PEMANFAATAN LIMBAH LUMPUR (SLUDGE) WASTEWATER TREATMENT PLANT PT.X SEBAGAI BAHAN BAKU KOMPOS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LIMBAH LUMPUR (SLUDGE) WASTEWATER TREATMENT PLANT PT.X SEBAGAI BAHAN BAKU KOMPOS

LANDASAN TEORI. 2.1 Limbah. Limbah adalah bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu aktivitas manusia

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

MATERI DAN METODE. Materi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

TINJAUAN PUSTAKA II.

METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii

PEMBUATAN KOMPOS DARI AMPAS TAHU DENGAN ACTIVATOR STARDEC

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Unsur Hara Makro pada Serasah Daun Bambu. Unsur Hara Makro C N-total P 2 O 5 K 2 O Organik

SKRIPSI. Disusun Oleh: Angga Wisnu H Endy Wisaksono P Dosen Pembimbing :

Pengaruh Variasi Bobot Bulking Agent Terhadap Waktu Pengomposan Sampah Organik Rumah Makan

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

PENGOMPOSAN K1UDGE HASIL PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PT

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT (SLUDGE) PABRIK PULP DAN PAPER

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

PENGARUH KADAR AIR TERHADAP HASIL PENGOMPOSAN SAMPAH ORGANIK DENGAN METODE COMPOSTER TUB

PENDAHULUAN. Sedangkan pads Bokashi Arang Sekam setelah disimpan selama 4 minggu C/N rationya sebesar 20.

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu:

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

PENGARUH KADAR AIR TERHADAP PROSES PENGOMPOSAN SAMPAH ORGANIK DENGAN METODE TAKAKURA

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahu, parameter yang berperan dalam komposting yang meliputi rasio C/N. ph. dan suhu selama komposting berlangsung.

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

Spesifikasi kompos dari sampah organik domestik

Niken Wijayanti, Winardi Dwi Nugraha, Syafrudin Jurusan Teknik Lingkungan,Fakultas Teknik,Universitas Diponegoro

Nur Rahmah Fithriyah

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG BARANGAN SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN PUPUK CAIR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Green House Jurusan Biologi Fakultas

Jurnal Biology Education Vol. 4 No. 1 April 2015 PENGARUH PENAMBAHAN EM BUATAN DAN KOMERSIL PADA FERMENTASI PUPUK CAIR BERBAHAN BAKU LIMBAH KULIT BUAH

PENGARUH PENAMBAHAN KOTORAN AYAM DAN MIKROORGANISME M-16 PADA PROSES PENGOMPOSAN SAMPAH KOTA SECARA AEROBIK

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

Pemanfaatan Sampah Sayuran Hijau Dan Limbah Cair Urea Sebagai Pupuk Cair

LAMPIRAN LAMPIRAN P2.U3 P4.U2 P5.U2 P2.U2 P1.U1 P4.U3 P5.U1 P1.U2 P3.U3 P1.U3 P4.U1 P3.U1 P3.U2 P2.U1 P5.3

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)

Elysa Dwi Oktaviana Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Sri Rachmania Juliastuti, M. Eng. Ir. Nuniek Hendrianie, MT L/O/G/O

HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODE PENELITIAN 3.1 Survei Limbah Organik Susu Bubuk 3.2 Penelitian Lapang

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

Pemanfaatan Lindi sebagai Bahan EM4 dalam Proses Pengomposan

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kompos (Green House ) Fakultas

PETUNJUK TEKNIS PENGOMPOSAN LIMBAH ORGANIK DENGAN MENGGUNAKAN BIOAKTIVATOR SUPERDEC DAN ORGADEC

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

PENGARUH PENGGUNAAN CACING TANAH (Lumbricus rubellus) SEBAGAI AKTIVATOR TERHADAP BENTUK FISIK DAN HARA VERMIKOMPOS DARI FESES SAPI BALI SKRIPSI

Uji Pembentukan Biogas dari Sampah Pasar Dengan Penambahan Kotoran Ayam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

