Tinjauan Pustaka BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Dengan semakin maju ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta kemajuan masyarakat, tantangan yang akan kita hadapi adalah bagaimana kita mengkomunikasikan kemajuan ilmu pengetahuan kedalam wawasan masyarakat agar kemajuan masyarakat yang kita gapai saat ini dapat kita pertahankan serta ditingkatkan melalui penggunaan ilmu dan tekhnologi yang semakin berkembang tersebut. Kita menyadari bahwa peranan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi akan tidak bermakna sama sekali mana kala ilmu pengetahuan dan tekhnologi tidak dikomunikasikan atau disebarluaskan ketengah tengah masyarakat (Levis, 1996). Dalam kenyataannya, menyebarkan inovasi ke masyarakat itu tidaklah semudah dan selancar penciptaannya walaupun kadang kadang banyak juga gagasan gagasan, tindakan atau barang barang baru yang tidak terbendung lagi penyebarannya (Everett M. Rogers dan F. Floyd shomaker, 1987). Ketika suatu inovasi diperkenalkan kepada masyarakat petani, diharapkan para petani memiliki tingkah laku yang dinamis, ide baru itu menyatu dalam pola cara cara bertani, dan setingkat lebih baik hasil produksi pertanian itu dicapai. Hal demikian itu menunjukkan perubahan yang terjadi dalam sistem masyarakat petani untuk menyesuaikan diri (A.T. Mosher, 1983). Menurut A.T. Mosher, materi yang diberikan seharusnya memiliki syarat : Berbau memecahkan masalah Bersifat hangat dan aktual Terjamin nilai kebenarannya
Lebih banyak membahas masalah masalah yang erat hubungannya dengan materi materi yang bersifat pengetahuan umum. a. Materi Penyuluhan Materi Penyuluhan adalah informasi atau teknologi atau inovasi yang akan disampaikan kepada sasaran penyuluhan (masyarakat tani). Menurut Arboleda (1980 dalam Mardikanto, 1992), materi penyuluhan terbagi atas : 1. Materi pokok, 2. Materi penting, 3. Materi penunjang, 4. Materi tambahan. Persyaratan suatu materi penyuluhan harus memenuhi beberapa syarat, yaitu: 1. Secara ekonomis menguntungkan, 2. Secara teknis dapat diterapkan oleh petani (masyarakat) 3. Secara sosial dapat dipertanggungjawabkan. Selain persyaratan diatas materi penyuluhan juga harus memenuhi persyaratan : 1. Materi harus mempunyai resiko kegagalan yang kecil baik secara fisik maupun secara ekonomis, 2. Materi harus sederhana dalam banyak hal, 3. Materi harus tersedia dalam jangkauan petani (available), 4. Materi penyuluhan harus segera diterapkan dan memberi manfaat, 5. Materi penyuluhan untuk menerapkan tidak memerlukan biaya yang terlalu tinggi (inexpensive), 6. Materi harus bersifat expandable, 7. Materi penyuluh harus mempunyai compatibility yang tinggi,
8. Materi penyuluhan harus dapat diterima oleh sebagian besar masyarakat, 9. Materi penyuluhan mempunyai faktor tambahan, 10. Materi yang kita suluhkan tidak mempunyai akibat sampingan, 11. Materi harus mempunyain daya atau memberikan motivasi yang kuat kepada penyuluh maupun petani agar dapat memberikan daya tarik yang tinggi 12. Materi penyuluhan harus mempunyai sifat komplementer daripada teknologi yang sudah diterapkan petani. b. Media Penyuluhan Media penyuluhan adalah alat penyampai atau penghantar suatu materi pesan sehingga dapat sampai kepada penerima (sasaran penyuluh). menurut A. G. Kartasaputra, media penyuluhan adalah saluran yang dapat menghubungkan penyuluh dengan materi penyuluhannya dengan petani yang memerlukan penyuluhannya. Pada dasarnya media penyuluhan itu dapat berupa media hidup dan media mati. Media hidup adalah