VII. KOMODITAS UNGGULAN DI KABUPATEN BOGOR

dokumen-dokumen yang mirip
VI. HUBUNGAN TINGKAT KEMISKINAN DENGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA MISKIN DI KABUPATEN BOGOR

Perkembangan Ekonomi Makro

V. KARAKTERISTIK DAN KEMAMPUAN DAYA BELI MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN BOGOR. Tabel. 22 Dasar Perwilayahan di Kabupaten Bogor

A. Realisasi Keuangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

1. PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. Tabel 1.1.1C

IV. GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Batanghari. Kecamatan yang terletak di Kabupaten Lampung Timur dengan luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia akan terlindas oleh era globalisasi dan perdagangan bebas.

BAB V KARAKTERISTIK DAN PERKEMBANGAN PRODUKSI KAYU PETANI HUTAN RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari

S. Andy Cahyono dan Purwanto

Bidang Tanaman Pangan

KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN DI KABUPATEN SEMARANG (PENDEKATAN LQ DAN SURPLUS PRODUKSI)

TINJAUAN PUSTAKA. daerahnya masing-masing. Oleh karena itu tiap daerah sudah lebih bebas dalam

Analisis Potensi Kecamatan Berbasis Komoditas Pertanian Dalam Pembangunan Wilayah Di Kabupaten Sleman (Pendekatan Location Qoutient dan Shift Share)

POTENSI WILAYAH KECAMATAN BERBASIS KOMODITAS PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN KARANGANYAR

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang


Siantar Marimbun 49,31%

Katalog BPS:

ANALISIS LOCATION QUOTIENT (LQ) AGROPOLITAN PONCOKUSUMO

Tabel Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Sayuran Tahun

Renstra Dispakan RENCANA STRATEGIS DINAS PANGAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BANDUNG TAHUN

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan

II. B. KETERANGAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130

Programa Penyuluhan Kab.Bangka

PENINGKATAN PRODUKSI PERTANIAN

INVENTARISASI KEGIATAN PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI BARAT

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

PENDAHULUAN. Latar Belakang

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BOGOR TAHUN

Statistik Konsumsi Pangan 2012 KATA PENGANTAR

PENENTUAN KOMODITI BASIS SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN PASER

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2013/2014. Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman. Luas Panen Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman

LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2012/2013. Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman. Luas Panen Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman

Republik Indonesia. SURVEI HARGA PEDESAAN Subsektor Tanaman Hortikultura (Metode NP)

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 146

BAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai agroekologi dataran rendah sampai dataran tinggi yang hampir semua dapat menghasilkan


I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

DATA JUMLAH POHON, POHON PANEN, PRODUKSI,PROVITAS DAN HARGA TANAMAN BUAH-BUAHAN TAHUNAN DI PACITAN TAHUN 2010

BUKU SAKU DATA PETERNAKAN DAN PERIKANAN 2014

Profil Kabupaten Bireuen

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Tabel/Table 1.4 Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Tanaman Buah - Buahan Harvest Area, Production and yield Rate of Fruits Tahun/ Year 2013

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA

diperoleh melalui sistem pendataan pengunjung. dilihat pada tabel

I. PENDAHULUAN. berusaha di pedesaan (Abdurrahman et al, 1999). Hampir sebagian besar. dalam arti sebagai sumber pendapatan (Sumaryanto, 2002).

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Katalog BPS : Badan Pusat Statistik Kota Kendari

BAB V PERTANIAN. Kabupaten Tegal Dalam Angka

Pedoman Pengumpulan Data Hortikultura L-5

PRODUKSI PADI DAN JAGUNG KALIMANTAN BARAT ANGKA SEMENTARA TAHUN 2012

Ditulis oleh Administrator Senin, 11 November :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 29 November :16

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LUAS TAMBAH TANAM SAYUR BUAH SEMUSIM (SBS) TAHUN 2015 LUAS PANEN SAYUR BUAH SEMUSIM (SBS) TAHUN 2015

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 POTENSI SUMBER DAYA PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber mata pencarian mayoritas penduduknya. Dengan demikian,

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting di Indonesia, oleh sebab itu

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/KU.340/2/2011 TENTANG

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Gambaran Umum Kecamatan Leuwiliang

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Informasi Geografis

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

PERAN DAN IDENTIFIKASI KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DI KABUPATEN WONOGIRI

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BOGOR

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah)

