BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini menggunakan metode screen printing melalui proses :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

BAB I PENDAHULUAN. Telah disadari bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini mengungkapkan metode penelitian secara keseluruhan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan metode eksperimen murni.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

III. METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat yang berbeda yaitu ; preparasi

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September hingga Desember 2015 di

Bab III Metodologi Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Agustus Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012

3 Metodologi Penelitian

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Karena tujuan dari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini mengungkapkan metode penelitian secara keseluruhan yang

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan material keramik komposit LSM-YSZ-GDC

III. PROSEDUR PERCOBAAN. XRD dilakukan di Laboratorium Pusat Survey Geologi, Bandung dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2015 di

Bab III Metodologi Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di

III. METODE PENELITIAN. preparsai sampel dan pembakaran di furnace di Laboratorium Fisika Material

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai dengan Oktober 2013.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 Metodologi penelitian

METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian terhidung sejak bulan Juni 2013 sampai dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012

Gambar 10. Skema peralatan pada SEM III. METODE PENELITIAN. Untuk melaksanakan penelitian digunakan 2 jenis bahan yaitu

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di

BAB III METODE PELAKSANAAN. Metode penelitian yang dilakukan menggunakan eksperimen murni yang

Metodologi Penelitian

III.METODOLOGI PENELITIAN. 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III.METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Januari 2015 sampai dengan Juni

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KARAKTERISTIK LISTRIK KERAMIK FILM TEBAL CuFe 2 O 4 : 10% MOL MgO YANG DIBAKAR PADA SUHU 800 O C DI MEDIA UDARA DAN GAS ETANOL

3 Metodologi Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Tempat pelaksanaan penelitian sebagai berikut: 2. Pengujian kekuatan tarik di Institute Teknologi Bandung (ITB), Jawa Barat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen.

Bab 3 Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dibutuhkan oleh setiap negara

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan, yaitu pada bulan Oktober 2011

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

BAB III METODELOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin,

BAB III METODE PENELITIAN

3 Metodologi Percobaan

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi material semikonduktor keramik,

KARAKTERISASI STRUKTUR MIKRO DAN STRUKTUR KRISTAL FILM TEBAL FETIO 3 DARI BAHAN MINERAL INDONESIA

3 Percobaan. Peralatan yang digunakan untuk sintesis, karakterisasi, dan uji aktivitas katalis beserta spesifikasinya ditampilkan pada Tabel 3.1.

KARAKTERISTIK LISTRIK KERAMIK FILM Fe 2 O 3 DENGAN VARIASI KETEBALAN YANG DIBUAT DARI MINERAL LOKAL DI ATMOSFIR UDARA DAN ATMOSFIR ALKOHOL

Bab IV Hasil dan Pembahasan

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus 2012 di Instalasi Elemen

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini pada dasarnya meliputi tiga tahapan proses

STUDI PENAMBAHAN MgO SAMPAI 2 % MOL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK KERAMIK KOMPOSIT Al 2 O 3 ZrO 2

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Persiapan dan perlakuan serat ijuk di Laboratorium Material Teknik Jurusan

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material, Jurusan

BAB III METODOLOGI III.1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi.

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia

3. Metodologi Penelitian

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG BAB I

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perlakuan panas atau annealing pada lapisan sehingga terbentuk butiran-butiran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

Transkripsi:

43 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tentang sintesis keramik film tebal CuFe 2 O 4 dengan penambahan massa MgO 10 % pada suhu 1100 0 C dan karakteristik listriknya di media udara dan gas etanol ini dilaksanakan mulai bulan Juli 2007 sampai dengan April 2008. Pembuatan sampel dan alat karakteristik listrik di media udara dan gas etanol dilakukan di Laboratorium Karakterisasi Listrik, Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri-Badan Tenaga Nuklir Nasional (PTNBR - BATAN) di jalan Tamansari No. 71 Bandung. Adapun proses analisis XRD (X-Ray Diffractometry) dilakukan di Laboratorium Departemen Pertambangan, Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan menggunakan sistem peralatan XRD, Philip Analytical X-Ray B. V. dan analisis SEM (Scanning Electron Microscopy) dilakukan di PPPGL (Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan) dengan menggunakan sistem peralatan SEM tipe JEOL seri JSM-35C. 3.2 Bahan-Bahan Penelitian 3.2.1 Bahan untuk Preparasi Serbuk 1. Serbuk CuO 2. Serbuk Fe 2 O 3 3. Serbuk MgO

