BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. menimbulkan kesalahpahaman dalam penyampaiannya,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Shēng De Hàn Yǔ Shēng Diào Jiāo Xué Yán Jiū (2011) ditemukan banyak pelajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Zhōng Jí Jiē Duàn Tài Guó Liύ Xué Shēng Hàn Yŭ Shēng Diào Xí De Piān Wù

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini berfokus pada analisis tentang kesalahan pelafalan dalam Bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa merupakan alat komunikasi yang utama dalam kehidupan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

Bab 5. Ringkasan. baik tata bahasa, bunyi, dan hal lainnya. Khususnya dari segi bunyi bahasa, pasti

BAB I PENDAHULUAN. apalagi dalam mempelajari bahasa terutama bahasa asing. Bunyi ujar dalam

Pengantar. Aspek Fisiologis Bahasa. Aspek Fisik Bahasa 13/10/2014. Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober Aspek Fisiologis Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomuniksai yang tak pernah lepas dalam

Nama : Hari Agus Prasetyo NIM : Tataran Linguistik (1) : fonologi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Debby Yuwanita Anggraeni, 2013

ANIS SILVIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KONSEP DAN KOMPONEN. Oleh: Pujaningsih

KOMPETENSI LULUSAN. Berkomunikasi tertulis. Berfikir Analitis. Bekerja dalam Tim. Berfikir Logis. Bekerja Mandiri. Berkomunikasi Lisan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

Pembentukan karakter..., Siti Atikah Immaduddin, FIB UI, Universitas Indonesia

LAPORAN BACA. OLEH: Asep Saepulloh ( ) Hikmat Hamzah Syahwali ( ) Suherlan ( )

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Rancang Bangun Game Edukasi Kosakata Bahasa Mandarin Bermain Bersama Avdandi Berbasis Adobe Flash

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

fonem, kata dan rangkaian kata, misalnya bunyi [0 dilafalkan [0], bunyi [oe]

TATARAN LINGUISTIK FONOLOGI

Rancang Bangun Game Edukasi Kosakata Bahasa Mandarin Bermain Bersama Avdandi Berbasis Adobe Flash

BUNYI KONSONAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA MANDARIN: ANALISIS KONTRASTIF

Tahap Pemrolehan Bahasa

BAB IV TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI

1. Menjelaskan Alat Ucap Manusia Dalam Proses Pembentukan Bunyi a. Komponen subglotal b. Komponen laring c. Komponen supraglotal

Assalamu alaikum Wr. Kelompok 6 : 1. Novi Yanti Senjaya 2. Noviana Budianty 3. Nurani amalia

Modul ke: BAHASA INDONESIA RAGAM BAHASA. Fakultas EKONOMI DAN BSNIS. Drs. SUMARDI, M. Pd. Program Studi MANAJEMEN

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dalam menunjang era baru ini. Selain Bahasa Inggris, Bahasa


BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. sistem penulisan tidak dapat menggambarkan bunyi yang diucapkan oleh manusia

PENGGUNAAN BUNYI SEGMENTAL MELALUI PENERAPAN TEKNIK SHOW NOT TELL (MENUNJUKKAN BUKAN MEMBERITAHUKAN)

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul

2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN

BAB I PENDAHULUAN. berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa dihasilkan dari alat ucap

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan ekonomi negaranya membuat bahasa Mandarin menjadi

BAB II KONSEP, KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI. terdiri dari hasil penelitian terdahulu yang berupa jurnal jurnal, skripsi dan tesis mengenai

KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Belakangan ini, banyak orang mulai berpikir bahwa keahlian adalah hal yang

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi sehingga akan menentukan eksistensi seseorang dalam

Harimurti Kridalaksana FONETIK. Definisi dari Para Linguis 21/03/2014. Kamus Linguistik. Fonologi Jepang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Konsep Dasar Artikulasi

LEMBAR KERJA PENILAIAN CAKUPAN MATERI BUKU TEKS PELAJARAN BAHASA MANDARIN KELAS X PROGRAM PILIHAN

Modul ke: BAHASA INDONESIA. Ragam Bahasa. Sudrajat, S.Pd. M.Pd. Fakultas FEB. Program Studi Manajemen.

