BAB I PENDAHULUAN. dengan kesempatan kerja yang ada. Kondisi yang demikian akan menjadi. kebutuhan masyarakat termasuk penyediaan kesempatan kerja.

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. telah resmi dimulai sejak tanggak 1 Januari Dalam UU No 22 tahun 1999

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh

I. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi meningkat (Atmanti, 2010). perekonomian. Secara lebih jelas, pengertian Produk Domestik Regional Bruto

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi banyak dilakukan di beberapa daerah dalam

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA RESMI STATISTIK

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi dan Kebutuhan Investasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. Kesempatan kerja merupakan salah satu indikator pembangunan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah disparitas (ketimpangan)

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN. bukan lagi terbatas pada aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas keaspek

BAB I PENDAHULUAN. hasil berupa suatu karya yang berupa ide maupun tenaga (jasa). Menurut Dinas. kualitas kerja yang baik dan mampu memajukan negara.

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan.

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

Visi, Misi Dan Strategi KALTIM BANGKIT

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Indonesia sebagai

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator keberhasilan kinerja

BAB I PENDAHULUAN. menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi jika bergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Luas keseluruhan dari pulau-pulau di

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN. tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu, karena pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pembangunan adalah kenyataan fisik sekaligus keadaan mental (state

TUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL

V. GAMBARAN UMUM. Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja, meratakan pendapatan dan meningkatkan hubungan antara daerah.

BAB I PENDAHULUAN. saat ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan. Jumlah penganggur

PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1)

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat menggambarkan bahwa adanya peningkatan

I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah (regional development) pada dasarnya adalah

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang dalam. yang sangat kompleks karena mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. mengartikan pembangunan ekonomi. Secara tradisional, pembangunan ekonomi

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembangunan. Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses

DAFTAR ISI BAGIAN PERTAMA PRIORITAS NASIONAL DAN BAB 1 PENDAHULUAN PRIORITAS NASIONAL LAINNYA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Peringkat daya saing negara-negara ASEAN tahun

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengangguran merupakan masalah ketenagakerjaan yang sering dihadapi

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

BAB I PENDAHULUAN. (growth). Pembangunan ekonomi yang mengalami pertumbuhan yaitu apabila tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakstabilan ekonomi yang juga akan berimbas pada ketidakstabilan dibidang

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, maka pelaksanaan pembangunan

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI SUMATERA BARAT ( )

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran merupakan salah satu masalah utama yang selalu dihadapi

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat

I. PENDAHULUAN. menyebabkan GNP (Gross National Product) per kapita atau pendapatan

PREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN Status Gizi Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat.

SUPPLY-SIDE ECONOMICS DAN PERTUMBUHAN EKONOMI BABEL Sebuah Tinjauan Teoritis dan Proposal Tahun Investasi di Babel

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu tolak ukur untuk menilai keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dan suatu daerah adalah dilihat dari kesempatan kerja yang diciptakan dari pembangunan ekonomi tersebut (Sagir, 2001). Perluasan kesempatan kerja masih merupakan masalah utama dalam pembangunan ekonomi, hal ini mengingat besarnya jumlah penduduk, laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, dan besar angka pencari kerja yang tidak seimbang dengan kesempatan kerja yang ada. Kondisi yang demikian akan menjadi masalah kalau tidak didukung oleh kekuatan ekonomi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat termasuk penyediaan kesempatan kerja. Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan perluasan kesempatan kerja dan mengarahkan pembagian pendapatan secara merata. Di Indonesia kesempatan kerja masih menjadi masalah utama. Ini karena masih ada kesenjangan untuk mendapatkannya. Kesempatan kerja itu tidak hanya menyangkut permasalahan dalam bidang perekonomian, tetapi juga dalam bidang sosial terutama dalam masa-masa krisis ekonomi beberapa waktu lalu. Masalah ketenagakerjaan hampir ada di seluruh negara saat ini baik di negara maju maupun negara berkembang. Hal itu terlihat dari selalu adanya departemen yang mengurusi ketenagakerjaan pada setiap kabinet yang dibentuk. Biasanya pada, negara maju ada pada masalah ketenagakerjaan yang berhubungan 1

