MATURASI SEL LIMFOSIT
|
|
- Yohanes Sugiarto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 5 MATURASI SEL LIMFOSIT 5.1. PENDAHULUAN Sintesis antibodi atau imunoglobulin (Igs), dilakukan oleh sel B. Respon imun humoral terhadap antigen asing, digambarkan dengan tipe imunoglobulin yang diproduksi oleh sel B, yang distimulasi oleh antigen tsb. Pada tahap yang berbeda, maturasi sel B, memerlukan fungsi kognitif dan efektor dalam respon imun humoral. Membran sel B yang mengekspresikan imunoglobulin adalah sel kognitif, karena dapat mengenal dan merespon antigen. Setelah stimulasi antigenik, sel-sel tsb. Dideferensiasi menjadi sel efektor yang mensekresi imunoglobulin GAMBARAN UMUM PRODUKSI ANTIBODI Analisis respon antibodi spesifik terhadap antigen asing, dimulai pada awal abad 19 dan difokuskan pada tipe antibodi yang diproduksi oleh manusia atau hewan uji, yang terpapar bakteri atau toksin mikrobia. Total populasi spesifisitas sel B yang individual dapat memproduksi antibodi, disebut penyajian sel B, adalah gambaran semua klon sel B yang mampu mensintesis dan mensekresi imunoglobulin dalam merespon stimulasi antigenik. Selama hidupnya, setiap sel B dan progeni klonalnya, melalui tahap maturasi dan diferensiasi dengan baik, dimana setiap sel B mempunyai pola khusus produksi imunoglobulin Keanekaragaman Penyajian Sel B Penyajian primer sel B terdiri dari semua yang secara individual dapat memproduksi dalam merespon imunisasi pertama dengan antigen yang berbeda. Hal ini ditentukan oleh lebih dari 10 9 yang ada sebelum imunisasi dan mengekspresikan molekul imunoglobulin membran yang dibedakan spesifisitasnya untuk setiap antigen. Karena limfosit spesifik untuk antigen yang berbeda dikembangkan sebelum imunisasi, maka diikuti bahwa informasi yang diperlukan untuk menurunkan sejumlah besar penyajian antibodi yang berbeda, terdapat dalam
2 DNA setiap individual. Meskipun demikian, apabila setiap rantai ringan dan berat imunoglobulin diproduksi oleh individual gena, maka lebih dari separo genom diperlukan untuk mengkode protein fungsional, yang diperlukan untuk menurunkan spesifisitas antibodi. Hal ini jelas bukan keadaan yang sebenarnya, karena setiap rantai polipeptida berat dan ringan tidak dikode oleh rangkaian DNA diskret dalam germlinenya. Malah sebaliknya sel B dikembangkan dengan ditandai mekanisme genetik yang efektif untuk menurunkan penyajian pembeda yang tinggi dari pool gena imunoglobulin yang lebih dibatasi MATURASI SEL B Semua sel B timbul dalam sumsum tulang belakang dari sel induk yang tidak memproduksi immunoglobulin, yang disebut sel pro-b. Sel pre-b : Sel paling awal yang mensintesis gena imunoglobulin dengan rantai berat μ yang susunannya terdiri dari daerah V (variable) dan C (constan). Sel pre-b hanya terdapat dalam jaringan hematopoitik, misal sumsum tulang dan hati janin dan tidak mengekspresikan IgM membran serta tidak merespon antigen. Sel B imatur : Sel pre-b dilengkapi dengan rantai ringan Κ dan λ, lalu IgM hasil gabungan diekspresikan pada permukaan sel, sebagai reseptor antigen spesifik. Sel pre-b yang sudah dilengkapi ini tidak berproliferasi dan berdiferensiasi dalam merespon antigen, dan disebut sel B imatur. Sel B imatur yang sudah mempunyai spesifisitas, bermigrasi keluar sumsum tulang, menuju sirkulasi periferal dan jaringan limfoid. Sel B matur ini dapat berinteraksi dengan antigen self dalam sumsum tulang, yang juga menyebabkan inaktivasi. Interaksi antigen self dengan sel B imatur, penting dalam pengembangan toleran self untuk penurunan sel B : sel dengan reaktivitas yang potensial terhadap antigen self terlindung dari responding. Hal ini terdapat dalam dua cara. Apabila sel B imatur diekspos terhadap molekul self yang diekspresikan pada permukaan sel sumsum tulang, akan mati oleh apoptosis (deletion). Sebaliknya, apabila sel B imatur diekspos terhadap antigen
3 larut dalam sumsum tulang, sel menjadi inaktif, tetapi tidak mati; dan ini disebut anergize. Sel B matur : Membantu mengekspresikan rantai berat μ dan δ dalam penggabungannya dengan rantai ringan Κ dan λ yang orisinil, sehingga memproduksi IgM dan IgD membran. Karena mempunyai daerah V yang sama, maka mempunyai spesifisitas antigen yang sama dan dapat merespon antigen yang sama. Beberapa sel B merespon antigen tanpa mengekspresikan IgD. Jika tidak bertemu antigen, sel B matur akan mati (half life 3-4 hari). Sel B matur yang bertemu antigen, akan distimulasi oleh antigen (dan signal lainnya), 3an disebut sel B teraktivasi, kemudian berproliferasi dan berdiferensiasi, nemproduksi imunoglobulin yang meningkat secara proporsional dalam bentuk sekret, dan berturut-turut menurun dalam bentuk terikat membrane. Beberapa progeni sel B teraktivasi mengalami switching rantai berat selain μ dan δ, misalnya γ, α atau ε. Limfosit B teraktivasi yang tidak mensekresi antibodi, tetap sebagai sel memori yang mengekspresikan imunoglobulin membran. Sel memori tetap hidup selama beberapa minggu sampai bulan tanpa stimulasi antigenik dan aktif resirkulasi diantara darah, getah bening dan organ limfoid Stimulasi sel B memori oleh antigen, menyebabkan respon imun sekunder. Afinitas sel B memori lebih tinggi daripada prekursor klonal yang tidak distimulasi. Diferensiasi sel B matur yang distimulasi oleh antigen, beberapa diantaranya secara morfologis sebagai sel plasma. Dalam darah atau jaringan individu normal, sel B mengekspresikan IgM + atau IgM + lgd + Afinitas Maturasi Meski setiap klon sel B mengekspresikan daerah V yang sama, juga spesifisitas yang sama, mungkin ada perbedaan keeil, khususnya afinitas. Pada sel B spesifik yang mengalami stimulasi, lebih besar afinitasnya dan jumlahnya lebih banyak pada respon sekunder daripada primer. Ini yang disebut afinitas maturasi dan merupakan sifat respon imun humoral terhadap antigen protein.