PEMEROLEHAN RAGAM BAHASA JAWA PADA ANAK USIA 2 TAHUN (Studi kasus) ABSTRAK

SUBTITUSI KONSONAN PADA PENDERITA DISARTRIA. Retno Handayani Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdiknas

BAB 4 4. TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

Oleh: Hermanto SP, M.Pd. Hp / Telp. (0274) atau

BAB I PENDAHULUAN. campuran, yaitu campuran antara bahasa Indonesia dan salah satu atau kedua

BAB I PENDAHULUAN. manusia seperti kebudayaan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan lambang bunyi yang mempunyai arti dan fungsi

BAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari untuk menyampaikan pesan, pendapat, maksud, tujuan dan sebagainya.

PRODUKSI FONOLOGIS ANAK DOWN SYNDROME USIA TAHUN BERDASARKAN TINGKAT KECERDASAN DAN MASA TERAPI

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa ibu merupakan kemampuan yang dimiliki hampir

A. Pengertian Bahasa Mandarin

PROSIDING SEMNAS KBSP V

Nama : MAOIDATUL DWI K NIM : BAB 4 FONOLOGI

ANALISIS KESALAHAN SISWA PADA PELAFALAN FONEM /Z/, /C/, /S/, /ZH/, /CH/, /SH/

Bab 3. Analisis Data. Dalam menganalisis data dari bunyi-bunyi yang mengalami interferensi, penulis

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan

BAB 4 TATARAN LINGUISTIK (1): FONOLOGI

100. Mata Pelajaran Bahasa Mandarin untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Pilihan

Pendahuluan. 4-Nov-16 Adi Yasran, UPM

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pendidikan di Indonesia sudah mengalami perubahan yang

99. Mata Pelajaran Bahasa Mandarin untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

CHAPTER V SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY

苏北大学中文系学生汉语上声习得偏误分析 (sū běi dà xué zhōng wén xì xué shēng hàn yǔ shǎng shēng xí dé piān wù fēn xī) SKRIPSI. Oleh Ivan

Bab 1. Pendahuluan. berbeda-beda. Lain bahasa, lain pula bunyinya, dan tidaklah mudah mempelajari suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEEFEKTIVITASAN PENGGUNAAN MEDIA MOBILE LEARNING DALAM MENINGKATKAN PELAFALAN HANYU PINYIN BAHASA MANDARIN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Gejala kelainan..., Dian Novrina, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa adalah pemerolehan bahasa, seperti fonologi,

BAB II FONETIK 1. Bunyi Bahasa dan Terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum kita bisa melihat bahwa kemampuan berbicara. Ada anak yang perkembangan berbicaranya lebih cepat dan ada juga yang

Disusun Oleh : Nama : Siti Mu awanah NIM : Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Dosen : Drs. Umar Samadhy, M.Pd.

BAB V PENUTUP. Penelitian yang dilakukan dengan membanding-bandingkan unsur. segmental BDN dan BI, serta BBK dan BInd sebagai bahasa pendukung, telah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. celah di antara kedua sisi kanan dan kiri dari bibir. Kadang kala malah lebih luas,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ana Roviana Purnamasari, 2015 Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells s Palsy

Kelengkapan Keluasan Kedalaman. Tidak. Tidak Sesuai. Sesuai Sesuai. Sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Mereka

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan perekonomiannya. Pertumbuhan perekonomian China yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Interferensi kata-kata..., Hikmah Triyantini Hidayah Siregar, FIB UI, Universitas Indonesia

SATUAN ACARA PERKULIAHAN. : Para mahasiswa dapat mengetahui bagaimana mempelajari Bahasa Tionghoa. Sub pokok bahasan dan rincian materi

