Semua perlakuan tidak menyebabkan keadaan ekstrim menghasilkan NH 3 diluar

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsentrasi NH3. protein dan non protein nitrogen (NPN). Amonia merupakan bentuk senyawa

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

menjaga kestabilan kondisi rumen dari pengaruh aktivitas fermentasi. Menurut Ensminger et al. (1990) bahwa waktu pengambilan cairan rumen berpengaruh

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan NDF. dengan konsumsi (Parakkasi,1999). Rataan nilai kecernaan NDF pada domba

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi

KAJIAN KEPUSTAKAAN. merupakan domba-domba lokal. Domba lokal merupakan domba hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2003). Pemberian total mixed ration lebih menjamin meratanya distribusi asupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber nitrogen pada ternak ruminansia berasal dari non protein nitrogen

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar. Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 10. Hasil Pengamatan Karakteristik Fisik Silase Ransum komplit

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian Tahap Pengaruh Fermentasi terhadap Kandungan Energi Bruto

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan. Pakan dengan kualitas yang baik, memberikan efek terhadap

I. PENDAHULUAN. masyarakat meningkat pula. Namun, perlu dipikirkan efek samping yang

HASIL DAN PEMBAHASAN Suplementasi Biomineral

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum

HASIL DAN PEMBAHSAN. 4.1 Pengaruh Tingkat Peggunaan Probiotik terhadap ph

I. PENDAHULUAN. nutrien pakan dan juga produk mikroba rumen. Untuk memaksimalkan

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

TINJAUAN PUSTAKA. Jerami Padi

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Diagram Alir Proses Pengolahan Ubi Kayu menjadi Tepung Tapioka Industri Rakyat Sumber : Halid (1991)

FERMENTABILITAS PAKAN KOMPLIT DENGAN BERBAGAI SUMBER PROTEIN YANG DIPROTEKSI DENGAN TANIN DAUN KALIANDRA (Calliandra calothyrsus) SECARA IN VITRO

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I. PENDAHULUAN. tahun 2005 telah difokuskan antara lain pada upaya swasembada daging 2014

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum Penelitian

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing

II KAJIAN PUSTAKA. ransum yang ekonomis serta dapat memenuhi kebutuhan hidup pokok, Agar terpenuhinya produksi yang maksimal maka perlu

Okt ,30 75,00 257,00 Nop ,30 80,00 458,00 Des ,10 84,00 345,00 Jumlah 77,70 264, ,00 Rata-rata 25,85 88,30 353,34

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Unsur-unsur Nutrien dalam Singkong (dalam As Fed)

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia.

HASIL DAN PEMBAHASAN 482,91 55, ,01 67,22

HASIL DAN PEMBAHASAN M0 9,10 MJ 6,92 MIL 7,31 MILT 12,95 SEM 1.37

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Rumput gajah diperoleh berasal dari kebun rumput di sekitar kandang sapi

PENGARUH PENAMBAHAN NITROGEN DAN SULFUR PADA ENSILASE JERAMI UBI JALAR (Ipomea batatas L.) TERHADAP KONSENTRASI NH 3 DAN VFA (IN VITRO)

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Protein Kasar. Tabel 4. Rataan Kandungan Protein Kasar pada tiap Perlakuan

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian pengaruh nisbah C/N campuran feses sapi perah dan jerami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

Hasil. rumen domba. efektivitas. cairan Aktifitas enzim (UI/ml/menit) , Protease. Enzim

I. PENDAHULUAN. limbah-limbah pasar dan agroindustri. Salah satu cara untuk mengatasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien Pakan Hasil pengamatan konsumsi pakan dan nutrien dalam bahan kering disajikan pada Tabel 7.

