PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

POTENSI EKSTRAK TEMPE SEBAGAI ANTIAGING PADA TIKUS BETINA SEBAGAI HEWAN MODEL SAFRIDA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

BAB I PENDAHULUAN. tradisional maupun pasar modern. Kacang kedelai hitam juga memiliki kandungan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi seorang wanita, menopause itu sendiri adalah datangnya masa tua.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia mulai dalam kandungan sampai mati tampaklah. perkembangan, sedangkan pada akhirnya perubahan itu menjadi kearah

FITOESTROGEN DITINJAU DARI BIOFARMAKA

Kata kunci: Ekstrak tempe, kulit, tulang, tikus premenopause, uterus

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. insiden penyakit degeneratif di tiap negara. Selain itu, meningkatnya usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, pengujian dan pengembangan serta penemuan obat-obatan

BAB I. PENDAHULUAN. berhentinya siklus menstruasi disebabkan oleh jumlah folikel yang mengalami

PERAN PEMBERIAN EKSTRAK TEMPE UNTUK PERBAIKAN KONDISI PASCAMENOPAUSE MENGGUNAKAN TIKUS SEBAGAI HEWAN MODEL ABSTRAK

KANDUNGAN SENYAWA ISOFLAVON DALAM TEMPE DAN MANFAATNYA BAGI KESEHATAN. Dr. Sri Handayani

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut:

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN KATUK (Sauropus androgynus) TERHADAP BERAT UTERUS DAN TEBAL ENDOMETRIUM PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) MENOPAUSE

BAB I PENDAHULUAN. biologis atau fisiologis yang disengaja. Menopause dialami oleh wanita-wanita

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Minat dan kesadaran untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut semakin

PENENTUAN KONDISI PREMENOPAUSE DAN PASCAMENOPAUSE MENGGUNAKAN TIKUS SEBAGAI HEWAN MODEL

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu kedokteran anti penuaan (KAP) atau Anti-Aging

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (tua) yang terjadi akibat menurunnya fungsi generatif maupun endokrinologik dari

BAB I PENDAHULUAN. dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun sekitar 1,49 persen. Pada periode

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat. menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tumbuhan Bunga Matahari (Helianthus annuus L.)

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan negara berupa kemajuan di bidang kesehatan,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian pengaruh pemberian ekstrak daun katuk (Sauropus

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada wanita. Menopause menandakan akhir dari masa subur atau masa

AACE Mengeluarkan Panduan untuk Terapi Hormon Menopause

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 4. Grafik Pertambahan Bobot Badan Tikus

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat sekitar tumbuhan, diduga sekitar spesies

Osteoporosis. Anita's Personal Blog Osteoporosis Copyright anita handayani

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menopause merupakan suatu tahap kehidupan yang dialami. wanita yang masih dipengaruhi oleh hormon reproduksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan obat herbal dari family

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Pend h a uluan Etiologi PUD B l e dik um t e h a i u t pas iti Beberapa pilihan terapi

BAB I PENDAHULUAN. yang menawarkan berbagai tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hewan betina. Menurut Shabib (1989: 51-53), bentuk aktif estrogen terpenting

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal atau muda merupakan salah satu tahap dari siklus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Hormon Replacement Therapy

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Tempe

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lecithin Softgel, Herbal Obat Kolesterol

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus

I. PENDAHULUAN. retrospektif ditetapkan sebagai saat menopause (Kuncara, 2008).

TINJAUAN PUSTAKA Kedelai dan Tempe

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kekhawatiran ini berawal dari pemikiran bahwa dirinya akan menjadi tidak sehat,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada wanita, komposisi lemak tubuh setelah menopause mengalami

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang pada tahap awal belum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mengamati preparat uterus di mikroskopdengan menghitung seluruh

Proses Menua Intrinsik Proses Menua Ekstrinsik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Setiap perempuan akan mengalami proses fisiologis dalam hidupnya,

BAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat

BAB I PENDAHULUAN. umur. Pada saat terjadi menopause, indung telur (ovarium) tidak berespon

BAB I PENDAHULUAN. kadar hormon seseorang. Aging proses pada pria disebabkan oleh menurunnya sistem

ABSTRAK. Antonius Budi Santoso, Pembimbing I: Sylvia Soeng, dr. M.Kes. Pembimbing II: Sri Utami Sugeng, Dra., M.Kes.