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. mengandung arti kata bunyi, yaitu : lafz, jahr dan saut sepadan dengan noise

MATA PELAJARAN : BAHASA MANDARIN JENJANG PENDIDIKAN : SMP/M Ts/SMA/SMK/MA

Hakikat Fonologi. Modul 1 PENDAHULUAN

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG

BAB 2. Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setia Rini, 2014

SISTEM FONOLOGI BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN SINGKARAK KECAMATAN X KOTO SINGKARAK KABUPATEN SOLOK

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam bahasa Mandarin sangat penting ketepatan pelafalan vokal dan konsonan. Hal ini disebabkan untuk menghindari kesalahan dalam komunikasi yang mana akan menimbulkan makna lain dari satu kata hingga pada akhirnya menimbulkan kesalahpahaman dalam penyampaiannya, Berikut ini adalah uraian penelitian terdahulu terkait analisis kesalahan pelafalan bunyi vokal u, i, dan ü serta bunyi konsonan j, q, x, dan y bertemu dengan bunyi vokal u dalam bahasa Mandarin. Handayana (2011) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Kesalahan Pelafalan Dalam Bahasa Mandarin Pada Mahasiswa Program Studi Sastra Cina. Penelitian ini dilakukan untuk menemukan kesalahan dalam pelafalan bahasa mandarin dan mengetahui penyebab terjadinya kesalahan tersebut. Pelafalan yang dimaksudkan mengenai pelafalan konsonan dan vokal, yang mana pelafalan dalam bahasa mandarin terdapat bunyi ujaran yang hampir sama namun memiliki makna yang berbeda. Hal tersebut yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian mengenai pelafalan dalam bahasa Mandarin. Skripsi ini membantu peneliti untuk mengetahui kesalahan dan faktorfaktor penyebab kesalahan pelafalan dalam bahasa Mandarin serta peneliti menemukan teori pada skripsi tersebut yang dapat diterapkan oleh peneliti. Dalam hal ini terdapat perbedaan dalam penelitian, yaitu fokus akan subjek penelitiannya yang mana dalam penelitian ini memfokuskan pada semua vokal dan konsonan 9

sedangkan penelitian yang akan diteliti oleh peneliti fokus terhadap vokal u, i, dan ü serta bunyi konsonan j, q, x, dan y diikuti dengan bunyi vokal u dalam bahasa Mandarin. Mardiana (2008) dalam tugas akhirnya yang berjudul Analisis Kesalahan Siswa Pada Pelafalan Fonem /z/, /c/, /s/, /zh/, /ch/, /sh/, dan /r/ Dalam Kosa Kata Bahasa Mandarin di Kelas X Immersi A dan Immersi B SMA Negeri 4 Surakarta.Dalam tugas akhir tersebut peneliti membahas mengenai kesalahan siswa dalam melafalkan fonem z, c, s, zh, ch, sh, dan r dengan penelitian menggunakan kosa kata dalam bahasa Mandarin. Dalam tugas akhir tersebut, peneliti melakukan penelitian untuk menemukan kesalahan apa saja yang dilakukan oleh siswa dalam melafalkan fonem /z/, /c/, /s/, /zh/, /ch/, /sh/, dan /r/ dalam kosa kata bahasa Mandarin serta mengetahui penyebab dari kesalahan tersebut. Pada fonem /z/, /c/, /s/, /zh/, /ch/, /sh/, dan /r/ sering kali para pembelajar bahasa Mandarin salah melafalkan. Hal ini terjadi dikarenakan jarangnya melafalkan fonem tersebut. Tugas akhir ini berkontribusi dalam memaparkan klasifikasi pelafalan konsonan dalam bahasa mandarin. Supriadi (2014) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Kesalahan Fonologi Bahasa Mandarin Oleh Mahasiswa D3 Bahasa Mandarin Universitas Jenderal Soedirman. Dalam skripsi tersebut peneliti memfokuskan penelitian terhadap kesalahan pengucapan bahasa mandarin oleh mahasiswa program D3 bahasa Mandarin Universitas Jenderal Soedirman. Pada skripsi ini peneliti menjelaskan mengenai kesalahan fonologi dalam bahasa Mandarin yang kerap kali terjadi. Sistem fonologi bahasa Mandarin mempunyai ciri khas tersendiri, pada bahasa Mandarin terdapat banyak bunyi yang merupakan paduan bunyi 10