2 dengan tingginya gaji tenaga kerja, tenaga kerja ilegal, pengangguran bertambah karena mekanisasi (penggunaan robot). Sedangkan di negara berkembang, masalah ketenagakerjaan biasanya berkaitan dengan rendahnya kemampuan SDM tenaga kerja, rendahnya tingkat gaji, sempitnya peluang kerja, tingginya angka pengangguran. Meskipun pemerintah memperlihatkan adanya usaha untuk mengatasi berbagai masalah ketenagakerjaan ini tetapi dalam kenyataannya kebijakan-kebijakan yang dibuat belum dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Masalah ketenagakerjaan di Indonesia sangat besar dan kompleks. Besar karena menyangkut jutaan jiwa tenaga kerja. Kompleks karena tenaga kerja mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah untuk di rumuskan (Tobing, 2006). Faktor demografis mempengaruhi jumlah dan komposisi angkatan kerja. Indonesia cukup berhasil dalam menurunkan angka kelahiran dan kematian secara berkesinambungan. Namun, hal ini justru berdampak pada pertumbuhan penduduk usia kerja yang jauh lebih cepat dari pada pertumbuhan penduduk secara keseluruhan. Pembangunan di Provinsi Maluku telah berkembang cukup baik. Dengan jumlah penduduk sebanyak 1,657,409 jiwa atau 349,281 rumah tangga (2010-2014) telah banyak infrastruktur yang dibangun untuk merespon kebutuhan mobilitas masyarakat, hasrat memacu pertumbuhan ekonomi serta pemerataan pembangunan. Pembangunan ini terus berjalan

3 seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan menurunnya kualitas daya dukung lingkungan. Tingkat pertumbuhan ekonomi merupakan faktor penting dan tolak ukur keberhasilan pembangunan suatu daerah. Keberhasilan Provinsi Maluku di dorong oleh pertumbuhan ekonomi kebupaten dan kota di Maluku. Pertumbuhan ekonomi merupakan proses bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Proses pembangunan itu terjadi dalam waktu yang cukup lama dimana dapat terjadi penurunan dan kenaikan. Todaro (2000) menjelaskan tingginya upah yang di peroleh di daerah lain di banding dengan upah yang di peroleh di daerah sebelumnya menjadi penyebab terjadinya perpindahan peduduk. Kesenjangan upah/pendapatan yang besar antara desa atau daerah dan kota mendorong penduduk desa atau daerah untuk mencari pekerjaan di kota. Di bawah ini merupakan data perkembangan Upah Minimum Nasional. Kebijakan upah minimum merupakan sistem pengupahan yang telah banyak ditetapkan di beberapa negara, yang pada dasarnya bisa dilihat dari dua sisi. Pertama, upah minimum merupakan alat proteksi bagi pekerja untuk mempertahankan agar nilai upah yang diterima tidak menurun dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kedua, sebagai alat proteksi bagi perusahaan untuk mempertahankan produktifitas pekerja (Simanjuntak, 1992 dalam Gianie, 2009:1). Di indonesia pemerintah mengatur pengupahan melalui Peraturan Mentri Tenaga Kerja No 05/Men/1989 tanggal 29 Mei

4 1989 tentang Upah Minimum. Upah Minimum yang ditetapkan tersebut berdasarkan pada kebutuhan Fisik Hidup Layak berupa kebutuhan akan pangan sebesar. Dalam Pasal 1 Ayat 1 dari Peraturan Mentri Tenaga Kerja No. 1/1999, upah minimum didefenisikan sebagai upah bulanan terendah yang meliputi gaji pokok dan tunjangan tetap Kesempatan kerja yang ada dimasyarakat dapat dilihat dari banyaknya tenaga kerja yang bekerja. Produktivitas tenaga kerja di Indonesia perlu lebih ditingkatkan lagi agar dapat sebanding dengan kenaikan tingkat upah yang ditentukan dalam upah minimum. Dengan produktivitas yang tinggi maka tingkat kompetitif negara menjadi naik dan akan semakin mengundang banyak investasi yang masuk. Dengan banyak investasi yang masuk maka akan semakin banyak lapangan kerja baru yang terbuka dan banyak tenaga kerja yang akan terserap. Investasi berpengaruh besar terhadap kesempatan kerja dan pendapatan. Besarnya nilai investasi akan menentukan besarnya permintaan tenaga kerja. Semakin besar investasi maka semakin besar pula tambahan penggunaan tenaga kerja. Sebagai daerah yang memiliki beragam kekayaan alam, Maluku menjadi kawasan yang potensial untuk mengembangkan investasi. Maluku memiliki nilai strategis dan potensi unggulan yang bisa dikembangkan dalam pengembangan investasi. Nilai strategis tersebut bisa dilihat dari posisi geostrategis, kebaharian, dan wilayah perbatasan negara. Selain itu potensi unggulan Maluku meliputi sektor perikanan, perkebunan, pariwisata, energi

