BAB 2. Landasan Teori

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2. Landasan Teori"

Transkripsi

1 BAB 2 Landasan Teori Pada Bab 2 ini penulis akan menjelaskan teori-teori yang akan penulis pakai dalam menganalisa data pada Bab 4. Teori-teori ini adalah teori fonologi, teori fonetik dan teori fonem. Teori-teori ini penulis ambil dari berbagai sumber yang beberapa diantaranya akan tercantum di bagian Daftar Pustaka. Sebagai pendahuluan, Yoshio Saitou (2013) mengungkapkan bahasa sebagai sarana komunikasi antar sesama manusia yang pada dasarnya terbentuk dari komunikasi verbal, atau dengan kata lain bahasa ucapan. Pihak yang berbicara memilih arti kata-kata yang akan disampaikan, dan setelah mempertimbangkan berbagai faktor seperti pemilihan kata dan urutan kata yang benar secara gramatikal, maka kata-kata tersebut dibunyikan sebagai gelombang suara yang merambati udara dan tersampaikan ke daun telinga penerima/pendengar pesan. Pendengar kemudian memahami arti yang ingin disampaikan pengucap lewat suara bahasa yang diucapkan tersebut. Ilmu yang mempelajari fenomena seperti yang dijelaskan di atas kemudian kita ketahui sebagai fonetik. Fonetik kemudian bisa dibagi lagi menjadi beberapa bidang, yaitu fonetik artikulatoris, yang mempelajari bagaimana terciptanya suara bahasa, fonetik akustik, yang mempelajari ciri khas gelombang suara menurut metode fisika, dan fonetik auditoris, yang mempelajari bagaimana pendengar suara bahasa menangkap suara-suara bahasa. Selain itu, dalam ilmu fonologi umum juga terdapat aspek-aspek dalam bahasa ucapan seperti unsur segmental (bunyi individual) dan suprasegmental (nada dan intonasi, penekanan, dan panjang artikulasi). Teori fonologi umum penulis tidak sertakan kali ini karena topik skripsi penulis menyinggung masalah perbandingan bunyi suara bahasa, sehingga tidak harus dimasukkan sebagai salah satu dasar landasan teori penulis karena skripsi ini tidak menyinggung hal tersebut secara spesifik. Teori fonetik berfungsi sebagai landasan teori penulis untuk menegaskan bagaimana dan jenis bunyi bahasa yang diciptakan, serta definisi dan ciri-ciri dari bunyi suara vokal dan konsonan. Teori 7

2 8 utama yang akan penulis pakai adalah teori fonem, yang membahas fungsi bunyi suara dalam vokal dan konsonan dalam membedakan arti masing-masing kata dalam penggunaannya dalam bahasa. 2.1 Fonetik Artikulatoris Dalam fonetik artikulatoris, pertama-tama kita harus mengenal dan memahami terlebih dahulu alat-alat ucap yang berpengaruh dalam proses pembentukan bunyi dalam bahasa. Alat-alat ucap ini adalah lidah, bibir, gigi, alveolum, palatum, velum, uvulum, rongga mulut, rongga hidung, pintu tenggorokan, rongga tenggorokan, tenggorokan, dan pita suara. Yang paling penting dari semua alat-alat ucap ini adalah mulut dan alat-alat ucap yang berlokasi di rongga mulut. Penulis akan menjelaskan alat-alat ucap diatas secara singkat menurut Tjandra (2004) sebagai berikut: Lidah: Merupakan alat ucap yang paling banyak dipakai dalam pembentukan berbagai macam bunyi bahasa baik vokal maupun konsonan. Berakar pada rahang bawah dan bisa digerakkan ke segala arah dalam rongga mulut, dan terbagi menjadi 4 bagian, yaitu ujung lidah, lidah depan, lidah tengah dan lidah belakang. Mulut: Disebut juga sebagai labium dalam Bahasa Latin, berfungsi terutama dalam pembentukan konsonan labio-dental /p/ dan /b/. Terdiri dari 2 belahan bibir yaitu bibir atas dan bibir bawah, kedua belahan bibir ini juga dapat digerakkan untuk menciptakan 3 bentuk dasar mulut, yaitu memipih, mengerucut/ monyong, dan membundar. Ketiga bentuk mulut ini berfungsi dalam pembentukan vokal. Bibir atas menempel langsung pada tengkorak sehingga tidak bisa digerakkan, sementara bibir bawah menempel pada rahang bawah sehingga bagian inilah yang digerakkan untuk menciptakan berbagai bunyi bahasa. Gigi: Disebut juga dentum dalam Bahasa Latin, dan merupakan organ tubuh yang berperan besar dalam pembentukan konsonan. Terletak di rongga mulut bagian paling depan di belakang bibir, ada gigi bawah dan gigi atas. Sama seperti mulut, gigi atas tidak bisa digerakkan karena terletak di rahang atas yang juga bagian dari tengkorak atas. Gigi bawah terletak pada rahang bawah yang

3 9 bisa digerakkan, maka bagian ini jugalah yang digerakkan dalam memproduksi bunyi suara. Alveolum: Lengkung kaki gigi atas yang sedikit menonjol keluar dibelakang gigi atas pada langit-langit depan mulut dan berperan utama juga dalam menciptakan konsonan. Palatum: Langit-langit keras rongga mulut dan terletak di belakang alveolum, berfungsi menerima gerak lidah dalam pembentukan konsonan. Velum: Langit-langit lembut yang terdapat di bagian belakang rongga mulut, berfungsi menerima gerakan dari lidah untuk membentuk konsonan. Bagian belakang velum juga berfungsi sebagai pintu uvulum untuk menciptakan suara nasal/ sengau Uvulum: Bagian anak lidah yang amat lunak, terletak di belakang velum yang juga di sebelah dalam rongga mulut. Ujungnya tipis kecil dan menggelantung dari atap mulut. Bagian ini terutama juga bagian pangkalnya yang merupaka bagian belakang dari velum berfungsi sebagai pintu untuk menutup dan membuka saluran ke rongga hidung. Berkat pintu uvulum ini, bunyi-bunyi bahasa dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu bunyi oral dan bunyi nasal, masing-masing dihasilkan dari rongga mulut dan rongga hidung. Kedua bunyi tersebut mencakup vokal dan konsonan. Rongga mulut: Bagian keseluruhan dari mulut, dan letak dari sebagian besar alat ucap yang telah disebutkan di atas. Rongga mulut secara langsung berfungsi menciptakan ruang resonansi untuk menghasilkan berbagai vokal. Volume rongga mulut dapat diubah-ubah menggunakan lidah, sehingga suara yang keluar beresonansi sesuai dengan warna suara yang dikehendaki. Rongga hidung: Rongga di dalam hidung, suara yang melewati rongga ini dan beresonansi di sini volumenya konstan. Berfungsi sebagai ruang resonansi untuk bunyi nasal/ sengau. Pintu tenggorokan: Lempengan otot yang terletak di ujung tenggorokan, fungsi utamanya adalah untuk menutup saluran pernapasan secara bawah sadar ketika hendak menelan makanan atau minuman yang di dalam rongga mulut sehingga tidak masuk ke paru-paru. Sebaliknya juga, ketika memproduksi bunyi bahasa atau bernapas, maka pintu tenggorokan ini akan membuka saluran pernapasan sehingga udara penghasil suara bisa bergerak menuju rongga mulut atau rongga

