BAB III GAMBARAN DATA LAPORAN TUGAS AKHIR. terpenuhinya atau terjadi suatu Taatbestand (sasaran perpajakan) yang terdiri dari :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III GAMBARAN DATA. akan dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

PENGANTAR PERPAJAKAN HAK WAJIB PAJAK

Sejak dilakukan reformasi perpajakan pada tahun 1983 yang ditandai dengan perubahan

BAB II LANDASAN TEORI. rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan. ditunjuk atau digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment

KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SOSIALISASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Realisasi Tunggakan Pajak yang lunas Pada Kantor Pelayanan Pajak

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Analisis yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis

Nama : NPWP : Alamat :

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (1) mengatakan bahwa pengertian penghasilan adalah tambahan kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. pajak, tentunya perlu dipahami dulu apa yang dimaksud dengan pajak.

BAB IV PEMBAHASAN. Realisasi Tunggakan Pajak yang Lunas Pada Kantor Pelayanan Pajak

EVALUASI ATAS PENAGIHAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN

BAB IV PEMBAHASAN. Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) Lebih Bayar (SKPLB) berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983

BAB IV PEMBAHASAN. Dasar Hukum Pelaksanaan Pemblokiran dan Penyitaan di KPP Pratama

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan nasional Negara Republik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Erwis (2012) menyatakan, bahwa penagihan pajak dan pencairan

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP)

BAB I PENDAHULUAN. gencar melakukan beberapa upaya seperti halnya penentuan target penerimaan

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini beberapa pengertian pajak menurut beberapa ahli, salah. satunya menurut R. Santoso Brotodiharjo sebagai berikut:

Bab IV PEMBAHASAN. Surat Ketetapan Pajak(SKP) Dan Surat Tagihan Pajak(STP)

BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pada dasarnya Negara adalah sebuah rumah tangga yang besar, dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dinegara-negara berkembang pasti memerlukan biaya yang. kebutuhan pembiayaan pembangunan nasional.

Lampiran I Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-53/PJ/1995 Tanggal : 23 Juni 1995

ANALISIS EFEKTIFITAS PENERAPAN SURAT PENAGIHAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA

BAB III GAMBARAN DATA. terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/PMK.04/2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/PMK.04/2017 TENTANG PENUNDAAN PEMBAYARAN UTANG BEA MASUK, BEA KELUAR,

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Prosedur Pengajuan Permohonan SKB PPh Atas Penghasilan Dari. Pengalihan Hak Atas Tanah Dan/Atau Bangunan

BAB II LANDASAN TEORI. untuk pencapaian tujuan yang telah dirumuskan. Implementasi merupakan tahap

BAB III GAMBARAN PROSEDUR PENERBITAN SURAT TAGIHAN PAJAK DALAM MENINGKATKAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. prosedur penagihan piutang pajak secara aktif. Selama kegiatan kerja praktek

BAB II LANDASAN TEORI

STRUKTUR ORGANISASI KANTOR PELAYAN PAJAK (KPP) PRATAMA METRO

PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK INTERNAL DJP; PENGADILAN PAJAK; DAN MAHKAMAH AGUNG.

bahwa Penggugat memiliki tunggakan pajak sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI

NO. URUT WEWENANG DIREKTUR JENDERAL PAJAK DASAR HUKUM DILIMPAHKAN KEPADA KETERANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III GAMBARAN DATA PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI. namun untuk kepentingan administrasi perpajakan saat terutangnya pajak tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tata Cara Penyampaian Permohonan Penetapan Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah Tata Cara Penetapan Sebagai Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ajeg yang berati pungutan

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/PMK.03/2008 TENTANG

: bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan gugatan terhadap Surat

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Direktorat Jenderal Pajak (fiskus) melakukan ekstensifikasi dan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara dengan penduduk mencapai 250 juta jiwa.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

Sistem pemungutan pajak dari Official Assesment System menjadi Self. administrasi di bidang perpajakan. Self Assessment System merupakan sistem

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TINDAKAN PENAGIHAN PAJAK AKTIF DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA SEBAGAI UPAYA PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