KECAMATAN TANETE RIATTANG DALAM ANGKA 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BONE

Perkembangan luas panen buah-buahan di Indonesia dalam. lain disebabkan terjadinya peremajaan tanaman tua yang tidak produktif

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman pisang merupakan salah satu kekayaan alam asli Asia



IV. KEDAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110 o sampai dengan

PRODUKSI PADI DAN JAGUNG ANGKA SEMENTARA TAHUN 2009 DAN ANGKA RAMALAN I TAHUN 2010

Profil Kabupaten Aceh Tamiang

OPTIMALISASI PEMANFAATAN PEKARANGAN MELALUI PENGEMBANGAN TANAMAN BIOFARMAKA UNTUK MENINGKATKAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT DI KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Figur Data Kota Surakarta Tahun

IDENTIFIKASI KOMODITAS UNGGULAN DI KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN PASAMAN

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130

PENGELOMPOKAN KABUPATEN DAN KOTA DI SUMATERA BARAT BERDASARKAN PRODUKTIVITAS PERTANIAN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS GEROMBOL BERHIERARKI.

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. memegang peranan penting bagi pembangunan pertanian di Indonesia. Fungsi

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

Transkripsi:

VII. KOMODITAS UNGGULAN DI KABUPATEN BOGOR 7.1 Komoditas Unggulan di Kecamatan Pamijahan Berdasarkan hasil analisis Location Quotient (LQ) terhadap komoditas pertanian di Kabupaten Bogor yang menggambarkan keunggulan komparatif berbagai komoditi unggulan pertanian khususnya tanaman padi dan palawija serta buah-buahan yang terdapat di Kecamatan Pamijahan seperti terlihat pada Tabel 36. Tabel. 36 Indeks Location Quotient Berdasarkan Produksi Padi dan Palawija di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. Komoditas Produksi di Kecamatan Pamijahan (Ton) Kabupaten Bogor (Ton) Padi Sawah 43.029 479.755 1,17 Padi Gogo 632 8.967 0,92 Jagung 244 3.216 0,99 Kacang tanah 33 2.234 0,19 Ubi Kayu 2.716 179.222 0,20 Ubi Jalar 9.341 54.528 2,24 Talas 740 13.385 0,72 Jumlah Total 56.735 741.307 Sumber: Kabupaten Bogor Dalam Angka (2008) (Diolah) Dari Tabel 36 terlihat bahwa terdapat beberapa komoditas pertanian yang dapat dikembangkan di Kecamatan Pamijahan. Tanaman Ubi Jalar memiliki nilai LQ 2,24 dan merupakan nilai LQ terbesar jika dibandingkan dengan komoditas lainnya. Kemudian komoditas yang nilai LQ terbesar kedua yaitu tanaman Padi Sawah yaitu sebesar 1,17 dengan demikian maka Ubi Jalar dan Padi Sawah merupakan komoditas unggulan yang dapat dikembangkan di Kecamatan Pamijahan karena memiliki nilai LQ > 1, yang artinya bahwa kedua komoditas tersebut merupakan sektor basis perekonomian masyarakat di Kecamatan Pamijahan. Sementara komoditas padi gogo, jagung, kacang tanah, ubi kayu dan talas merupakan komoditas yang ada di kalangan masyarakat tetapi bukan merupakan komoditas unggulan karena nilai LQ<1, artinya komoditas tersebut bukan merupakan sektor basis dalam perekonomian masyarakat. Selain dari komoditas unggulan berupa Ubi Jalar dan Padi Sawah, di Kecamatan Pamijahan juga terdapat beberapa potensi pertanian berupa buah-buahan yang juga menjadi LQ

