BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR LAMPIRAN. Gambar A.1 Rancangan Output Laporan Daftar Bangunan

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam perusahaan, apapun jenis organisasi yang dilakukan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Dukungan Fungsi Produksi dalam Pencapaian Tujuan Perusahaan. No. Kategori Pertanyaan Y T. tujuan-tujuan jangka pendek?

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. bantu pengawasan ini dapat menunjang terwujudnya proses pengawasan yang sesuai

BAB I PENDAHULUAN. dapat diterapkan berbagai kebijakan yang menguntungkan perusahaan. Untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi adalah jenis usaha jasa konstruksi

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa manajemen logistik yang

BAB VIII SIKLUS PENGELUARAN: PEMBELIAN DAN PENGELUARAN KAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistem merupakan istilah dari bahasa Yunani yaitu system yang artinya adalah

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT NORITA MULTIPLASTINDO

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Peranan Pengendalian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mulyadi (2001:5) sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

SCM dalam E-Business. 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang SCM pada e-business

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4/PMK.06/2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan perekonomian sekarang ini, perusahaan dituntut untuk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian. Teori-teori tersebut berkaitan dengan penjualan.

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya. Analisis Penerapan..., Oktafianus, Fakultas Ekonomi 2015

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan suatu perencanaan untuk menciptakan masa depan usahanya melalui

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Lukas Dwiantara, SIP, M.SI. dan Rumsari Hadi Sumarto, SIP. (2004:4)

BAB III PEMBAHASAN. ekonomi, dan pihak lainnya yang telah dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan

BAB II LANDASAN TEORI. penerimaan dengan pengeluaran, tetapi dengan semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek dengan tujuan mengatur tahap tahap pelaksanaan

PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Tinjauan Umum Atas Sistem Informasi Akuntansi. Sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang berhubungan erat

MANAJEMEN PERSEDIAAN

SALINAN TENTANG. Nomor. Dan Pelabuhan Bebas. Batam; Mengingat. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Seiring pertumbuhan dunia usaha yang semakin kompetitif dengan persaingan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan utama perusahaan manufaktur adalah mengolah bahan baku

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2018 TENTANG

BAB II KAJIAN TEORI. pengawasan (control) sebagai berikut : control is the process by which an executive

BAB III LANDASAN TEORI. adalah keadaan yang ada dan belum diproses lebih lanjut, sedangkan informasi

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang era globalisasi yang penuh tantangan bagi negara-negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN AJAR Jurusan : Administrasi Bisnis Konsentrasi : Mata Kuliah : Pengantar Bisnis

MENTERI KEUANGAN ' REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 4/PMK.06/2013 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

TABEL 1 DAFTAR PERTANYAAN EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

STMIK GI MDP. Program Studi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap Tahun 2010/2011

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II. organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dipengaruhi oleh pengendalian persediaan (inventory), karena hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. sumber daya manusia dan sumber daya yang lainnya secara efektif dan efisien. untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen pada dasarnya dibutuhkan oleh semua perusahaan. atau organisasi, karena tanpa semua usaha ataupun kegiatan untuk

Siklus Pengeluaran: Pembelian dan Pengeluaran Kas. Pertemuan 12

BAB IV PEMBAHASAN. bersumber dari beberapa pemasok yang mempunyai merk berbeda. mengenai latar belakang perusahaan dan mengumpulkan informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan pelaksanaan organisasi dalam rangka mencapai tujuannya. Akan

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DALAM MENGEFISIENKAN BIAYA PERSEDIAAN PADA UMKM KUE NIKMAT RASA ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Biaya Pengertian Biaya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan suatu toko maka untuk menghadapi faktor-faktor. yang bergerak dalam industri distribusi dan penjualan untuk

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. orang atau lebih yang didasarkan atas tujuan yang ingin dicapai bersama. Suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. concern) dan tanggung jawab sosial (corporate social responsibility) (Brigham et al

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya tingkat kebutuhan masyarakat akan suatu produk menuntut

SALINAN BUPATI BULELENG, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 511 ayat (1),

SALINAN NO : 14 / LD/2009

BAB 4 PEMBAHASAN. Pembahasan audit operasional atas fungsi pembelian dan pengelolaan bahan

BAB II TINJUAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK

Variable X. Audit Operasional

: MANAGER & STAFF. 5 Apakah terdapat rotasi pekerjaan yang dilakukaan perusahaan?