REKAPITULASI DATA SSP NTPN

Pengantar Perpajakan bagi Account Representative Dasar

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Definsi Pajak Pengertian Pajak

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Melaksanakan Pelunasan dengan Cara Pembayaran; c. bahwa untuk lebih memberikan kepastian hukum, meningkatkan pelayanan di bidang cukai

MANAJEMEN PERPAJAKAN

PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 27 TAHUN 2013

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

BAB III HASIL PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK Standard Operating Prosedure Penagihan Pajak pada KPP Pratama

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.42997/PP/M.XIII/99/2013. Tahun Pajak : 2010

Utang Pajak. a. Pajak terutang b. Utang pajak. c. Timbulnya utang pajak d. Penetapan dan ketetapan pajak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Negara pada dasarnya adalah sebuah rumah tangga yang besar, dan

BAB II LANDASAN TEORI. Berdasarkan pasal 1 undang undang No.6 tahun 1983 tentang kententuan

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5)

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

1

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mempengaruhi kemajuan suatu bangsa. 5 Guna mewujudkan hal. tersebut diperlukan adanya pemungutan pajak.

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-36095/PP/M.III/99/2012. Tahun Pajak : 2011

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III OBJEK PENELITIAN. dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat dalam kehidupan nasional yang perlu dilanjutkan dengan dukungan dan

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 118/PMK.03/2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

Transkripsi:

BAB III GAMBARAN DATA LAPORAN TUGAS AKHIR A. Timbulnya Utang Pajak Utang pajak dapat timbul apabila telah adanya peraturan yang mendasar dan telah terpenuhinya atau terjadi suatu Taatbestand (sasaran perpajakan) yang terdiri dari : keadaan-keadaan tertentu, peristiwa, atau perbuatan tertentu. Tetapi yang paling sering terjadi karena keadaan, seperti pajak-pajak yang sangat penting yaitu atas suatu penghasilan atau kekayaan, dikenakan atas keadaan-keadaan ekonomis Wajib Pajak yang bersangkutan walaupun keadaan itu dalam kebanyakan hal timbulnya karena perbuatanperbuatannya. Pengertian utang pajak menurut pasal 1 ayat 8 UU No. 19 Tahun 2000 tentang penagihan pajak dengan surat paksa bahwa utang pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi administrasi berupa bunga. Denda atau kenaikam yang tercantum dalam surat ketetapan pajak atau surat sejenisnya berdasarkan peraturan perundangundangan perpajakan. Apabila melihat timbulnya utang pajak, ada 2 ajaran yang mengatur tentang timbulnya utang pajak tersebut, yaitu : A.1 Ajaran Formal. Utang pajak timbul karena undang-undang pada saat dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak oleh Direktur Jendral Pajak (Fiskus). Jadi selama belum ada Surat Ketetapan Pajak maka

belum ada utang pajak dan tidak akan dilakukan penagihan walaupun syarat subjek dan syarat objek telah dipenuhi bersamaan. Ajaran ini ditetapkan pada official assessment system. A.2 Ajaran Material. Utang pajak timbul karena berlakunya undang-undang sekaligus dipenuhi syarat subjek dan syarat objek. Dengan sendirinya artinya bahwa untuk timbulnya utang pajak tidak diperlukan campur tangan dari pejabat pajak, asal syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-undang telah terpenuhi.sesorang di kenai pajak karena suatu keadaan dan perbuatan.ajaran ini diterapkan pada self assessment system. B. Tindakan Penagihan Pajak Tindakan Penagihan Pajak dilakukan apabila utang pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran belum dilunasi, akan dilakukan tindakan penagihan pajak sebagai berikut: B.1 Surat Teguran Utang pajak yang tidak dilunasi setelah lewat 7 hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran, akan diterbitkan Surat Teguran. B.2 Surat Paksa Utang pajak setelah lewat 21 (dua puluh satu) hari dari tanggal Surat Teguran tidak dilunasi,diterbitkan Surat Paksa yang diberitahukan oleh Jurusita Pajak dengan dibebani biaya penagihanpajak dengan Surat Paksa sebesar Rp 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah). Utang pajak harusdilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam setelah Surat

