BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan ibukota Daerah Istimewa Yogyakarta ( DIY ) yang memiliki banyak obyek wisata. Kota Yogyakarta terkenal dengan kebudayaan yang sangat khas dan kental dibandingkan kota-kota besar lain di Indonesia. Beberapa hal ini yang membuat banyak wisatawan berkunjung di Kota Yogyakarta. Perkembangan zaman yang begitu cepat membuat Kota Yogyakarta berkembang menjadi kota pariwisata yang berlandaskan kebudayaan. Sama seperti kota wisata lain di Kota Yogyakarta juga memiliki beberapa tempat wisata yang menjadi andalan yaitu kawasan keraton, kebun binatang Gembira Loka, Taman Pintar serta icon wisata Kota Yogyakarta yaitu jalan Malioboro yang merupakan landmark sehingga tidak pernah sepi oleh wisatawan. Peningkatan wisatawan yang berkunjung di Kota Yogyakarta terutama pada musim liburan memang menimbulkan banyak potensi sekaligus masalah yang salah satunya adalah kemacetan karena tidak sedikit dari wisatawan tersebut membawa kendaraan pribadi serta terdapat rombongan wisatawan yang menggunakan bus pariwisata ukuran besar yang memadati Kota Yogyakarta. Ada beberapa lokasi titik-titik rawan kemacetan saat liburan panjang yaitu di sekitar kawasan Malioboro dan Keraton karena merupakan salah satu koridor yang sangat terkenal dan menjadi landmark Kota Yogyakarta. Volume lalu lintas yang terus meningkat ini belum ditambah dengan angkutan umum yang memiliki trayek melintasi kawasan ini dan kendaraan non motorize seperti becak dan andong yang sering digunakan oleh wisatawan untuk berkeliling Kawasan Malioboro dan Keraton. Masalah lain yang timbul selain kemacetan, yaitu soal parkir untuk kendaraan bermotor khususnya bus pariwisata. Tingginya intensitas dan volume lalu lintas memuat kebutuhan akan ruang parkir bagi bus pariwisata meningkat. Namun hal ini tidak diimbangi dengan ketersediaan lahan parkir khusus bus pariwisata di Kota Yogyakarta. Kendaraan pribadi dan bus pariwisata yang datang berkunjung terus 1
2 meningkat sementara lahan parkir yang tersedia tidak bertambah, akibatnya banyak bahu jalan-jalan perkotaan dan trotoar digunakan sebagai lahan parkir. Wisatawan yang datang menggunakan bus pariwisata secara rombongan, telah disediakan taman parkir di kawasan Abu Bakar Ali, taman parkir Senopati dan taman parkir Ngabean. Pemerintah kota setempat memang melarang bus bus besar masuk ke jalan Malioboro, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kepadatan yang terjadi di jalan Malioboro.Taman parkir tersebut dinilai juga belum mampu menampung busbus besar wisatawan yang berdatangan terutama saat musim liburan. Pemerintah Kota Yogyakarta sudah menyediakan kantong-kantong parkir di sekitar kawasan Malioboro dan Keraton, seperti taman parkir Abu Bakar Ali, taman parkir Senopati dan taman parkir Ngabean. Untuk taman parkir Abu Bakar Ali dan Senopati memang sudah tidak dapat memenuhi daya tampung kendaraan wisatawan. Secara aktual untuk taman parkir Ngabean hingga saat ini belum berfungsi secara optimal dan sesuai harapan pemerintah Kota Yogyakarta. Kondisi taman parkir Ngabean yang berada di jalan KH Wahid Hasyim sepi aktivitas. Hal ini dikarenakan taman parkir ini lokasinya berada cukup jauh dari kawasan Malioboro, Taman Pintar dan Keraton yang merupakan pusat pariwisata Kota Yogyakarta sehingga bus pariwisata