BAB 1 PENDAHULUAN. industri yang cukup ketat. Untuk mencapai hal tersebut, perusahaan dituntut untuk

BAB IV PEMBAHASAN AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG USAHA PADA PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II. Dasar Teori. 2.1 Konsep dan Dasar Definisi Konsep

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran atau kecepatan penyelesaian berbagai pekerjaan apapun.

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dewasa ini peranan teknologi informasi sangatlah dibutuhkan,

SIKLUS PENGELUARAN: PEMBELIAN DAN PENGELUARAN KAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Zulian Zamil : 2003).

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat di indonesia, pengusaha dituntut untuk bekerja dengan lebih efisien

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM,

1. Dalam Instruksi Presiden ini yang dimaksud dengan:

BAB XIII MANAJEMEN OPERASI/PRODUKSI. PAB -Manajemen Operasi dan Persediaan. M.Judi Mukzam

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

BAB II BAHAN RUJUKAN. dagang maupun manufaktur. Bagi perusahaan manufaktur, persediaan menjadi. berpengaruh pada kegiatan produksi dan penjualan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Produksi Dalam melakukan produksi diperlukan manajemen, yang berguna untuk menetapkan keputusan dalam upaya pengaturan dan pengkoordinasian penggunaan sumber-sumber daya dari kegiatan produksi untuk mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu diperlukan adanya manajemen produksi. Untuk membahas apa yang dimaksud dengan pengertian manajemen produksi terlebih dahulu kita membahas pengertian manajemen dan produksi. 2.1.1 Pengertian Manajemen Beberapa pendapat mengenai pengertian manajemen akan dikemukakan oleh para ahli, diantaranya : Pengertian Manajemen menurut Agus Dharma (2001:1), dalam bukunya yang berjudul Manajemen Supervisi mengatakan bahwa, Manajemen adalah proses mencapai hasil melalui dan dengan orang lain dengan memaksimumkan pendayagunaan sumber daya yang tersedia. bahwa, Sedangkan menurut Malayu S.P Hasibuan (2007:1), mengatakan Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Jadi manajemen adalah suatu proses yang akan dilaksanakan dimana yang akan datang, sehingga sesuai perencanaan serta tercapainya suatu tujuan perusahaan. 6

2.1.2 Dasar-dasar Manajemen Dasar-dasar manajemen menurut Malayu S.P Hasibuan (2007:2), adalah sebagai berikut: 1. Adanya kerja sama di antara sekelompok orang dalam ikatan formal. 2. Adanya tujuan bersama serta kepentingan yang sama yang akan dicapai. 3. Adanya pembagian kerja, tugas dan tanggung jawab yang teratur. 4. Adanya hubungan formal dan ikatan tata tertib yang baik. 5. Adanya sekelompok orang dan pekerjaan yang akan dikerjakan. 6. Adanya human organization. 2.1.3 Pengertian Produksi Dalam arti sempit, pengertian produksi hanya dimaksudkan sebagai kegiatan yang menghasilkan barang, baik barang jadi maupun barang setengah jadi. Pengertian produksi dalam ekonomi merupakan kegiatan yang berhubungan dengan usaha untuk menciptakan dan menambah nilai guna suatu barang dan atau jasa. Menurut Irma Nilasari dan Sri Wiludjeng (2005:69) dalam bukunya Pengantar Bisnis. Pengertian produksi adalah: Produksi adalah semua kegiatan untuk menciptakan dan menambah kegunaan suatu barang/jasa, dengan memanfaatkan faktor-faktor produksi yang tersedia. Sedangkan menurut Pangestu Subagyo (2000:1), dalam bukunya Manajemen Operasi mengatakan bahwa: Operasi/produksi adalah kegiatan untuk mengubah masukan (yang berupa faktor-faktor produksi/operasi) menjadi keluaran sehingga lebih bermanfaat daripada bentuk aslinya. 7