orang orang tertentu yang telah menerapkan materi penyuluhan atau pengetahuannya dari bidang pertanian. Media mati adalah sarana tertentu yang selalu digunakan atau dapat digunakan untuk memperantai hubungan tersebut, seperti Radio, Televisi, Majalah, Surat Kabar. Koran Masuk Desa, Poster dan sebagainyaadapun jenis-jenis media penyuluhan pertanian adalah : 1. Dilihat dari sifatnya, media penyuluhan dapat dibagi menjadi: media hidup media tak hidup 2. Dilihat dari jangkauannya, media penyuluhan terdiri dari: media massa media non massa. Secara umum media penyuluhan dapat dibagi menjadi :
Media grafis foto Media gambar media grafik media kartun media peta. Bentuk dasar tersebut akan disajikan dalam berbagai jenis media presentasi seperti: flipchart over head transparency (OHT) poster leaflet folder. 2. Media Foto kelebihan dari media foto adalah : Bersifat konkrit Mengatasi batasan ruang dan waktu Mengatasi pengamatan langsung indera mata Memperjelas pesan Relatif mudah untuk diproduksi, direproduksi, dimanipulasi, didokumentasi, dan dipresentasi. Syaratnya dari media foto adalah : Autentik Sederhana Menampilkan ukuran relatif Mengandung gerak dan aktivitas Sesuai dengan tujuan
Sesuai dengan teknis maupun seni fotografi. 3. Media audio Mudah dinikmati atau dimanfaatkan secara individual Luwes untuk disajikan Dapat menggugah situasi ruang atau individu. 4. Media audio- visual merupakan media yang menyajikan visual dan audio dalam suatu unit media Sasaran (penerima) penyuluh pertanian. Ragam sasaran penyuluh pertanian adalah: 1. Sasaran utama penyuluh pertanian 2. Sasaran penentu dalam penyuluh pertanian 3. Sasaran pendukung penyuluhan pertanian
Landasan Teori Evaluasi, dari awal kemunculannya sampai dengan saat ini terus mengalami perkembangan. Evaluasi merupakan istilah baru dalam kajian keilmuan yang telah berkembang menjadi disiplin ilmu sendiri. Walaupun demikian, bidang kajian evaluasi ternyata telah banyak memberikan manfaat dan kontribusinya didalam memberikan informasi maupun data, khususnya mengenai pelaksanan suatu program tertentu yang pada gilirannya akan menghasilkan rekomendasi dan digunakan oleh pelaksana program tersebut untuk menentukan keputusan, apakah program tersebut dihentikan, dilanjutkan, atau ditingkatkan lebih baik lagi. Dan saat ini, evaluasi telah berkembang menjadi tren baru sebagai disiplin ilmu baru dan sering digunakan oleh hampir semua bidang dalam suatu program tertentu seperti, evaluasi program training pada sebuah perusahaan, evaluasi program pembelajaran dalam pendidikan, maupun evalausi kinerja para pegawai negeri sipil pada sebuah instansi tertentu. Model evaluasi ialah model disain evaluasi yang dibuat oleh ahli-ahli atau pakar - pakar evaluasi yang biasanya dinamakan sama dengan pembuatnya atau tahap pembuatannya. Model-model ini dianggap model standar atau dapat dikatakan merek standar dari pembuatannya. Dalam implementasinya ternyata evaluasi dapat berbeda satu sama lain, hal ini tergantung dari maksud dan tujuan dari evaluasi tersebut dilaksanakan. Seperti evaluasi program pembelajaran tidak akan sama dengan evaluasi kinerja pegawai. Evaluasi program pembelajaran dilakukan dengan dituan untuk melihat sejauh mana hasil belajar telah tercapai dengan optimal sesuai dengan target dan tujuan pembelajaran itu sediri. Sedangkan evaluasi kinerja pegawai dilakukan dengan tujuan untuk melihat kualitas, loyalitas, atau motivasi kerja pegawai, sehingga akan