4 10 hidung untuk beresonansi. Rongga tenggorokan: Ruang kecil di ujung tenggorokan, rongga ini tidak memiliki fungsi khusus dalam memproduksi bunyi bahasa selain menjadi saluran udara yang menghasilkan bunyi Tenggorokan: Tempat lokasi pita suara dan berfungsi menyalurkan udara dari paru-paru menuju rongga mulut atau rongga hidung. Pita suara: Sepasang selaput yang terletak di tenggorokan dan dapat merapat maupun melebar sesuai dengan keperluan. Pada saat kita hendak mengeluarkan suara, maka pita suara ini akan merapat. Keadaan merapat ini tidak selalu sama dan tergantung bunyi yang mau dihasilkan. Aliran suara yang mengalir dari paru-paru dengan tekanan tertentu menerobos celah kecil yang dihasilkan rapata pita suara sehingga pita suara bergetar. Getaran pita suara ini juga menggetarkan udara yang beresonansi di rongga mulut atau hidung. Jika pita suara tidak terlalu merapat sehingga celah yang dihasilkan masih besar, maka ketika udara mengalir dari paru-paru tidak sampai menggetarkan pita suara dan menghasilkan bunyi tak bersuara. Selain dari organ-organ mulut dan tenggorokan yang berfungsi dalam penciptaan bunyi suara dalam bahasa, kita juga akan melihat tahapan yang dibentuk oleh alat ucap sebelum pengucapan, atau tahapan pra-ucapan menurut Tjandra (2004): Tahapan pra-ucapan tanpa hambatan: Tahapan pra-ucapan yang diciptakan oleh alat ucap tanpa pembentukan suatu hambatan apapun dalam rongga mulut dan sekitarnya, sehingga arus udara dari tenggorokan mengalir dengan bebas. Tahapan pra-ucapan berhambatan: Tahapan pra-ucapan yang diciptakan oleh alat ucap dengan pembentukan suatu hambatan oleh alat ucap itu sendiri di dalam rongga mulut atau sekitarnya, sehingga arus udara dari tenggorokan akan terhalang oleh hambatan tersbeut sebelum mengalir keluar. Dari penjelasan di atas, kita bisa melihat dan memahami sedikit tentang alatalat ucap yang dipakai oleh manusia untuk menghasilkan bunyi dalam suatu bahasa, serta tahapan-tahapan pra-ucapan yang digunakan dalam pembentukan suara vokal

5 11 atau konsonan dalam mulut. Berikutnya penulis akan masuk ke penjelasan mengenai konsonan dan vokal Vokal Menurut Tjandra (2004), vokal didefinisikan sebagai bunyi yang dihasilkan melalui tahapan pra ucapan tanpa hambatan dan merupakan suara yang dihasilkan oleh pita suara yang dibawa oleh udara dan kemudian beresonansi di ruang mulut atau ruang hidung sebagai vokal nasal. Warna suara vokal ditentukan oleh volume ruang resonansi di rongga mulut dan bentuk mulut yang diatur secara sadar. Menurut Saito (2013), vokal didefinisikan sebagai unit suara yang beresonansi di ruang mulut yang tidak memiliki hambatan. Dari dua definisi vokal ini kita bisa mengetahui ciriciri khusus bunyi vokal, yaitu bunyi tersebut dihasilkan tanpa melalui hambatan praucapan. Vokal dihasilkan melalui tiga cara artikulasi menurut Tjandra (2004): - Pengangkatan lidah beserta bagiannya yang relatif berfungsi dalam pembentukan ruang resonansi dengan volume tertentu - Pembukaan mulut yang besar atau kecil, dengan cara menurunkan rahang bawah sehingga turut menentukan volume ruang resonansi - Pengaturan bibir menjadi pipih atau membundar, dimana pengaturan bibir ini juga ikut memengaruhi warna suara vokal. Masih menurut Tjandra (2004), vokal dapat dibagi menjadi 8 jenis dari cara artikulasi di atas, masing-masing 3 jenis melalui bagian lidah dan rahang yang digerakkan dan posisi rahang, serta 2 jenis dari bentuk bibir yaitu: - Vokal depan, vokal tengah, dan vokal belakang tergantung posisi lidah di ruang mulut ketika bunyi vokal beresonansi di rongga mulut. Vokal depan terbentuk ketika bagian depan lidah diarahkan menuju langitlangit mulut, vokal tengah diciptakan melalui bagian tengah lidah yang diangkat menuju langit-langit mulut, dan vokal belakang tercipta ketika bagian belakang lidah yang diangkat menuju langit-langit mulut. - Vokal tinggi, sedang, dan rendah tergantung posisi rahang. Vokal tinggi dihasilkan ketika rahang bawah dibuka hanya sedikit, vokal sedang terbentuk ketika rahang bawah dibuka lebih lebar dari vokal tinggi, namun tidak selebar vokal sedang, dan vokal rendah tercipta ketika

6 12 rahang bawah dibuka selebar-lebarnya menempati posis paling bawah. - Vokal tak bundar dan membundar tergantung dari bentuk bibir ketika bunyi vokal diciptakan. Vokal bundar tercipta ketika bibir dikerucutkan, sementara vokal tak bundar dihasilkan ketika bibir ditarik menyamping sehingga memipih Konsonan Konsonan didefinisikan oleh Tjandra (2004) sebagai bunyi yang dihasilkan ketika alat ucap dalam rongga mulut dan sekitarnya membentuk suatu halangan sehingga arus udara yang mengalir dari paru-paru terhambat oleh halangan tersebut, baru kemudian mengalir keluar. Ada dua jenis hambatan pra-ucapan, yaitu hambatan penuh dan hambatan sebagian. Hambatan penuh tercipta ketika alat ucap di mulut dan sekitarnya membentuk halangan sempurna sehingga udara sama sekali tidak bisa keluar. Udara tersebut kemudian dikompresikan dan diletupkan sehingga menerobos hambatan penuh ini. Pada hambatan sebagian, hambatan yang terbentuk oleh alat ucap tidak benar-benar menutup sepenuhnya, sehingga udara dari paru-paru berdesakan keluar dari celah yang ada. Konsonan dapat dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan dari hambatan yang dipakai untuk menghasilkan konsonan yang bersangkutan: - Hambatan penuh menghasilkan konsonan letup dan konsonan nasal - Hambatan sebagian menghasilkan konsonan frikatif, afrikat dan likuida Selain itu berdasarkan organ yang berperan dalam pembentukan hambatan di atas konsonan masih bisa dibagi lagi menjadi beberapa jenis: - Konsonan bilabial dihasilkan oleh hambatan yang tercipta ketika bibir atas dan bibir bawah dikatupkan rapat. - Konsonan labio-dental dihasilkan oleh hambatan yang tercipta ketika bibir bawah ditempelkan ke gigi atas - Konsonan dental dihasilkan oleh hambatan ketika lidah ditempelkan ke gigi atas - Konsonan alveolar dihasilkan oleh hambatan yang diciptakan oleh lidah

7 13 depan dan alveolar/lengkung gigi atas - Konsonan palatal tercipta dari hambatan yang dihasilkan lidah tengah dan langit-langit mulut - Konsonan velar dihasilkan dari hambatan yang tercipta dari lidah belakang dan velum/langit-langit lunak - Konsonan uvular dihasilkan dari hambatan antara lidah belakang dan anak lidah/uvulum - Konsonan glottal dihasilkan dari hambatan di pita suara. - Konsonan likuida dihasilkan dari hambatan dari ujung lidah dan lidah depan yang ditempelkan ke alveolar Konsonan likuida masih bisa dibagi lagi menjadi 3 jenis tergantung dari gerakan lidah depan di alveolar: - Konsonan lateral tercipta ketika lidah ditempelkan ke alveolar dan tidak digerakkan, namun menyisakan celah di kedua sisi lidah sehingga udara keluar dari kedua celah samping tersebut - Konsonan tril/getar dihasilkan ketika lidah ditempelkan ke alveolar sama seperti lateral, namun kemudian digetarkan/digerakkan berkali-kali sehingga menimbulkan bunyi getar. - Konsonan flap proses awalnya juga serupa dengan lateral dan tril, namun perbedaannya dari yang lain adalah lidah hanya digetarkan sekali seperti bunyi kepakan sayap/flap Menurut cara artikulasinya konsonan dibagi menjadi: - Konsonan letupan: Disebut juga konsonan plosive/stop. Dihasilkan melalui tahapan praucapan berhambatan penuh. Ketika hambatan penuh tersebut terjadi, arus udara bertenaga mengalir dari paru-paru untuk memecahkan hambatan tersebut. Ketika hambatan tersebut dipecahkan, maka keluarlah suara menyerupai letupan. Bunyi letupan tersebutlah yang disebut sebagai plosive. - - Konsonan gesekan/frikatif: Dihasilkan dari tahapan praucapan berhambatan sebagian. Ketika terjadi hambatan sebagian tersebut, aliran udara dari paru-paru