5 dan sumber daya mineral. Di sektor pertanian, Maluku memiliki komoditi unggulan berupa pala, cengkeh, dan kelapa. Dalam sektor perikanan, daerah ini memiliki komoditi berupa rumput laut dan kerapu yang dibudidayakan, sementara untuk perikanan tangkap Maluku kaya akan ikan tuna. Dengan adanya potensi dan komoditi unggulan yang dimiliki Maluku, maka diperlukan sinergi antara dunia usaha, pemerintah, serikat pekerja dan para pemangku kepentingan dalam rangka mengembangkan perekonomian provinsi Maluku. Internal APINDO Maluku harus semakin kuat oleh karena itu diharapkan para pengusaha baik dari kelompok usaha yang sudah mapan (atas) maupun menengah (UKM) perlu bergabung dan membangun soliditas untuk menyuarakan kepentingan dunia usaha khususnya dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Hal ini dilakukan untuk menciptakan kondisi yang menjamin berkembangnya arus perdagangan dan iklim investasi di Provinsi Maluku yang dapat memperkuat daya saing daerah. DPP APINDO Maluku mengharapkan pemerintah untuk senantiasa mengajak APINDO dalam berbagai perundingan baik masalah ketenagakerjaan maupun berbagai kebijakan yang menyangkut masalah investasi, perdagangan, pariwisata, dan perekonomian lainnya. Dari total jumlah Investasi di Indonesia pada tahun 2013, dapat dilihat nilai Investasi tertinggi terdapat pada daerah Jawa Timur hal ini disebabkan karena Jawa Timur memiliki sejumlah Industri besar. Namun disisi lain nilai proyek terbesar terdapat pada daerah Jawa Barat yaitu dengan nilai 935 proyek kemudian tingkat keduanya Jawa Tengah.

6 Tabel 1.1 Investasi Berdasarkan Lokasi 2013 NO LOKASI PMDN INVESTASI PROYEK 1 Jawa Timur 35.489,79 615 2 Jawa Barat 26.272,87 935 3 Daerah Khusus Ibukota Jakarta 15.512,73 316 4 Jawa Tengah 15.410,71 873 5 Sumatera Selatan 10.944,09 77 6 Banten 10.709,90 367 7 Riau 9.943,04 180 8 Kalimantan Timur 9.611,31 133 9 Sulawesi Selatan 9.215,33 244 10 Kalimantan Barat 6.143,53 158 11 Sumatera Utara 4.287,42 169 12 Aceh 4.192,41 169 13 Jambi 3.540,24 82 14 Kalimantan Selatan 2.060,36 83 15 Sulawesi Tenggara 2.015,40 65 16 Sumatera Barat 1.552,49 77 17 Nusa Tenggara Timur 1.295,67 9 18 Papua 1.275,22 46 19 Kalimantan Tengah 1.270,12 38 20 Bali 1.250,35 59 21 Sulawesi Barat 1.103,80 16 22 Lampung 1.102,29 31 23 Kepulauan Bangka Belitung 1.023,74 28 24 Sulawesi Tengah 968,45 39 25 Kalimantan Utara 921,79 21 26 Kepulauan Riau 612,05 108 27 Bengkulu 553,92 18 28 Daerah Istimewa Yogyakarta 362,37 49 29 Nusa Tenggara Barat 347,85 17 30 Sulawesi Utara 270,63 50 31 Gorontalo 94,31 7 32 Papua Barat 63,45 18 33 Maluku Utara 48,23 3 Total 179.465 5.100 Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Dibanding dengan pulau-pulau lainnya potensi Investasi di pulau Jawa telah memiliki daya pikat yang baik bagi para investor. Total investasi di