jarang parkir di tempat ini karena wisatawan harus berjalan cukup jauh untuk ke objek wisata Malioboro, Keraton dan Taman Pintar. Angkutan umum khususnya di Provinsi D.I. Yogyakarta dalam sejarah perkembangannya, megalami perkembangan yang signifikan. Hal ini dikarenakan daya tarik dari Kota Yogyakarta yang banyak menarik wisatawan baik lokal maupun manca negara. Peningkatan wisatawan sebanding dengan peningkatan arus lalu lintas serta kebutuhan akan transportasi umum dan wisata telah menghasilkan kemacetan, tundaan, kecelakaan dan permasalahan lingkungan yang sudah berada diatas ambang batas. Permasalahan transportasi khususnya transportasi untuk wisatawan di Kota Yogyakarta banyak terjadi akhir-akhir ini. Pilihan transportasi wisata yang sedikit
3 ditawarkan oleh pemerintah Kota Yogyakarta menghambat pertumbuhan ekonomi karena mengurangi mobilitas wisatawan untuk berkeliling Yogyakarta. Dengan dibangunnya sarana transportasi, kegiatan ekonomi masyarakat, pemberdayaan masyarakat, khususnya dalam pembangunan pada kawasan wisata vital yang mempunyai potensi ekonomi tinggi akan lebih mudah dikembangkan. Pembangunan inilah yang menyebabkan perkembangan transportasi di Yogyakarta dalam manajemen operasinya beralih menjadi Sarana Angkutan Umum Massa ( SAUM ) terpadu dengan menggunakan sistem manajemen buy the service system pada tanggal 25 Februari 2008, yaitu dengan mulai beroperasinya Trans Jogja. Trans Jogja yang dalam perkembangannya merupakan wujud dari suatu sistem transportasi berupaya untuk menjadi simpul interaksi antar wilayah akan tetapi secara umum hingga saat ini masih belum memuaskan. Secara visual dapat dilihat bahwa rute Trans Jogja yang berputar-putar sehingga menambah waktu headway serta tidak melewati semua obyek wisata sehingga tidak bisa di gunakan sebagai transportasi wisata. Dengan banyaknya masalah yang timbul maka pemerintah berencana menambah rute baru untuk wisatawan serta penambahan halte di lokasi vital perekonomian dan objek wisata di Kota Yogyakarta. Park and ride dinilai dapat mengatasi permasalahan kemacetan saat liburan yang terjadi di Kota Yogyakarta yang diakibatkan oleh bus pariwisata. Tahap pertama sistem park and ride yaitu melarang bus pariwisata memasuki Kota Yogyakarta karena menyebabkan kemacetan dengan cara mengusulkan lokasi parkir di luar Kota Yogyakarta setelah itu berjalan dengan baik maka tahap selanjutnya adalah pembatasan kendaraan pribadi memasuki Kota Yogyakarta dengan diarahkan menggunakan sistem park and ride. Sistem park and ride ini juga perlu terintegrasi dengan angkutan umum yang ada seperti Trans Jogja. Trans Jogja yang digunakan merupakan Trans Jogja wisata yang mengantar wisatawan dari lokasi parkir menuju obyek wisata. Trans Jogja wisata memiliki rute khusus yang melewati kawasan perhotelan, obyek wisata dan kawasan belanja. Rute yang ditempuh oleh Trans Jogja wisata tidak terlalu jauh