80 fokus pertanian untuk dikembangkan di kalangan masyarakat. Seperti terlihat pada Tabel 37. Tabel. 37 Indeks Location Quotient Berdasarkan Produksi Buah-buahan di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. Komoditi Kecamatan Pamijahan (Ku) Kabupaten Bogor (Ku) Alpukat 870 10.974 2,32 Belimbing 382 19.627 0,57 Dukuh 535 6.785 2,30 Durian 100 54.558 0,05 Jambu Biji 1.760 37.819 1,36 Jambu Air - 15.962 - Jeruk Siam 400 2.103 5,56 Mangga - 20.047 - Manggis 26 21.164 0,04 Nangka 6.600 64.317 3,00 Nenas 92 25.796 0,10 Pepaya 11.780 122.376 2,81 Pisang 6.270 216.182 0,85 Rambutan - 220.082 - Salak 19 2.327 0,24 Sawo 141 6.734 0,61 Sirsak 75 4.905 0,45 Sukun 202 3.297 1,79 Jumlah 29.252 855.055 Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor (2008) (Diolah). Dari Tabel 37 terlihat beberapa komoditi buah yang dapat di kembangkan untuk mendukung perekonomian masyarakat di Kecamatan Pamijahan. Terdapat beberapa komoditi buah yang menjadi komoditas unggulan yaitu Jeruk Siam, Nangka, Pepaya, Alpukat, Dukuh, Sukun dan Jambu Biji. Buah-buahan tersebut menjadi komoditas unggulan di Kecamatan Pamijahan karena memiliki nilai LQ>1, artinya komoditas buah tersebut menjadi sektor basis perekonomian masyarakat di Kecamatan Pamijahan. Jeruk Siam memiliki nilai LQ tertinggi diantara komoditas buah lainnya yaitu dengan LQ sebesar 5,56. Kemudian dilanjutkan dengan Nangka dengan nilai LQ sebesar 3,00, Pepaya dengan nilai LQ sebesar 2,81, Alpukat dengan nilai LQ sebesar 2,32, Dukuh dengan nilai LQ 2,30, Sukun dengan nilai LQ sebesar 1,79 dan Jambu Biji dengan nilai LQ sebesar 1,36. LQ

81 Sementara komoditas lainnya yang memiliki nilai LQ< 1 merupakan komoditas non basis, bukan merupakan komoditas unggulan pada perekonomian masyarakat. 7.2 Komoditas Unggulan di Kecamatan Leuwiliang Hasil Analisis Location Quotient yang menggambarkan keunggulan komparatif dari berbagai komoditas pertanian di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor seperti terlihat pada Tabel 38 Tabel. 38 Indeks Location Cuotient Berdasarkan Produksi Padi dan Palawija di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor. Komoditas Produkdi di Kecamatan Leuwiliang (Ton) Kabupaten Bogor (Ton) Padi Sawah 19.598 479.755 1,09 Padi Gogo 8 8.967 0,02 Jagung 45 3.216 0,37 Kacang Tanah 45 2.234 0,54 Ubi Kayu 6.155 179.222 0,92 Ubi Jalar 1.605 54.528 0,79 Talas 338 13.385 0,67 Jumlah Total 27.794 741.307 Sumber : Kabupaten Bogor Dalam Angka (2008) (Diolah). Dari Tabel 38 dapat dilihat beberapa komoditas pertanian padi dan palawija yang terdapat di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor. Komoditas Padi Sawah memiliki nilai LQ tertinggi dibandingkan dengan komoditas lainnya di Kecamatan Leuwiliang. Nilai LQ komoditas Padi Sawah mencapai 1,09, hal ini menunjukkan bahwa komoditas Padi Sawah merupakan komoditas unggulan di Kacamatan Leuwiliang karena nilai LQ>1, artinya bahwa komoditas Padi Sawah merupakan sektor basis perekonomian yang dapat dikembangkan di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor. Sementara komoditas lainnya bukan merupakan sektor basis perekonomian masyarakat karena bukan merupakan komoditas unggulan, nilai LQ<1. Komoditas pertanian di Kecamatan Leuwiliang, selain komoditas unggulan berupa Padi Sawah juga terdapat beberapa komoditas buah-buahan yang menjadi komoditas pertanian yang dapat dikembangkan masyarakat. Seperti terlihat pada Tabel 39. LQ