8 14 yang mengalir lewat hambatan tersebut saling berdesakan sehingga terciptalah bunyi menyerupai gesekan. - Konsonan setengah letupan dan setengah gesekan/afrikat: Berhambatan sebagian, dan bersifat agak kuat, sehingga arus udara yang mengalir dari paru-paru saling berdesakan untuk memecahkan hambatan tersbeut. Hasilnya adalah bunyi letupan kecil yan bercampur gesekan. - Konsonan sengau/nasal: Dihasilkan dari tahapan praucapan berhambatan penuh yang mengalami resonansi di bagian hidung. Ketika terjadi hambatan penuh di rongga mulut, anak lidah menurun sehingga arus udara masuk ke rongga mulut dan rongga hidung. Udara yang di rongga hidung beresonansi sementara udara di rongga mulut memecahkan hambatan pada saat yang sama. - Konsonan desis samping/lateral: Dihasilkan dengan cara ujung lidah ditempelkan pada lengkung kaki gigi tanpa digetarkan. Arus udara yang keluar dari paru-paru berdesakan di kedua sisi ujung lidah sehingga menjadi bunyi desis samping. - Konsonan getaran/tril: Dihasilkan dengan cara ujung lidah ditempelkan pada lengkung kaki gigi, kemudian digetarkan berkali-kali ke lengkung kaki gigi sehingga tercipta bunyi getar ujung lidah. - Konsonan kepakan/flap: Dihasilkan dengan cara yang sama seperti konsonan tril, tetapi penggetaran ujung lidah hanya dilakukan sekali sehingga menyerupai kepakan sayap satu kali. Terakhir, konsonan bisa dibagi menjadi konsonan bersuara jika pita suara pengucap bergetar pada saat pengucapan, sementara konsonan disebut tak bersuara bila pita suara pengucap tidak bergetar.

9 Semi Vokal Selain macam-macam konsonan di atas, ada pula yang disebut dengan semi vokal, dimana bunyi yang dihasilkan dengan artikulasi seperti konsonan namun tidak sempurna sehingga menyerupai vokal. Ada dua jenis semi vokal, yaitu semi vokal palatal /y/ dan semi vokal bilabial /w/ Dari penjelasan di atas, maka kita bisa mengetahui fungsi dasar alat ucap terhadap pembentukan bunyi suara dalam bahasa, serta macam-macam bunyi yang bisa dihasilkan oleh alat ucap tersebut. Selanjutnya, penulis akan melanjutkan ke bagian terpenting dari penjelasan landasan teori penulis untuk skripsi ini, yaitu teori fonem oleh Sheddy N. Tjandra (2004) dan Yoshio Saito (2013). 2.2 Teori Fonem Menurut Tjandra (2004), apa yang lazim disebut sebagai fonem adalah satuan bunyi terkecil berwujud abstrak dengan ciri pembeda fonetis tertentu yang berfungsi membedakan makna dalam bahasa lisan dan merupakan kristalisasi dari beberapa bunyi konkrit sebagai alofon dalam suatu tata bunyi bahasa. Dengan kata lain, fonem berfungsi membedakan makna. Yoshio Saito (2013) juga mendefinisikan fonem dengan fungsi serupa: 音韻論では ある特定の言語において音の違いが意味の違いに関係するかどうかによって最小単位である音素を設定する ( 言語学入門, 2013, hal. 34) Terjemahan Indonesia: Dalam fonologi, ciri khas tertentu dalam bahasa yaitu apakah unit terkecil perbedaan bunyi berpengaruh dalam perbedaan arti atau tidak disebut sebagai fonem

10 16 Dengan kata lain dalam semua bahasa terdapat fonem sebagai satuan bunyi terkecil yang membedakan makna, dan dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia pun bukan pengecualian. Fonem ini terdapat dalam wujud vokal dan konsonan dalam masing-masing bahasa, dan satu bahasa memiliki fonem-fonem vokal dan konsonan yang dimiliki oleh bahasanya tetapi mungkin belum tentu memiliki kedudukan atau posisi yang sama oleh bahasa lainnya, dan begitu juga sebaliknya. Terlebih lagi, Tjandra dalam Fonologi Jepang (2004) juga mengungkapkan adanya bunyi kongkrit alami yang disebut alofon. Fonem sering disebut memiliki satu atau beberapa alofon, dan sebaliknya juga satu atau beberapa alofon bisa membentuk fonem. Contoh dari aplikasi teori fonem ini terdapat dalam kata ラーメン, dimana terdapat beberapa cara pengucapan menurut orang Jepang sendiri, yaitu [ra:meŋ] dan [ɾa:meŋ]. Alofon dalam contoh kalimat ini terdapat pada fonem /ɾ/ konsonan flap sebagai variasi dari fonem /r/ konsonan tril. Tetapi dalam kasus ini, karena baik /ɾ/ dan /r/ tidak dibedakan satu sama lain dalam Bahasa Jepang melainkan dimasukkan ke dalam kelompok dan posisi yang sama, dan keduanya juga kebetulan berasal dari kelompok konsonan yang sama yaitu konsonan likuida maka perbedaan kedua alofon tersebut tidak akan merubah arti dalam Bahasa Jepang. Akan tetapi, karena dalam Bahasa Indonesia tidak terdapat konsonan flap maka orang Indonesia cenderung mempersepsikan /ɾ/ sebagai /l/ karena bunyi itulah yang paling mirip dalam Bahasa Indonesia. Ceritanya berubah jika kedua alofon yang terlibat dibedakan baik dari kelompok konsonannya dan/atau kedudukannya; sebagai contoh dalam Bahasa Indonesia kata [rabu] dan [labu], dimana /l/ berasal dari konsonan lateral sementara /r/ berasal dari konsonan tril. Dari contoh ini bisa terlihat baik /l/ dan /r/ memiliki cara pengucapan sendiri-sendiri dalam Bahasa Indonesia yang berfungsi membedakan makna kata. Akan tetapi, menurut Bahasa Jepang baik /r/ dan /l/ tidak dibedakan sehingga orang Jepang akan mengucapkan kata-kata diatas sebagai [rabu] dan [ɾabu]. Hal serupa juga dapat ditemui dalam vokal, yaitu antara vokal pendek dan vokal panjang, contohnya おばあさん [obaasaŋ] dan おばさん [obasaŋ]. Kata pertama diucapkan dengan vokal panjang /a:/ dan kata kedua diucapkan dengan vokal pendek /a/. Dalam kasus ini telinga Indonesia yang tidak mengenal perbedaan vokal pendek dan panjang akan sulit mendengar kedua vokal ini, namun dalam