Paksa diberitahukan oleh Jurusita Pajak. B.3 Surat Sita Utang pajak dalam jangka waktu 2 x 24 jam setelah Surat Paksa diberitahukan oleh Jurusita Pajaktidak dilunasi, Jurusita Pajak dapat melakukan tindakan penyitaan, dengan dibebani biayapelaksanaan Surat Perintah Melakukan Penyitaan sebesar Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah). Lelang Dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari setelah tindakan penyitaan, utang pajakbelum juga dilunasi akan dilanjutkan dengan pengumuman lelang melalui media massa.penjualan secara lelang melalui Kantor Lelang Negara terhadap barang yang disita, dilaksanakanpaling singkat 14 (empat belas) hari setelah pengumuman lelang. Dalam hal biaya penagihanpaksa dan biaya pelaksanaan sita belum dibayar maka akan dibebankan bersama-sama denganbiaya iklan untuk pengumuman lelang dalam surat kabar dan biaya lelang pada saat pelelangan. Dengan CatatanBarang dengan nilai paling banyak Rp.20.000.000,- tidak harus diumumkan melalui media massa. C. Angsuran Pembayaran Utang Pajak C.1 Dasar Hukum Angsuran Pajak C.1.1 Peraturan menteri keuangan Nomor 184/PMK.03/2007 tanggal 28 Desember 2007 tentangpenentuan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak, penentuan tempat pembayaran pajak dan tata cara pembayaran, penyetoran dan s.t.d.d. peraturan menteri keuangan nomor

80/PMK.03/2010 C.1.2 Peraturan Direktur jenderal pajak nomor PER-38/PJ/2008 tanggal 24 september 2008 tentang tata cara pemberian angsuran atau penundaan pembayaran pajak. C.2 Utang Pajak yang diperbolehkan Mengangsur Ada 2 jenis utang pajak yang bisa dimohon untuk diangsur pembayarannya, yaitu : C.2.1 pajak yang masih harus dibayar atas Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Ketetapan Pajak Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, Putusan Peninjauan Kenbali, dan PPh Pasal 29 yang menyebabkan jumlahpajak yang harus di bayar bertambah. C.2.2 Kekurangan pembyaran pajak yang terutang berdasarkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan atau biasa disebut PPh Pasal C.3 Wewenang Memberikan Persetujuan Angsuran Atas Utang Pajak Direktur Jenderal Pajak atas permohonan Wajib Pajak dapat memberikan persetujuan untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak termasuk kekurangan pembayaran yang terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh paling lama 12 bulan, yang pelaksanaannya diatur dengan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007 sebagaimana terakhir telah diubah PMK- 80/PMK.03/2010 dan PER-38/PJ/2008.Wajib Pajak yang diperbolehkan mengangsur pembayaran utang pajaknya adalah :

C.3.1 Wajib Pajak mengalami kesulitan likuiditas. Wajib Pajak harus melampirkan neraca akhir bulan atau setidak-tidaknya melampirkan posisi kas, bank dan utang jangka pendek yang menunjukan utang jangka pendek lebih besar dari saldo kas dan bank. C.3.2Wajib Pajak mengalami keadaan di luar kekuasaan (force majeure). Wajib Pajak mengalami kesulitan likuiditas karena diluar kekuasaannya (force majeure), antara lain rekening bank di blokir, kena bencana alam, dan lain-lain. C.4. Jangka Waktu Angsuran Dalam hal permohonan Angsuran atas utang pajaknyaditerima, maka Kepala Kantor Pelayanan Pajak atas nama Direktorat Jendral Pajak Menerbitkan Surat Keputusan Angsuran Pembayaran Pajak dengan masa angsuran : C.4.1 paling lama 12 (dua belas) bulan sejak diterbitkannya Surat Keputusan Persetujuan Angsuran Pembayaran Pajak dengan angsuran paling banyak 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan, untuk permohonan angsuran atas utang pajak berupa pajak yang masih harus dibayar atau; C.4.2 paling lama sampai dengan bulan terakhir Tahun Pajak berikutnya, untuk permohonan angsuran atas kekurangan pembayaran utang pajak berupa pajak yang terutang berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan dengan angsuran paling banyak 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan.dalam hal permohonan angsuran ditolak, maka Kepala Kantor Pelayanan Pajak menerbitkan Surat Keputusan Penolakan Angsuran.