44 3.2.2 Bahan untuk Pembuatan Pasta 1. Serbuk SiO 2 2. Serbuk PbO 3. Serbuk H 3 BO 3 4. Ethyl Cellulose 5. α Terpineol 3.2.3 Bahan untuk Fabrikasi Film Tebal 1. Substrat Alumina (Al 2 O 3 ) 2. Pasta konduktif perak 3. Alkohol 4. Aceton 5. Aquades 3.3 Peralatan Penelitian Peralatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas: 3.3.1 Peralatan Preparasi Serbuk 1. Neraca digital 2. Alat penggerus merk Karl Kolb, Scientific Technical Supplies D-6072 3. Saringan (ayakan) 38 µ m 4. Hot Plate merk RCT Basic (IKA LABORTECHNIK) 5. Beaker gelas 6. Pipet tetes, spatula

45 3.3.2 Peralatan Pembuatan Pasta 1. Alat penggerus merk Karl Kolb, Scientific Technical Supplies D-6072 2. Neraca Digital 3. Alat Pres (Kompaksi) 4. Alat Quenching 5. Spatula 3.3.3 Peralatan Fabrikasi Film Tebal 1. Screen nilon T 150, 20x 30 2. Pemotong kaca 3. Rakel (Squeegee) 4. Tungku Carbolite RHF 600 5. Tissue, double tape, pinset 6. Beaker gelas 3.3.4 Peralatan Analisis atau Karakterisasi 1. Set alat karakterisasi listrik: a. Tungku tabung b. Power Supply c. Termokopel d. Slide Regulator e. Heater 2. Alat XRD (X-Ray Diffractometer) merk Philip Analytical X-Ray B. V. 3. SEM (Scanning Electron Microscopy) tipe JEOL seri JSM-35C

46 3.4 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam fabrikasi film tebal CuFe 2 O 4 ini adalah metode screen printing dengan teknik snap off. Metode ini merupakan salah satu teknik pembuatan film tebal yang dilakukan dengan mencetak pasta pada substrat dimana pada saat pencetakan pada screen yang berada dalam suatu bingkai diberi jarak antara screen dengan substrat sebesar 2 mm. Proses fabrikasi film tebal dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap meliputi tahap preparasi serbuk, tahap pembuatan pasta, tahap pembuatan film tebal, dan tahap karakterisasi listrik di media udara dan gas etanol serta sifat-sifat film tebal yang dibuat untuk selanjutnya dianalisis. 3.4.1 Alur Proses Penelitian Secara umum alur proses pembuatan film tebal ini digambarkan sebagai berikut: Gambar 3.1 Alur proses penelitian.

47 3.4.2 Prosedur Pembuatan Film Tebal 3.4.2.1 Tahap preparasi serbuk Pada tahap ini semua bahan yang digunakan yaitu serbuk CuO, Fe 2 O 3, dan MgO ditimbang sesuai dengan komposisinya. Untuk bahan CuO dan Fe 2 O 3 ditimbang dengan perbandingan persentase mol sebesar 45:45. Adapun berat total yang diinginkan sebanyak 5 gram untuk bahan campuran tersebut. Untuk bahan aditif MgO yang ditambahkan sebesar 10 % mol. Gambar 3.2 Neraca digital.

48 Serbuk CuO Serbuk Fe 2 O 3 Serbuk MgO Penggerusan Penggerusan Penggerusan Pengayakan (38 mikron) Pengayakan (38 mikron) Pengayakan (38 mikron) Serbuk halus CuO Serbuk halus Fe 2 O 3 Serbuk halus MgO Penimbangan Penimbangan Penimbangan Pencampuran dengan komposisi mol 50 % : 50 % Pencampuran Penambahan aditif MgO sebesar 10 % massa Gambar 3.3 Tahap preparasi serbuk. Serbuk CuO (99%, Aldrich) sebanyak 1,6027 gram dan Fe 2 O 3 sebanyak 3,2217 gram di campur sesuai komposisi mol dengan perbandingan 45:45 lalu digerus selama kurang lebih satu jam menggunakan alat penggerus merk Karl Kolb. Tujuannya untuk menghaluskan ukuran butir. Demikian pula serbuk MgO dilakukan penggerusan selama 5 x 10 menit di selang istirahat masing-masing selama 5 menit agar mesin penggerus tidak terlalu panas. Jadi dilakukan penggerusan selama kurang lebih satu jam.