BAB I PENDAHULUAN. Masa menopause merupakan suatu transisidimana ditandai. perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. menopause. Jumlah populasi wanita usia 50 tahun ke atas diperkirakan

ABSTRACT PENDAHULUAN. H. Winarsi I ), D. Muchtadi *I, F.R. Zakaria *), dan 6. Purwantara 3)

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Rata- rata bobot ovarium dan uterus tikus putih

BAB I PENDAHULUAN. Disfungsi seksual secara luas didefinisikan oleh DSM-IV sebagai

BAB I PENDAHULUAN. penyakit pada wanita lebih banyak dihubungkan dengan fungsi dan

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 033 tahun 2012 tentang Bahan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dan progesteron dalam ovarium. Menopause alami ditegakkan secara

ISOFLAVON, SENYAWA MULTI-MANFAAT DALAM KEDELAI

HUBUNGAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN DENGAN PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF PADA WANITA POST MENOPAUSE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. pendidikan, perumahan, pelayanan kesehatan, sanitasi dan lingkungan (Shah et al.

BAB I PENDAHULUAN. Late-onset hypogonadism (LOH) atau andropause secara klinis dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko

BAB I PENDAHULUAN. cantik, tidak lagi bugar dan tidak lagi produktif. Padahal masa tua

Pengetahuan tentang overweight dan obesitas, baik yang menyangkut penyebab, maupun akibatnya perlu diketahui orang banyak khususnya bagi remaja, guna

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator kesehatan suatu. negara. AKI di dunia secara global sebesar 216/ kelahiran hidup.

PENGARUH EKSTRAK KACANG PANJANG

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. atau kesehatan, tetapi juga budaya. Budaya minum jamu ini masih terpelihara di

Transkripsi:

20 PENDAHULUAN Latar Belakang Tempe merupakan makanan tradisional Indonesia yang diolah melalui proses fermentasi kedelai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedelai dan produk olahannya mengandung senyawa isoflavon. Isoflavon yang dominan pada tempe adalah aglikon (genistein dan daidzein) yang dihasilkan dari pelepasan glukosa dari glikosida. Tempe mengandung lebih banyak senyawa isoflavon aglikon bila dibandingkan dengan kedelai mentah (Safrida 2008). Isoflavon terbukti mempunyai efek hormonal, khususnya efek estrogenik. Aktivitas estrogenik isoflavon diketahui terkait dengan struktur kimianya yang mirip dengan dietilstilbesterol, yang biasanya digunakan sebagai obat yang memiliki sifat estrogenik (Pawiroharsono 2007). Struktur isoflavon dapat ditransformasikan menjadi equol yang mempunyai struktur fenolik mirip dengan hormon estrogen (Setchell dan Cassidy1999). Struktur molekul equol isoflavon memiliki kemiripan dengan struktur estrogen sehingga isoflavon disebut estrogen like. Isoflavon kedelai adalah senyawa fitoestrogen yang mempunyai kesamaan struktur kimia dengan estrogen mamalia (Setchell dan Adlercreutz 1988). Isoflavon mampu berikatan dengan reseptor estrogen (RE) yang terdapat dalam sel berbagai jaringan tubuh dan berpotensi secara agonis maupun antagonis terhadap kerja estrogen (Brzozowski et al. 1997). Penelitian Persky et al. (2002) mengungkapkan bahwa isoflavon dapat bertindak sebagai estrogen antagonis (menghambat) pada saat estrogen endogen dalam konsentrasi tinggi, dan bertindak sebagai estrogen agonis (menstimulir) pada saat hormon estrogen endogen dalam konsentrasi rendah. Afinitas fitoestrogen terhadap reseptor estrogen sangatlah rendah bila dibandingkan dengan estrogen endogen sehingga diperlukan jumlah fitoestrogen yang sangat besar untuk memperoleh efek yang memadai menyamai efek estrogen endogen. Fitoestrogen diketahui berpotensi lebih rendah, yaitu 10-3 -10-5 kali dibanding estrogen endogen, namun mampu berikatan kuat dengan reseptor estrogen beta (Klein 1998).