C.5 Tata Cara Mengangsur Pembayaran Utang Pajak C.5.1 Pengajuan Permohonan Angsuran Utang Pajak Menurut Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor 184/PMK.03/2007 Pasal 9, dikatakan bahwa Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan secara tertulis untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak yang masih harus dibayar dalam Surat Tagihan Pajak STP, SKPKB, SKPKBT, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang terutang bertambah, serta PPh Pasal 29 yang masih harus dibayar dalam SPT Tahunan PPh, kepada Direktur Jenderal Pajak. C.5.2 Penelitian. Menurut Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor 184/PMK.03/2007 Pasal 10, dikatakan bahwa atas permohonan yang diajukan, dilakukan penelitian yang berdasarkan kelengkapan berkas permohonan, jangka waktu pengajuan, konfirmasi apakah Wajib Pajak mengajukan keberatan atau tidak, kondisi keuangan Wajib Pajak, Jumlah angsuran sesuai dengan kemampuan Wajib Pajak. C.5.3 Keputusan angsuran pembayaran Menurut Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor 184/PMK.03/2007 Pasal 10, dikatakan bahwa Setelah mempertimbangkan alasan berikut bukti pendukung yang diajukan oleh wajib pajak, Kepala Kantor Pelayanan Pajak atas nama Direktorat Jendral Pajak menerbitkan keputusan dalam jangka

waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah tanggal diterimanya permohonan yang lengkap sebagai mana tercantum dalam Pasal 6 ayat (2) Peraturan Direktorat Jendral Pajak Nomor PER-38/PJ/2008, dengan keputusan berupa : a. Menyetujui jumlah angsuran pajak dan/atau masa angsuran dengan permohonan Wajib Pajak b. Menyetujui jumlah angsuran pajak dan/atau masa angsuran sesuai dengan pertimbangan Kepala Kantor Pelayanan Pajak; atau c. Menolak permohonan Wajib Pajak. Apabila jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja telah terlampaui dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak tidak menerbitkan suatu keputusan, maka permohonan Wajib Pajak dianggap diterima atau disetujui sesuai degan permohonan Wajib Pajak, dan Surat Keputusan Persetujuan Pengangsuran Pembayaran Pajak harus diterbitkan paling lama 5 (lima) hari kerja setelah jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja tersebut berakhir (Pasal 6 ayat (3) Peraturan Direktorat Jendral Pajak Nomor PER-38/PJ/2008).Dalam hal permohonan Wajib Pajak disetujui, Kepala Kantor Pelayanan Pajak menerbitkan Surat Keputusan Persetujuan Angsuran Pembayaran Pajak dengan menggunakan formulir Surat Keputusan Persetujuan Angsuran Pembayaran Pajak sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran II Peraturan Direktorat Jendral Pajak Nomor PER-38/PJ/2008. Apabila permohonan Wajib Pajak ditolak, maka Kepala Kantor Pelayanan Pajak menerbitkan Surat Keputusan Penolakan Angsuran Pembayaran Pajak dengan Menggunakan Formulir sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran IV Peraturan Direktorat Jendral Pajak Nomor PER 38/PJ/2008.

C.5.4 Bunga Mengangsur Pembayaran. Dalam hal Wajib Pajak disetujui untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak kecuali pajak yang masih harus dibayar dalam Surat Tagihan Pajak, Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua Persen) per bulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan(KUP) dihitung sejak jatuh tempo pembayaran sampai dengan pembayaran angsuran/pelunasan, dengan ketentuan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.bunga yang timbul akibat angsuran pembayaran pajak dihitung berdasarkan saldo utang pajak.bunga ini ditagih dengan menerbitkan Surat Tagihan Pajak pada setiap tanggal jatuh tempo angsuran, jatuh tempo penundaan, atau pada tanggal pembayaran, dan bunga tidak dikenakan terhadap angsuran atau penundaan atas pembayaran Surat Tagihan Pajak.