11 17 Bahasa Jepang kedua vokal ini dibedakan sehingga berujung kepada perbedaan makna. Dengan demikian maka bisa terlihat bahwa bunyi bahasa yang berkedudukan fonem dalam Bahasa Jepang belum tentu memiliki kedudukan dan fungsi yang sama dalam Bahasa Indonesia dan juga sebaliknya. Kemampuan fonem untuk membedakan makna terletak pada ciri pembeda fonetis yang ada pada fonem tersebut. Ciri pembeda fonetis tersebut menurut Tjandra (2004) adalah ciri fonetis penting yang berfungsi sebagai ciri yang membedakan satu fonem dari yang lainnya. Ciri fonetis pada gilirannya berfungsi sebagai ciri pengucapan tertentu dari bunyi bahasa. Untuk menemukan fonem dari dua kata yang memiliki perbedaan makna tetapi ucapannya hampir serupa, maka mutlak digunakan analisis pasangan minimal, dimana pasangan minimal sendiri ada dua kata yang pengucapannya hampir serupa secara akustik, maknanya berbeda namun memiliki paling tidak memiliki satu ciri fonetis yang berbeda. Contohnya pada Bahasa Indonesia adalah [rabu] dan [labu] seperti yang telah dipaparkan di atas, dimana /l/ pada [labu] berciri fonetis sebagai konsonan likuida lateral sementara [rabu] berciri fonetis konsonan likuida tril. Tril bercirikan bunyi getar pada lidah sementara lateral bercirikan bunyi desis samping lidah tanpa getaran. Ciri pembeda fonetisnya adalah: Konsonan Tril [+ getar] Konsonan Lateral [- getar] Dalam Bahasa Jepang aturan untuk pasangan minimal kurang lebih sama dengan Bahasa Indonesia, akan tetapi dalam Bahasa Jepang juga ditemui kata-kata yang mengandung unsur-unsur suprasegmental, yaitu dari kata [ame] yang berarti permen dan hujan dalam Bahasa Jepang. Kedua arti tersebut dibedakan menurut aksen nada mereka, dimana untuk arti hujan suku kata pertama bernada rendah sementara suku kata kedua bernada tinggi. Sebaliknya untuk arti permen suku kata pertama bernada tinggi sementara suku kata kedua bernada rendah. Perbedaan pola nada itulah yang membedakan makna dari kedua kata [ame] dalam Bahasa Jepang. Mengenai bunyi bahasa, Tjandra dalam Fonologi Jepang (2004) menjelaskan bunyi bahasa sebagai bunyi yang dihasilkan dari alat-alat ucap mulut yang memiliki ciri baku (cara pengucapan dsb) yang sudah ditetapkan secara konvensi di

12 18 masyarakat yang menggunakan bahasa yang bersangkutan. Fonem sendiri adalah satuan bunyi yang abstrak hasil konsepsi manusia dan ditemukan berada di benak para pemakainya baik secara individual maupun sosial. Fonem dalam prakteknya mengambil bunyi bahasa tertentu yang konkrit. Bunyi konkrit inilah yang disebut alofon. Fonem bisa hanya mengambil satu alofon tetapi ada juga yang mengambil beberapa alofon; - Dalam Bahasa Indonesia fonem /k/ dari kata [tɛmbɔk] memiliki 3 alofon/ variasi pengucapan, yaitu /k /, /k /, dan /ʔ/. - Dalam Bahasa Jepang fonem /r/ dari kata [ra:meŋ] juga memiliki 3 variasi berbeda, yaitu /r/, /l/, dan /ɾ/. Kehadiran alofon-alofon ini tidak dengan sembarangan. Alofon muncul pada posisi tertentu yang ditempati fonem bersangkutan Posisi tertentu pada pengucapan yang diduduki fonem hingga menentukan kehadiran alofon tertentu sebagai bentuk konkrit pengejaan fonem menurut Tjandra (2004) disebut distribusi alofon. Pendistribusian alofon ini ada 2 macam, yaitu distribusi komplementer, yaitu pendistribusian alofon pada posisi tertentu yang hanya memungkinkan 1 alofon muncul, dan distribusi bervariasi bebas, yaitu pendistribusian alofon pada posisi tertentu yang memungkinkan hadirnya beberapa alofon sekaligus tanpa membedakan makna.

Harimurti Kridalaksana FONETIK. Definisi dari Para Linguis 21/03/2014. Kamus Linguistik. Fonologi Jepang

Harimurti Kridalaksana FONETIK. Definisi dari Para Linguis 21/03/2014. Kamus Linguistik. Fonologi Jepang FONETIK Pengantar Linguistik Jepang Fonetik 10 Maret 2014 DEFINISI Definisi dari Para Linguis Harimurti Kridalaksana Kamus Linguistik Sheddy N. Tjandra Fonologi Jepang Harimurti Kridalaksana 1. Ilmu yang

Lebih terperinci

Oleh: Hermanto SP, M.Pd. Hp / Telp. (0274) atau

Oleh: Hermanto SP, M.Pd. Hp / Telp. (0274) atau Oleh: Hermanto SP, M.Pd. Hp 08121575726/ 0274-7817575 Telp. (0274) 882481 Email: hermanuny@yahoo.com atau hermansp@uny.ac.id 1 ORGAN ARTIKULASI Bibir atas (labium superior) Bibir bawah (labium imperior)

Lebih terperinci

1. Menjelaskan Alat Ucap Manusia Dalam Proses Pembentukan Bunyi a. Komponen subglotal b. Komponen laring c. Komponen supraglotal

1. Menjelaskan Alat Ucap Manusia Dalam Proses Pembentukan Bunyi a. Komponen subglotal b. Komponen laring c. Komponen supraglotal 1. Menjelaskan Alat Ucap Manusia Dalam Proses Pembentukan Bunyi Alat ucap dan alat bicara yang dibicarakan dalam proses memproduksi bunyi bahasa dapat dibagi atas tiga komponen, yaitu : a. Komponen subglotal

Lebih terperinci

ANIS SILVIA

ANIS SILVIA ANIS SILVIA 1402408133 4. TATANAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI Kalau kita nmendengar orang berbicara, entah berpidato atau bercakap-cakap, maka akan kita dengar runtutan bunyi bahasa yang terus menerus, kadang-kadang

Lebih terperinci

BAB 4 4. TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI

BAB 4 4. TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI 4. TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI BAB 4 Fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa. Fonologi terbentuk dari kata fon = bunyi dan logi

Lebih terperinci

Pengantar. Aspek Fisiologis Bahasa. Aspek Fisik Bahasa 13/10/2014. Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober Aspek Fisiologis Bahasa

Pengantar. Aspek Fisiologis Bahasa. Aspek Fisik Bahasa 13/10/2014. Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober Aspek Fisiologis Bahasa Pengantar Aspek Fisiologis Bahasa Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober 2014 Aspek Fisiologis Bahasa WUJUD FISIK BAHASA Ciri2 fisik bahasa yg dilisankan Aspek Fisik Bahasa Bgmn bunyi bahasa itu dihasilkan

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. terkecil dari bahasa, yaitu bunyi. Menurut Okumura dalam Tjandra (2004:1), dalam

Bab 2. Landasan Teori. terkecil dari bahasa, yaitu bunyi. Menurut Okumura dalam Tjandra (2004:1), dalam Bab 2 Landasan Teori 2.1. Teori Fonetik dan Fonologi Fonetik dan fonologi sangat berkaitan dan keduanya berhubungan dengan satuan terkecil dari bahasa, yaitu bunyi. Menurut Okumura dalam Tjandra (2004:1),

Lebih terperinci

Harimurti Kridalaksana. Sheddy N. Tjandra FONOLOGI FONEMIK FONOLOGI. Kamus Linguistik. Fonologi Jepang 21/03/2014

Harimurti Kridalaksana. Sheddy N. Tjandra FONOLOGI FONEMIK FONOLOGI. Kamus Linguistik. Fonologi Jepang 21/03/2014 Definisi dari Para Linguis FONOLOGI Harimurti Kridalaksana PENGANTAR LINGUISTIK JEPANG 10 MARET 2014 Kamus Linguistik Sheddy N. Tjandra Fonologi Jepang Harimurti Kridalaksana Kanji FONOLOGI Fonologi 音韻論おんいんろん

Lebih terperinci

TATARAN LINGUISTIK FONOLOGI

TATARAN LINGUISTIK FONOLOGI Nama : Nugraheni Widyapangesti NIM : 1402408207 TATARAN LINGUISTIK FONOLOGI Runtutan bunyi dalam bahasa ini dapat dianalisis atau disegmentasikan berdasarkan tingkatan kesatuannya yang ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB IV TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI

BAB IV TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI NAMA : TAUFIQ SHOFYAN HADI NIM : 1402408291 BAB IV TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI Kalau kita mendengar orang berbicara, entah berpidato atau bercakap-cakap, maka akan kita dengar runtunan bunyi bahasa

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BUNYI SEGMENTAL MELALUI PENERAPAN TEKNIK SHOW NOT TELL (MENUNJUKKAN BUKAN MEMBERITAHUKAN)