PENINGKATAN KUALITAS KOMPOS SAMPAH KOTA DENGAN PENGKAYA UREA DAN LIMBAH SISA PANEN

PENGARUH KOMPOSISI BAHAN BAKU KOMPOS (SAMPAH ORGANIK PASAR, AMPAS TAHU, DAN RUMEN SAPI) TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS KOMPOS

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura

PRODUKSI DAN KUALITAS KOMPOS DARI TERNAK SAPI POTONG YANG DIBERI PAKAN LIMBAH ORGANIK PASAR. St. Chadijah

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian. pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman sawi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit Sebagai Kompos Dengan Variasi Penambahan Dosis Abu Boiler Serta Penggunaan Bioaktivator EM-4

hubungan rasio O'N dan parameter pendukung tiap reaktor. Hasil penelitian ini

PUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011

PEMBUATAN KOMPOS DARI CAMPURAN DAUN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DAN KOTORAN AYAM DENGAN AKTIVATOR EM-4. Oleh : SUKARNO NIM.

BAB I PENDAHULUAN. hidup lebih dari 4 5 hari tanpa minum air dan sekitar tiga perempat bagian tubuh

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO

TATA CARA PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. terus bermunculannya berbagai jenis industri yang mengolah bahan baku yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

TINJAUAN PUSTAKA. tanah, atau kesuburan tanah. Pemupukan adalah cara-cara atau metode pemberian

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

KEMAMPUAN KOTORAN SAPI DAN EM4 UNTUK MENDEKOMPOSISI BAHAN ORGANIK DAN NILAI EKONOMIS DALAM PENGOMPOSAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LABORATORIUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi pemakaian pestisida. Limbah padat (feses) dapat diolah. menjadi pupuk kompos dan limbah cair (urine) dapat juga diolah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. yang baik yaitu : sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang

PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT )

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tahap 1. Pengomposan Awal. Pengomposan awal diamati setiap tiga hari sekali selama dua minggu.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar mata pencarian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ANALISA KOMPOSIT ARANG KAYU DAN ARANG SEKAM PADI PADA REKAYASA FILTER AIR

BAB I PENDAHULUAN. sayur yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Harga tanaman

Pupuk organik cair termasuk dalam salah satu pupuk organik yang memiliki manfaat memperbaiki sifat fisik tanah, membantu pembentukan klorofil daun,

PENUNTUN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PETERNAKAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kubis adalah kalori (25,0 kal), protein (2,4 g), karbohidrat (4,9 g), kalsium (22,0

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. setiap hari tumbuhan membutuhkan nutrisi berupa mineral dan air. Nutrisi yang

PENGARUH LAJU AERASI DAN PENAMBAHAN INOKULAN PADA PENGOMPOSAN LIMBAH SAYURAN DENGAN KOMPOSTER MINI *

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metoda

Transkripsi:

31 JTM Vol. 05, No. 1, Juni 2016 PEMANFAATAN LIMBAH LUMPUR (SLUDGE) WASTEWATER TREATMENT PLANT PT.X SEBAGAI BAHAN BAKU KOMPOS Dicky Cahyadhi Progam Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Email: dicky.cahyadhi@gmail.com Abstrak -- PT. X merupakan industri yang mengolah limbah dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (Wastewater Treatment Plant). Hasil samping dari Wastewater Treatment Plant berupa limbah lumpur (Sludge) yang belum dikelola dengan baik. Penelitian ini menggunakan limbah lumpur (Sludge) hasil Wastewater Treatment Plant, Kotoran kambing, Serbuk Gergaji. Kompos diproses secara aerobik komposter sederhana selama 28 hari & 35 hari dengan menambahkan aktivator EM4. Perbandingan lumpur: Kotoran kambing: Serbuk gergaji yaitu 1:1:1 & 2:1:1. Hasil kompos matang menunjukkan bahwa variasi dengan komposisi 2:1:1 lebih baik dibandingkan variasi 1:1:1 dengan memenuhi semua unsur makro, mikro dan unsur lain baku mutu SNI 19-7030-2004, tetapi untuk perbandingan 1:1:1 ph, C/N Rasio dan Kalium kurang memenuhi baku mutu SNI 19-7030-2004 Kata Kunci: Instalasi Pengolahan Air Limbah, limbah lumpur, Kompos 1. PENDAHULUAN Setiap produksi pastilah menghasilkan limbah, begitu juga halnya di PT X. PT.X merupakan perusahaan industri makanan ringan di Indonesia. PT.X mengolah limbah dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (Wastewater Treatment Plant). Namun, beroperasinya Wastewater Treatment Plant juga memunculkan masalah baru yaitu timbulnya limbah lumpur atau sludge sebagai produk samping Wastewater Treatment Plant. Sejalan dengan pengoperasian Wastewater Treatment Plant. A kumulasi sludge dari hari ke hari juga terus bertambah sehingga menimbulkan masalah baru cukup serius dilingkungan pabrik. Pemanfaatan lumpur (sludge) sebagai pupuk kompos merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan sebagai upaya untuk pengelolaan lingkungan. Diperlukan serangkaian penelitian sehubungan dengan penggunaan lumpur tersebut, mengingat lumpur yang digunakan dalam industri pangan yang berbeda akan mempunyai sifat kimia yang berbeda, sementara untuk sifat fisika dan biologinya cenderung sama. Tujuan penelitian ini adalah Pemanfaatan limbah lumpur hasil pengolahan air limbah menjadi bahan baku kompos dan Analisa kandungan kompos membandingkannya dengan standar mutu kompos menurut SNI 19-7030- 2004. 2. LANDASAN TEORI Instalasi pengolahan limbah mempunyai spesifikasi tertentu dengan kriteria-kriteria teknsi seperti tingkat efisiensi, beban persatuan luas, Waktu penahan hidrolis, waktu penahanan lumpur dan lain-lain. Metode alternatif didalam pengolahan limbah domestik secara sederhana dibagi ke dalama tiga kategori utama yaitu: (Perdana Ginting, 2007) Pengolahan Primer (proses fisika) Pengolahan Sekunder (proses biologi dan Pengolahan Tersier atau advance (Kombinasi proses fisika kimia dan biologi) Gambar 4.1 Diagram Alir Proses Pengolahan Limbah Cair Sludge organik yang berasal dari kolam pengedap awal (primary settling tank) dan kolam pengendap akhir (secondary settling

JTM Vol. 05, No. 1, Februari 2016 32 tank). Sludge dari primary settling tank disebut primary sludge yang merupakan endapan padatan yang ikut mengalir bersama air limbah, sedangkan sludge dari secondary settling tank disebut secondary sludge, merupakan endapan mikroba sisa yang dibuang dari unit Instalasi Pengolahan Air Limbah (Wastewater Treatment Plant). (Ikbal dkk, 2006) beban persatuan luas, Waktu penahan hidrolis, waktu penahanan lumpur dan lain-lain. Metode alternatif didalam pengolahan limbah domestik secara sederhana dibagi ke dalama tiga kategori utama yaitu: (Perdana Ginting, 2007) Pengolahan Primer (proses fisika) Pengolahan Sekunder (proses biologi dan Pengolahan Tersier atau advance (Kombinasi proses fisika kimia dan biologi) beberapa parameter yang terdapat pada limbah tersebut, kemudian limbah tersebut menjadi bahan baku kompos melalui eksperimen pengomposan. kompos tersebut matang sesuai eksperimen pengomposan, tahap selanjutnya adalah melakukan uji laboratorium di Pengujian, Dept Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Insitut Pertanian Bogor. 3.1 DIAGRAM ALIR Gambar 4.2 Asal limbah lumpur 3. METODOLOGI PENELITIAN angkah awal penelitian yaitu menganalisa kandungan limbah (Sludge) untuk mengetahui Gambar 2.1 Diagram Alir Penelitian 3.2 EKSPERIMEN Hasil eksperimen bisa dilihat pada tabel di bawah. NO NAMA KOMPOS TER EKSPERIMEN PERBANDINGAN BAHAN BAKU DAN WAKTU PENGOMPOSAN SLUDGE KOTORAN KAMBING /PUPUK KANDANG SERBUK GERGAJI TOTAL PENAMBAHAN AKTIVATOR EM4 WAKTU PENGOMPOSAN 1 A1 1 1 1 500 ml 4 MINGGU 2 A2 1 1 1 500 ml 4 MINGGU 3 A3 1 1 1 500 ml 4 MINGGU 4 B1 1 1 1 500 ml 5 MINGGU 5 B2 1 1 1 500 ml 5 MINGGU 6 B3 1 1 1 500 ml 5 MINGGU 7 C1 2 1 1 500 ml 4 MINGGU 8 C2 2 1 1 500 ml 4 MINGGU 9 C3 2 1 1 500 ml 4 MINGGU 10 D1 2 1 1 500 ml 5 MINGGU 11 D2 2 1 1 500 ml 5 MINGGU 12 D3 2 1 1 500 ml 5 MINGGU