4 Eksklusi Alelik Dua ciri lain produksi imunoglobulin oleh sel B tidak penting Pertama : eksklusi alelik Setiap klon sel B dan progeninya adalah spesifik hanya untuk satu determinan antigenik saja. Maka dari itu penting, setiap sel B mengekspresikan hanya satu set rantai ringan dan rantai berat gena V selama hidupnya, meskipun heterozigot mewariskan dua set gena imunoglobulin, masing-masing satu dari orangtuanya. Kedua : eksklusi isotipe rantai ringan Setiap klon sel B memproduksi rantai ringan Κ atau λ (tetapi tidak keduanya). Meskipun rantai berat kelas berganti pada aktivitas selanjutnya, tetapi penggantian rantai ringan tidak dijumpai selama hidup setiap klon. Pola ekspresi imunoglobulin, merupakan marker yang berguna untuk setiap tahap maturasi sel B. Ada dua alasan: Pertama : pada setiap tahap maturasi ada korelasi yang tinggi antara fungsi sel B dengan tipe imunoglobulin yang diproduksi. Kedua : imunoglobulin adalah khas untuk sel B dan merupakan protein utama yang terlibat dalam fungsi kognitif dan efektornya MATURASI SEL T DALAM TIMUS Jumlah total spesifisitas sel T untuk antigen yang berbeda dalam suatu individu disebut penyajian sel T. Penyajian sel Th dan sel T sitolitik matur mempunyai dua sifat utama. Pertama : Antigen dikenal oleh sel T, jika bergabung dengan MHC self. Kedua : Persembahan sel T matur adalah toleran self, keadaan dimana sel dalam individu tidak mengenal molekul MHC self atau antigen yang bergabung dengan MHC self. Kegagalan mengelola toleran berakibat terjadinya respon imun terhadap antigen jaringan sendiri dan penyakit auto-imun. Maka dari itu pemahaman bagaimana perkembangan penyajian / persembahan sel T matur adalah penting untuk memahami spesifisitas sel T dan dapat membantu kita untuk menguraikan penyakit auto-imun.
5 Timus adalah tempat utama seleksi dan maturasi sel Th maupun sel Tc. Yang pertama diduga penyebab defisiensi imunologik dihubungkan dengan tidak adanya timus. Tikus dewasa yang timusnya diambil segera setelah kelahirannya, mempunyai sangat sedikit sel T dalam jaringan limfoid periferalnya dan tidak mampu menyusun respon imun terhadap berbagai macam protein antigen asing. Pada keadaan cacat bawaan tanpa timus, seperti pada sindrom George manusia atau dalam strain mouse "nude", yang dikarakterisasi oleh jumlah sel T matur yang sedikit dalam sirkulasi dan jaringan limfoid perifernya dan menderita defisiensi fungsional dalam imunitas yang tergantung sel T (imunitas seluler). Adanya kenyataan bahwa beberapa sel T fungsional dengan fenotipe matur terdapat dalam individual atimik, diduga bahwa ada tempat maturasi sel T ekstratimik, tetapi lokasi tersebut belum diketahui dan kontribusinya untuk perkembangan imunitas sel T agaknya minim. Lagi pula, meskipun timus jelas merupakan tempat utama maturasi sel T, organ tersebut akan mengkerut bersamaan dengan umur dan sesungguhnya tidak dapat dideteksi pada manusia setelah dewasa. Meskipun demikian, paling tidak beberapa sel T matur melanjutkan selama kehidupan pada masa dewasa. Hal ini, diperkirakan bahwa sisa dari timus yang mengkerut masih mencukupi untuk pematurasian sel T atau ada jaringan lain yang membantu peran timus tersebut. Karena sel T memori mempunyai kehidupan yang panjang (lebih 20 tahun pada manusia), maka kebutuhan untuk menurunkan sel T yang baru, menurun seiring dengan umur. Maturasi sel T terdiri dari 3 proses yang saling berdekatan 1. Migrasi dan proliferasi. Populasi sel pre-t diproduksi dalam sumsum tulang, migrasi melewati timus, dimana beberapa sel distimulasi untuk berkembang dan beberapa mati. Progeni yang hidup, akhirnya kembali ke darah dan jaringan periferal sebagai sel T fungsional. Sel T imatur yang baru saja timbul dari prekursornya dalam sumsum tulang, berfungsi sesuai dengan keturunan sel T tetapi tidak mengekspresikan TCR atau molekul asesori dan tidak mempunyai kapasitas untuk mengenal antigen atau tidak membentuk fungsi efektor. Prekursor ini meninggalkan