PENGGUNAAN BUNYI SEGMENTAL MELALUI PENERAPAN TEKNIK SHOW NOT TELL (MENUNJUKKAN BUKAN MEMBERITAHUKAN) 1 Syamsudduha 2 Mahmudah / Penggunaan Segmental Melalui Penerapan Teknik 515 PENGGUNAAN BUNYI SEGMENTAL MELALUI PENERAPAN TEKNIK SHOW NOT TELL (MENUNJUKKAN BUKAN MEMBERITAHUKAN) 1 Syamsudduha 2 Mahmudah

Lebih terperinci

LAPORAN BACA. OLEH: Asep Saepulloh ( ) Hikmat Hamzah Syahwali ( ) Suherlan ( )

LAPORAN BACA. OLEH: Asep Saepulloh ( ) Hikmat Hamzah Syahwali ( ) Suherlan ( ) LAPORAN BACA OLEH: Asep Saepulloh (180210110037) Hikmat Hamzah Syahwali (180210110035) Suherlan (180210110036) Identitas Buku Judul : Linguistik Umum (Bagian 4 TATARAN LINGUISTIK [1]: FONOLOGI halaman

Lebih terperinci

BAB II FONETIK 1. Bunyi Bahasa dan Terjadinya

BAB II FONETIK 1. Bunyi Bahasa dan Terjadinya BAB II FONETIK 1. Bunyi Bahasa dan Terjadinya Manusia dalam hidupnya selalu berkomumkasi dengan manusia yang lain lewat bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi antara penutur dengan pendengar berupa bunyi-bunyi.

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sarana utama dalam berkomunikasi antar sesama manusia. Sebagian besar mengambil bentuk lisan/ tertulis, dan verbal/ ucapan. Tanpa bahasa, manusia akan

Lebih terperinci

Nama : Hari Agus Prasetyo NIM : Tataran Linguistik (1) : fonologi

Nama : Hari Agus Prasetyo NIM : Tataran Linguistik (1) : fonologi Nama : Hari Agus Prasetyo NIM : 1402408261 4. Tataran Linguistik (1) : fonologi Ketika kita mendengar orang berbicara, tentang berpidato atau bercakapcakap, maka kita akan runtunan bunyi bahasa yang berubah-ubah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari untuk menyampaikan pesan, pendapat, maksud, tujuan dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari untuk menyampaikan pesan, pendapat, maksud, tujuan dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menyampaikan pesan, pendapat, maksud, tujuan dan sebagainya. Komunikasi yang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. celah di antara kedua sisi kanan dan kiri dari bibir. Kadang kala malah lebih luas,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. celah di antara kedua sisi kanan dan kiri dari bibir. Kadang kala malah lebih luas, BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Labioshizchis atau lebih dikenal dengan bibir sumbing ini merupakan kelainan bawaan yang timbul saat pembentukan janin yang menyebabkan adanya celah di antara kedua

Lebih terperinci

KOMPETENSI LULUSAN. Berkomunikasi tertulis. Berfikir Analitis. Bekerja dalam Tim. Berfikir Logis. Bekerja Mandiri. Berkomunikasi Lisan

KOMPETENSI LULUSAN. Berkomunikasi tertulis. Berfikir Analitis. Bekerja dalam Tim. Berfikir Logis. Bekerja Mandiri. Berkomunikasi Lisan KOMPETENSI LULUSAN Berkomunikasi tertulis Berfikir Analitis Bekerja dalam Tim Ilmu Pengetahuan Teknologi Bekerja Mandiri Berfikir Logis Berkomunikasi Lisan Oleh: Hermanto SP, M.Pd. Hp 08121575726/ 0274-7817575

Lebih terperinci

FONETIK DAN FONOLOGI. Ahmad Fazil Bin Zainal Abidin Jabatan Pengajian Melayu IPG Kampus Tuanku Bainun

FONETIK DAN FONOLOGI. Ahmad Fazil Bin Zainal Abidin Jabatan Pengajian Melayu IPG Kampus Tuanku Bainun FONETIK DAN FONOLOGI Ahmad Fazil Bin Zainal Abidin Jabatan Pengajian Melayu IPG Kampus Tuanku Bainun FONETIK DAN FONOLOGI Pengenalan Fonetik dan Fonologi. FONETIK FONOLOGI BIDANG ILMU FONETIK FONETIK Fonetik

Lebih terperinci

BAB 1 WACANA FONOLOGI SECARA UMUM

BAB 1 WACANA FONOLOGI SECARA UMUM BAB 1 WACANA FONOLOGI SECARA UMUM A. PENGANTAR Fonologi adalah ilmu yang mempelajari bunyi bahasa. Fonologi secara Etimologi berasal dari kata fon, yang artinya bunyi dan logi yang berarti ilmu. Fonologi

Lebih terperinci

SUBTITUSI KONSONAN PADA PENDERITA DISARTRIA. Retno Handayani Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdiknas

SUBTITUSI KONSONAN PADA PENDERITA DISARTRIA. Retno Handayani Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdiknas SUBTITUSI KONSONAN PADA PENDERITA DISARTRIA FON PENDAHULUAN Retno Handayani Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdiknas retno.hdyn@gmail.com Penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi terasa mudah

Lebih terperinci

BAB 4 TATARAN LINGUISTIK (1): FONOLOGI

BAB 4 TATARAN LINGUISTIK (1): FONOLOGI BAB 4 TATARAN LINGUISTIK (1): FONOLOGI Linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya.pada bidang linguistic yang mempelajari, menganalisis,dan membicarakan

Lebih terperinci

BUKU RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BAHAN AJAR FONOLOGI BAHASA NUSANTARA

BUKU RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BAHAN AJAR FONOLOGI BAHASA NUSANTARA BUKU RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BAHAN AJAR FONOLOGI BAHASA NUSANTARA 1. Nama Mata kuliah : Fonologi Bahasa Nusantara 2. Kode/SKS : BDN 120 1/2 SKS 3. Prasyarat : Pengantar

Lebih terperinci

Fonologi ialah bidang yang mengkaji bunyi-bunyi yang diucapkan melalui mulut manusia. Bunyi-bunyi itu pula ialah bunyi-bunyi yang bermakna.

Fonologi ialah bidang yang mengkaji bunyi-bunyi yang diucapkan melalui mulut manusia. Bunyi-bunyi itu pula ialah bunyi-bunyi yang bermakna. Fonologi ialah bidang yang mengkaji bunyi-bunyi yang diucapkan melalui mulut manusia. Bunyi-bunyi itu pula ialah bunyi-bunyi yang bermakna. Pertuturan ialah bunyi-bunyi yang bermakna kerana apabila dua

Lebih terperinci

IDENTITAS MATA KULIAH 16/03/2008 HERMAN 1

IDENTITAS MATA KULIAH 16/03/2008 HERMAN 1 IDENTITAS MATA KULIAH Mata kuliah Kode mata kuliah Jumlah SKS Prodi/jurusan : Artikulasi : PLB221 : 2 SKS : Pend. Luar Biasa 16/03/2008 HERMAN 1 KOMPETENSI Mahasiswa memiliki pengetahuan dan keterampilan

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data. Dalam menganalisis data dari bunyi-bunyi yang mengalami interferensi, penulis

Bab 3. Analisis Data. Dalam menganalisis data dari bunyi-bunyi yang mengalami interferensi, penulis Bab 3 Analisis Data Dalam menganalisis data dari bunyi-bunyi yang mengalami interferensi, penulis meninjau dari segi artikulatoris yang menjadi penyebab penyimpangan beberapa bunyi konsonan bahasa Jepang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kata. Menurut ( Chaer, 2003: 224 ) frasa adalah gabungan kata yang tidak. memiliki makna baru dan dapat disela dengan unsur lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. kata. Menurut ( Chaer, 2003: 224 ) frasa adalah gabungan kata yang tidak. memiliki makna baru dan dapat disela dengan unsur lain. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Frasa dan kata majemuk memiliki unsur yang sama yaitu penggabungan kata. Menurut ( Chaer, 2003: 224 ) frasa adalah gabungan kata yang tidak memiliki makna