33 JTM Vol. 05, No. 1, Juni 2016 3.3 ALAT DAN BAHAN Bahan utama pengomposan yang digunakan adalah limbah sludge Pengolahan Air Limbah (Wastewater Treatment) PT.X. Dan ditambahkan Serbuk Gergaji, Pupuk kandang kambing dan EM4 sebagai aktivator Alat yang digunakan adalah alat penunjang dalam proses pengomposan dan analisa suhu kompos antara lain: komposter, wadah bervolume 3liter untuk perbandingan bahan baku komposter, termometer alkohol, spidol, terpal plastik, dan alat penyiram air. jadi, Volume bahan menyusut menjadi sepertiga dari awal, Kompos sangat berbeda alias tidak memperlihatkan bentuk awalnya, Kompos berkualitas naik ciri-cirinya adalah berwarna cokelat gelap hingga hitam berbau tanah, partikelnya halus, ph normal, dan tidak mengadung logam, kaca, ataupun plastik (Wildan Djaja, 2008). Hasil pengamatan fisik kompos matang dapat dilihat tabel 4.1 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Kompos yang telah jadi setidaknya berumur satu bulan. Hal termudah untuk menentukan matang atau tidaknya kompos adalah menggenggamnya dengan tangan untuk merasakan temperatur kompos jika terasa dingin berarti kompos sudah. Gambar 3.1 Desain Komposter Tabel 4.1 Pengamatan Fisik Kompos - Sudah Berbau - Berwarna Hitam - Berbau - Sudah Berbau - Berwarna Hitam - Berbau - Sudah Berbau - Berwarna Hitam - Berbau - Mulai Berbau - Sudah berbau tanah

JTM Vol. 05, No. 1, Februari 2016 34 - Mulai Berbau - Sudah berbau tanah - Mulai Berbau - Sudah berbau tanah suhu celciuc Pengukuran Suhu Harian Komposter 4 48 47 46 Termofilik 45 44 Mesofilik 43 42 41 40 39 38 37 36 35 34 33 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Hari A1 A2 A3 C1 C2 C3 suhu celciuc Pengukuran Suhu Harian Komposter 5 47 46 45 44 43 42 41 40 39 38 37 36 35 34 33 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Hari B1 B2 B3 D1 D2 D3