Contoh penghitungan pengenaan sanksi administrasi berupa bunga dalam hal Wajib Pajak diperolehkan mengangsur. Wajib Pajak menerima SKPKB sebesar Rp. 1.150.000,00 yang diterbitkan tanggal 2 Januari 2013 dengan batas akhir pelunasan tanggal 2 Februari 2013. Wajib Pajak tersebut diperbolehkan mengangsur pembayaran pajak dalam jangka waktu 5 (lima) bulan dengan jumlah yang tetap sebesar Rp.230.000,00.Sanksi administrasi berupa bunga untuk setiap angsuran dihitung sebagai berikut : ANGSURAN I: 2% X Rp.1.150.000,00 = Rp. 23.000,00 + Rp. 230.000,00 = Rp. 253.000,00 ANGSURAN II :2% X Rp.1.150.000,00 = Rp. 23.000,00 + Rp. 230.000,00 = Rp. 253.000,00 ANGSURANIII: 2% X Rp.1.150.000,00 = Rp. 23.000,00 + Rp. 230.000,00 = Rp. 253.000,00 ANGSURANIV :2% X Rp.1.150.000,00 = Rp. 23.000,00 + Rp. 230.000,00 = Rp. 253.000,00 ANGSURANV:2% X Rp.1.150.000,00 = Rp. 23.000,00 + Rp. 230.000,00 = Rp. 253.000,00

6. Alur dan Jadwal Proses Permohonan Angsuran Atas Utang Pajak Bagan II Alur dan Jadwal Proses Permohonan Angsuran Atas Utang Pajak Wajib Pajak Boleh Mengajukan permohonan pengangsuran SKP SKPKB SKPKBT dll 9 hari ISI ISI PERMENKEU NO.80/PMK.03/2010 YANGDIJELASKAN DI PERMENKEU NO.184/PMK.03/2007 7 HARI SURAT TEGURAN (1) BATAS WAKTU DIRJEN PAJAK MEMBERIKAN KEPUTUSAN ATAS PERMOHONAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD PASAL 9 (KEPUTUSAN HARUS DITERBITKAN PALING LAMBAT 7 HARI SETELAH PERMOHONAN DITERIMA DENGAN LENGKAP). (2) APABILA BATAS WAKTU DIRJEN PAJAK DALAM MEMBERI KEPUTUSAN TELAH TERLAMPAUI, MAKA PERMOHONAN DIANGGAP DITERIMA. (3) TERHADAP UTANG PAJAK YANG SUDAH DITERBITKAN SURAT KEPUTUSAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD AYAT 1 DAN 2 TIDAK DAPAT LAGI DIAJUKAN UNTUK MENGANGSUR. (4) MASA PEMBERIAN ANGSURAN ATAU PENUNDAAN DI BERIKAN TIDAK MELEBIHI JANGKA WAKTU 12 BULAN ISI KEPDIRJEN PAJAK NO. PER-38/PJ/2008 SURAT KEPUTUSAN ANGSURAN ATAU PENUNDAAN HARUS DITERBITKAN PALING LAMA 7 (TUJUH) HARI SETELAH TANGGAL DITERIMANYA PERMOHONAN TABEL III.I PENCAPAIAN TARGET TUNGGAKAN PAJAK TAHUN 2015 PADA KPP PRATAMA MEDAN PETISAH TAHUN TARGET REALISASI PENCAPAIAN (%) 2015 Rp. 70.381.855.136,00 Rp. 15.473.269.350,00 21,9 % SUMBER :KPP PRATAMA MEDAN PETISAH