49 Gambar 3.4 Mesin penggerus merk Karl Kolb Scientific Technical Supplies D-6072. Setelah digerus kemudian dilakukan penyaringan menggunakan saringan ukuran < 38 µm agar dapat meloloskan serbuk yang homogen sehingga memperkecil ukuran butir. Gambar 3.5 Saringan ukuran < 38 µm.

50 Karena serbuk CuO, Fe 2 O 3, dan MgO yang digunakan agak kasar, maka untuk menyaring bahan dibantu dengan aquades sampai semua bahan lolos dari saringan dan ditampung dalam suatu beaker gelas. Setelah itu beaker gelas dipanaskan pada hot plate dengan temperatur 150 o C. Gambar 3.6 Hot Plate merk RCT Basic (IKA LABORTECHNIK). Setelah dilakukan penimbangan, campuran bahan CuO dan Fe 2 O 3 ditambah dengan MgO sebanyak 10 % mol dari total bahan utama yang diinginkan. Selanjutnya dilakukan penggerusan kembali sampai semua bahan tercampur rata. 3.4.2.2 Tahap pembuatan pasta Pasta yang dibuat dalam penelitian ini merupakan campuran antara frit (senyawa gelas), OV (organic vehicle atau senyawa organik), dan senyawa keramik. Untuk proses awal dilakukan pembuatan senyawa frit yang terdiri atas

51 campuran antara serbuk PbO, SiO 2, dan B 2 O 3 dengan % komposisi masingmasing bahan yaitu 20 %, 30 %, dan 50 % massa total frit yang diinginkan. Gambar 3.7 menunjukkan alur pembuatan senyawa gelas (frit) yang melalui beberapa tahapan. PbO (20 % massa total) SiO 2 (30 % massa total) B 2 O 3 (50 % massa total) Pencampuran Penggerusan Kompaksi (30 kg/cm 2 ) Pemanasan (800 0 C - 900 0 C) Sampel cair Quenching Gelas Penggerusan Senyawa Gelas (Frit) Gambar 3.7 Alur pembuatan senyawa gelas (frit). Total frit yang dibuat yaitu dalam 15 gram sehingga massa PbO, SiO 2, dan B 2 O 3 masing-masing sebanyak 3 gram; 4,5 gram; dan 7,5 gram. Semua bahan digerus untuk memperoleh campuran yang homogen.

52 Untuk memperoleh B 2 O 3 dari serbuk H 3 BO 3 maka dapat menggunakan persamaan reaksi berikut ini: 2 H 3 BO 3 B 2 O 3 + 3 H 2 O Berat H3BO 3 = 2 mol B2O 3 Mr.H3BO3 7,5gram = 2 69,619 61,832 = 16,889 gram Setelah itu proses selanjutnya yaitu kompaksi pada alat pres penekan tunggal. Sebelum di pres, alat cetakan diberi terlebih dulu bahan pelumas yaitu Zinc Stearat yang fungsinya untuk memperlancar aliran atau distribusi partikel di dalam cetakan ke semua arah. Proses kompakan ini akan membentuk campuran serbuk PbO, SiO 2, dan B 2 O 3 menjadi material padatan dalam bentuk pelet. Tekanan kompaksi yang digunakan pada proses kompaksi ini yaitu sebesar 30 kg cm 2. Tekanan kompaksi yang terlalu besar dapat mempengaruhi rapat massa pelet menjadi besar tapi kekuatannya rendah karena partikel-partikel serbuk patah pada tekanan yang terlalu besar. Gambar 3.8 Pelet mentah hasil kompaksi sebagai bahan senyawa gelas (frit).

53 Bahan-bahan senyawa frit Di gerus 4 x 10 menit Kompaksi untuk membentuk material padatan Panaskan pada suhu 800 0 C 900 0 C Proses Quenching Di dalam media air Frit mentah digerus sampai halus Senyawa Gelas (Frit) Gambar 3.9 Skema proses pembuatan frit.