Lebih terperinci

KEDUDUKAN ALAT- ALAT ARTIKULASI DAN FUNGSINYA

KEDUDUKAN ALAT- ALAT ARTIKULASI DAN FUNGSINYA KEDUDUKAN ALAT- ALAT ARTIKULASI DAN FUNGSINYA PETUNJUK KEDUDUKAN ALAT- ALAT ARTIKULASI 1. Bibir atas 2. Bibir bawah 3. Gigi atas 4. Gigi bawah 5. Gusi 6. Lelangit keras 7. Lelangit lembut 8. Anak tekak

Lebih terperinci

FAKULTI PENDIDIKAN DAN BAHASA SEMESTER MEI / 2012 HBML1203 FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU

FAKULTI PENDIDIKAN DAN BAHASA SEMESTER MEI / 2012 HBML1203 FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU FAKULTI PENDIDIKAN DAN BAHASA SEMESTER MEI / 2012 HBML1203 FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU NO. MATRIKULASI : 720925135253001 NO. KAD PENGNEALAN : 720925135253 NO. TELEFON : 012-8832169 E-MEL : aubrey_austin@oum.edu.my

Lebih terperinci

Pendahuluan. 4-Nov-16 Adi Yasran, UPM

Pendahuluan. 4-Nov-16 Adi Yasran, UPM Nota Kuliah BBM3202 Pendahuluan Fitur Distingtif (ciri pembeza) ialah unit terkecil nahu yang membezakan makna. Cth: Pasangan minimal [pagi] dan [bagi] yang dibezakan maknanya pada fitur tak bersuara [p]

Lebih terperinci

Nama : MAOIDATUL DWI K NIM : BAB 4 FONOLOGI

Nama : MAOIDATUL DWI K NIM : BAB 4 FONOLOGI Nama : MAOIDATUL DWI K NIM : 1402408303 BAB 4 FONOLOGI Fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari tentang runtutan bunyibunyi bahasa. Fonologi dibedakan menjadi dua berdasarkan objek studinya,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Ciri akustik penutur asli BK dan penutur asli BI, serta perbedaan ciri akustik pada penutur asli BK dan penutur asli BK adalah sebagai berikut. 1. Nada tertinggi penutur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bahasa Jepang dikenal tiga jenis huruf, yaitu huruf kana, yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bahasa Jepang dikenal tiga jenis huruf, yaitu huruf kana, yang terdiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bahasa Jepang dikenal tiga jenis huruf, yaitu huruf kana, yang terdiri dari huruf katakana dan hiragana; huruf romaji atau huruf latin, serta huruf kanji. Ketiga

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. baik tata bahasa, bunyi, dan hal lainnya. Khususnya dari segi bunyi bahasa, pasti

Bab 5. Ringkasan. baik tata bahasa, bunyi, dan hal lainnya. Khususnya dari segi bunyi bahasa, pasti Bab 5 Ringkasan Seperti kita ketahui bahwa di seluruh dunia terdapat berbagai bahasa yang berbedabeda baik tata bahasa, bunyi, dan hal lainnya. Khususnya dari segi bunyi bahasa, pasti terdapat beberapa

Lebih terperinci

Hakikat Fonologi. Modul 1 PENDAHULUAN

Hakikat Fonologi. Modul 1 PENDAHULUAN D PENDAHULUAN Modul 1 Hakikat Fonologi Achmad H.P. Krisanjaya alam modul linguistik umum, Anda telah mempelajari bahwa objek yang dikaji oleh linguistik umum adalah bahasa. Bidang-bidang kajian dalam linguistik

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Tanda Baca Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat atau yang menyatakan sesuatu: dari kejauhan terdengar sirene -- bahaya; 2 gejala: sudah

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan melalui bahasanya. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:88), yang selanjutnya

Lebih terperinci

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu ABSTRAK Bahasa adalah sistem lambang yang berwujud bunyi atau ujaran.sebagai lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Nama : Siti Mu awanah NIM : Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Dosen : Drs. Umar Samadhy, M.Pd.

Disusun Oleh : Nama : Siti Mu awanah NIM : Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Dosen : Drs. Umar Samadhy, M.Pd. Disusun Oleh : Nama : Siti Mu awanah NIM : 1402408022 Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Dosen : Drs. Umar Samadhy, M.Pd. PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Lebih terperinci

FONOLOGI MAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Bahasa Indonesia Dosen : DR. Prana Dwija Iswara, S. Pd. M.

FONOLOGI MAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Bahasa Indonesia Dosen : DR. Prana Dwija Iswara, S. Pd. M. FONOLOGI MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Bahasa Indonesia Dosen : DR. Prana Dwija Iswara, S. Pd. M. Pd oleh: Konsentrasi Bahasa Indonesia Semester 7 Kelompok

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. mengandung arti kata bunyi, yaitu : lafz, jahr dan saut sepadan dengan noise

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. mengandung arti kata bunyi, yaitu : lafz, jahr dan saut sepadan dengan noise BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut KBBI (2007 : 588), konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 153 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari hasil analisis yang peneliti lakukan terhadap perubahan fonem pelafalan lirik lagu berbahasa Indonesia dengan menggunakan karakter suara scream dan growl

Lebih terperinci

Dr. Jauharoti Alfin, M. Si Zudan Rosyidi, MA

Dr. Jauharoti Alfin, M. Si Zudan Rosyidi, MA Dr. Jauharoti Alfin, M. Si Zudan Rosyidi, MA i KATA PENGANTAR DARI REKTOR Merujuk pada PP 55 tahun 2007 dan Kepmendiknas No 16 tahun 2007, Kepmendiknas No. 232/U/2000 tentang Penyusunan Kurikulum Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ana Roviana Purnamasari, 2015 Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells s Palsy

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ana Roviana Purnamasari, 2015 Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells s Palsy BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi (Chaer, 2002:30). Bahasa merupakan alat terpenting dalam berkomunikasi antar manusia. Pada hakikatnya manusia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. menimbulkan kesalahpahaman dalam penyampaiannya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. menimbulkan kesalahpahaman dalam penyampaiannya, BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam bahasa Mandarin sangat penting ketepatan pelafalan vokal dan konsonan. Hal ini disebabkan untuk menghindari kesalahan dalam komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan pembicara dan pendengar (Finn, 2003). Cameron dan Widmer (2008)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan pembicara dan pendengar (Finn, 2003). Cameron dan Widmer (2008) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengucapan adalah ekspresi suara dan verbal dari bahasa yang sesuai dengan lingkungan pembicara dan pendengar (Finn, 2003). Cameron dan Widmer (2008) menyatakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada lima tesis yang digunakan untuk mendukung topik

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada lima tesis yang digunakan untuk mendukung topik BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Dalam penelitian ini ada lima tesis yang digunakan untuk mendukung topik yang sedang dibahas agar dapat membantu melengkapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Debby Yuwanita Anggraeni, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Debby Yuwanita Anggraeni, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bagian ini, dipaparkan mengenai pendahuluan penelitian yang dapat diuraikan sebagai berikut. Adapun uraiannya meliputi (1) latar belakang, (2) identifikasi masalah, (3) batasan

Lebih terperinci

Memahami hakekat bahasa sebagai media komunikasi, dalam hal ini anda dapat membedakan bahasa dan komunikasi.