4 atau tidak berputar-putar untuk menghindari waktu tunggu yang terlalu lama sehingga mengurangi kenyamanan wisatawan.tarif yang dikenakan harus menjangkau wisatawan berpenghasilan menengah ke bawah agar tidak memberatkan wisatawan dan berbagai pihak terkait. Salah satu rencana lokasi park and ride adalah Terminal Giwangan karena untuk jangka panjang Terminal Giwangan akan berubah dari terminal tipe A menjadi terminal tipe C sehingga lahan penggunaan yang awalnya di gunakan sebagai lahan parkir bus AKAP dan AKDP dapat digunakan sebagai parkir bus pariwista. Selain itu lokasi Terminal Giwangan yang masuk kawasan administrasi Kota Yogyakarta sehingga diharapkan mampu menampung bus pariwisata yang ingin memasuki Kota Yogyakarta. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa permasalahan transportasi perkotaan Yogyakarta pada kondisi liburan? 2. Bagaimana kinerja jalan-jalan di Kota Yogyakarta pada kondisi liburan? 3. Apa usulan pemecahan masalah terkait transportasi perkotaan Yogyakarta pada kondisi liburan? 1.3 Tujuan Penulisan 1. Mengidentifikasi permasalahan transportasi perkotaan Yogyakarta pada kondisi liburan. 2. Mengetahui kinerja jaringan jalan Kota Yogyakarta pada kondisi liburan. 3. Mendapatkan usulan pemecahan masalah terkait transportasi perkotaan Yogyakarta pada kondisi liburan. 1.4 Batasan Masalah 1. Lokasi penelitian berada di Kota Yogyakarta. 2. Ruas jalan yang ditinjau merupakan jalan perkotaan Yogyakarta
5 3. Kinerja jaringan jalan yang ditinjau berupa kecepatan perjalanan rata-rata jalan perkotaan Yogyakarta pada kondisi liburan. 4. Moda transportasi umum yang di tinjau adalah Trans Jogja, Si Thole, becak dan andong. 5. Lokasi survey floating car dimulai dari jalur masuk Kota Yogyakarta. Waktu pelaksanaan survey floating car dilakukan selama 6 jam pada waktu jam puncak dalam satu hari pada saat liburan. 6. Lokasi pelaksanaan survey wawancara dilakukan pada 6 lokasi parkir bus pariwisata. Waktu survey selama 6 jam pada jam puncak selama 2 hari saat kondisi libur panjang. 7. Permasalahan transportasi yang ditinjau terkait kinerja jalan perkotaan,wisatawan dan bus pariwisata. 1.5 Manfaat Penulisan Penulisan yang dilakukan diharapkan bertujuan sebagai bahan masukan dan alternatif solusi untuk : 1. Mengetahui permasalahan-permasalah terkait transportasi perkotaan Yogyakarta pada saat kondisi liburan. 2. Meningkatkan kapasitas jalan perkotaan di Kota Yogyakarta pada kondisi liburan. 3. Mendapatkan usulan pemecahan terkait masalah transportasi perkotaan pada kondisi libur panjang. 1.6 Keaslian Penulisan Penulisan-penulisan yang sudah dilakukan sebelumnya adalah : 1. Bagus Widiatmoko (2016), Evaluasi Penerapan Sistem Park and ride yang Terintegrasi dengan Bus Trans Jogja di Perkotaan Yogyakarta Progam Studi
6 Perencanaan Wilayah dan Kota Departemen Teknik Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas gadjah Mada. 2. Rio Yudhaprawira (2014), Studi Pengadaan Park and ride di Terminal Alang-Alang Lebar Kota Palembang The 17 th FSTPT International Symposium, Jember University, 22-24 August 2014. 3. Aji Fajar Windrato (2013), Analisis Desain Ulang Terminal Penumpang Tipe A Giwangan di Kota Yogyakarta. Progam Diploma IV Jurusan Transportasi Darat Sekolah Tinggi Transportasi Darat, Bekasi. Berdasarkan uraian di atas, penulisan yang penulis lakukan tidak sama dengan yang telah dilakukan penulis terdahulu. Perbedaan terdapat pada moda transportasi yang dianalisis, lokasi penulisan serta tujuan untuk mengetahui permasalahan transportasi perkotaan Yogyakarta, fasilitas park and ride, serta memberikan rekomendasi agar Kota Yogyakarta menjadi kota wisata yang nyaman bagi wisatawan baik dari segi prasaran dan sarana di pusat Kota Yogyakarta.