BAB IV ANALISIS DATA DAN EVALUASI A. Target dan Realisasi Pencairan Tunggakan Pajak Pada KPP Pratama Medan Petisah Dari tabel III.I dapat dilihat bahwa realisasi pada tahun 2015 pada KPP pratama medan petisah tidak mencapai target, pada tabel diatas disebutkan target pencairan tunggakan sebesar Rp 70.381.855.136,00 namun rencana itu meleset dari perkiraan, kenyataannya telah terjadi realisasi pencairan tunggakan pajak sekitar Rp. 70.381.855.136,00 yang mengakibatkan tunggakan pajak sekitar 21,9 % Dapat disimpulkan bahwa realisasi pencairan tunggakan pajak sanggat jauh dari target yang ditetapkan. B. Jumlah Wajib Pajak Yang Mengajukan Permohonan Angsuran di KPP Pratama Medan Petisah Jumblah wajib pajak yang mengajukan angsuran atas utang pajak pada tahun 2013 adalah sebanyak 44 wajib pajak yang terdiri dari, wajib pajak badan berjumblah 39 (tiga puluh Sembilan) dan wajib pajak orang pribadi berjumblah 5 (lima) wajib pajak, semua wajib pajak memenuhi persyaratan formal dan mempunyai alasan yang jelas dalam mengajukan permohonan angsuran atas pajak.

C. Persyaratan Mengajukan Permohonan Untuk Memperoleh Persetujuan Angsuran Atas Utang Pajak. Dalam pemberian keputusan persetujuan angsuran atas utang pajak,di KPP Pratama Medan Petisah mengikuti Peraturan Direktorat Jendral Pajak Nomor PER- 38/PJ/2008. Berdasarkan pasal 2 ayat (1) dan ayat (2), persyaratan untuk mengajukan permohonan persetujuan angsuran atas utang pajak adalah sebagai berikut: C.1 Permohonan harus diajukan secara tertulis kepada Kepala KPP tempat WP terdaftar; C.2 Permohonan harus diajukan paling lama 9 (sembilan) hari kerja sebelum saat jatuh tempo pembayaran utang pajak berakhir : C.2.1 Apabila ternyata batas waktu 9 (sembilan) hari kerja ini tidak dapat dipenuhi oleh Wajib Pajak karena keadaan di luar kekuasaannya, permohonan Wajib Pajak masih dapat dipertimbangkan oleh Direktur Jenderal Pajak sepanjang Wajib Pajak dapat membuktikan kebenaran keadaan di luar kekuasaannya tersebut. C.2.3 Wajib Pajak yang mengajukan permohonan dalam jangka waktu yang melampaui jangka waktu ini harus memberikan jaminan berupa garansi bank sebesar utang pajak yang dapat dicairkan sesuai dengan jangka waktu pengangsuran atau penundaan. C.3 Permohonan Wajib Pajak disertai dengan alasan dan bukti yang mendukung permohonan, serta jumlah pembayaran pajak yang dimohon untuk diangsur, masa angsuran, dan besarnya angsuran. C.4 Wajib Pajak yang mengajukan permohonan harus memberikan jaminan yang

besarnya ditetapkan berdasarkan pertimbangan Kepala KPP Pratama Medan Petisah, kecuali apabila Kepala KPP menganggap tidak perlu; dan Bentuk jaminan tersebut dapat berupa : a. Bank garansi; b. Surat/dokumen bukti kepemilikan barang bergerak; c. Penanggungan utang oleh pihak ketiga; d. Sertifikat tanah, atau; e. Sertifikat deposito. D. Prosedur Pelaksanaan Permohonan Angsuran Atas Utang Pajak Dalam proses keputusan persetujuan angsuran atas utang pajak, Wajib Pajak yang ingin melaksanakan permohonan angsuran atas utang pajak di KPP Pratama Medan Petisah harus melalui prosedur pelaksanaan permohonan angsuran atas utang pajak sebagai berikut : D.1 Wajib Pajak mengajukan permohonan mengangsur pembayaran pajak ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama melalui Tempat Pelayanan Terpadu, D.2 Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima surat permohonan kemudian meneliti kelengkapan persyaratannya sesuai dengan ketentuan. Dalam hal surat permohonan beserta persyaratannya belum lengkap, dihimbau kepada wajib pajak untuk melengkapinya. Dalam hal surat permohonan beserta persyaratannya sudah lengkap, Petugas Tempat Pelayanan Terpadu mencetak BPS dan LPAD. BPS diserahkan kepada Wajib Pajak sedangkan LPAD digabungkan dengan