konsonan dengan bunyi beraspirasi atau bunyi glide. Skripsi ini berkontribusi dalam penggunaan metode penelitian dan pengolahan data dalam menganalisis. Sheyla Silvia Siregar (2014) dalam tesisnya yang berjudul Analisis Nada Tuturan Deklaratif Bahasa Mandarin Oleh Pembelajar Bahasa Mandarin di Fakultas Ilmu Budaya USU: Kajian Fonetik Akustik. Tesis tersebut mendeskripsikan frekuensi tuturan deklaratif bahasa Mandarin penutur asli dan pembelajar bahasa Mandarin di Fakultas Ilmu Budaya USU, mendeskripsikan nada tuturan deklaratif penutur asli dan pembelajar bahasa Mandarin di Fakultas Ilmu Budaya USU dan mendeskripsikan pola nada tuturan deklaratif dalam bahasa Mandarin penutur asli dengan pembelajar bahasa Mandarin di Fakultas Ilmu Budaya USU. Tesis ini berkontribusi dalam klasifikasi bunyi vokal dan konsonan dalam bahasa Mandarin dan juga dalam teknik pengumpula data. 2.2 Konsep 2.2.1 Analisis Kesalahan Menurut Hastuti (2003:77)analisis kesalahan ialah sebuah proses yang didasarkan pada analisis kesalahan orang yang sedang belajar dengan objek yang jelas. Hal ini dimaksudkan dengan memiliki target dan objek kajiannya jelas. Dalam kegiatan berbahasa tidak jarang orang melakukan kesalahan. Kesalahan dalam berbahasa tidak dapat dielakkan, namun hal ini sangat penting sebagai proses belajar bahasa. Penelitian mengenai analisis kesalahan ini sangat diperlukan mengingat tujuan dari analisis kesalahan adalah mencari umpan baik yang dapat digunakan sebagai titik tolak perbaikan pengajaran bahasa, yang pada gilirannya dapat 11

mencegah atau mengurangi kesalahan yang mungkin dibuat oleh para siswa (Tarigan, 1995:71). Penelitian ini bertujuan untuk menemukan kesalahan yang terjadi dan dengan penelitian ini, para pengajar dapat dengan mudah memperbaiki kesalahan para mahasiswa. 2.2.2 Pelafalan Bahasa Mandarin Dalam sistem penulisan bahasa Mandarin menggunakan pinyin. Bentuk penulisan pinyin paling sedikit terdiri dari satu suku kata, dan setiap suku kata terdiri dari huruf vokal ( 声母 /shēng mǔ) dan huruf konsonan( 韵母 /yùn mǔ). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:279) lafal adalah cara seseorang atau sekelompok orang dalam suatu masyarakat bahasa mengucapkan bunyi bahasa. Setiap bahasa pasti mempunyai pelafalan tersendiri yang berbeda dengan pelafalan bahasa lain.dalam bahasa Mandarin pelafalan bunyi vokal u, i, dan ü mempunyai kemiripan sehingga tidak jarang terjadi kesalahan serta bunyi konsonan j, q, x, dan y jika bertemu dengan bunyi vokal u akan mengalami perubahan pelafalan. Hal ini juga dibutuhkan pemahaman bagi siswa untuk menguasai cara pelafalan bunyi vokal u, i, dan ü serta mengetahui cara pelafalan bunyi konsonan j, q, x, dan y bertemu dengan bunyi vokal u agar melafalkan dengan tepat. 12