82 Tabel. 39 Indeks Location Quotient Berdasarkan Produksi Buah-buahan di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor. Komoditi Kecamatan Leuwiliang (Ku) Kabupaten Bogor (Ku) Alpukat 75 10.974 0,63 Belimbing 75 19.627 0,35 Dukuh - 6.785 - Durian 710 54.558 1,20 Jambu Biji 150 37.819 0,37 Jambu Air 268 15.962 1,55 Jeruk Siam - 2.103 - Mangga 250 20.047 1,15 Manggis 1.842 21.164 8,03 Nangka 102 64.317 0,15 Nenas 3 25.796 0,01 Pepaya 260 122.376 0,20 Pisang 5.180 216.182 2,21 Rambutan 310 220.082 0,13 Salak 5 2.327 0,20 Sawo 3 6.734 0,04 Sirsak 19 4.905 0,36 Sukun 17 3.297 0,48 Jumlah 9.269 855.055 Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor (2008) (Diolah) Dari Tabel 39 dapat dilihat bahwa terdapat beberapa komoditas buahbuahan yang dapat dikembangkan di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor sebagai komoditas unggulan. Komoditas tersebut antara lain Manggis, Pisang, Jambu Air, Durian dan Mangga. Komoditas-komoditas tersebut memiliki nilai LQ > 1, sehingga merupakan sektor basis perekonomian yang dapat di jadikan komoditas unggulan oleh masyarakat. Nilai LQ Manggis sebesar 8,03, nilai LQ Pisang sebesar 2,21, nilai LQ Jambu Air sebesar 1,55, nilai LQ Durian sebesar 1,20 dan nilai LQ Mangga sebesar 1,15. Sementara komoditas buah-buahan lainnya bukan merupakan sektor basis perekonomian di Kecamatan Leuwiliang karena nilai LQ < 1, artinya bukan merupakan komoditas unggulan untuk dikembangkan oleh masyarakat Kecamatan Leuwiliang. Komoditas unggulan yang terdapat di Kecamatan Pamijahan dan Kecamatan Leuwiliang tidak jauh berbeda dengan komoditas unggulan seperti LQ

83 yang jelaskan oleh Bappeda Kabupaten Bogor dan PSP3 IPB pada tahun 2009. Seperti terlihat dalam Tabel 40. Tabel. 40 Jenis Komoditas Unggulan Per Kecamatan di Kawasan Zona 2 Kabupaten Bogor tahun 2009. Kecamatan Program Potensi Apirasi Komoditas yang PEMDA Produksi Masyarakat Direkomendasikan 1. Sukajaya a. Anyaman a. Kerbau a. Pepaya, pisang, a. Padi sawah 2. Nanggung Bambu a. Hutan rakyat b. Kerbau, ayam ras pedaging petai, sayur mayor, padi, ubi kayu, ubi jalar, jagung, jahe, b. Jagung Manis c. Talas d. Kacang Panjang e. Manggis 3. Leuwiliang a. Manggis a. Hutan rakyat lempuyang, f. Cabai Besar 4. Leuwisadeng a. Jambu biji b. Manggis a. Padi sawah, ubi jalar kunyit b. Kambing, kerbau, domba, g. Sawi h. Jambu Biji i. Jabon 5. Cibungbulang a. Ikan kolam air ayam buras j. Sengon tenang, kolam c. Ikan air sawah, k. Mahoni pembenihan ikan kolam air l. Afrika ikan, ikan hias tenang, ikan m. Bambu 6. Pamijahan a. Padi sawah, kolam air deras n. Pohon Aren Ubi jalar o. Jamur Tiram a. Ikan kolam air p. Ikan Mas deras, karamba, q. Ikan Gurame kolam r. Ikan Nila pembenihan s. Sapi Perah ikan, ikan hias t. Itik u. Kerbau v. Kambing PE w. Domba Sumber : PSP3 IPB dan Bappeda Kabupaten Bogor, 2009 Dari Tabel 40 terlihat bahwa kawasan zona II Kabupaten Bogor khususnya Kecamatan Pamijahan dan Kecamatan Leuwiliang sangat tepat untuk pengembangan usaha berbasis komoditas pertanian. Oleh karena itu, banyak ragam komoditas unggulan yang dapat dikembangkan sesuai dengan potensi yang ada pada masing-masing kecamatan. Berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh PSP3 IPB dan Bappeda Kabupaten Bogor tahun 2009, maka ada beberapa komoditas unggulan yang di rekomendasikan untuk dikembangkan diantaranya tanaman Padi Sawah, Jagung Manis, Talas, Kacang Panjang, Manggis, Ubi Jalar dan komoditas lainnya. 7.3 Prioritas Pengembangan Komoditas Unggulan Berdasarkan pada hasil Analisis Location Quotient terhadap beberapa komoditas pertanian di Kecamatan Pamijahan dan Kecamatan Leuwiliang, terdapat banyak komoditas pertanian yang dapat dijadikan komoditas unggulan