Memahami hakekat bahasa sebagai media komunikasi, dalam hal ini anda dapat membedakan bahasa dan komunikasi. Tujuan Memahami permasalahan permasalahan ketunarunguan, khususnya permasalahan kemampuan bahasanya Memahami proses pemerolehan bahasa anak-anak pada umumnya dan anak-anak yang mengalami ketunarunguan

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat

BAB 1. Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat pengantar untuk berhubungan ataupun berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa adalah sistem

Lebih terperinci

FONOLOGI Aspek Fisiologis Bahasa FONETIK Definisi Fonetik Jenis Fonetik Harimurti Kridalaksana Sheddy N. Tjandra

FONOLOGI Aspek Fisiologis Bahasa FONETIK Definisi Fonetik Jenis Fonetik Harimurti Kridalaksana Sheddy N. Tjandra FONOLOGI Pengantar Linguistik Umum 13 November 2013 Nadya Inda Syartanti PENGANTAR 1 2 Aspek Fisiologis Bahasa Bagaimana bunyi ujaran terjadi; Darimana udara diperoleh; Bagaimana udara digerakkan; Bagaimana

Lebih terperinci

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah : LAMPIRAN PROGRAM TAHUNAN Mata Pelajaran : Bahasa Jepang Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Program : X Tahun Pelajaran : 2008 / 2009 Semester : 1 dan 2 Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : fukugougo, kruna satma, kontrastif. viii

ABSTRAK. Kata kunci : fukugougo, kruna satma, kontrastif. viii ABSTRAK Penelitian ini berjudul Kontrastivitas Kata Majemuk Bahasa Jepang dan Bahasa Bali. Penelitian ini mengkaji tentang hubungan antarunsur dan makna kata majemuk bahasa Jepang dan bahasa Bali serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan manusia dari jaman primitif hingga masa modern. Komunikasi berperan sangat penting dalam menjalin

Lebih terperinci

Konsep Dasar Artikulasi

Konsep Dasar Artikulasi Mata Kuliah Artikulasi dan Optimalisasi Pendengaran Konsep Dasar Artikulasi Pengertian artikulasi berasal dari kata articulation yang artinya adalah pengucapan, maksudnya pengucapan lambang bunyi bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia, bahasa mempunyai fungsi sebagai alat untuk berkomunikasi (Chaer, 2003: 31). Dengan adanya bahasa kita dapat menyampaikan informasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Variabel adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006:118). Variabel penelitian merupakan suatu atribut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa dihasilkan dari alat ucap

BAB I PENDAHULUAN. berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa dihasilkan dari alat ucap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Keraf (1997:1) bahasa merupakan alat komunikasi anggota masyarakat berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa dihasilkan dari alat ucap

Lebih terperinci

FAKULTI PENDIDIKAN DAN BAHASA SEMESTER MEI / TAHUN 2012 HBML1203 PENGENALAN FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU

FAKULTI PENDIDIKAN DAN BAHASA SEMESTER MEI / TAHUN 2012 HBML1203 PENGENALAN FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU FAKULTI PENDIDIKAN DAN BAHASA SEMESTER MEI / TAHUN 2012 PENGENALAN FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU NO. MATRIKULASI : 001 NO. KAD PENGNEALAN : 750630-12 - 5717 NO. TELEFON : 0138576005 E-MEL : pang5tausug@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA Bahasa adalah milik manusia yang merupakan pembeda utama antara manusia dengan makhluk lainnya didunia

Lebih terperinci

2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN

2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN BAB I PENDAHULUAN Dalam bab 1 diuraikan bagian pendahuluan penelitian. Adapun uraiannya meliputi (1) latar belakang, (2) identifikasi masalah, (3) batasan masalah, (4) rumusan masalah, (5) tujuan penelitian,

Lebih terperinci

LATIHAN-LATIHAN ARTIKULASI DAN OPTIMALISASI FUNGSI PENDENGARAN

LATIHAN-LATIHAN ARTIKULASI DAN OPTIMALISASI FUNGSI PENDENGARAN LATIHAN-LATIHAN ARTIKULASI DAN OPTIMALISASI FUNGSI PENDENGARAN PENDAHULUAN Latihan artikulasi dan latihan mengoptimalisasikan pendengaran merupakan bagian dari proses pembelajaran artikulasi yang berkesinambungan

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia (Pertemuan

Bahasa Indonesia (Pertemuan Bahasa Indonesia (Pertemuan 2) TKJ Trunojoyo Semester 3 Menyimak untuk Memahami Lafal, Tekanan, Intonasi dan Jeda pada Bahasa Tutur Definisi Menyimak menggunakan indra pendengaran, namun bukan berarti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem lambang bunyi berartikulasi (yang dihasilkan alat-alat ucap) yang bersifat sewenangwenang

Lebih terperinci

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi. Lampiran 1 Soal Pre Test Terjemahkan kedalam bahasa jepang! 1. Anda boleh mengambil foto. ~てもいいです 2. Mandi ofuro Sambil bernyanyi. ~ ながら 3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka Untuk mendukung penulis dalam menganalisa data, penulis akan menjelaskan teoriteori yang akan digunakan dalam penulisan ini. Teori yang akan digunakan mencakup konsep kanji dan teori

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan BAB IV KESIMPULAN Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan dochira terdapat dua makna, yaitu; arti terjemahan atau padanan terjemahan yang berupa padanan dinamis dan arti leksikal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan seiringnya waktu, bahasa terus mengalami perkembangan dan perubahan. Bahasa disampaikan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Indonesia terletak pada posisi silang jalur lalu-lintas dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Indonesia terletak pada posisi silang jalur lalu-lintas dunia. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Posisi Indonesia terletak pada posisi silang jalur lalu-lintas dunia. Hal tersebut menjadikan Indonesia mempunyai kekayaan kebudayaan yang sangat beraneka ragam. Kebudayaan

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Kelompok 6 : 1. Novi Yanti Senjaya 2. Noviana Budianty 3. Nurani amalia

Assalamu alaikum Wr. Kelompok 6 : 1. Novi Yanti Senjaya 2. Noviana Budianty 3. Nurani amalia Assalamu alaikum Wr. Wb Kelompok 6 : 1. Novi Yanti Senjaya 2. Noviana Budianty 3. Nurani amalia TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA Bahasa yang terpenting di kawasan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, mempelajari bahasa bertujuan untuk memperoleh empat keterampilan berbahasa (language competence) yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Indonesia. Please purchase 'e-pdf Converter and Creator' on to remove this message.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Indonesia. Please purchase 'e-pdf Converter and Creator' on  to remove this message. 13 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Berkaitan dengan permasalahan dan tujuan yang telah diungkapkan dalam bab sebelumya, penulis akan menggunakan berbagai teori dalam bab ini. Teori yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak tunarungu seringkali memiliki kebiasaan-kebiasaan yang salah saat berbicara terutama ketika melafalkan kata-kata. Kondisi tersebut merupakan dampak dari

Lebih terperinci

MAKALA LINGUISTIK UMUM FONOLOGI

MAKALA LINGUISTIK UMUM FONOLOGI MAKALA LINGUISTIK UMUM FONOLOGI DI SUSUN OLEH: KELOMPOK 2B: 1. ENDANG FITRIANI (312010121) 2. MIFTHAHUL JANNAH (312010107) 3. PUTRIANA (312010131) DOSEN PEMBIMBING : HADI PRAYITNO, S.pd., M.pd. PROGRAM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. sebagai parameter dalam menentukan perkembangan anak. Bicara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. sebagai parameter dalam menentukan perkembangan anak. Bicara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Kemampuan bicara merupakan salah satu peran rongga mulut disamping mengunyah sebagai parameter dalam menentukan perkembangan anak. Bicara merupakan proses

Lebih terperinci

DRS. DUDI GUNAWAN,M.Pd

DRS. DUDI GUNAWAN,M.Pd DRS. DUDI GUNAWAN,M.Pd Bicara Pemerolehan Bahasa,kesiapan Bicara DRS. DUDI GUNAWAN,M.Pd Pengertian Bicara suatu proses pengucapan bunyi-bunyi bahasa dengan alat ucap manusia. merupakan produksi suara secara

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini. Teori tersebut antara lain, Teori Keigo yang berupa sonkeigo ( 尊敬語 ) dan kenjoogo

Lebih terperinci

PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015

PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015 PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015 SKRIPSI OLEH : IKA KURNIAWATI ANDIANA 115110607111008 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkadang masyarakat lebih memilih menggunakan idiom untuk menyampaikan