6 sumsum tulang dan masuk ke timus. Mereka imigrasi dari kortek timik ke medula dan akhirnya dilepas sebagai sel T matur masuk ke dalam jaringan perifer. Selama migrasi intratimik ini, beberapa sel berproliferasi dengan cepat setelah memasuki kortek timik dan beberapa sel mati di dalam kortek. Sel mati tersebut menjamin bahwa hanya sel T matur yang terikat MHC dan yang selftoleran yang keluar dari timus. 2. Diferensiasi. Fenotipe sel T dewasa berkembang dalam timus. Kompleks TCR dengan CD3 diekspresikan pada awal masa maturasi sel T intratimik, setelah pembentukan gena TCR fungsional oleh penyusunan ulang somatik dari segmen gena yang berbeda. Setelah kompleks TCR : CDS, permukaan sel T mengekspresikan bermacam-macam molekul asesori yang terjadi selama maturasi timik, beberapa darinya, termasuk CD4 dan CD8, menjalankan peran yang penting dalam pengenalan antigen dan aktivasi sel T. Fungsional maturasi, adalah kemampuan untuk membentuk fiingsi helper atau sitolitik, diperoleh secara stimulan dengan, dan sebagian besar tergantung pada, pengekspresian molekul permukaan sel T ini. 3. Seleksi. Sel matur menyajikan antigen asing spesifik, sel yang dibatasi oleh MHCself diseleksi dalam timus. Secara individual mengandung gena TCR dalam genomnya. Gena TCR ini dapat mengkode reseptor yang dapat mengenal beberapa antigen yang berbeda yang bergabung dengan beberapa molekul MHC. Maka dari itu, setiap individu, ketika sel T timbul dari prekursor sumsum tulang, mereka mempunyai kekuatan untuk mengekspresikan reseptor yang dapat mengenal antigen apapun (asing atau self) yang bergabung dengan molekul MHC (asing atau self). Setelah reseptor yang berbeda diekspresikan pada permukaan klon yang berbeda dari sel T yang sudah berkembang, penyajian dimodifikasi oleh 2 proses seleksi (lihat Gambar 3), yaitu : 1) seleksi positif: proses dimana penyajian sel T menjadi dibatasi MHC self yang juga disebut edukasi timik. 2) seleksi negatif: proses eliminasi atau inaktivasi klon autoreaktif yang
7 potensial, untuk memastikan, bahwa sel T matur adalah toleran self. Kedua proses seleksi terdapat pada level perkembangan seluruh populasi sel T, dan karena selektifitas tumbuh atau mati dari individual sel. Gambar 1 : Seleksi Positif dan Negatif Sel T dalam Timus
8 4. KESIMPULAN 1. Diferensiasi sel B terjadi di dalam sumsum tulang sepanjang kehidupannya. Set yang pertama dilepas dalam jalur pematurasian adalah sel pro-b, kemudian berturut-turut sel pre-b, sel B imatur, sel B matur, dan sel B teraktivasi. 2. Sel B imatur interaksi dengan antigen, yang menyebabkan inaktif. Proses ini penting untuk mengelola toleran self (seleksi negatif) 3. Sel B matur terbentuk terutama di luar sumsum tulang dan sebagai hasil paparan terhadap antigen. 4. Aktivasi sel B menghasilkan proliferasi dan diferensiasi ke dalam sel plasma, dan ini merupakan terminal diferensiasi sel B. Sel plasma mensintesis dan mensekresi antibodi. Dalam respon primer, yang disintesis terutama IgM. 5. TCR diekspresikan pada sel T selama proses diferensiasi dalam timus. 6. Sel T matur meninggalkan timus dan menyusun populasi sel T periferal, yang mampu merespon antigen asing. 5. TUGAS Buatlah ringkasan topik diatas dalam bahasa Inggris.
BAB PENDAHULUAN 1.1. Kedudukan dan Reran Imunologi dalam Ilmu Kefarmasian Imunologi imunitas alami dan imunitas perolehan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Kedudukan dan Reran Imunologi dalam Ilmu Kefarmasian Untuk mengerti bagaimana kedudukan dan peran imunologi dalam ilmu kefarmasian, kita terlebih dahulu harus mengetahui apakah yang
Lebih terperinciIMUNITAS HUMORAL DAN SELULER
BAB 8 IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER 8.1. PENDAHULUAN Ada dua cabang imunitas perolehan (acquired immunity) yang mempunyai pendukung dan maksud yang berbeda, tetapi dengan tujuan umum yang sama, yaitu mengeliminasi
Lebih terperinciCATATAN SINGKAT IMUNOLOGI
CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem
Lebih terperinciBAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN
BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN Sel yang terlibat dalam sistem imun normalnya berupa sel yang bersirkulasi dalam darah juga pada cairan lymph. Sel-sel tersebut dapat dijumpai dalam
Lebih terperinciSISTEM IMUN SPESIFIK. Lisa Andina, S.Farm, Apt.