84 untuk dijadikan sektor basis perekonomian masyarakat. Beberapa komoditas unggulan yang menjadi prioritas untuk dikebangkan antara lain Ubi Jalar, Padi Sawah, Manggis dan Jeruk Siam. Komoditas-komoditas tersebut diambil berdasarkan pada nilai LQ tertinggi di dua Kecamatan. Semakin tinggi nilai LQ suatu komoditas, maka semakin kuat komoditas tersebut untuk dijadikan prioritas sektor basis yang akan dikembangkan. Komoditas unggulan di Kecamatan Pamijahan yang menjadi prioritas untuk di kembangkan yaitu Ubi Jalar dengan nilai LQ 2,24, Padi Sawah dengan nilai LQ 1,17 dan buah-buahannya adalah Jeruk Siam dengan nilai LQ 5,56. Semetara komoditas unggulan yang menjadi prioritas untuk dikembangkan di Kecamatan Leuwiliang adalah Padi Sawah dengan nilai LQ 1,09 dan untuk buah-buahannya adalah Manggis dengan nilai LQ 8,03. 7.3.1 Perkembangan Ubi Jalar Ubi Jalar merupakan tanaman palawija yang tumbuh dan berkembang dengan baik di Kabupaten Bogor khususnya di Kecamatan Pamijahan. Ubi Jalar merupakan komoditas unggulan di Kecamatan Pamijahan. Produksi Ubi Jalar dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Seperti terlihat pada Tabel 41. Tabel. 41 Perkembangan Ubi Jalar di Kecamatan Pamijahan dan Leuwiliang tahun 2007. Kecamatan Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) 2005 2006 2007 2005 2006 2007 2005 2006 2007 Pamijahan 307 417 634 4.484 6.938 9.341 14,61 16,64 14,73 Leuwiliang 139 282 114 1.990 4.336 1.605 14,32 15,38 14,08 Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor (2008) Dari Tabel 41 terlihat bahwa produksi Ubi Jalar di Kecamatan Pamijahan selalu meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007 terjadi penurunan produktivitas Ubi Jalar karena berakhirnya program dari pemerintah untuk pengembangan Ubi Jalar, masyarakat tidak mampu menjaga produktivitas, hanya tergantung pada pemerintah saja. Pada tahun sebelumnya peningkatan produksi Ubi Jalar di Kecamatan Pamijahan ini disebabkan konsentrasi pertanian masyarakat tani terhadap pengembangan Ubi Jalar, luas panen selalu bertambah,

85 adanya bantuan pemerintah kepada petani Ubi Jalar dan rangsangan prospek pasar Ubi Jalar dari tahun ke tahun cukup baik. Hasil produksi Ubi Jalar di Kecamatan Pamijahan sebagian besar di jual ke pasar non lokal untuk memenuhi permintaan. Hal ini sesuai dengan BP3K Kecamatan Pamijahan bahwa prospek pasar komoditas Ubi Jalar sebesar 25% lokal dan 75% luar lokal. Produksi Ubi Jalar terbesar di Kecamatan Pamijahan terdapat di Desa Gunung Bunder 1 dan 2 yaitu sebanyak 600 ton. Desa Cibening sebanyak 300 ton, Cimayang dan Gunung Menyan sebanyak 252 ton, Pasarean sebanyak 234 ton, Gunung Picung 225 ton, Pamijahan 195 ton, Cibitung Wetan 180 ton, Cibitung Wetan 120 ton. Sementara di Desa Cibunian, purwabakti, Ciasihan, Ciasmara dan Gunung Sari tidak di memproduksi Ubi Jalar. Produksi Ubi Jalar di Kecamatan Leuwiliang tidak seperti di Kecamatan Pamijahan yang setiap desa dapat menghasilkan ratusan ton per tahun. Di Kecamatan Leuwiliang, Produksi Ubi Jalar tidak terlalu besar. Produksi terbesar Ubi Jalar di Kecamatan Leuwiliang terdapat di tiga desa yaitu Desa Leuwimekar sebesar 85,5 ton, Desa Leuwiliang sebesar 81,4 ton dan Desa Karyasari sebesar 74,4 ton. Sehingga Ubi Jalar di Kecamatan Leuwiliang bukan merupakan komoditas unggulan karena produktsi pertahunnya sedikit. 7.3.2 Perkembangan Padi Sawah Tanaman Padi Sawah merupakan komoditas unggulan di Kecamatan Pamijahan dan Leuwiliang dengan nilai LQ > 1. Produksi Padi Sawah pada dua kecamatan tersebut dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan. Hal ini terjadi karena sebagian besar kelompok tani yang terdapat pada dua kecamatan tersebut memiliki basis menanam padi sawah dalam mengembangkan usaha pertaniannya. Seperti terlihat pada Tabel 42. Tabel. 42 Perkembangan Padi Sawah di Kecamatan Pamijahan dan Leuwiliang tahun 2007. Produktivitas Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Kecamatan (Ton/Ha) 2005 2006 2007 2005 2006 2007 2005 2006 2007 Pamijahan 6.254 6.424 7.280 34.139 36.007 43.029 5,46 5,61 5,91 Leuwiliang 1.981 2.304 3.360 10.779 12.856 19.598 5,44 5,58 5,83 Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor (2008)