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan nama

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Peternakan Rakyat di Ciater Peternakan rakyat di Ciater Kabupaten Subang merupakan peternakan yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Nutrien Silase dan Hay Daun Rami (%BK)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Kandungan Nutrien Ransum Berdasarkan 100% Bahan Kering (%)

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

dengan bakteri P. ruminicola (98-100%), B. fibrisolvens (99%), C. eutactus (99%) dan T. bryantii (94%). Bakteri-bakteri tersebut diduga sering

I. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

II. TINJAUAN PUSTAKA. Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

I. TINJAUAN PUSTAKA A. Domba Lokal B. Pakan Ruminansia 1. Rumput Gajah

Syaeful Bahri*, Ujang Hidayat Tanuwiria**, Atun Budiman** Universitas Padjadjaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang tinggi terhadap kondisi alam setempat (Sumardianto et al., 2013). Selain itu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber nitrogen pada ternak ruminansia terdiri dari non protein nitrogen dan

PENGARUH PROTEKSI PROTEIN BUNGKIL KELAPA SAWIT DENGAN TANIN TERHADAP FERMENTABILITASNYA SECARA IN VITRO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipelihara dengan tujuan menghasilkan susu. Ciri-ciri sapi FH yang baik antara

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

PERUBAHAN MASSA PROTEN, LEMAK, SERAT DAN BETN SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI

Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

IV PEMBAHASAN. 4.1 Kandungan Protein Produk Limbah Udang Hasil Fermentasi Bacillus licheniformis Dilanjutkan oleh Saccharomyces cereviseae

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. hijauan serta dapat mengurangi ketergantungan pada rumput. seperti jerami padi di pandang dapat memenuhi kriteria tersebut.

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan kecernaan protein ransum puyuh yang mengandung tepung daun lamtoro dapat dilihat pada Tabel 7.

PENDAHULUAN. karena Indonesia memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau.

Keterangan: * = berbeda nyata (P<0,05)

Transkripsi:

38 tersebut maka produksi NH 3 semua perlakuan masih dalam kisaran normal. Semua perlakuan tidak menyebabkan keadaan ekstrim menghasilkan NH 3 diluar kisaran normal, oleh karena itu konsentrasi NH 3 tertinggi yang dihasilkan adalah indikator terbaik nilai degradabilitas pakan yang diberikan. Pengaruh perlakuan terhadap produksi NH 3 cairan rumen sapi perah, dianalisis dengan sidik ragam (Lampiran 3). Hasil analisis menunjukkan perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap produksi NH 3 cairan rumen sapi perah. Hasil penelitian menunjukan terjadi peningkatan produksi NH 3 ketika adanya peningkatan penambahan umbi singkong (US) dengan persentasi hay daun kaliandra (HDK) tetap. Namun pada R 4 dan R 5 terjadi penurunan produksi NH 3 dengan adanya peningkatan persentase hay daun kaliandra. Adanya perbedaan antar perlakuan ini kemudian diuji lanjut dengan uji jarak berganda Duncan. Hasilnya dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil Uji Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap Produksi NH 3 Cairan Rumen Perlakuan Rataan NH 3 (mm) Signifikansi 0,05 R 3 5,35 a R 2 4,84 b R 1 3,81 c R 4 2,77 d R 5 2,69 d Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom signifikasi menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P 0,05).