SISTEM IMUN SPESIFIK Lisa Andina, S.Farm, Apt. PENDAHULUAN Sistem imun spesifik adalah suatu sistem yang dapat mengenali suatu substansi asing yang masuk ke dalam tubuh dan dapat memacu perkembangan respon
Lebih terperinciImmunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age
Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age Dr. Nia Kurniati, SpA (K) Manusia mempunyai sistem pertahanan tubuh yang kompleks terhadap benda asing. Berbagai barrier diciptakan oleh
Lebih terperinciPembentukan Reseptor Antigen
Pembentukan Reseptor Antigen 1 Antigen reseptor Satu / setiap reseptor tidak dikode seluruhnya dalam 1 genom Beberapa gene diperlukan untuk membentuk reseptor antigen i.e. Segmen V dikode oleh beberapa
Lebih terperinciREAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI. Oleh : Rini Rinelly, (B8A)
REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI Oleh : Rini Rinelly, 1306377940 (B8A) REAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI Pada sel B dan T terdapat reseptor di permukaannya yang berguna untuk
Lebih terperincitua dan sel yang bermutasi menjadi ganas, merupakan bahan yang tidak diinginkan dan perlu disingkirkan. Lingkungan disekitar manusia mengandung
BAB I PENDAHULUAN Sejak lahir setiap individu sudah dilengkapi dengan sistem pertahanan, sehingga tubuh dapat mempertahankan keutuhannya dari berbagai gangguan yang datang dari luar maupun dari dalam tubuh.
Lebih terperinciSISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII
SISTEM IMUN Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM KEKEBALAN TUBUH Imunologi : Ilmu yang mempelajari cara tubuh melindungi diri dari gangguan fisik, kimiawi, dan biologis. . SISTEM IMUN INNATE : Respon
Lebih terperinciMOLEKUL PENGENAL ANTIGEN
BAB 2 MOLEKUL PENGENAL ANTIGEN 2.1. Molekul Reseptor Antigen Sel T helper dan sitolitik, tidak seperti sel B, mengenal fragmen antigen protein asing yang secara fisik berikatan dengan molekul MHC pada
Lebih terperinciACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME ZUHRIAL ZUBIR
ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME ZUHRIAL ZUBIR PENDAHULUAN Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah penyakit yg disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) HIV : HIV-1 : penyebab
Lebih terperinciRPKPS Rencana Program Kegiatan Pembelajaran Semester Dan Bahan Ajar IMUNUNOLOGI FAK Oleh : Dr. EDIATI S., SE, Apt
RPKPS Rencana Program Kegiatan Pembelajaran Semester Dan Bahan Ajar IMUNUNOLOGI FAK 3821 Oleh : Dr. EDIATI S., SE, Apt FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2003 Nama Mata Kuliah : Imunologi Kode /
Lebih terperinciSISTEM PERTAHANAN TUBUH
SISTEM PERTAHANAN TUBUH Sistem Pertahanan Tubuh Sistem Pertahanan Tubuh Non spesifik Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik Jenis Kekebalan Tubuh Disfungsi sitem kekebalan tubuh Eksternal Internal Struktur Sistem
Lebih terperinciPRINSIP UMUM IMUNITAS INNATE DAN ADAPTIF
BAB V PRINSIP UMUM IMUNITAS INNATE DAN ADAPTIF Pada imunitas innate makrofag dan neutrofil memegang peranan penting sebagai pertahanan pertama dalam melawan mikroorganisme patogen. Kedua sel tersebut langsung
Lebih terperinciRespon imun adaptif : Respon humoral
Respon imun adaptif : Respon humoral Respon humoral dimediasi oleh antibodi yang disekresikan oleh sel plasma 3 cara antibodi untuk memproteksi tubuh : Netralisasi Opsonisasi Aktivasi komplemen 1 Dua cara
Lebih terperinciFISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed
FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed 1 PENDAHULUAN Sistem imun melindungi tubuh dari sel asing & abnormal dan membersihkan debris sel. Bakteri dan virus patogenik adalah sasaran
Lebih terperinciGambar: Struktur Antibodi
PENJELASAN TENTANG ANTIBODY? 2.1 Definisi Antibodi Secara umum antibodi dapat diartikan sebagai protein yang dapat ditemukan pada plasma darah dan digunakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk mengidentifikasikan
Lebih terperinciSEL SISTEM IMUN SPESIFIK
SEL SISTEM IMUN SPESIFIK Diana Holidah Bagian Farmasi Klinik dan Komunitas Fakultas Farmasi Universitas Jember Components of the Immune System Nonspecific Specific Humoral Cellular Humoral Cellular complement,
Lebih terperinciMENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS
MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembekuan darah yang diturunkan (herediter) secara sex-linked recessive pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hemofilia A adalah penyakit perdarahan akibat kekurangan faktor pembekuan darah yang diturunkan (herediter) secara sex-linked recessive pada kromosom X, dimana terjadi
Lebih terperinciMateri: A. Jaringan Limfoid B.1. Jaringan limfoid primer B.2. Jaringan limfoid sekunder B. Limfosit A.1. Ontogeni A.2. Klasifikasi C.