86 Dari Tabel 42 dapat dilihat bahwa di Kecamatan Pamijahan produksi Padi Sawah sejak tahun 2005 sampai tahun 2007 selalu meningkat, hal ini disebabkan oleh terjadinya peningkatan luas panen dari tahun ke tahun. Produksi Padi Sawah terbesar di Kecamatan Pamijahan yaitu terdapat di Desa Ciasihan sebesar 6000 ton, Ciasmara sebesar 5.727 ton, Gunung Sari 4.371 ton. Sementara desa dengan produksi Padi Sawah terendah yaitu Desa Gunung Menyan, Cimayang dan Gunung Bunder 1 dengan masing-masing produksi sebesar 1.363 ton, 1.555 ton dan 1.669 ton. Sementara di Kecamatan Leuwiliang Produksi terbesar di Desa Pabangbon, Barengkok dan Karyasari dengan produksi masing-masing sebesar 2.501 ton, 1.255 ton dan 1.192 ton. Desa yang paling sedikit produksinya yaitu Desa Leuwimekar, Puraseda dan Leuwiliang dengan produksi masing-masing sebesar 152 ton, 267 ton dan 439 ton. Tanaman Padi Sawah ini memiliki prospek yang besar untuk dikembangkan dan dapat menjadi basis utama pertanian di dua kecamatan tersebut. Kecamatan Pamijahan dan Leuwiliang, masyarakatnya sudah dapat memenuhi kebutuhan akan beras bahkan sebagian besar beras yang dihasilkan di jual ke pasar non lokal (daerah lain) untuk memenuhi kebutuhan beras di daerah lain. Berdasarkan BP3K Kecamatan Pamijahan dan Leuwiliang, bahwa prospek pasar beras ini sebesar 75% lokal dan 25% luar lokal. Artinya, sebesar 25 % beras yang merupakan hasil produksi di ekspor keluar daerah. 7.3.3 Perkembangan Manggis Manggis merupakan tanaman eksotis dunia yang juga tumbuh di Kabupaten Bogor Khususnya di Kecamatan Leuwiliang. Manggis banyak tumbuh di Indonesia termasuk di Kabupaten Bogor. pohon manggis banyak ditemukan di Kecamatan Leuwiliang tepatnya dikampung citeureup tumbuh varietas manggis baru yang disebut sebagai manggis Bogor Raya yang baru di resmikan barubarui ini oleh Bupati Bogor yaitu Rahmat Yasin. Hampir setiap orang mengenal buah manggis dan menyukai rasanya. Tetapi, belum banyak yang mengenal bahwa daerah yang banyak menghasilkan tanaman ini adalah Kabupaten Bogor, Kecamatan Leuwiliang. Seperti terlihat pada Tabel 43.