menentukan hasil produksi. Dengan adanya perbedaan tersebut lahirlah beberapa model evaluasi yang dapat menjadi pertimbangan evaluator dalam melakukan evaluasi. Dari beberapa model evaluasi yang ada, penulis hanya akan membahas model evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product) yang dikembangkan oleh Daniel Stufflebeam. Keunikan model ini adalah pada setiap tipe evaluasi terkait pada perangkat pengambil keputusan (decission) yang menyangkut perencanaan dan operasional sebuah program. Keunggulan model CIPP memberikan suatu format evaluasi yang komprehensif pada setiap tahapan evaluasi yaitu tahap konteks, masukan, proses, dan produk. Untuk memahami hubungan model CIPP dengan pembuat keputusan dan akuntabilitas dapat diamati pada visualisasi sebagai berikut : Tipe Evaluasi Konteks Input Proses Produk Pembuat Obyektif Solusi strategi Implementasi Dihentikan Keputusan desain prosedur Dilanjutkan Dimidifikasi Program Ulang Akuntabilitas Rekaman Rekaman pilihanrekaman ProsesRekaman Obyektif strategi desainakutual pencapaian dan dan desain keputusan ulang Stafflebeam (1969, 1971, 1983, Stufflebeam & Shinkfield 1985) adalah ahli yang mengusulkan pendekatan yang berorientasi kepada pemegang keputusan (a decision oriented evaluation approach structured) untuk menolong administrator membuat keputusan. la merumuskan evaluasi sebagai "Suatu proses menggambarkan,
memperoleh dan menyediakan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan". Dia membuat pedoman, membagi evaluasi - menjadi empat macam yaitu: 1. Context Evaluation to serve planning decision. Konteks evaluasi ini membantu merencanakan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh program dan merumuskan tujuan program. Context merupakan deskripsi rinci mengenai kekhususan karakteristik lokasi daerah dan masyarakatnya, sebagai dasar untuk menentukan strategi yang paling tepat bagi pelaksanaan program. Berbagai hal yang perlu dikaji antara lain meliputi kondisi masyarakat,kondisi sosial budaya masyarakat petani. 2. Input evaluation, structuring decision. Evaluasi ini menolong mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai kebutuhan. Bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya. Input merupakan usaha yang dilakukan dengan menyajikan beragam hal baik fisik maupun non fisik yang menjadi dasar dan kelengkapan untuk terselenggaranya proses dan mekanisme kerja bagi tercapainya tujuan. Beragam input yang diselenggarakan antara lain: fasilitas fisik dan dana yang disediakan untuk pelaksanaan program Penyuluhan Pertanian dalam menyampaikan materi Penyuluhan Pertanian. 3. Process Evaluation, to serve implementing decision. Evaluasi proses untuk membantu mengimplimentasikan keputusan. Sampai sejauh mana rencana telah diterapkan? Apa yang harus direvisi? Begitu pertanyaan tersebut terjawab, prosedur dapat dimonitor, dikontrol dan diperbaiki. Process merupakan pelaksanaan beragam kegiatan dan mekanisme kerja program bagi pencapaian tujuan. Proses kegiatannya meliputi: survey lokasi dan pendataan
petani, melakukan penyuluhan pertanian sesuai dengan program penyulhan pertanian, dan traning petani. 