7 wilayah pulau jawa sendiri menjadi 103.758,37 investasi dengan total proyek sebesar 2788 proyek Perbaikan iklim investasi menjadi salah satu tantangan terpenting yang dihadapi oleh Pemerintahan baru. Pemerintahan sebelumnya telah membuat kemajuan berarti dalam mencapai kestabilan makro ekonomi dan politik. Upaya-upaya untuk mengatasi dampak krisis keuangan dan melaksanakan rencana tindakan White Paper memperlihatkan komitmen Indonesia terhadap kebijakan perekonomian yang sehat. Akan tetapi, lemahnya investasi di dalam negeri maupun luar negeri telah menghambat pertumbuhan ekonomi kearah yang lebih tinggi sesuai yang diperlukan untuk mengurangi tingkat pengangguran dan memberikan pekerjaan yang layak kepada masyarakatnya. Permasalahan kesempatan kerja bukan hanya tentang ketersediaan lapangan kerja bagi angkatan kerja, tetapi juga apakah dapat lapangan kerja yang ada cukup mampu memberi imbak balik yang cukup bagi para pekerja. Pembangunan ekonomi bertujuan antara lain pencapaian pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, mengentaskan kemiskinan, menjaga kestabilan harga dengan selalu memperhatikan tingkat inflasi, menjaga keseimbangan neraca pembayaran, perhatian yang cukup terhadap neraca perdagangan, pendistribusian pendapatan yang lebih adil dan merata, tumbuhnya investasiinvestasi dan mengatasi pengangguran. Salah satu masalah yang cukup serius yang dihadapi Indenesia saat ini adalah masalah pengangguran. Pengangguran merupakan masalah

8 ketenagakerjaan yang saat ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan. Jumlah penganggur dan setengah penganggur mengalami peningkatan. Sebaliknya pengangguran dan setengah pengagguran yang tinggi merupakan pemborosan-pemborosan sumber daya potensi yang ada., menjadi beban keluarga dan masyarakat, sumber utama kemiskinan dapat mendorong keresahan social dan kriminaldan dapat menghambat pembangunan dalam jangka panjang (Depnakertrans 2004). Seiring bertambahnya jumlah angkatan kerja, angka pengangguran di maluku juga mengalami peningkatan. Peningkatan TPAK mengindikasikan naiknya pasokan tenaga kerja yang tersedia di Maluku. Secara umum, struktur ketenagakerjaan di Maluku mengalami perubahan yang cukup signifikan bila di bandingkan dengan keadaan setahun yang lalu. Tabel 1.2 TPT menurut kelompok umur di Provinsi Maluku Tahun Kelompok 2013 2014 Umur Pengang- Angkatan Pengang- Angkatan TPT guran Kerja guran Kerja TPT 15-19 17,527 40,748 43.01 11,652 38,212 30.49 20-24 23,068 68,409 33.72 25,560 71,245 35.88 25-29 13,692 94,642 14.47 18,275 100,687 18.15 30-34 6,227 99,469 6.26 5,337 94,457 5.65 35-39 2,080 81,689 2.55 2,963 80,707 3.67 40-44 1,196 70,633 1.69 2,814 81,391 3.46 45-49 1,260 64,178 1.96 2,284 66,866 3.42 50-54 173 55,960 0.31 1,201 53,975 2.23 55-59 1,008 38,659 2.61 508 35,799 1.42 60+ 61.00 46,334 0.13 59.00 48,965 0.12 Total 66,292 668,721 9.91 70,653 672,304 10.51 Sumber : Survei Angkatan Kerja, BPS RI

9 Jumlah nilai pengangguran pada Provinsi Maluku dapat dikatakan menurun. Kelompok umur 15-19 tahun, penurununan pengangguran mencapai nilai 0,504%. Penurunan tertinggi terjadi pada kelompok umur 55-59 yaitu sebesar 0,98%. Menurunnya tingkat pengangguran di Provinsi Maluku disebabkan karena adanya perkembangan pada sektor industri dan parawisata. Lain halnya dengan tahun 2014 pada usia kelompok 20-24 tahun tingkat pengangguran mengalami kenaikan 0,108%. Upaya pemerintah untuk mengarahkan para penganggur agar menekuni sektor wiraswasta tampaknya terhambat oleh faktor sosio budaya masyarakat Maluku umumnya yang kurang mendukung (cenderung ingin menjadi PNS atau orang yang bekerja di perkantoran, karena dipandang memiliki status sosial yang lebih baik). Namun seiring dengan semakin sempitnya peluang kerja dan serta semakin tinggi tuntutan untuk dapat bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan sehari hari, membuat tumbuh subur lapangan kerja sektor informal di Maluku, terutama di Kota Ambon. Pekerjaan yang tidak memerlukan pendidikan khusus berkembang pesat, seperti pedagang kaki lima, tukang ojek, tukang becak serta tukang cukur rambut. Untuk dapat menekan angka pengangguran di Maluku, maka peran sektor swasta khususnya investasi asing langsung, sangatlah diperlukan mengingat terbatasnya pemerintah dalam menyediakan lapangan kerja. Permasalahan dalam pertumbuhan ekonomi selanjutnya adalah inflasi. Inflasi merupakan peristiwa moneter yang sangat penting hamper diseluruh