2.1.4 Fungsi produksi Fungsi produksi merupakan aktivitas menciptakan barang/jasa sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada waktu harga dan jumlah yang tepat. Karena itu agar produksi dapat berperan dengan baik perencanaan produksi merupakan hal yang penting untuk dilaksanakan. Pelaksanaan produksi meliputi keputusankeputusan yang menyangkut dan berkaitan dengan masalah-masalah pokok yang meliputi : 1. Jenis barang yang akan dibuat. 2. Jumlah barang yang akan dibuat 3. Cara pembuatan (penggunaan peralatan yang dipakai). Irma Nilasari dan Sri Wiludjeng (2005:69). 2.1.5 Pengertian Manajemen Produksi Menurut Irma Nilasari dan Sri Wiludjeng (2005:69) dalam bukunya Pengantar Bisnis. Pengertian manajemen produksi adalah: Manajemen produksi adalah kegiatan untuk mengatur agar dapat menciptakan dan menambah kegunaan suatu barang/jasa. Sedangkan menurut pendapat Lalu Sumayang (2003:7) dalam bukunya Dasar-Dasar Manajemen Produksi & Operasi mengatakan bahwa: Manajemen operasi adalah suatu pengelolaan proses pengubahan atau proses konversi di mana sumber-sumber daya yang berlaku sebagai input di ubah menjadi barang dan atau jasa, produk barang dan atau jasa ini biasa disebut sebagai output. Berdasarkan definisi di atas dapat dijelaskan bahwa manajemen produksi adalah suatu kegiatan atau aktifitas untuk mengatur dengan memanfaatkan faktorfaktor produksi agar dapat menciptakan dan menambah kegunaan (utility) suatu barang. 8

2.2 Pengadaan Barang Pengadaan barang merupakan fungsi operasional pertama dalam manajemen logistik. Serangkaian kegiatan pengadaan barang dimulai dari kegiatan perencanaan dan penentuan kebutuhan sampai dengan penerimaan barang. 2.2.1 Sistem Pengadaan Sistem pengadaan barang menurut Lukas Dwiantara, dan Rumsari Hadi Sumarto (2004:16), adalah sebagai berikut: 1) Sistem Sentralisasi Yang dimaksud dengan sistem sentralisasi yaitu cara pengadaan barang/logistik di mana kewenangan dalam pengadaan barang bagi seluruh unit kerja dalam organisasi diberikan pada satu unit kerja tertentu sehingga segala macam pengadaan barang dalam organisasi hanya dilayani oleh satu unit kerja/bagian tertentu. 2) Sistem Desentralisasi Sistem desentralisasi yaitu sistem pengadaan barang, dimana kewenangan pengadaan barang diserahkan pada masing-masing unit kerja. 3) Sistem Campuran Sistem campuran merupakan sistem atau cara pengadaan barang dengan mengombinasikan antara sistem sentralisasi dan desentralisasi. 2.2.2 Pengertian Barang Menurut Lalu Sumayang (2003:11) dalam bukunya Dasar-Dasar Manjemen Produksi & Operasi mengatakan bahwa : Barang adalah suatu yang nyata, sehingga dapat disimpan, dipindahkan dan diubah-ubah. 9

adalah: Sedangkan menurut Kepres No. 80/2003, bahwa pengertian barang Barang adalah benda dalam berbagai bentuk dan uraian, yang meliputi bahan baku, barang setengah jadi, barang jadi atau peralatan yang spesifikasinya ditetapkan oleh pengguna barang/jasa. Barang adalah Setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen. (1, http://jkt.detik.com/gudangdata/uu-konsumen/1.shtmi) Maka barang dapat didefinisikan sebagai suatu benda yang mempunyai nilai guna untuk dapat dipergunakan manusia dalam memenuhi kebutuhannya. 2.2.3 Pengertian Pengadaan Barang Pengertian pengadaan barang menurut Lukas Dwiantara, dan Rumsari Hadi Sumarto (2004:4) dalam bukunya Manjemen Logistik mengatakan bahwa: Pengadaan barang/logistik merupakan serangkaian kegiatan untuk menyediakan barang sesuai dengan kebutuhan, baik berkaitan dengan jenis dan spesifikasi, jumlah, waktu maupun tempat dengan harga dan sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. 2.3 Pengertian Proyek Pengertian proyek menurut Anton (2005:13) mengatakan bahwa: Proyek merupakan kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan di laksanakan dalam satu bentuk kesatuan yang berurutan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan manfaat (benefit). 2.4 Tujuan Pengadaan Barang Tujuan pengadaan barang menurut Lukas Dwiantara, dan Rumsari Hadi Sumarto (2004:6), adalah sebagai berikut : 10