Materi: A. Jaringan Limfoid B.1. Jaringan limfoid primer B.2. Jaringan limfoid sekunder B. Limfosit A.1. Ontogeni A.2. Klasifikasi C. Perkembangan Limfosit dalam jaringan limfoid primer D. Diferensiasi
Lebih terperinciDASAR-DASAR IMUNOBIOLOGI
DASAR-DASAR IMUNOBIOLOGI OLEH: TUTI NURAINI, SKp, M.Biomed. DASAR KEPERAWATAN DAN KEPERAWATAN DASAR PENDAHULUAN Asal kata bahasa latin: immunis: bebas dari beban kerja/ pajak, logos: ilmu Tahap perkembangan
Lebih terperinciKONSEP DASAR IMUNOLOGI
KONSEP DASAR IMUNOLOGI Oleh : DR. I Ketut Sudiana,MS Staf Pengajar : Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Program Pascasarjana Universitas Airlangga TUJUAN DARI PENULISAN INI ADALAH UNTUK MEMBANTU
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah
BAB VI PEMBAHASAN Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah Yogyakarta. Banyaknya mencit yang digunakan adalah 24
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem imun berfungsi dalam mempertahankan kondisi tubuh terhadap benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus dan parasit. Sistem
Lebih terperinciMEKANISME RESPON IMUN TERHADAP KANKER PAYUDARA
MEKANISME RESPON IMUN TERHADAP KANKER PAYUDARA Penyusun : 1. Tiara Fenny Santika (1500023251) 2. Weidia Candra Kirana (1500023253) 3. Ratih Lianadewi (1500023255) 4. Muna Marzuqoh (1500023259) 5. Luay
Lebih terperinciBAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN. Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur
BAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur immunitas, inflamasi dan hematopoesis. 1 Sitokin adalah salah satu dari sejumlah zat yang disekresikan oleh
Lebih terperinciRESPON IMUN HUMORAL. Definisi Sistem limfoid (imun)
RESPON IMUN HUMORAL Definisi Sistem limfoid (imun) Sistem imun ialah semua mekanisme yang digunakan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang dapat menimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan
Lebih terperinciSISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)
SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN
SATUAN ACARA PERKULIAHAN Mata Kuliah : Ilmu Dasar Keperawatan I Kode Mata Kuliah/SKS : SKH. 532 Tingkat/Semester : II/III Pertemuan Ke : 8 Waktu Pertemuan : 2 x 60 menit A. Kompetensi 1. Kompetensi Dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anemia hemolitik otoimun (autoimmune hemolytic anemia /AIHA)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Anemia hemolitik otoimun (autoimmune hemolytic anemia /AIHA) merupakan salah satu penyakit otoimun di bagian hematologi. AIHA tergolong penyakit yang jarang, akan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Serum dan Kuning Telur Hasil AGPT memperlihatkan pembentukan garis presipitasi yang berwarna putih pada pengujian serum dan kuning telur tiga dari sepuluh ekor ayam yang
Lebih terperinciTahapan Respon Sistem Imun Respon Imune Innate Respon Imunitas Spesifik
Tahapan Respon Sistem Imun 1. Deteksi dan mengenali benda asing 2. Komunikasi dengan sel lain untuk merespon 3. Rekruitmen bantuan dan koordinasi respon 4. Destruksi atau supresi penginvasi Respon Imune
Lebih terperinci7.2 CIRI UMUM SITOKIN
BAB 7 SITOKIN 7.1 PENDAHULUAN Defnisi: Sitokin adalah senyawa protein, dengan berat molekul kira-kira 8-80 kda, yang merupakan mediator larut fase efektor imun natural dan adaptif. Nama dari sitokin bermacam-macam
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Penurunan jumlah ookista dalam feses merupakan salah satu indikator bahwa zat yang diberikan dapat berfungsi sebagai koksidiostat. Rataan jumlah ookista pada feses ayam berdasarkan
Lebih terperinciImunisasi: Apa dan Mengapa?