suratpermohonan beserta kelengkapannya. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu kemudian merekam surat permohonan dan dilanjutkan dengan meneruskan surat permohonan beserta kelengkapannya kepada Kepala Seksi Penagihan, D.3 Kepala Seksi Peagihan menugaskan Perlaksanaan Seksi Penagihan untuk membuat Laporan Penelitian Permohonan Mengangsur, D.4 Pelaksanaan Seksi Penagihan membuat dan menandatangani Laporan Penelitian Permohonan Mengangsur, kemudian meneruskannya kepada Kepala Seksi Penagihan, D.5 Kepala Seksi Penagihan meneliti dan menendatangani Laporan Penelitian Permohonan Mengangsur dan meneruskannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama. Dalam hal Kepala Seksi tidak menyetujui Laporan Penelitian Permohonan Mengangsur yang dibuat, Pelaksana Seksi Penagihan harus memperbaiki dokumen tersebut, D.6 Kendala Kantor Pelayana Pajak Pratama menyetujui dan menandatangani Laporan Penelitian Peromohonan Mengangsur dan meneruskannya ke Seksi Pelayanan. Dalam hal Kepala Kantor tidak menyetujui Laporan Penelitian Permohonan Mengangsur yang adibuat, Pelaksana Seksi Penagihan harus memperbaiki dokumen tersebut, D.7 Kepala Seksi Pelayanan menerima Laporan Penelitian Permohonan Mengangsur dan menugaskan Pelaksana seksi Pelayanan untuk mencetak dokumen hasil persetujuan, D.8 Surat Keputusan Angsuran Pembayaran Pajak diterbitkan dalam rangkap 2 (dua),

yaitu : a. Lembar ke-1 : untuk Wajib Pajak, b. Lembar ke-2 : untuk arsip Kantor Pelayanan Pajak Pratama. D.9 Pelaksanaan Seksi Pelayanan mencetak konsep Surat Keputusan Angsuran Pembayaran Pajak dan meneruskannya kepada Kepala Seksi Pelayanan, D10 Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan memaraf konsep Surat Keputusan Angsuran Pembayaran Pajak kemudian meneruskannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama, D.11 Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama menandatangani Surat Keputusan Angsuran Pembayaran Pajak, D.12 Surat Keputusan Angsuran Pembayaran Pajak ditatausahakan di Seksi Pelayanan (SOP Tata Cara Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak) dan menyampaikannya kepada Wajib Pajak melalui Subbagian Umum (SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP Pratama), E.Kendala Dalam Proses Permohonan Angsuran Atas Utang Pajak. Dalam proses permohonan angsuran atas utang pajak ada terjadi kendala-kendala yang dihadapi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah, antara lain : E.1 Permohonan Wajib Pajak yang melewati tanggal jatuh tempo. Wajib Pajak mengajukan surat permohonannya melewati 9 (sembilan) hari kerja sebelum jatuh tempo pembayaran, sehingga permohonannya sulit untuk diberikan persetujuan angsuran atas utang pajak oleh KPP Pratama Medan Petisah