54 Material kompakan berbentuk pellet tadi kemudian dipanaskan pada temperatur sekitar 800 0 C sampai dengan 900 0 C. Pada rentang temperatur tersebut material kompakan akan mencair mencapai titik lelehnya sehingga akan diperoleh material cair. Setelah semua sampel mencair, dilakukan proses quenching yaitu proses pendinginan secara cepat di dalam media air untuk memperoleh sampel berbentuk padatan kembali yang strukturnya cukup keras seperti gelas. Sampel dengan cepat didinginkan sampai suhunya lebih rendah, biasanya sampai suhu ruang dan medium pendinginannya biasanya adalah air. Proses quenching dilakukan agar material yang berbentuk cairan berubah menjadi padatan kembali. Untuk itu maka dilakukan penggerusan sampai semua frit mentah menjadi halus. Penggerusan ini menggunakan Mortar Agate. Hasil gerusan berupa serbuk kemudian disaring menggunakan saringan < 38 µm. Tujuannya adalah untuk memperhalus serbuk sehingga hanya bahan homogen saja yang diloloskan. Material serbuk inilah yang merupakan senyawa gelas (frit) yang memungkinkan partikel-partikel bahan keramik dapat menempel pada substrat saat pencetakan. Setelah pembuatan frit, tahap selanjutnya adalah pembuatan OV (Organic Vehicle) yaitu berupa senyawa organik yang tujuannya untuk memberikan sifat kental (fluid) pada saat dicampur dengan senyawa gelas dan keramik semikonduktor. Pada fabrikasi film tebal ini digunakan senyawa organik berupa campuran α - Terpineol sebesar 90 % dan Ethyl CelluloseI sebesar 10 % dari massa total OV yang diinginkan.

55 (a) (b) Gambar 3.10 (a) Ethyl cellulose, (b) α - Terpineol. Total senyawa organik yang dibuat dalam penelitian ini sebanyak 20 gram. Campuran α - Terpineol dan Ethyl Cellulose diaduk sampai homogen lalu simpan selama satu hari hingga mengental. Adapun langkah pembuatan senyawa organik ini adalah: Gambar 3.11 Alur pembuatan senyawa organik (Organic Vehicle / OV).

56 Tahap akhir dari pembuatan pasta yaitu pencampuran senyawa gelas (frit), senyawa organik, dan serbuk olahan yang telah ditentukan komposisinya pada tahap preparasi serbuk. Langkah pembuatannya sebagai berikut: Gambar 3.12 Alur pembuatan film tebal. Pencampuran pertama dilakukan dengan mencampurkan frit dan serbuk menurut prosentase penambahan massa tadi dengan cara penggerusan sampai bahan tercampur rata. Penambahan frit yang diberikan pada masing-masing sampel komposisinya adalah sebesar 5 % dan komposisi senyawa keramik sebesar 65 %. Banyaknya frit yang ditambahkan pada sampel adalah 5 % sehingga frit yang di butuhkan: 100 5 gram =5,26 gram -5 gram = 0,26 gram 95

57 Pencampuran kedua yaitu senyawa gelas (frit) dan bahan keramik yang sudah digerus dicampurkan dengan senyawa organik yang ditambahkan sebesar 30 % pada masing-masing sampel. Banyaknya OV yang ditambahkan yaitu: > > 100 berat akhir setelah ditambah frit 70 100 ( 5 + 0,26 ) gram = 7,51gram -5,26 gram 70 = 2,25gram Pencampuran ini ditempatkan dalam suatu wadah kemudian semua campuran diaduk sampai mengental dan berbentuk pasta. Pasta inilah yang siap dicetak pada substrat alumina (Al 2 O 3 ) menggunakan metode screen-printing. 3.4.2.3 Tahap fabrikasi film tebal Substrat alumina ukuran 5,1 cm x 5,1 cm dengan ketebalan 1,04 mm dipotong menggunakan alat pemotong kaca menjadi bagian-bagian kecil berukuran 1,7 cm x 1,7 cm. Substrat sebelum digunakan dalam pembentukan sistem perlu untuk dibersihkan dari segala kemungkinan kotoran yang dapat menurunkan kemampuan sistem yang akan dibangun. Kotoran yang mungkin dapat menempel pada substrat ada yang bersifat dapat larut dalam air dan tidak dapat larut dalam air. Untuk menghilangkan kotoran pada substrat, maka diperlukan pembersihan substrat dengan alkohol yang tinggi kadar kemurniannya. Substrat pertama kali dibersihkan dengan menggunakan kain, tissue, kapas yang ditekankan pada substrat, dengan tujuan pembersihan awal untuk menghilangkan kotoran yang melekat. Kemudian apabila substrat sudah bersih, maka substrat dicuci dengan alkohol. Pencucian substrat dengan alkohol