21 Isoflavon merupakan salah satu bagian dari kelompok fitoestrogen, suatu substansi yang berasal dari tumbuhan yang memiliki struktur mirip dengan 17- beta-estradiol dan dapat berikatan dengan reseptor estrogen. Isoflavon mempunyai afinitas yang lebih tinggi terhadap reseptor estrogen beta daripada reseptor estrogen alfa dan memiliki potensi untuk mengaktifkan jalur sinyal estrogen, baik secara genomik maupun nongenomik. Dewasa ini dilaporkan bahwa isoflavon mempunyai efek positif pada kesehatan manusia, seperti dapat mencegah kanker yang disebabkan atau berkaitan dengan hormon, penyakit kardiovaskuler, osteoporosis, keluhan menopause, dan penuaan. Isoflavon dapat memberikan wawasan baru tentang mekanisme pengaturan fisiologi dan menambah berbagai kemungkinan bagi intervensi medis (Pilšáková et al. 2010). Penuaan menyebabkan penurunan beberapa fungsi tubuh. Penurunan fungsi organ tubuh berbeda bergantung pada waktu (Rastogi 2007). Wanita mengalami masa transisi dari reproduktif ke nonreproduktif yang disebut masa klimakterium (Wirakusumah 2004). Masa klimakterium dibagi dalam empat tahap, yaitu premenopause, perimenopause, menopause, dan pascamenopause. Premenopause ditandai dengan mulai terjadi penurunan fungsi reproduksi (Kasdu 2004). Perimenopause ditandai dengan perubahan pada pola perdarahan haid, yang diakibatkan karena defisiensi atau berfluktuasinya estrogen dan progesteron (Zulkarnaen 2003). Menopause merupakan suatu proses penuaan alami dalam kehidupan wanita. Pada saat memasuki menopause, kadar estrogen menurun, namun tidak seluruhnya menghilang (Sibuea et al. 1996). Pada masa ini, fungsi ovarium berkurang sehingga kadar hormon estrogen dan progesteron menjadi berkurang (Timiras et al. 1995). Pascamenopause ditandai dengan kadar estrogen dan progesteron yang rendah (Zulkarnaen 2003). Salah satu efek menopause ialah menyebabkan gangguan metabolik pada tulang atau osteoporosis (Winarsi 2005). Hasil penelitian pada tikus ovariektomi yang diberikan genistein sebanyak 0.25 mg/kg/hari selama tujuh minggu ternyata dapat meningkatkan densitas tulang (Chanawirat et al. 2006). Selanjutnya, penelitian Bitto et al. (2008) menyatakan bahwa pemberian genistein aglikon sebanyak 10 mg/kg/hari selama 12 minggu pada tikus ovariektomi menunjukkan peningkatan densitas mineral tulang (bone mineral density) yang signifikan

22 apabila dibandingkan dengan perlakuan lain yang diberikan alendronate, raloxifine, dan estradiol. Kulit dipengaruhi oleh hormon estrogen. Berkurangnya kadar estrogen dan progesteron memiliki dampak negatif pada kulit. Kulit para wanita yang berada dalam masa menopause menjadi lebih tipis, mengendur dan kehilangan elastisitasnya, produksi kolagen menurun, fungsi kelenjar minyak menurun, dan kulit juga menjadi kering (Brincat 2000; Datau dan Wibowo 2005). Semakin bertambahnya umur, kelarutan (solubility) kolagen menurun dan terjadi penumpukan insoluble kolagen di ruang ekstraseluler sehingga mencegah aliran nutrien dan oksigen ke sel yang menyebabkan sel tersebut mengalami kelaparan dan kematian. Hal ini memberikan kontribusi terhadap penuaan karena penurunan aktivitas mrna sel, termasuk juga sel otot (Kanungo 1994). Salah satu pendekatan yang dilakukan untuk mengatasi proses penuaan ialah dengan terapi sulih hormon (TSH). Penggunaan TSH merupakan perawatan medis yang dilakukan untuk menghilangkan gejala atau keluhan selama dan setelah menopause. Saat ini, jenis TSH yang digunakan merupakan kombinasi estrogen dan progesteron sintesis, namun penggunaan TSH ini dilaporkan dapat meningkatkan risiko kanker payudara (Rossouw et al. 2002), dan penyakit kardiovaskuler (Grady et al. 2002). Mencermati hal tersebut di atas, ekstrak tempe yang mengandung fitoestrogen mempunyai harapan untuk dijadikan sebagai salah satu obat oral dalam terapi sulih hormon sebagai pengganti hormon estrogen yang relatif aman yang bermanfaat sebagai antiaging. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji mekanisme fitoestrogen yang terkandung dalam ekstrak tempe kedelai mempunyai potensi sebagai antiaging pada hewan betina. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah: 1. Penentuan kondisi hewan model premenopause dan pascamenopause dengan menggunakan parameter kualitas uterus, kulit, dan tulang. 2. Mengetahui potensi ekstrak tempe untuk perbaikan kondisi premenopause. 3. Mengetahui potensi ekstrak tempe untuk perbaikan kondisi pascamenopause.