BAB I PENDAHULUAN. terkadang masyarakat lebih memilih menggunakan idiom untuk menyampaikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat, seringkali terjadi keadaan saat masyarakat ingin mengungkapkan gagasan, pikiran maupun pendapat kepada orang lain dan terkadang

Lebih terperinci

Unit ini memberi tumpuan kepada definisi pengantar fonetik dan fonologi

Unit ini memberi tumpuan kepada definisi pengantar fonetik dan fonologi TAJUK 1 PENGENALAN FONETIK DAN FONOLOGI SINOPSIS Unit ini memberi tumpuan kepada definisi pengantar fonetik dan fonologi HASIL PEMBELAJARAN Pada akhir Unit 2.1 ini pelajar dapat i. Mentakrif dan mengkategori

Lebih terperinci

TOTOBUANG Volume 4 Nomor 1, Juni 2016 Halaman 27 39

TOTOBUANG Volume 4 Nomor 1, Juni 2016 Halaman 27 39 TOTOBUANG Volume 4 Nomor 1, Juni 2016 Halaman 27 39 DISTRIBUSI FONEM BAHASA DI PULAU SAPARUA: DATA NEGERI SIRISORI ISLAM (Phoneme Distribution of Language in Saparua Island) Erniati, S.S. Kantor Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal ini disebabkan karena keunikan dari bahasa-bahasa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. hal ini disebabkan karena keunikan dari bahasa-bahasa tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa-bahasa di dunia sangat banyak, dan para penuturnya juga terdiri dari berbagai suku bangsa atau etnis yang berbeda-beda. Oleh sebab itu setiap bahasa

Lebih terperinci

BAB 5 RINGKASAN. kegiatan, manusia memerlukan bantuan bahasa. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan

BAB 5 RINGKASAN. kegiatan, manusia memerlukan bantuan bahasa. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan BAB 5 RINGKASAN Peranan bahasa dalam kehidupan manusia besar sekali. Hampir dalam semua kegiatan, manusia memerlukan bantuan bahasa. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila banyak perhatian yang

Lebih terperinci

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran SILABUS Seklah : SMPN 2 CIAMIS Kelas : IX (Sembilan) Mata Pelajaran : Bahasa Jepang Semester : 1 ( Satu ) Standar : Mendengarkan 1. Memahami lisan berbentuk paparan atau dialg hbi dan wisata 1.1 Mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method =

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method = BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method = tatacara). Eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu eksperimen

Lebih terperinci

FONOLOGI BUNYI KONSONAN (Soalan Sebenar STPM: )

FONOLOGI BUNYI KONSONAN (Soalan Sebenar STPM: ) Bahasa Melayu Kertas 1 STPM FONOLOGI BUNYI KONSONAN (Soalan Sebenar STPM: 2006-2010) 01 Udara dari paru-paru keluar melalui rongga mulut. Udara tersekat pada dua bibir yang dirapatkan. Udara dilepaskan

Lebih terperinci

FAKULTI PENDIDIKAN DAN BAHASA PROGRAM SARJANA MUDA PENGAJARAN SEMESTER/TAHUN: MEI / 2012 KOD KURSUS: HBML1203

FAKULTI PENDIDIKAN DAN BAHASA PROGRAM SARJANA MUDA PENGAJARAN SEMESTER/TAHUN: MEI / 2012 KOD KURSUS: HBML1203 FAKULTI PENDIDIKAN DAN BAHASA PROGRAM SARJANA MUDA PENGAJARAN SEMESTER/TAHUN: MEI / 2012 KOD KURSUS: HBML1203 TAJUK KURSUS: PENGENALAN FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU NO. MATRIK : 701113035210001 NO.

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Teori yang akan digunakan adalah konsep kanji, rikusho, konsep bushu, dan teori

Bab 2. Landasan Teori. Teori yang akan digunakan adalah konsep kanji, rikusho, konsep bushu, dan teori Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini penulis akan menjelaskan teori yang berkaitan dengan analisis data. Teori yang akan digunakan adalah konsep kanji, rikusho, konsep bushu, dan teori semantik. 2.1 Konsep

Lebih terperinci

Pencocokan String Berdasarkan Kemiripan Ucapan (Phonetic String Matching) dalam Bahasa Inggris

Pencocokan String Berdasarkan Kemiripan Ucapan (Phonetic String Matching) dalam Bahasa Inggris Pencocokan String Berdasarkan Kemiripan Ucapan (Phonetic String Matching) dalam Bahasa Inggris Abstrak Mokhamad Syaroni 1, Rinaldi Munir 2 Laboratorium Ilmu dan Rekayasa Komputasi Departemen Teknik Informatika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi makhluk hidup di seluruh dunia. Fungsi bahasa merupakan media untuk menyampaikan suatu pesan kepada seseorang baik secara lisan

Lebih terperinci

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup BAB II SOFTWERE JLOOK UP 2.1 SOFTWERE KAMUS JLOOK UP Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup handal, karena di samping dapat mengartikan bahasa Jepang ke Inggris dan begitu juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemikirannya, maka manusia menciptakan bahasa. Bahasa adalah sistem lambang

BAB I PENDAHULUAN. pemikirannya, maka manusia menciptakan bahasa. Bahasa adalah sistem lambang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia memerlukan alat atau media untuk menyampaikan gagasan atau pemikirannya, maka manusia menciptakan bahasa. Bahasa adalah sistem lambang bunyi berartikulasi

Lebih terperinci

BAB II FONOLOGI, SINDROM DOWN, DAN PSIKOLINGUISTIK. bahasa. Lebih sempit lagi, fonologi murni membicarakan fungsi, perilaku, serta

BAB II FONOLOGI, SINDROM DOWN, DAN PSIKOLINGUISTIK. bahasa. Lebih sempit lagi, fonologi murni membicarakan fungsi, perilaku, serta 12 BAB II FONOLOGI, SINDROM DOWN, DAN PSIKOLINGUISTIK 2.1 Fonologi Lass (1991:1) menjelaskan bahwa secara garis besar, fonologi merupakan sub-disiplin dalam ilmu bahasa atau linguistik yang membicarakan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Sejak zaman dahulu kala, manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

Bab 1. Pendahuluan. Sejak zaman dahulu kala, manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sejak zaman dahulu kala, manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi kepada sesamanya, baik itu lisan maupun tulisan. Menurut Parera (1997:27), bahasa ialah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA MEDAN 2008

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA MEDAN 2008 KABULARASI GRAFEM DAN FONEM DALAM AKSARA JAWI (ARAB MELAYU) INDONESIA KARYA ILMIAH Dra. Fauziah, M.A. NIP : 131 882 283 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA MEDAN 2008 KATA PENGANTAR Alhamdulillah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG Nama Mata Kuliah Kode/SKS Waktu SOAL TUGAS TUTORIAL II : Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD : PGSD 4405/3 (tiga) : 60 menit/pada pertemuan ke-5 PILIHLAH SALAH

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 PANDUAN MATERI SMA DAN MA BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. tersebut digunakan untuk menganalisis korpus data.

Bab 2. Landasan Teori. tersebut digunakan untuk menganalisis korpus data. Bab 2 Landasan Teori Teori yang akan digunakan untuk mendasari penulisan analisi dalam bab ini adalah pengertian kanji, teori pembentukan kanji Rikusho ( 六書 ), teori ukanmuri, teori semantik, teori semiotika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angkasa, 1989), hlm.22. Universitas Indonesia. Analisis kesalahan..., Elyan Nadian Zahara, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Angkasa, 1989), hlm.22. Universitas Indonesia. Analisis kesalahan..., Elyan Nadian Zahara, FIB UI, 2009 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu pemelajaran bahasa memiliki empat aspek yang menunjang tercapainya kemahiran bahasa tersebut, yaitu membaca, menulis, menyimak dan berbicara. Masing-masing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Linguistik dipelajari dengan pelbagai maksud dan tujuan. Untuk sebagian orang, ilmu itu dipelajari demi ilmu itu sendiri; untuk sebagian yang lain, linguistik

Lebih terperinci