58 menggunakan kain atau kapas atau direndam dalam alkohol selama beberapa menit. Proses pembersihan diberikan pada semua sisi substrat. Setelah substrat dikeringkan, pasta yang telah dibuat tadi diletakkan pada screen yang berada dalam suatu bingkai dan screen diletakkan kurang lebih 2 mm di atas substrat alumina (Al 2 O 3 ). Proses pencetakan (printing) dilakukan dengan menyaput pasta secara berulang dengan urutan yang tepat menggunakan rakel (squeegee). Penyaputan berfungsi untuk memindahkan pasta ke atas substrat dengan cara menekan pasta pada screen. Tegangan permukaan akan menahan pasta pada substrat saat posisi screen kembali ke keadaan semula. Sebelum melakukan pencetakan pasta pada substrat, maka substrat terlebih dahulu diletakan pada kaca dan ditempeli double tape agar substrat tidak ikut menempel ke screen ketika dilakukan pencetakan. Kemudian screen dengan rangka diletakan di atasnya. (a) (b) Gambar 3. 13 (a) Screen nilon polos, (b) Screen pola.

59 Proses pencetakan di atas substrat dilakukan dengan meletakan pasta di atas screen, kemudian melakukan penyaputan pasta menggunakan rakel (squeegee). Posisi rakel harus menjadikan sisi tajam membentuk sudut 45 0 sampai 60 0 terhadap permukaan screen. Tekanan rakel terhadap screen akan berpengaruh terhadap hasil cetakan. Bila tekanan terlalu ringan maka pasta yang akan dilewatkan screen sangat sedikit. Gambar 3.14 Proses penyaputan menggunakan rakel (squeege) pada proses screen printing dengan teknik snapp-off (Reed, 1988). Ada dua macam metode pencetakan dengan menggunakan penyaput, yaitu metode off contact (snap off) dan metode direct contact. Pada metode off contact, screen kontak langsung dengan substrat hanya pada saat penyaput melintasi substrat. Jarak antara bagian bawah screen dengan permukaan substrat sekitar 0,5 3 mm. Celah ini disebut jarak snap off. Pada metode kontak langsung (direct contact) saat penyaput bergerak melintasi substrat tidak terjadi peregangan screen, karena screen berhubungan langsung dengan substrat. Dalam penelitian ini metode pencetakan yang digunakan adalah metode snap off.

60 Teknik penyaputan yang dilakukan yaitu teknik snap off dimana kontak langsung terjadi pada saat penyaputan dan ada jarak antara substrat dan screen kurang lebih pada penelitian ini adalah sebesar 2 mm. Ada banyak parameter yang dapat mempengaruhi kualitas dari hasil screen-printing. Proses pencetakan memegang peranan sangat penting untuk menghasilkan produksi yang berkualitas sehingga proses ini perlu dikontrol dengan baik. (a) Gambar 3. 15 (a) Tungku pemanas jenis Muffle, (b) (b) Tungku pemanas (tipe Muffle, merk Karbolit). Langkah selanjutnya yaitu proses sintering pada temperatur 1100 0 C selama 30 menit di atmosfer udara pada tungku sintering. Tujuannya supaya partikel penyusun dalam bahan berikatan kuat karena ada perpindahan atom maupun materi yang berlangsung disebabkan adanya difusi, aliran plastis, dan aliran viskos yang bersuperposisi secara kompleks.

61 Gambar 3.16 Hasil sintering CuFe 2 O 4 + 10 % MgO pada suhu 1100 0 C. Tahap berikutnya adalah pelapisan logam (metalisasi) pada film tebal yang telah disinter menggunakan pasta konduktif perak pada screen yang berpola. Proses pencetakannya sama seperti pencetakan pertama yaitu dengan memberi jarak antara substrat dan screen sebesar 2 mm. Film tebal mentah dikeringkan untuk selanjutnya dipanaskan pada temperatur 550 0 C selama tujuh menit. Suhu pemanasan yang diambil harus sesuai dengan karakteristik logam pelapis dan perlakuan panas ini dapat dilakukan bersamaan dengan langkah metalisasi. Penempelan pasta konduktif perak ini sebagai kontak pada film tebal sehingga dapat diukur karakteristik listriknya. Tahap fabrikasi film tebal dengan metode screen printing ini secara rinci digambarkan alurnya sebagai berikut:

62 Gambar 3.17 Metode fabrikasi film tebal dengan metode screen printing. Parameter proses meliputi setting yang tepat seperti kecepatan dan tekanan rakel (squeegee) dan jarak antara screen dan substrat akan mempengaruhi juga kualitas film tebal yang dibuat. Ketepatan waktu dan temperatur pada proses firing sangat penting pada proses pembuatan film tebal ini. Temperatur yang terlalu tinggi atau waktunya terlalu lama dapat menyebabkan film pecah (cracking) atau meleleh (melting). Selain itu waktu pembakaran yang terlalu lama