1) Mampu menyediakan barang sesuai dengan kebutuhan, baik berkaitan dengan jenis dan spesifikasinya, jumlah, waktu, maupun tempat dibutuhkan, dalam keadaan dapat dipakai, dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. 2) Mampu menyediakan informasi berkaitan dengan keberadaan barang yang dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan pengawasan dan pengendalian barang. 3) Mampu menyediakan barang yang siap pakai (ready for use) ke unitunit kerja maupun personal. 4) Mampu menjaga dan mempertahankan kondisi teknis, daya guna dan daya hasil logistik, baik secara preventif maupun represif. 5) Mampu melakukan pengakhiran fungsi logistik dengan pertimbangan dan argumentasi. 6) Mampu mencegah dan mengambil tindakan antisipatif terhadap berbagai penyimpangan dalam setiap kegiatan pengelolaan pengadaan barang. Fungsi Pengadaan Barang Menurut Freddy Rangkuti (2003:70) mengemukakan bahwa fungsi pengadaan barang adalah sebagai berikut: 1) Untuk mempermudah proses produksi 2) Dapat mengetahui barang apa saja yang diperlukan 3) Dapat menunjang pengadaan barang 2.5 Proses Pengadaan Barang Menurut Richardus Indrajit dan Joko Pranoto (2001:53) menyatakan bahwa proses pengadaan barang adalah sebagai berikut: 1) Menghitung apa dan berapa yang diperlukan 2) Menyiapkan dokumen permintaan penawaran 3) Mencari sumber pembeli 4) Mengevaluasi penawaran harga 11

5) Menyiapkan surat pesanan 6) Menerima pengiriman barang 7) Melakukan pemeriksaan barang 8) Memeriksa dokumen pengiriman barang Sedangkan menurut Freddy Rangkuti (2003:19) bahwa proses pengadaan barang adalah sebagai berikut : 1) Menerima surat permintaan pembelian barang 2) Departemen/Divisi bersangkutan menyetujui permintaan pembelian barang 3) Mencari informasi mengenai harga, sumber penjual, jadwal penyerahan dan sebagainya 4) Penjual mengirimkan faktur harga 5) Membuat faktur pesanan pembelian barang yang dijual 6) Bendahara memeriksa faktur untuk melakukan pembayaran 7) Bagian gudang menerima barang untuk disimpan dan dilokasikan dengan tepat 2.6 Metode yang digunakan Dalam Pengadaan Barang Ada beberapa cara dalam pengadaan barang. Beberapa cara pengadaan barang menurut Lukas Dwiantara, dan Rumsari Hadi Sumarto (2004:14), adalah sebagai berikut: 1) Membeli Membeli merupakan cara pemenuhan kebutuhan logistik dengan jalan organisasi membayar sejumlah uang tertentu kepada penjual atau supplier untuk mendapatkan sejumlah barang sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. 2) Meminjam Meminjam ini merupakan cara pemenuhan kebutuhan barang yang diperoleh dari pihak lain dengan tanpa memberikan kontrak prestasi (imbalan) dalam bentuk apapun. 12