23 Hipotesis Pemberian ekstrak tempe berfungsi sebagai antiaging melalui perbaikan kualitas uterus, kulit, dan tulang. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memanfaatkan ekstrak tempe sebagai obat oral dalam memperbaiki kualitas uterus, kulit, dan tulang pada kondisi premenopause dan pascamenopause. Data ini dapat digunakan untuk penerapan dan pengembangan dalam ilmu kedokteran serta ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama dalam bidang farmasi. Kebaruan (Novelty) Sejauh ini penentuan usia premenopause dan pascamenopause pada manusia dilakukan dengan menggunakan parameter kadar hormon progesteron. Penelitian ini tidak hanya menentukan masa premenopause dan pascamenopause berdasarkan kadar hormon progesteron, tetapi kondisi hewan model premenopause dan pascamenopause ditentukan dengan menggunakan parameter uterus, kulit, dan tulang pada tikus. Hingga saat ini belum pernah dilaporkan penelitian tentang penentuan kondisi hewan model premenopause dan pascamenopause menggunakan parameter uterus, kulit, dan tulang pada tikus. Selain itu, penggunaan ekstrak tempe dalam memperbaiki kualitas uterus, kulit, dan tulang pada tikus premenopause dan pascamenopause juga belum pernah dilaporkan. Kerangka Pemikiran Penuaan adalah penurunan secara fisiologis fungsi tubuh dan berbagai sistem organ yang mengakibatkan peningkatan kejadian penyakit. Proses penuaan pada wanita berlangsung lebih dramatis, karena pada saat memasuki usia tua terjadi penurunan fungsi organ reproduksi sehingga kadar hormon estrogen menurun. Penurunan hormon ini juga memiliki dampak pada fungsi beberapa organ tubuh, di antaranya uterus, kulit, dan tulang. Saat ini, ada tiga pendekatan yang dilakukan untuk mengatasi proses penuaan, yaitu terapi sulih hormon,

24 penanggulangan obesitas, dan terapi sel punca. Secara medis, terapi sulih hormon menggunakan preparat hormon sintetis. Untuk mengatasi risiko yang tidak menguntungkan pada terapi preparat hormonal sintetis dalam jangka panjang, saat ini penelitian lebih banyak diarahkan pada penggunaan bahan alami. Tempe adalah salah satu makanan tradisional Indonesia yang digemari masyarakat dan mempunyai kandungan fitoestrogen (estrogen nabati) yang tinggi. Senyawa fitoestrogen mempunyai kesamaan struktur kimia dengan estrogen mamalia dan dapat berikatan dengan reseptor estrogen. Hal ini menjadi dasar pemikiran penggunaan ekstrak tempe sebagai bahan alami yang dapat memperbaiki kualitas uterus, kulit, dan tulang untuk mengatasi penurunan kualitas hidup pada saat memasuki usia tua, yakni premenopause dan pascamenopause (Gambar 1). Ekstrak tempe Penuaan wanita Fitoestrogen Fungsi ovarium Estrogen like + Estrogen + - + - + - Uterus Kulit Tulang Gambar 1 Bagan Alir Kerangka Pemikiran Dari uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa penuaan akan menurunkan kualitas hidup. Sejauh mana perbaikan kualitas uterus, kulit, dan tulang pada saat penuaan dengan menggunakan ekstrak tempe dapat diketahui dari kegiatan penelitian yang dibagi atas tiga tahapan ini. Masing-masing penelitian dilakukan dengan metode yang spesifik yang hasil dan pembahasannya disampaikan pada bagian tersendiri dari disertasi ini, dengan judul: 1. Penentuan Kondisi Hewan Model Premenopause dan Pascamenopause dengan Menggunakan Tikus sebagai Hewan Model.

25 2. Suplementasi Ekstrak Tempe untuk Perbaikan Kondisi Premenopause Menggunakan Tikus sebagai Hewan Model 3. Peran Pemberian Ekstrak Tempe untuk Perbaikan Kondisi Pascamenopause Menggunakan Tikus sebagai Hewan Model