Imunisasi: Apa dan Mengapa? dr. Nurcholid Umam K, M.Sc, Sp.A Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Jogjakarta Penyebab kematian pada anak di seluruh dunia Campak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Endometriosis merupakan salah satu penyakit ginekologi yang sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan (sel-sel kelenjar dan
Lebih terperinciSistem Imun BIO 3 A. PENDAHULUAN SISTEM IMUN. materi78.co.nr
Sistem Imun A. PENDAHULUAN Sistem imun adalah sistem yang membentuk kekebalan tubuh dengan menolak berbagai benda asing yang masuk ke tubuh. Fungsi sistem imun: 1) Pembentuk kekebalan tubuh. 2) Penolak
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Histopatologi Bursa Fabricius
19 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Histopatologi Bursa Fabricius Hasil pengamatan histopatologi bursa Fabricius yang diberi formula ekstrak tanaman obat memperlihatkan beberapa perubahan umum seperti adanya
Lebih terperinci2 Sebutkan macam-macam klas sel limfosit dan apa fungsi dasar masingmasing limfosit tersebut
TUGAS IMUNOLOGI DASAR TUGAS I : CELLS AND TISSUE IN THE IMMUNE SYSTEM 1 Sebutkan jaringan dan sel yang terlibat dalam system imun Jaringan yang terlibat dalam system imun adalah : a. Primer Bone Marrow
Lebih terperinciSOAL UTS IMUNOLOGI 1 MARET 2008 FARMASI BAHAN ALAM ANGKATAN 2006
SOAL UTS IMUNOLOGI 1 MARET 2008 FARMASI BAHAN ALAM ANGKATAN 2006 1. Imunitas natural :? Jawab : non spesifik, makrofag paling berperan, tidak terbentuk sel memori 2. Antigen : a. Non spesifik maupun spesifik,
Lebih terperinciSISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS
SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS Sistem Imun Organ limfatik primer Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Organ
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mayarakat secara umum harus lebih memberi perhatian dalam pencegahan dan pengobatan berbagai jenis penyakit yang ditimbulkan oleh mikroorganisme patogen seperti
Lebih terperinciUniversitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan
Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan Conducted by: Jusuf R. Sofjan,dr,MARS 2/17/2016 1 Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk melawan
Lebih terperinciMekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang
Mekanisme Pertahanan Tubuh Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus Jaringan limfoid sangat berperan penting untuk pertahanan terhadap mikroorganisme. Ayam broiler memiliki jaringan limfoid primer (timus dan bursa
Lebih terperinciMekanisme Pembentukan Kekebalan Tubuh
Mekanisme Pembentukan Kekebalan Tubuh Apabila tubuh mendapatkan serangan dari benda asing maupun infeksi mikroorganisme (kuman penyakit, bakteri, jamur, atau virus) maka sistem kekebalan tubuh akan berperan
Lebih terperinciTEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN
TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN Sistem Imun merupakan semua mekanisme pertahanan yang dapat dimobilisasi oleh tubuh untuk memerangi berbagai ancaman invasi asing. Kulit merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk melawan segala macam organisme pengganggu atau toksin yang cenderung merusak jaringan dan organ tubuh. Kemampuan
Lebih terperinciSistem Imun. Organ limfatik primer. Organ limfatik sekunder. Limpa Nodus limfa Tonsil. Sumsum tulang belakang Kelenjar timus
Sistem Imun Organ limfatik primer Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Organ limfatik sekunder Limpa Nodus limfa Tonsil SISTEM PERTAHANAN TUBUH MANUSIA Fungsi Sistem Imun penangkal benda asing yang masuk
Lebih terperinciPENGETAHUAN DASAR. Dr. Ariyati Yosi,
PENGETAHUAN DASAR IMUNOLOGI KULIT Dr. Ariyati Yosi, SpKK PENDAHULUAN Kulit: end organ banyak kelainan yang diperantarai oleh proses imun kulit berperan secara aktif sel-sel imun (limfoid dan sel langerhans)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit beragam (Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2011). Manifestasi klinis SLE
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah penyakit inflamasi autoimun kronis yang belum jelas penyebabnya dengan gambaran klinis yang luas serta tampilan perjalanan
Lebih terperinciIMUNOHIPER-REAKTIF (AUTOIMUN) Anastasia S.P., M.Si., Apt.
IMUNOHIPER-REAKTIF (AUTOIMUN) Anastasia S.P., M.Si., Apt. OUTLINE PRESENTASI 1. Defenisi 2. Toleransi Sistem Imun 3. Faktor Penyebab 4. Mekanisme Terjadinya Autoimun 5. Mekanisme Kerusakan Jaringan 6.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Aktivitas fisik berlebihan didefinisikan sebagai latihan atau aktivitas fisik yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas fisik berlebihan didefinisikan sebagai latihan atau aktivitas fisik yang berlebihan, yang ditandai dengan kelelahan yang bertahan lama dan memburuknya kinerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara menempati urutan pertama pada wanita setelah kanker leher
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kanker payudara menempati urutan pertama pada wanita setelah kanker leher rahim. Di Indonesia 96% tumor payudara justru dikenali oleh penderita itu sendiri sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upaya peningkatan sistem kekebalan tubuh terhadap serangan berbagai virus atau antigen spesifik lainnya dewasa ini sangat perlu mendapat perhatian serius.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sel punca sendiri merupakan sel yang mampu mereplikasi dirinya dengan cara beregenerasi, mempertahankan, dan replacing akhir diferensiasi sel. (Perin, 2006). Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upaya pencegahan dan pengobatan berbagai jenis penyakit yang ditimbulkan oleh mikroorganisme patogen seperti virus dan bakteri sangat perlu mendapat perhatian
Lebih terperinciFAKTOR IMUNOLOGI PATOGENESIS ENDOMETRIOSIS
FAKTOR IMUNOLOGI PATOGENESIS ENDOMETRIOSIS FATMAWATI MADYA SP2FER S ENDOMETRIOSIS Telah banyak hipotesa diajukan untuk menerangkan patogenesis endometriosis, tapi hingga kini belum ada satupun teori yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. digunakan sebagai alternatif pengobatan seperti kunyit, temulawak, daun sirih,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan bahan alam untuk mengobati penyakit sudah sejak lama diterapkan oleh masyarakat. Pada jaman sekarang banyak obat herbal yang digunakan sebagai alternatif
Lebih terperinciPengenalan antigen :
Pengenalan antigen : Immunoglobulin & Reseptor Sel T 1 Immunoglobulin Merupakan molekul glikoprotein terdapat pada serum dan carian tubuh semua hewan mamalia Sebagian berikatan dengan sel B, yang lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alergi merupakan suatu keadaan hipersensitivitas terhadap kontak atau pajanan zat asing (alergen) tertentu dengan akibat timbulnya gejala-gejala klinis, yang mana
Lebih terperinciANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM IMUN PADA MANUSIA
Makalah ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM IMUN PADA MANUSIA Disusun oleh: Nama NIM Kelas : Anggi Widyanza Vanessa : 1306103010097 : 01 Dosen Pembimbing: Dr. Safrida, S.Pd., M.Si PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS
Lebih terperinciPERKEMBANGAN SEL LIMFO
BAB III PERKEMBANGAN SEL LIMFO FOSIT Kebanyakan sel limfosit menempati suatu organ yang disebut organ limfoid. Pada organ ini terjadi interaksi antara sel-sel limfosit dengan sel-sel non-limfosit. Interaksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Kim et al., 2009). Tuberkulosis pada umumnya terjadi di paru-paru
Lebih terperinciulangan pada tiap perlakuan. Pada penelitian ini dilakuan sebanyak 6 kali ulangan.
