofil yang meningkat diikuti dengan peningkatan neutrofil muda (tabel 1 dan tabel 2). Hal ini dapat dikatakan bahwa semua pasien mengalami peradangan (infeksi), sesuai dengan yang disebutkan oleh Ganong (1995), Tizard (1988) Guyton (1997), Hoskins et a1 (1 962). Pada tabel 1 dan 2 disajikan hasil diagnosa yang diberikan dokter hewan berikut status peradangannya: misalnya anjing Tono didiagnosa diare kronis, anjing Bella didiagnosa tumor kronis, anjing Happy didiagnosa babesiosis akut, anjing Buddy didiagnosa maserasi akut, anjing Momo didiagnosa pyodertna kronis dan kucing Molly didiagnosa enteritis akut. Tabel 1 Rata-rata persentase diferensiasi leukosit pasien anjing di RSH-IPB Momo 75 10 13 1 1 0 Pyoderma Kronis Normal 60-75 3-6 15-30 1-8 2-8 0-1

Tabel 2 Rata-rata persentase diferensiasi leukosit pasien kucing di RSH-IPB Rata-rata presentase band neutrofil pada masing-masing hewan dapat diiihat pada gambar 9. Rata-rata Presentase Band Neutrofil Kasus diare Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus kmnis tumor pyodem~a maserasi babesiosis enteritis (Tono) kmnis kmnis akut akut akut (Bella) (Momo) (Buddy) (Happy) (Molly) Narna Hewan Gambar 9 Grafik rata-rata persentase band neutrofil pada masing-masing hewan Jika diperhatikan satu-persatu pada gambar 9, maka peningkatan presentasi neutrofil muda bervariasi, ada yang meningkat ringan dan ada yang meningkat tajam. Gambaran yang meningkat ringan dapat diarnati pada kasus diare (Tono) dengan peningkatan neutrofil muda 5% dan kasus tumor (Bella) dengan neutrofil muda 6%. Gambaran yang meningkat tajam dapat diamati pada kasus babesiosis (Happy) dengan peningkatan neutrofil muda 40%, maserasi (Buddy) dengan peningkatan neutrofil muda IS%, enteritis (Molly) dengan peningkatan neutrofil muda 14% dan pyoderma (Momo) dengan peningkatan neutmfil muda 10%.

Memperhatikan penjelasan Cooper dan Slauson (1982), maka pasien yang inengalami peningkatan presentasi band neutrofil yang ringan disebut mengalami peradangan kronis, sedangkan pasien yang mengalami peningkatan presentasi band neutrofil secara tajam disebut mengalami peradangan akut. Cooper dan Slauson menjelaskan bahwa pada peradangan akut, sitokin akan menstimulasi peningkatan pelepasan baik segmen neutrofil dan band neutrofil ke dalam sirkulasi darah sehingga menghasilkan suatu kondisi yang disebut dengan netroj'ilia with n left shif Sedangkan pada peradangan yang kronis terjadi migrasi neutrofil dari proliferation pool, maturation pool dan storage pool pada sumsum tulang ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan akan neutrofil sehingga jumlah band neutrofil di sirkulasi darah akan menumn. Kondisi ini berkaitan juga dengan adanya respon kekebalan tubuh untuk mengatasi peradangan yang terjadi sehingga menekan jumlah band neutrofil sirkulasi.. Berdasarkan penjelasan Cooper dan Slauson (1982) tersebut diatas maka dapat dijelaskan bahwa diagnosa laboratorium umtuk masing-masing pasien adalah sebagai berikut. Pasien diare (anjing Tono) dan pasien tumor (anjing Bella) berada pada status peradangan kronis (ringan). Adapun pasien babesiosis (anjing Happy), pasien maserasi (anjing Buddy) dan pasien pyoderma (anjing Momo) dan pasien enteritis (kucing Molly) berada pada status peradangan akut (berat), untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 9. I-Ial ini dapat dibandingkan bahwa ternyata diagnosa klinis yang diberikan oleh dokter hewan berbeda dengall konfirmasi hasil diagnosa laboratorium. Perbedaan penilaian secara klinis dan secara laboratoris tentu sangat menarik untuk didiskusikan. Untuk itu berikut ini pen~bahasan status peradangan untuk masing-masing kasus. Pernbahasan Kasus Diare (anjing Tono) Rata-rata persentase jumlah segmen neutrofil, monosit, eosinofil dan basofil pada anjing tono meni~njukkan angka normal. Sedangkan persentase band neutrofil dan li~ilfosit lebih tinggi dari angka nonnal Persentase band neutrofil yang sedikit lebih tinggi dari normal ini diduga karena masih adanya inflarnasi yang sifatnya ringan (mild infection) (Anonim