87 Tabel. 43 Produksi Manggis di Kecamatan Pamijahan dan Leuwiliang tahun 2009. Kecamatan Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) Luas Tanaman (Ha) Pamijahan 15 375 50 Leuwiliang 35.124 878 50.944 Sumber : BP3K Kecamatan Pamijahan dan Leuwiliang (2009) Dari Tabel 43 terlihat bahwa Kecamatan Leuwiliang memiliki jumlah produksi manggis jauh lebih besar dibandingkan dengan Kecamatan Pamijahan. Jumlah produksi manggis yang terdapat di Kecamatan Leuwiliang mencapai 35.124 ton, sementara di Kecamatan Pamijahan sebesar 15 ton. Hal ini dikarenakan Kecamatan Leuwiliang memiliki luas tanam dan produktivitas buah yang lebih besar dibandingkan dengan Kecamatan Pamijahan. Sehingga tepat jika Kecamatan Leuwiliang dijadikan sebagai sentra produksi manggis di Kabupaten Bogor. Manggis ini, merupakan buah yang memiliki biji 6-7 dengan rasa yang manis. Pemasaran manggis banyak dilakukan oleh para petani ke pasar leuwiliang dan ke pasar bogor. bahkan ada juga yang membawanya ke Jakarta untuk di pasarkan lebih luas lagi. 7.3.4 Perkembangan Jeruk Siam Jeruk Siam merupakan komoditas unggulan yang berada di Kecamatan Pamijahan dengan nilai LQ 5,56. Jeruk ini memiliki tingkat produksi yang cukup baik untuk di kembangkan di Kecamatan Pamijahan. Seperti terlihat pada Tabel 44. Tabel. 44 Produksi Jeruk di Kecamatan Pamijahan tahuun 2008. No Kecamatan Produksi (Ku) Tambah Tanam (pohon) 1 Pamijahan 400 232 2 Leuwiliang - - Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor (2008) Dari Tabel 44 terlihat bahwa produksi komoditas Jeruk Siam di Kecamatan Pamijahan mencapai 400 Kwintal dengan tambah tanam 232 pohon. Desa yang paling banyak memproduksi Jeruk Siam yaitu Desa Gunung Picung,

88 Cibitung Kulon dan Cibitung Wetan dengan produksi masing-masing 10 Kwintal. Sementara Desa yang tidak memproduksi Jeruk Siam antara lain Desa Pamijahan, Pasarean, Gunung Menyan dan Cimayang karena di Desa tersebut lebih banyak memproduksi Ubi Jalar. Jeruk Siam oleh masyarakat dijadikan sebagai komoditas buah yang sampai sekarang dikembangkan dan prospeknya cukup baik. Komoditas ini sangat potensial dan masyarakat memasarkan hasilnya tidak hanya di pasar tradsional di sekitar kecamatan tetapi sudah mulai masuk ke pasar modern seperti Swalayan dan Pasar buah yang ada di Kota Bogor. 7.4 Ikhtisar Berdasarkan pada hasil analisis LQ terhadap komoditas pertanian yang terdapat di Kabupaten Bogor, maka komoditas ubi jalar, padi sawah, jeruk siam dan manggis merupakan komoditas unggulan yang terdapat di Kabupaten Bogor khususnya di Kecamatan Pamijahan dan Leuwiliang. Komoditas tersebut menjadi komoditas unggulan karena memiliki nilai LQ > 1, sehingga komoditas tersebut menjadi sektor basis perekonomian masyarakat di Kecamatan Pamijahan dan Leuwiliang. Nilai LQ ubi jalar sebesar 2,24, nilai LQ padi sawah sebesar 1,17 dan 1,09, nilai LQ jeruk siam sebesar 5,56 dan nilai LQ manggis sebesar 8,03. Berdasarkan nilai LQ tertinggi, manggis memang menjadi komoditas unggulan yang terdapat di Kabupaten Bogor, namun dalam kenyataan dilapangan tanaman ini mengalami kegagalan disebabkan oleh penebangan pohon yang dilakukan oleh masyarakat sehingga manggis perlu di budidayakan kembali. Pengembangan komoditas unggulan berupa ubi jalar terdapat di Kecamatan Pamijahan tepatnya terletak di Desa Gunung Bunder 1 dan 2 dengan produksi terbesar sebanyak 600 ton, produksi padi sawah terbesar terdapat di Desa Ciasihan sebesar 6000 ton, produksi jeruk siam terbesar terdapat di Desa Gunung Picung, Cibitung Kulon dan Cibitung Wetan sebanyak 10 kwintal. Sementara itu, pengembangan komoditas unggulan padi sawah di Kecamatan Leuwiliang yaitu di Desa Pabangbon, Barengkok dan Karyasari dengan produksi terbesar masingmasing 2.501 ton, 1.255 ton, dan 1.192 ton. Produksi manggis terbesar di

89 Kecamatan Leuwiliang yaitu di Desa Karyasari dengan nama manggis Bogor Raya. Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa Kabupaten Bogor, khususnya Kecamatan Pamijahan dan Leuwiliang merupakan centra pertanian yang memiliki lebih dari satu komoditas unggulan yang dapat dikembangkan sebagai basis perekonomian masyarakat.