3) Menyewa Menyewa merupakan cara pemenuhan kebutuhan barang yang diperoleh dari pihak lain dengan memberikan kontrak prestasi (imbalan) sesuai kesepakatan kedua belah pihak. 4) Membuat Sendiri Membuat sendiri merupakan cara pemenuhan kebutuhan barang dengan jalan membuat sendiri yang dilakukan oleh pegawai atau suatu unit kerja tertentu. Pemilihan cara ini harus mempertimbangan tingkat efektivitas dan efisiensinya apabila dibandingkan dengan cara pengadaan barang yang lain. 5) Menukarkan Menukarkan merupakan cara pemenuhan kebutuhan barang dengan jalan menukarkan barang yang dimiliki dengan barang yang dibutuhkan organisasi dari pihak lain. Pemilihan cara pengadaan barang ini harus mempertimbangkan adanya saling menguntungkan diantara kedua belah pihak, dan barang yang ditukarkan harus merupakan barang yang sifatnya berlebihan atau barang yang dipandang dan dinilai sudah tidak berdaya guna maupun bernilai guna lagi. 6) Substitusi Substitusi merupakan cara pemenuhan kebutuhan barang dengan cara mengganti material lain yang memiliki fungsi sama untuk memenuhi suatu kebutuhan tertentu. 7) Pemberian/Hadiah Pemberian (hadiah) merupakan cara pemenuhan kebutuhan barang dengan menggunakan barang yang merupakan pemberian/hadiah dari pihak lain. 8) Perbaikan/Rekondisi Perbaikan merupakan cara pemenuhan kebutuhan barang dengan jalan memperbaiki barang yang telah mengalami kerusakan, baik dengan perbaikan satu unit barang maupun dengan jalan penukaran instrument yang baik diantara instrument barang yang rusak sehingga instrument-instrument yang baik tersebut dapat disatukan dalam satu unit atau beberapa unit barang dan 13

pada akhirnya satu atau beberapa unit barang tersebut dapat dioperasikan dan kebutuhan barang dapat dipenuhi. 2.7 Masalah-masalah yang Sering Terjadi Pada Saat Pelaksanaan Pengadaan Barang Masalah-masalah umum yang sering terjadi dalam pengadaan barang menurut Lukas Dwiantara, dan Rumsari Hadi Sumarto (2004:14) antara lain sebagai berikut : 1) Salah Rencana dan Penentuan Kebutuhan Salah rencana dan penentuan kebutuhan merupakan kekeliruan dalam menetapkan kebutuhan barang yang kurang/tidak memandang kebutuhan ke depan, kurang memperhatikan lingkungan, dan kurang cermat dalam menganalisanya. Kesalahan rencana ini bisa berkaitan dengan jenis dan spesifikasi barang, metode/cara pengadaan barang, jumlah barang, waktu pengadaan barang, harga, tempat/asal pengadaan barang, maupun ketidaksesuaian dengan prosedur dan aturan yang telah ditetapkan. 2) Salah Tempat Salah tempat merupakan kekeliruan dalam peletakan barang sehingga bisa mengganggu kelancaran aktivitas suatu unit kerja dan atau organisasi secara keseluruhan. 3) Salah Pakai Salah pakai merupakan kekeliruan dalam penggunaan barang karena tanpa disertai rasa tanggungjawab, baik secara teknis fungsional maupun hak pemakaian barang. 4) Lalai Catat Lalai catat merupakan kealpaan dalam pencatatan barang, baik menyangkut kegiatan dan waktu pencatatan itu sendiri, maupun menyangkut kebenaran data, baik berkaitan dengan jenis dan spesifikasi barang, jumlah, harga, sumber, tempat penempatan/pemakaian, kondisi, maupun data pencatatan yang lainnya. 14

5) Lalai Rawat Lalai rawat merupakan ketidakteraturan dan kesalahan dalam perawatan barang sehingga secara teknis dapat menimbulkan kerusakan barang yang dapat berdampak pada menurunnya tingkat kuantitas maupun kualitas output, tidak tercapainya secara optimal batas umur pemakaian barang, dan secara ekonomis dapat menimbulkan pemborosan bagi organisasi. 6) Lalai Simpan Lalai simpan merupakan kealpaan dalam penyimpanan barang yang berupa tidak ditempatkan pada tempat yang semestinya sehingga memungkinkan menimbulkan kerusakan dan penurunan kualitas barang, baik terhadap barang itu sendiri maupun barang yang lain, bahkan juga dapat menimbulkan hilangnya barang. 7) Lalai Kontrol Lalai kontrol merupakan kealpaan dalam pengawasan, baik berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang diawasi atau objek pengawasan, waktu pengawasan, maupun metode pengawasan 15