Tabel 2.1 Klasifikasi konsonan berdasarkan artikulasinya Plosif [p b Bibir [pʰ p Bibi r- gigi Koartikula si Alveola r [t d [tʰ t Retrofle ks Alveololelangit Lela ngit Velum [k g [kʰ k Nasal Anggara n lateral Afrikat Frikatif [m m [f f [ts z [n n [l l [s s [ts ʰ c [ʈʂ zh [ʂ sh [ʈʂʰ ch [ʐ 1 r [tɕ j [ɕ x [tɕʰ q [x h Anggara n [w 2 w [ɻ 1 [j 3 y Sumber: Duanmu, 2007 Berikut klasifikasi bunyi konsonan dalam bahasa Mandarin : 1. Suara bibir (labial) : b [p, p [pʰ, m [m, f [f 2. Suara ujung lidah (apical) : d [t, t [tʰ, n [n, l [l 3. Suara pangkal lidah (velar) : g [k, k [kʰ, h [x 4. Suara badan lidah (dorsal) : j [tɕ, q [tɕʰ, x [ɕ 5. Suara lidah ditekuk ke langit-langit mulut (palatal) : zh [ʈʂ, ch [ʈʂʰ, sh [ʂ, r [ʐ 1 6. Suara lidah pada gigi depan bagian dalam (dental) : z [ts, c [tsʰ, s [s 13

Konsonan dalam bahasa Mandarin terbagi dua, yaitu konsonan aspirasi dan konsonan non-aspirasi. Konsonan aspirasi adalah p [pʰ, t [tʰ, k [kʰ, c [tsʰ, ch [ʈʂʰ. Selain konsonan juga terdapat vokal dalam bahasa Mandarin. Klasifikasi vokal dalam bahasa Mandarin adalah sebagai berikut : 1. Vokal tunggal : a, i, u, e, o, dan ü. 2. Vokal ganda : ai, ei, ao, ou, ia, ie, in, ua, uo, ün, üe, an, en, iao, iou, uai,uei, uen, ang, eng, ong, ian, iang, ing, iong, uan, üan, uang, ueng, üan. 2.2.2.1 Hanyu Pinyin Dalam mempelajari Bahasa Mandarin tentu kita akan menemukan istilah Hanyu Pinyin yang mana hal ini memudahkan kita dalam membaca karakter China (Hanzi). Menurut Duanmu (2007:4), Bahasa mandarin ditulis dengan menggunakan karakter China namun karakter tersebut tidak dapat memberikan informasi yang konsisten tentang pelafalan sehingga bahasa Mandarin biasanya dipelajari melalui transkripsi. Banyak sistem transkripsi yang dirancang untuk bahasa Mandarin di China dan di Barat. Kebanyakan hal itu berdasarkan pada huruf roma karena itu disebut sistem romanisasi. Republik Rakyat China menetapkan Hanyu Pinyin (atau lebih sering disebut Pinyin) sebagai sistem baku romanisasi, melalui sistem inilah pengajaran bahasa Mandarin diseluruh dunia menggunakan pinyin. Dalam mempelajari bahasa Mandarin seorang pembelajar harus mengerti cara melafalkan pinyin tersebut dengan mempelajari dasar-dasar vokal maupun konsonan dalam bahasa Mandarin. Pelafalan bahasa Mandarin dan bahasa 14