2000). Diare kronis terjadi lebih dari 14 hari dan sering terjadi sebagai akibat penanganan yang tidak efektif dari diare akut. Pada kasus diare kronis menurut Anonimus (2007c), terjadi kerusakan mukosa usus yang berkepanjangan yang disebabkan oleh malabsorpsi pakan, peningkatan absorpsi protein asing, berkurangnya honnon enterik serta perturnbuhan hnan yang berlebihan. Menurut Kirk (1983), penyebab diare kronis adalah adanya abnormalitas fungsi dari saluran pencemaan. Faktor-faktor yang multi kompleks ini akan menyebabkan suatu sindrom post enteritis yang bersifat kronis. Kasus Tumor (anjing Bella) Pada anjing Bella, rata-rata persentase segmen neutrofil, limfosit, eosinofil, dan basofil menunjukkan angka yang normal, sedangkan rata-rata persentase band neutrofil sediit diatas normal. Berdasarkan diagnosa laboratorium, kondisi ini menurut Cooper dan Slauson (1982) mengindikasikan masih adanya peradangan ringan yang bersifat kronis. Tumor menurut Rumawas (1989), merupakan massa jaringan abnormal, pertumbuhannya melebihi jaringan yang normal, terus-menerus tanpa kontrol dan tidak mempunyai struktur yang teratur. Kondisi ini terus akan bertambah karena sel tumor mampu untuk membentuk sel-sel yang baru dengan melakukan invasi lewat aliran darah dan pembuluh limfe untuk melakukan metastase dan menstimulasi kerusakan genetik lewat mutasi sel somatik. Faktor-faktor yang berhubungan dengan etiologi tumor antara lain adalah: virus, radiasi sinar ultra violet, dan mikotoksin pada makanan. Kasus Babesiosis (anjing Happy) Rata-rata persentase segmen neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil dan basofil menunjukkan angka normal, sedangkan persentase untuk band neutrofil menunjukkan angka diatas normal. Berdasarkan pemeriksaan laboratorium, tingginya persentase band tleutrofil ini mengindikasikan adanya tingkat infeksi yang masill cukup tinggi dengan peradangan yang bersifat akut. Hal ini berbeda dengan keterangan yang telah diberikan ole11 pihak Rutnah Sakit Hewan bahwa anjing Happy merupakan penderita babesiosis kronis. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh daya tahan

tubuh dari anjing Happy yang menurun sehingga infeksi dari parasit ini meningkat. Babesiosis menurut Hedayati (2007), merupakan intraerythrocytic parasitic infection yang disebabkan oleh protozoa dari genus Babesia sp yang ditularkan lewat gigitan caplak Ixodes. Adapun sifat dari penyakit babesiosis ini setelah penderita dinyatakan senlbuh, parasit darah ini masih ada dalam tubuh penderita bersama dengan kondisi kekebaian tubuh penderita. Apabila kondisi kekebalan tubuh menurun, parasit ini akan kembali menginfeksi tubuh penderita sehingga imunitas tubuh hams dijaga untuk mencegah meningkatnya kembali infeksi parasit ini. Menurut Breitschwerdt (2007), setelah melewati tahap infeksi babesiosis akut, anjing akan membentuk suatu kondisi premunitas atau Ainfestion immunity. Premunitas ini merupakan kekebalan yang secara potensial terbentuk bersama dengan kondisi kronis dari babesiosis yang merupakan respon kebal yang seimbang dengan kemampuan parasit untuk menginduksi gejala klinis seperti anemia, anorexia dan kelemahan walaupun tidak menghilangkan parasit darah dari perifer. Kasus Maserasi (anjing Buddy) Rata-rata persentase segmen neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil menunjukkan angka yang normal, sedangltan band neutrofil menunjukkan angka yang tinggi dari nilai normal. Berdasarkan diagnosa laboratorium, ha1 ini mengindikasikan adanya peradangan yang bersifat akut. Maserasi fetus merupakan kondisi pada masa kehamilan dimana terjadi kematian pada fetus dan fetus yang telah mati tertahan di dalam uterus (Anonim 2007d). Penyebab maserasi fetus menurut Buergelt (2007) dan Anonim (2007e) adalah: (1) endometritis akibat infeksi bakteri seperti Brucella sp, Trichonzonas fetus dan Camnpylobacterfetus, (2) invasi bakteri pada fetus dan membran fetus yang menyebabkan kematian pada fetus, (3) kegagalan saluran kelamin untuk dilatasi maupun kontraksi untuk pengeluaran fetus secara normal, (4) posisi dan postur fetus yang telah mati yang abnormal sehingga tidak meniungkinkan untuk dikeluarkan dari uterus. Peningkatan persentase band neutrofil mengindikasikan adanya peradangan pada uterus (endometritis) sebagai mekanisme pertahanan tubuh