E.2 Bukti pendukung permohonan tidak lengkap. a. Untuk Wajib Pajak yang mengalami kesulitan likuiditas tidak melampirkan laporan neraca dan laba rugi perusahaannya sehingga pernyataan atas kesulitan likuiditas yang dialami Wajib Pajak tersebut tidak bisa dinilai kebenarannya. b. Untuk Wajib Pajak yang mengalami force majeure tidak melampirkan bukti bahwa perusahaan mengalami bencana diluar kekuasaan lainnya,sehingga pernyataan Wajib Pajak mengalami force majeure tidak dapat dibenarkan. E.3 Tidak mencantumkan jumlah pembayaran pajak yang akan diangsur, masa angsuran dan besarnya angsuran. Dalam permohonan angsuran seharusnya wajib pajak mencantumkan didalam surat permohonannya berapa jumlah utang pajak yang akan diangsur, berapa kali angsuran, dan berapa besar masing-masing angsuran. Karena tidak dicantumkan, sehingga KPP Pratama Medan petisah sulit untuk memberikan persetujuan angsuran atas utang pajak. E.4 Tidak memberikan jaminan atas Permohonan Pengangsuran Pembayaran Utang Pajak. Jaminan dibutuhkan untuk menjamin Wajib Pajak akan melakukan Pengangsuran pembayaran utang pajaknya sesuai dengan yang telah di tetapkan dalm Surat Keputusan Persetujuan Pengansuran Pembayaran Pajak dan jika Wajib Pajak tidak melaksanakannya (Wajib Pajak ingkar) maka jaminan tersebut akan disita oleh Fiskus.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan uraian yang dikemukakan dalam bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Wajib Pajak diperbolehkan mengangsur utang pajaknya, apabila Wajib Pajak mengalami kesulitan likuidutas dan mengalami keadaan force majeure sehingga tidak dapat memenuhi kawajiban pajaknya tepat waktu, maka Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengangsuran atas utang pajaknya. 2. Dalam mengangsur pajak, Wajib Pajak mengajukan permohonan secara tertulis paling lama 9 hari kerja sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran, disertai alasan dan bukti pendukung permohonan, serta jumlah pembayaran pajak untuk di angsur, masa pajak dan besarnya angsuran. sebagaimana diatur dalam peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/PMK.03/2010 Tentang Perrubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007dan Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor PER- 38/PJ/2008. 3. Penerbitan Surat Keputusan Persetujuan Angsuran Pembayaran Pajak oleh Kepala KPP Pratama Medan Polonia tidak melebihi batas waktu yang telah ditetapkan (7 (tujuh) hari kerja setelah tanggal diterimanya permohonan

yang lengkap) dengan keputusan menyetujui jumlah angsuran pajak dan masa angsuran sesuai dengan permohonan Wajib Pajak. 4. Jangka waktu angsuran paling lama 12 (dua belas) bulan sejak diterbitkannya Surat Keputusan Persetujuan Angsuran Pembayaran Pajak dengan angsuran paling banyak 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan yang merupakan jangka waktu maksimal yang dapat detetapkan dalam setiap Keputusan Persetujuan Angsuran Pembayaran Utang Pajak. 5. Pengangsuran pembayaran pajak atas STP dikecualikan dari pengenaan sanksi administrasi berupa bunga atas angsuran utang pajak. 6. Wajib Pajak belum memahami tata cara permohonan angsuran atau penundaan utang pajak 7. Rendahnya pencairan tunggakan di KPP Pratama Medan Petisah disebabkan oleh salah satu faktor rendahnya permohonan angsuran yang layak diproses B. Saran Adapun saran-saran yang dapat penulis kemukakan adalah sebagai berikut : 1. Saran Untuk Wajib Pajak 1.1 Memahami dan melakukan konsultasi dengan Account Representatif ataupihak seksi penagihan di KPP tempat wajib pajak tersebut terdaftar untuk mendapatkan informasi mengenai persyaratan, tata cara, dan prosedur dalam proses persetujuan angsuran atas utang pajak sehingga tidak terjadi penolakan permohonan dikarenakan tidak terpenuhinya persyaratan formal atas pengajuan permohonan

tersebut. 1.2 Wajib pajak seharusnya teliti dalam mengisi surat permohonan pengangsuran secara lengkap dan jelas dengan menyertakan bukti pendukung, alasan yang jelas, dan jaminan yang benar adanya untuk mendukung permohonan pengangsuran utang pajak. 1.3 Jika permohonan yang diajukan Wajib Pajak diterbitkan Surat Keputusan Penolakan, Wajib Pajak tersebut masih dapat mengajukan surat permohonan lagi selama belum melewati masa 9 (Sembilan) hari kerja sebelum jatuh tempo pembayaran. 2 Saran Untuk Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah 2.1 Meningkatkan sosialisasi yang lebih efektif kepada Wajib Pajak mengenai persyaratan, tata cara, dan prosedur dalam prosespermohonan persetujuan keputusan angsuran atas utang pajak.