Indonesia mempunyai perbedaan yang signifikan sehingga pembelajar harus mengerti cara melafalkan huruf vokal dan juga konsonan. Contohnya seperti, vokal u yang terletak setelah konsonan j, q, x, dan y akan dilafalkan menjadi ü namun dalam penulisannya tetap menggunakan vokal u seperti halnya yang telah dikemukakan oleh Duanmu (2007:5), bahwa vokal u yang terletak setelah konsonan j, q, dan x dilafalkan bunyi ü namun penulisannya tetap sebagai vokal u. 2.3 Landasan Teori Dalam penelitian ini, landasan teori yang digunakan adalah teori analisis kesalahan berbahasa (error analysis). 2.3.1 Analisis Kesalahan Dalam proses belajar tidak terlepas dari kesalahan. Kesalahan termasuk hal yang wajar mengingat mahasiswa dalam proses belajar, dalam proses tersebut mahasiswa akan menemukan kesulitan hingga menyebabkan kesalahan. Terlebih mahasiswa mempelajari bahasa asing yang mana menjadi bahasa kedua setelah bahasa ibu. Menurut Dulayet al (dalam Tarigan, 1982:277), kesalahan adalah bagian konversasi atau komposisi yang menyimpang dari beberapa norma baku (atau norma terpilih) dari performansi bahasa orang dewasa. Menurut Ellis (dalam Tarigan, 1987:296), analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur yang digunakan oleh para peneliti dan para guru, yang mencakup pengumpulan sampel bahasa pelajar, pengenalan kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam sampel tersebut, pendeskripsian kesalahan-kesalahan itu, 15

pengklasifikasiannya berdasarkan sebab-sebabnya yang telah dihipotesiskan, serta pengevaluasian keseriusannya. Adapun Corder (dalam Tarigan 1974:168) telah mengemukakan suatu prosedur bagi analisis kesalahan berbahasa seperti yang terangkum sebagai berikut : 1. Memilih korpus bahasa Kegiatan pada tahap ini meliputi beberapa hal, yaitu : a. Menetapkan luas sampel. b. Menentukan media sampel (lisan atau tulisan). c. Menentukan kehomogenan sampel. 2. Mengenali kesalahan dalam korpus Menurut Corder (dalam Tarigan 1971:169) perlu diadakan pembedaan antara lapses (kesalahan atau penyimpangan yang terdapat dalam kalimat yang merupakan akibat dari pembatasan pemrosesan ketimbang kurangnya kompetensi) dengan errors (kesalahan yang terdapat pada kalimat yang merupakan akibat kurangnya kompetensi). 3. Mengklasifikasikan kesalahan Kegiatan pada tahap ini mencakup penetapan gramatikal setiap kesalahan, misalnya kesalahan dalam bidang fonologi, semantik, sintaksis, morfologi. 4. Menjelaskan kesalahan Kegiatan pada tahap ini merupakan upaya untuk mengenali penyebab kesalahan tersebut. 5. Mengevaluasi kesalahan 16

Pada tahap ini mencakup penafsiran keseriusan setiap kesalahan agar dapat mengambil keputusan bagi pengajaran bahasa. Dalam kesalahan berbahasa juga, Corder (dalam Pranowo 1971:51) membedakan kesalahan-kesalahan dalam berbahasa, yaitu : 1. Salah (mistake) adalah penyimpangan struktur lahir yang terjadi karena pentur tidak mampu menentukan pilihan penggunaan ungkapan yang tepat sesuai dengan situasi yang ada. 2. Selip (lapses) merupakan penyimpangan bentuk lahir karena beralihnya pusat perhatian topik pembicaraan secara sesaat. 3. Silap (error) adalah penyimpangan bentuk lahir dari struktur baku yang terjadi karena pemakai belum menguasai sepenuhnya kaidah bahasa. Dalam mempelajari suatu bahasa tidak jarang mahasiswa mengalami kesulitan hingga terjadi kesalahan. Ada berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan. Menurut Sharma (dalam Hastuti 2003:79), kesalahan seperti itu dimungkinkan disebabkan oleh sejumlah faktor ekstra linguistik. Menurut Setyawati (2010:10) ada 3 faktor yang menjadi penyebab mahasiswa melakukan kesalahan, yaitu : 1. Terpengaruh bahasa yang lebih dahulu dikuasainya. Hal ini dapat dikatakan kesalahan berbahasa disebabkan oleh interfensi bahasa pertama (bahasa ibu) terhadap bahasa kedua yang sedang dipelajari. 2. Kekurangpahaman pemakai bahasa terhadap bahasa yang dipakainya. 3. Pengajaran bahasa yang kurang tepat atau kurang sempurna. 17