Hasil dari perhitungan rumus di atas diperoleh nilai minimal 3 kali ulangan pada tiap perlakuan. Pada penelitian ini dilakuan sebanyak 6 kali ulangan. 3.6. Analisis Data Data-data yang diperoleh adalah
Lebih terperinciImunologi Transplantasi. Marianti Manggau
Imunologi Transplantasi Marianti Manggau Golongan darah ABO dan sistem HLA merupakan antigen transplantasi utama, sedang antibodi dan CMI (cell mediated immunity) berperan pada penolakan imun. Kemungkinan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Rinitis alergi adalah gangguan fungsi hidung akibat inflamasi mukosa hidung yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rinitis alergi adalah gangguan fungsi hidung akibat inflamasi mukosa hidung yang diperantarai IgE yang terjadi setelah mukosa hidung terpapar alergen. 1,2,3 Penyakit
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kerbau lumpur betina, diperoleh jumlah rataan dan simpangan baku dari total leukosit, masing-masing jenis leukosit, serta rasio neutrofil/limfosit
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika dari tumbuhan Keladi Tikus adalah sebagai berikut : Spesies : Typhonium flagelliforme (Anonim, 2009)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan 2.1.1 Sistematika Tumbuhan Sistematika dari tumbuhan Keladi Tikus adalah sebagai berikut : Divisio Sub divisio Classsis Ordo Familia Genus : Spermatophyta :
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Organ limfoid primer unggas terdiri dari timus dan bursa Fabricius sedangkan pada mamalia terdiri dari sumsum tulang. Limpa, limfonodus dan MALT (Mucosa-associated Lymphoid Tissue)
Lebih terperinciImunologi Agung Dwi Wahyu Widodo
Dasar-dasar Imunologi Agung Dwi Wahyu Widodo Departemen Mikrobiologi Kedokteran Fakultas Kedokteran Unair Pokok Bahasan Sejarah Imunologi Pendahuluan Imunologi Komponen Imunologi Respons Imun Imunogenetika
Lebih terperinciSISTEM IMUNITAS MANUSIA SMA REGINA PACIS JAKARTA
1 SISTEM IMUNITAS MANUSIA SMA REGINA PACIS JAKARTA Ms. Evy Anggraeny Imunitas Sistem Imunitas Respon Imunitas 2 Yaitu sistem pertahanan terhadap suatu penyakit atau serangan infeksi dari mikroorganisme/substansi
Lebih terperinciSelama berabad-abad orang mengetahui bahwa penyakit-penyakit tertentu tidak pernah menyerang orang yang sama dua kali. Orang yang sembuh dari
Selama berabad-abad orang mengetahui bahwa penyakit-penyakit tertentu tidak pernah menyerang orang yang sama dua kali. Orang yang sembuh dari serangan epidemi cacar dapat menangani para penderita dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu formula yang diberikan kepada bayi sebagai pengganti ASI, kerap kali memberikan efek samping yang mengganggu kesehatan bayi seperti alergi. Susu formula secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Upaya untuk peningkatan sistem kekebalan tubuh terhadap serangan berbagai penyebab penyakit seperti virus, bakteri dan jamur atau antigen spesifik lainnya
Lebih terperinciRESPON PERTAHANAN TERHADAP MIKROBIA PATOGEN
BAB 10 RESPON PERTAHANAN TERHADAP MIKROBIA PATOGEN 10.1. PENDAHULUAN Virus, bakteri, parasit, dan fungi, masing-masing menggunakan strategi yang berbeda untuk mengembangkan dirinya dalam hospes dan akibatnya
Lebih terperinciANTIGEN, ANTIBODI, KOMPLEMEN. Eryati Darwin Fakultas Kedokteran Universitas andalas
ANTIGEN, ANTIBODI, KOMPLEMEN Eryati Darwin Fakultas Kedokteran Universitas andalas IMUNOGEN: ANTIGEN vs IMUNOGEN SUBSTAN YANG MAMPU MENGINDUKSI RESPON IMUN HUMORAL ATAU SELULER IMUNOGENIK ANTIGEN: SUBSTAN
Lebih terperinciPENJELASAN IMUNOPATOLOGI. Oleh : I. Ketut Sudiana PADA POKOK BAHASAN INI AKAN DIBAHAS MEKANISME TERJADINYA PENYIMPANGAN SISTEM IMUN, YAITU MELIPUTI :
IMUNOPATOLOGI Oleh : I. Ketut Sudiana PADA POKOK BAHASAN INI AKAN DIBAHAS MEKANISME TERJADINYA PENYIMPANGAN SISTEM IMUN, YAITU MELIPUTI : 1. REAKSI HIPERSENSITIVITAS 2. AUTO IMUN 3. IMUNODEFISIENSI PENJELASAN
Lebih terperinciFIRST LINE DEFENCE MECHANISM
Pengertian Sistem Pertahanan Tubuh Pertahanan tubuh adalah seluruh sistem/ mekanisme untuk mencegah dan melawan gangguan tubuh (fisik, kimia, mikroorg) Imunitas Daya tahan tubuh terhadap penyakit dan infeksi
Lebih terperinciMAKALAH SEROLOGI DAN IMUNOLOGI
MAKALAH SEROLOGI DAN IMUNOLOGI ANTIGEN DAN ANTIBODI DISUSUN OLEH : Kelompok : I (Satu) 1. Abdullah Halim (12 01 01 001) 2. Andera Meka Susu (12 01 01 002) 3. Andrean Revinaldy (12 01 01 003) 4. Andri Rinaldi