39 Hasil pengujian jarak berganda Duncan menunjukkan produksi NH 3 dari setiap perlakuan satu sama lain berbeda nyata (P 0,05). Kandungan protein dari setiap perlakuan relatif sama namun adanya produksi NH 3 yang berbeda menunjukan tingkat degradasi pakan oleh mikroba berbeda pula. Perlakuan R 3 menghasilkan produksi NH 3 tertinggi sesuai dengan hipotesis yang digunakan. Sesuai dengan pendapat Widyobroto, dkk (2007) bahwa efisiensi pertumbuhan dan produksi protein mikrobia dapat ditingkatkan dengan adanya keseimbangan antara energi dan N yang tersedia dalam pakan, perbaikan sinkronisasi energi dan protein yang dibebaskan dalam rumen dapat meningkatkan sintesis protein mikrobia. Ternak yang mendapat ransum aras energi tinggi dengan aras UDP rendah (RDP tinggi) mempunyai aktivitas mikroba rumen yang relatif lebih baik disebabkan ketersediaan energi dimbangi dengan ketersediaan prekursor N dalam bentuk NH 3 dari degradasi protein, sehingga terdapat aspek sinkronisasi ketersediaan energi dan prekursor N untuk mikroba rumen (Widyobroto, dkk., 2007). Adanya peningkatan sumber enegri lebih tersedia dari umbi singkong dibandingkan dengan konsentrat akan memicu mikroba untuk lebih intensif dalam mendegradasi sumber protein yang berasal dari konsentrat (K), sehingga menghasilkan metabolit NH 3 yang lebih tinggi. Diduga sumber Nitrogen lebih banyak diperoleh dari konsentrat. Sumber Nitrogen dari Hay Daun Kaliandra lebih sulit tersedia karena terikat dengan tanin. Peningkatan penggunaan Hay Daun Kaliandra menyebabkan kadar tanin di dalam rumen meningkat sehingga

berdampak terhadap peningkatan pengikatan protein yang terdapat dalam 40 konsentrat. Oleh karena itu, peningkatan penggunaan Hay Daun Kaliandra sampai 8% menyebabkan NH 3 menurun tajam dibandingkan penggunaan 4%. Peningkatan Hay Daun Kaliandra diduga tidak hanya berdampak pada protein dari konsentrat, tetapi juga mengikat kabohidrat mudah dicerna yang terdapat dalam Umbi Singkong sehingga karbohidrat mudah dicerna ini tidak menyediakan energi yang cukup untuk aktivitas mikroba. Perlakuan R 4 dan R 5 menunjukan penurunan produksi NH 3 yaitu 2,69 mm dan 2,77 mm. Hal ini terjadi karena rendahnya degradasi protein pakan dimana persentase hay daun kaliandra meningkat dalam ransum sehingga tanin yang mengikat protein juga semakin tinggi dan menghasilkan protein bypass. Kandungan protein dan energi dalam ransum sapi yang mencukupi kebutuhan sintesis mikroba rumen perlu dipertimbangkan dan yang lebih penting akurasi pemenuhan kebutuhan energi dan protein pada inangnya. (Widyobroto, dkk., 2007). Diperkuat oleh pendapat Alwi, dkk (2013) yang menyatakan bahwa menurunnya konsentrasi NH 3 di dalam rumen diiringi dengan meningkatnya sintesis protein mikroba.

41 4.2 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsentrasi Asam Lemak Terbang Cairan Rumen Asam lemak terbang (VFA) adalah hasil hidrolisis karbohidrat polisakarida oleh mikroba rumen. Rataan produksi VFA pada setiap perlakuan disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9. Rataan Produksi VFA pada tiap Perlakuan Ulangan R 1 Perlakuan R 2 R 3 R 4 R 5 ------------------------------------mm---------------------- 1 161 174 197 138 92,5 2 163 183 201 139 98 3 158 185 183 145 98,5 4 146 176 209 148 101 Rata- rata 157 179 197 142 97,5 Keterangan : R1 = 15% RG + 45% SBJ + 36% K + 4% HDK R2 = 15% RG + 45% SBJ + 34% K + 4% HDK + 2% US R3 = 15% RG + 45% SBJ + 32% K + 4% HDK + 4% US R4 = 15% RG + 45% SBJ + 30% K + 8% HDK + 2% US R5 = 15% RG + 45% SBJ + 28% K + 8% HDK + 4% US Hasil perhitungan VFA pada Tabel 9. Menunjukan bahwa produksi VFA untuk perlakuan R 1, R 4 dan R 5 berada dalam kisaran normal. Menurut Sutardi (1981) konsentrasi VFA total cairan rumen yang baik untuk pertumbuhan optimum mikroba rumen adalah 80-160 mm, sedangkan untuk perlakuan R 2 dan R 3 di atas kisaran normal yaitu 179,87 mm dan 197,75 mm. Hal ini karena penambahan umbi singkong dalam ransum dapat didegradasi dengan cepat sehingga VFA yang dihasilkan lebih tinggi, sedangkan pada perlakuan R 4 dan R 5