10 negara. Dengan naiknya permintaan agregat, berdasarkan teori permintaan, permintaan akan naik, kemudian harga akan naik pula, dengan tingginya harga maka untuk memenuhi permintaan tersebut produsen meningkatkan kapasitas produksinya dengan menambah tenaga kerja. Tingkat inflasi mempunyai hubungan positif atau negative terhadap kesempatan kerja. Menurut data yang di dapat dari Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Maluku termasuk daerah yang tinggi tingkat penganggurannya. Maluku merupakan daerah yang terkenal dengan hasil alamnya. Namun keterbatasan dalam pengolahanlah yang membuat Maluku tidak dapat berkembang dengan baik. Ketertarikan bekerja menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di bandingkan dengan menjadi pengusaha merupakan masalah yang cukup rumit di hadapi Penduduk Maluku. Sehingga untuk menciptakan lapangan kerja sendiri dan mengelola hasil alam yang ada di Maluku sangat sedikit di jumpai. Masih tingginya jumlah angkatan kerja dan terbatasnya kesempatan kerja merupakan masalah penting. Angkatan kerja dari tahun ke tahun di Maluku berfluktuasi dan merupakan problema memperlibatkan pasar kerja juga semakin meningkat. Situasi demikian menguatkan opini betapa pentingnya penciptaan lapangan kerja baru dan investasi pada sumber daya manusia ditengah arus globalisasi dewasa ini. Salah satu permasalahan besar dihadapi Indonesia termasuk Maluku dalam bidang ketenagakerjaan adalah banyaknya pekerja yang bekerja dibawah jam kerja normal (under

11 employment). Departemen tenaga kerja memakai batasan jam kerja penuh sebesar 40 jam kerja perminggu. Ada kecenderungan bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi yang membuat semakin tinggi pendapatan masyarakat per kapita mengakibatkan semakin cepat perubahan struktur ekonomi dengan asumsi bahwa faktor-faktor penentu lainnya yang mendukung proses tersebut seperti manusia (tenaga kerja), bahan baku, dan teknologi tersedia (Tambunan, 2001). Berikut merupakan data laju pertumbuhan penduduk Propinsi Maluku menurut Kabupaten/Kota : Kabupaten/Kota Regency/City Table 1.3 Laju Pertumbuhan Penduduk 1990-2000 2000-2009 2009-2010 2010 2015 Maluku Tenggara Barat 1,47 (5,00) 1,47 1,33 Maluku Tenggara 2,07 (5,00) 2,46 1,03 Maluku Tengah 0,63 (3,81) 2,46 1,03 Buru 2,59 (2,90) 3,93 2,93 Kepulauan Aru *) *) 2,71 1,81 Seram Bagian Barat **) **) 1,66 1,10 Seram Bagian Timur **) **) 2,87 1,91 Maluku Barat Daya ***) ***) ***) 0,48 Buru Selatan ****) ****) ****) 2,04 Kota Ambon (3,00) 3,65 5,63 3,75 Kota Tual *) *) *) 2,79 Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Maluku Catatan / Note : *) Termasuk Kabupaten Maluku Tenggara/ Including South East Maluku Regncy **) Termasuk Kabupaten Maluku Tengah? Including Central Maluku Regncy ***) Termasuk Kabupaten Maluku Tenggara Barat/ Including South West Maluku Regncy ****) Termasuk Kabupaten Buru/ Including Buru Regncy