4. Product Evaluation, to serve recycling decision. Evaluasi produk untuk menolong keputusan selanjutnya. Apa hasil yang telah dicapai? apa yang dilakukan setelah program berjalan? Huruf pertama dari konteks evaluasi dijadikan ringkasan CIPP model ini terkenal dengan nama model CIPP oleh Stafflebeam. Product merupakan hasil dari proses kegiatan program yang menggambarkan tingkat efektivitasnya, dengan adanya product ini dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan petani Dari uraian diatas, maka dapat di simpulkan : 1. Context, meliputi : a. Kondisi masyarakat yang meliputi umur dan tingkat pendidikan formal petani b. Kondisi sosial budaya masyarakat, yaitu kebiasaan yang masih berlaku dalam masyarakat yang meliputi: norma yang ada, organisasi kemasyarakatan yang ada dan tingkat interaksi dengan masyarakat luar. 2. Input, meliputi : a. Fasilitas fisik, yaitu alat yang disediakan dalam penyuluhan pertanian, seperti alat tulis, gambar, brosur, tempat (lokasi), dll b. Dana, yaitu sejumlah uang yang digunakan untuk menjalankan proses penyuluhan. 3. Process, meliputi :
a. Survei lokasi dan pendataan peserta, survei lokasi untuk menentukan lokasi yang tepat untuk penyelenggaraan penyuluhan pertanian. Pendataan peserta meliputi nama, umur, pendidikan, jenis kelamin peserta penyuluhan. b. Pertemuan, yaitu Penyuluh Pertanian dan Petani memusyawarahkan hal-hal yang berhubungan dengan yang disuluhkan. 4. Product, meliputi : a. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan petani. b. Meningkatkan kerjasama kelompok dalam berusaha tani yaitu kerjasama petani dalam kelompoknya setelah mengikuti program penyuluhan pertanian diukur melalui baik, sedang dan rendah. c. Meningkatkan kualitas agro ekosistem yaitu kualitas agro ekosistem setelah mengikuti Penyuluhan Pertanian diukur melalui baik, sedang dan rendah.
kerangka pemikiran Penyuluhan Pertanian merupakan sarana kebijaksanaan yang dapat digunakan pemerintah untuk mendorong pembangunan pertanian. Di lain pihak, petani mempunyai kebebasan untuk menerima atau menolak saran yang diberikan penyuluh pertanian. Faktor penting dalam komunikasi ini adalah adanya peran aktif dari masing masing pihak, yanitu penyuluh lapangan (PPL) sebagai komunikator dan kelompok tani sebagai penerima pesan. Komunikasi merupakan inti dari kegiatan penyuluhan karena melalui komunikasi ini akan terjadi alih pengetahuan dan keterampilan dari penyuluh lapangan kepada anggota anggota kelompok tani, yang pada gilirannya anggota kelompok tani akan meneruskan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya kepada anggota keluarga masing masing yang membantu mengusahakan usaha taninya. Pelaksanaan penyuluhan dalam sektor pertanian, dapat dipermudah dengan membagi wilayah kerja pertanian, yang mana di Indonesia dibagi dalam wilayah kerja penyuluhan yang lebih kecil. Sebagai unit terkecil dalam pembagian wilayah kerja penyuluhan pertanian ini adalah Wilayah Kerja Penyuluhan Pertanian (WKPP). Hubungan tau tujuan yang tidak tercapai, mungkin sebahagian dapat disebabkan apabila ide yang disampaikan itu bertentangan dengan adat istiadat dan kepercayaan petani setempat. Mungkin juga karena yang disampaikan tidak sesuai dengan tingkat kemapuan dan jenis usaha tani yang sudah biasa dilakukan oleh masyarakat yang di beri anjuran. Atau mungkin kurang tanggapnya pembuat rencana pembangunan pertanian dalam hal penyiapan media dan penyusunan materi penyuluhan serta para petugas penyuluhan lapangan terhadap petani.
Pada akhirnya, perubahan sikap terjadi pada semua masyarakat dan dalam setiap proses waktu. Namun dampak perubahan tersebut dapat bernilai positif dan dapat pula bernilai negatif. Terjadinya perubahan sikap merupakan gejala yang wajar didalam kehidupan sehari hari dalam masyarakat.
Skema Kerangka Pemikiran WKPP PPL Kegiatan Penyuluhan Proses Komuniksi Materi dan media Penyuluhan Kelompok Tani Petani Sikap Positif Negatif Keterangan : : hubungan : dampak