untuk menghilangkan infeksi yang terjadi. Adapun terjadi penurunan kadar limfosit diduga karena faktor stress pada saat pengambilan darah. Secara fisiologis kondisi stress akan merangsang hormon glukokortikoid dari kortek adrenal. Glikokortikoid aka1 menekan jumlah limfosit dalam sirkulasi (Ganong 1995). Selain itu glukokortikoid dapat lnengakibatkan pengecilan ukuran nodus limfatikus dan timus. Pengecilan ini terjadi lnelalui peningkatan destruksi limfosit dan penghambatan aktivitas mitosis limfosit pada nodus limfatikus dan timus (Ganong 1995). Kasus pyoderma (anjing Momo) Pada anjing Momo, jumlah persentase band neutrofil tergolong sedang. Hal ini mengindikasikan sifat peradangan yang sub akut dengan periode yang lebih panjang dari kondisi akut berubah menjadi peradangan kronis (Cooper & Slauson, 1982). Pyoderma gangrenosum merupakan penyakit sterile injlammatory nrutvophilic dem~atosis, dimana terjadi peradangan pada kulit disertai dengan adanya akumulasi neutrofil (Anonim 2007b). Tanda-tanda klinis yang dapat dilihat pada kasus ini adalah adanya ulcer pada kulit yang disertai dengan eksudat hemorrhagis dan mukopumlen. Penyakit ini biasanya terjadi akibat adanya peradangan pada usus besar, malignant tumor dan penyakit hematologi (Wollina 2007). Jumlah band neutrofil yang tidak terlalu tinggi ini diduga juga terapi yang sudah diberikan kepada Momo sehingga ada proses persembuhan yang disertai dengan adanya respon kekebalan tubuh. Persentase limfosit menunjukkan angka dibawah normal. Hal ini diduga karena faktor stres karena rasa sakit yang ditimbulkan oleh adanya ulcer pada kulit pasien dan kemungkinan stres yang timbul pada saat pengambilan sampel darah. Secara fisiologis kondisi stres akan merangsang pengeluaran hormon glukokortikoid dari kortek adrenal. Glukolcortikoid akan menurunkan jumlah limfosit yang beredar dalam darah (Ganong 1995).

Kasus enteritis (kueing Molly) Pada kucing Molly, persentase segmen neutrofil, monosit, eosinofil dan basofil dalam kisaran nom~al. Adapun yang perlu diperhatikan pada gambaran darah Molly adalah tingginya band neutrofil dari kisaran normal. Menurut diagnosa laboratorium, enteritis yang diderita Molly bersifat akut dalam artian masih terjadi proses inflamasi aktif di saluran pencemaan yang diduga penyebabnya adalah bakteri (Anonim 2000). Enteritis akut menurut Fardah et a1 (2007) merupakan peradangan usus yang terjadi akibat ketidakseimbangan pengangkutan air dan elektrolit, sehingga terjadi perubahan absorbsi, sekresi cairan, dan elektrolit. Peradangan pada mukosa usus menyebabkan mukosa usus menjadi lebih sensitif, sehingga kondisi ini mengakibatkan semua nutrisi yang masuk dianggap benda asing yang hams dikeluarkan dari usus. Kondisi ini juga menyebabkan adanya sekresi air yang berlebihan dari lumen usus sehingga isi usus konsistensinya menjadi lebih encer dan mudah dikeluarkan dari usus. Penyebab enteritis dapat berupa: (1) virus: rotavirus, adenovirus, (2) bakteri: Salmonella, Shigela, E.Coli, (3) Jamur, maupun (4) Intoksikasi makanan. Tanda-tanda klinis dari enteritis akut diantaranya adalah: diare akut, frekuensi buang air besar bertambah dengan bentuk dan konsistensi yang lain dari biasanya dapat cair, berlendir, atau berdarah, anoreksia panas, muntah atau kembung dan dehidrasi. Menurut Kirk (1983), enteritis dengan gejala klinis diare yang bersifat akut akan menunjukkan leukocytosis with n lefi sh$ pada gambaran darahnya. Ratarata persentase limfosit yang lebih rendah dibandingkan kisaran normal pada kucing Molly menurut Kelly (1984), merupakan implikasi dari peningkatan salah satu jenis leukosit, misalnya neutrofil.