63 dapat menyebabkan film menciut (shrinkage) dan terkelupas (peelback). Untuk itu perlu diperhatikan parameter-parameter proses fabrikasi agar kualitas film tebal yang dibuat hasilnya baik. 3.4.3 Tahap karakterisasi Karakterisasi yang dilakukan meliputi analisis difraksi sinar X untuk mengetahui struktur kristal film tebal, analisis SEM untuk mengetahui morfologi permukaan film, dan karakterisasi listrik untuk mengetahui tahanan listriknya di media udara dan gas etanol yang diberikan. Tahap karakterisasi ini digambarkan alur penelitiannya pada Gambar 3.18. Gambar 3.18 Tahap karakterisasi sampel dalam bentuk film tebal.

64 3.4.3.1 Karakterisasi Listrik Untuk mengetahui respon sampel film tebal CuFe 2 O 4 dengan penambahan massa MgO 10 % massa terhadap gas uji (etanol) dilakukan pengukuran tahanan listrik sampel pada kondisi atmosfer udara dan kondisi atmosfer alkohol untuk berbagai temperatur di dalam tabung reaktor yang dibuat dengan konfigurasi seperti diperlihatkan pada Gambar 3.19. Pada konfigurasi ini peralatan catu daya (Power Supply), Slide Regulator, Heater, dan Multimeter diletakkan di luar tabung, sedangkan sampel film tebal dibungkus kertas alumina dan dililit dengan kawat tembaga yang terhubung ke Multimeter. Sementara itu Termokopel sebagai divais yang dapat mengikuti perubahan temperatur dengan cepat berada di dalam tabung dan diletakkan di bawah sampel. Sampel film tebal ini berada di dalam reaktor yang terisolasi (terbuat dari tabung kaca pyrex yang tahan panas sampai 700 0 C berdiameter 2,7 cm yang diletakkan di dalam tungku sebagai heater). Slide Regulator Suntikan gas Tempat sampel Gambar 3. 19 Set alat uji karakterisasi listrik.

65 Pada pengukuran ini tegangan berasal dari Power Supply dan pada saat yang bersamaan nilai tahanan sampel diukur mulai dari temperatur 100 0 C hingga mencapai temperatur 300 0 C. Data tahanan listrik sampel terhadap temperatur diukur pada saat kondisi di udara dan setelah diberi gas uji etanol dengan konsentrasi etanol yang bervariasi yaitu 0,1 ml, 0,3 ml, dan 0,5 ml. Setelah diperoleh data tahanan listrik yang cukup stabil maka etanol dimasukkan ke dalam tabung dengan cara disuntikkan. Etanol mula-mula diuapkan sampai suhu 300 0 C lalu didinginkan kembali. Setelah suhu turun, maka tahan uap etanol tadi selama kurang lebih satu jam untuk selanjutnya diukur tahanan listriknya di media gas etanol untuk tiap kenaikan suhu. 3.4.3.2 Analisis Struktur Kristal dengan XRD Analisis difraksi sinar-x (XRD) dilakukan untuk mengetahui struktur kristal dari sampel film tebal yang dibuat. Sampel dikarakterisasi dengan cara ditembak dengan sinar-x (panjang gelombang Cu Kα = 1,54056 Å) sehingga diperoleh gambaran pola difraksi sinar-x dalam bentuk grafik hubungan antara intensitas relatif terhadap 2θ. Dari pola difraksi tersebut dapat dianalisis struktur dan kualitas kristal film tebal CuFe 2 O 4 yang dibuat. Proses analisis XRD dilakukan di Teknik Pertambangan, Institut Teknologi Bandung dengan menggunakan sistem peralatan XRD, Philip Analytical X-Ray B. V.

66 3.4.3.2 Analisis Struktur Morfologi dengan SEM Analisis SEM (Scanning Electron Microscopy) dilakukan untuk mendapatkan gambaran morfologi dari sampel film tebal. Dari citra morfologi permukaan ini dapat diamati ukuran butir kristal dan porositas. Analisis SEM dilakukan di PPPGL (Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan) dengan menggunakan sistem peralatan SEM tipe JEOL seri JSM-35C. Sampel film tebal CuFe 2 O 4 mula-mula ditempel pada specimen holder lalu dibersihkan menggunakan hand blower. Sampel selanjutnya diberi lapisan tipis (coating) berupa gold palladium. Setelah dilapisi maka sampel dimasukkan ke dalam specimen chamber untuk diamati gambar struktur mikronya pada layar SEM dan dianalisis.