persentase hay daun kaliandra lebih besar dibandingkan umbi singkong sehingga 42 VFA yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan R 2 dan R 3. Kandungan nutrisi untuk setiap perlakuan relatif sama namun menghasilkan produksi VFA yang berbeda sehingga hasil ini dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. Hasil uji jarak berganda Duncan disajikan dalam Tabel 10. Tabel 10. Hasil Uji Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap Produksi VFA Cairan Rumen Perlakuan Rataan NH 3 (mm) Signifikansi 0,05 R 3 197 a R 2 179 b R 1 157 c R 4 142 d R 5 97,5 e Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom signifikasi menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05). Peningkatan persentase umbi singkong pada R 2 dan R 3 menghasilkan produksi VFA yang tinggi. Hal ini disebabkan karena adanya BETN yaitu pati dan gula yang mudah dicerna didalam rumen. Namun pada perlakuan R 4 dan R 5 terjadi penurunan produksi VFA di dalam rumen yang diakibatkan oleh meningkatnya persentase Hay Daun Kaliandra menjadi 8% sehingga terjadi peningkatan jumlah tanin di dalam rumen yang diduga bahwa tanin tersebut tidak hanya mengikat protein saja tetapi juga mengikat karbohidrat yang terdapat di dalam umbi singkong. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tandi (2010) bahwa

tanin mempengaruhi metabolisme karbohidrat dengan mengikat pati sehingga 43 sukar dicerna oleh enzim amilase. Tanin yang masuk ke dalam saluran pencernaan dimana terjadi pencernaan diikat oleh protein sehingga sulit dicerna oleh enzim mikroba mengakibatkan amonia sedikit terbentuk dan akan mempengaruhi pertumbuhan mikroba. Begitu pula pati yang masuk ke dalam saluran pencernaan akan terikat dengan tanin sehingga sulit dicerna oleh enzim amilase menjadi glukose yang pada akhirnya menurunkan produksi VFA. Kurniawati (2009) menyatakan bahwa peningkatan jumlah VFA menunjukkan mudah atau tidaknya pakan tersebut didegradasi oleh mikroba rumen. Komposisi VFA di dalam rumen berubah dengan adanya perbedaan bentuk fisik, komposisi pakan, taraf dan frekuensi pemberian pakan, serta pengolahan. Produksi VFA yang tinggi merupakan kecukupan energi bagi ternak. Produksi VFA selain dipengaruhi SK dan BETN juga dipengaruhi oleh kandungan PK pada pakan perlakuan yang relatif sama. Protein kasar juga berpengaruh terhadap VFA, karena VFA yang dihasilkan selain berasal dari fermentasi karbohidrat, juga berasal dari fermentasi protein dalam rumen. Hal ini dikarenakan protein yang terkandung dalam pakan perlakuan mudah terdegradasi menjadi asam amino, selanjutnya asam amino tersebut akan mengalami deaminasi menjadi NH 3 dan asam α keto. Asam α keto diubah menjadi VFA, yang berupa iso butirat, iso valerat dan 2 metil butirat yang digunakan sebagai kerangka karbon bagi sintesis protein mikrobia rumen (Widodo, dkk., 2012). Mikroba rumen menghidrolisis selulosa menjadi

44 monosakarida yang kemudian membentuk VFA. VFA mempunyai peran ganda yaitu sebagai sumber energi bagi ternak dan sumber kerangka karbon bagi pembentukan protein mikroba (Amri dan Yurleni, 2014).