Lebih terperinciImunologi Dasar dan Imunologi Klinis
Imunologi Dasar dan Imunologi Klinis i ii Imunologi Dasar dan Imunologi Klinis Imunologi Dasar dan Imunologi Klinis iii iv Imunologi Dasar dan Imunologi Klinis IMONOLOGI DASAR DAN IMONOLOGI KLINIS Penulis:
Lebih terperinciTuberkulosis merupakan penyakit yang telah lama ada. Tetap menjadi perhatian dunia Penyebab kematian kedua pada penyakit infeksi
LOGO Pendahuluan Tuberkulosis merupakan penyakit yang telah lama ada. Tetap menjadi perhatian dunia Penyebab kematian kedua pada penyakit infeksi Kasus baru didunia : 8,6 juta & Angka kematian : 1,3 juta
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Ayam Petelur . Sistem Kekebalan pada Ayam
4 TINJAUAN PUSTAKA Ayam Petelur Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Ayam peliharaan merupakan hasil domestikasi dari ayam hutan yang ditangkap dan
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Konsentrasi immunoglobulin Y (IgY) yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 9,57 mg/ml dan immunoglobulin G (IgG) adalah 3,75 mg/ml. Pada penelitian ini, antibodi yang dilapiskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan agen penyebab Acquired
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan agen penyebab Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) dan AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV. AIDS didefinisikan
Lebih terperinciIMUNOLOGI TUMOR ELLYZA NASRUL
IMUNOLOGI TUMOR ELLYZA NASRUL - Populasi sel dg sifat pertumbuhan yg tdk terkendali ciri dari sel kanker disebabkan oleh: 1. Amplifikasi onkogen 2. Inaktivasi gen supresor - Sel kanker Disregulasi genetik
Lebih terperinciBAB 5 PEMBAHASAN. Mencit yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari Laboratorium
49 BAB 5 PEMBAHASAN Mencit yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari Laboratorium Biokimia Universitas Muhammdiyah Jogjakarta. Banyaknya mencit yang digunakan adalah 24 ekor, di mana tiap kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penggunaan obat-obat kemoterapi seperti doxorubicin memiliki efek
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan obat-obat kemoterapi seperti doxorubicin memiliki efek samping menurunkan sistem imun yang dapat menyebabkan tubuh mudah terkena serangan penyakit.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama kehamilan, wanita dihadapkan pada berbagai komplikasi yang mungkin terjadi, salah satunya adalah abortus. Abortus adalah kejadian berakhirnya kehamilan secara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tumbuhan Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) 2.1.1 Klasifikasi tumbuhan Dalam taksonomi tumbuhan, tanaman mahkota dewa diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Divisi Subdivisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah merah merupakan tanaman endemik Papua yang bermanfaat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan membantu pengobatan beberapa penyakit, antara lain kanker, tumor,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sirih merah (Piper crocatum) termasuk dalam famili Piperacae,
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirih Merah 2.1.1 Gambaran Umum Tanaman sirih merah (Piper crocatum) termasuk dalam famili Piperacae, tumbuh merambat dengan bentuk daun menyerupai hati dan bertangkai, yang
Lebih terperinciBAB 2 PENGENALAN HIV/AIDS. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala
BAB 2 PENGENALAN HIV/AIDS Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). 10,11 Virus ini akan
Lebih terperinciBAB 3 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 3 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Tumbuhan uji yang digunakan adalah pegagan dan beluntas. Tumbuhan uji diperoleh dalam bentuk bahan yang sudah dikeringkan. Simplisia pegagan dan beluntas yang diperoleh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tubuh manusia secara fisiologis memiliki sistim pertahanan utama untuk melawan radikal bebas, yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim. Antioksidan enzimatik bekerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Maternal and Neonatal Tetanus (MNT) merupakan masalah penyebab
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Maternal and Neonatal Tetanus (MNT) merupakan masalah penyebab kematian di banyak negara berkembang. Pada bulan Desember 2010 masih terdapat 38 negara yang belum mencapai
Lebih terperinci