12 Laju pertumbuhan penduduk yang di gambarkan pada tabel diatas berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku menunjukan peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 1990 hingga 2005 pertumbuhan penduduk terbesar berada di Kota Ambon dan pertumbuhan penduduk yang terkecil berada di Kabupaten Maluku Tengah ini disebabkan karena Maluku Tengah merupakan Kabupaten dimana penduduk yang bermukiman tidak sebanyak daerah-daerah lain di Provinsi Maluku dan Kota Ambon merupakan Provinsi yang tinggi pertumbuhan penduduknya disebabkan karena Kota Ambon merupakan Ibu Kota Provinsi Maluku dan merupakan Pusat dari Provinsi Maluku.. Dalam rangka penciptaan dan perluasan kesempatan kerja untuk mengurangi masalah pengangguran, maka pemerintah daerah perlu memperhatikan laju pertumbuhan ekonomi didaerah tersebut yang tercermin dalam PDRB. PDRB merupakan penjumlahan nilai output bersih perekonomian yang ditimbulkan oleh seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah tertentu (provinsi dan kabupaten /kota), dan dalam satu kurun waktu tertentu (satu tahun kelender). Kegiatan ekonomi yang dimaksud kegiatan pertanian, pertambangan, industri pengolahan, sampai dengan jasa. Pada dasarnya diantara pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja memiliki hubungan yang positif, yaitu apabila pertumbuhan ekonomi meningkat maka kesempatan kerja yang tercipta juga akan meningkat, begitu juga sebaliknya (Harijono, 2013). Hal ini disebabkan karena pertumbuhan

13 ekonomi selalu dipakai sebagai ukuran terciptanya lapangan kerja baru untuk mengurangi tingkat pangangguran. Dari perumusan diatas penulis ingin mengetahui bagaimana pengaruh investasi, tingkat upah dan PDRB terhadap perkembangan kesempatan kerja di Provinsi Maluku. Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang tingkat perkembangan kesempatan kerja di Provinsi Maluku pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. Maka penulis menggunakan judul : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI PROVINSI MALUKU PERIODE TAHUN 2010-2014 B. BATASAN MASALAH Agar dalam penelitian ini objek yang diteliti tidak terlalu luas, maka pembahasan penelitian perlu di batasi. Dalam penelitian ini objek yang diambil adalah hasil data statistik mengenai perkembangan kesempatan kerja pada Provinsi Maluku yang telah di publikasikan. 1. Variabel-variabel yang di anggap berpengaruh terhadap Kesempatan Kerja di Provinsi Maluku yaitu Investasi, Tingkat Upah, Inflasi dan PDRB 2. Data yang digunakan adalah data tahunan yaitu tahun 2010-2014 terdiri atas: a. Jumlah Investasi Provinsi Maluku b. Tingkat Upah Provinsi Maluku c. Inflasi Provinsi Maluku d. PDRB atas dasar harga konstan Provinsi Maluku.

14 C. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, permasalahan yang akan di bahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh Investasi terhadap Kesempatan Kerja di Propinsi Maluku selama tahun 2010-2014. 2. Bagaimana pengaruh Tingkat Upah terhadap Kesempatan Kerja di Propinsi Maluku selama tahun 2010-2014. 3. Bagaimana pengaruh Inflasi terhadap kesempatan kerja di Propinsi Maluku selama tahun 2010-2014. 4. Bagaimana pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap Kesempatan Kerja di Propinsi Maluku selama tahun 2010-2014. D. TUJUAN PENELITIAN Setiap penelitian pasti mempunyai beberapa tujuan tertentu baik untuk kepentingan pribadi ataupun kepentingan umum, tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk menganalisis pengaruh Investasi terhadap Kesempatan Kerja di Propinsi Maluku. 2. Untuk menganalisis pengaruh Tingkat Upah terhadap Kesempatan Kerja di Propinsi Maluku. 3. Untuk menganalisis pengaruh Inflasi terhadap Kesempatan Kerja di Propinsi Maluku. 4. Untuk menganalisis pengaruh PDRB terhadap Kesempatan Kerja di Propinsi Maluku.

15 E. MANFAAT PENELITIAN Hal penting dari sebuah penelitian adalah kemanfaatan yang dapat dirasakan atau diterapkan setelah terungkapnya hasil penelitian. Beberapa manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : I. Bagi Penulis Untuk meningkatkan pengetahuan, wawasan, membuktikan serta memberikan gambaran kongkrit mengenai ilmu dan teori yang diperoleh dalam perkuliahan dengan kondisi lapangan yang sebenarnya II. Bagi Pemerintah Penelitian ini diharapkan menjadi masukan atau informasi yang dapat dijadikan sebagai dasar petimbangan pemerintah Kota Propinsi Maluku dalam mengambil keputusan rencana peningkatan kesempatan kerja dan mengurangi pengangguran. III. Bagi Akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah dunia pustaka para pembaca dan sebagai wacana untuk penelitian selanjutnya.