35 JTM Vol. 05, No. 1, Juni 2016 Pada penelitian ini, perubahan temperatur kompos variasi 4 (A1, A2, A3, C1, C2, C3) dan variasi 5 MInggu (B1, B2, B3, D1, D2, D3) sudah mengikuti tahap penghangatan, temperatur puncak, pendinginan dan pematangan. melewati tiga tahapan yang berkaitan dengan suhu yang diamati, yaitu tahap penghangatan (mesophilic) suhu puncak (thermophilic), dan pendinginan (cooling). (Daizell et al., 1987) Penjelasan kurang lebih sama dengan penjelasan pengomposan dengan waktu 4 minggu namun, pada penelitian ini berlangsung 5 minggu. Diharapkan kompos tersebut lebih matang. Tabel 4.2 Hasil Analisa Kandungan Mikro dan Unsur Lain Komposter Lumpur, A2 & C1 Baku Mutu Hasil Hasil Hasil (SNI 19-7030-2004 No Parameter Satuan Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan minim maksimal Lumpur Kompos A2 Kompos C1 al 1. Kadar Air % 52.23 22.72 36.22-50 2. ph - 3.84 6.77 7.10 6.80 7.49 3. C / N Ratio - 86.20 25.17 20.81 10 20 4. Besi (Fe) % 0.041421 0.0774.92 0.069065 * 2.00 5. Aluminium % 0.0000005 0.0045.17 0.002501 * 2.20 (Al) 6. Mangan % 0.001451 0.0348.33 0.033019 0.10 (Mn) 7. Nikel (Ni) mg/kg 11.48 <0.026 <0.026 * 62 8. Timbal (Pb) mg/kg 2.62 17.61 6.29 * 150 Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30: 1 hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk sintesis protein. Pada rasio C/N di antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk sintesis protein. Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran ph yang lebar. ph yang optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5. ph kotoran ternak umumnya berkisar antara 6.8 hingga 7.4. Proses pengomposan sendiri akan menyebabkan perubahan pada bahan organik dan ph bahan itu sendiri.(isroi) Menurut PP No. 101 Tahun 2014 mengenai pengelolaan limbah B3, logam berat yang termasuk limbah B3 salah satunya adalah Pb. Kandungan Pb sebagai logam berat yang terkandung dalam lumpur tidak membahayakan karena masih berada di bawah baku mutu zat pencemar dalam limbah untuk penentuan karakteristik sifat racun Tabel 4.3 Hasil Analisa Kandungan Makro A2, B3, C1, & D2 Baku Mutu Hasil Pemeriksaan (SNI 19-7030-2004) No Parameter Satuan Komposter Komposter Komposter Komposter Minimal Maksimal A2 B3 C1 D2 1 Kadar Air % 17.17 17.14 18.13 17.79-50 2 Phofor % 0.937 1.22 0.894 0.824 0.10-3 C- Organik % 28.08 25.74 27.54 27.26 9.80 32 4 Nitrogen % 25.76 20.59 22.38 21.30 0.40 5 Kalium % 0.10 0.17 0.25 0.24 0.20 * Mengenai faedah atau kegunaan unsur-unsur hara tersebut bagi tanaman menurut (Marsono, 2006) a) Nitrogen (N) Peranan utama Nitrogen bagi tanaman adalah untuk merangsang petumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan

JTM Vol. 05, No. 1, Februari 2016 36 daun. Selain itu nitrogen pun berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat berguna dalam proses fotosintesis. b) Phosfor (P) Unsur fosfor bagi tanaman berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan tanaman muda. c) Kalium (K) Fungsi Utama Kalium ialah membantu pembentukan dan karbonhidrat. Kalium pun beperan dalam memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga, dan buah tidak mudah gugur. d) Karbon (C) Penting sebagai pembangun bahan organik karena sebagian besar bahan kering tanaman terdiri dari bahan organik, diambil tanaman berupa C02 5. KESIMPULAN DAN SARAN Hasil dari analisa pemanfaatan lumpur (Sludge) yang merupakan limbah dari PT.X sebagai berikut: 1. Sludge hasil samping dari Wastewater Treatment Plant PT.X sebelum dilakukan pengomposan didapatkan data nilai kadar air 52%, ph lumpur adalah 3.84, Nilai C/N rasio sebesar 86.20, Kandungan Fe sebesar 0.041421%, Kandungan Al sebesar 0.0000005 %, kandungan Mn sebesar 0.001451 %, Kandungan Ni sebesar 11,48 mg/l, Kandungan Pb sebesar 2,62 mg/l. 2. Sludge hasil samping dari Wastewater Treatment Plant PT.X setelah dilakukan pengomposan didapatkan hasil pengomposan yang terbaik berdasarkan komposisi dan waktu. didapatkan pada sampel C1 dengan perbandingan antara sludge, kotoran kambing dan serbuk gergaji (2:1:1) dengan waktu 4 minggu memenuhi baku mutu baik secara unsur makro, unsur mikro maupun unsur lainnya sebagai pupuk dengan nilai kadar air 52%, ph pupuk adalah 7.10, Nilai C/N rasio sebesar 20.81, Nilai kandungan Fe sebesar 0.069065 %, Nilai kandungan Al sebesar 0.002501 %, Nilai kandungan Mn sebesar 0.033019 %, Nilai kandungan Ni sebesar <0.026, Nilai kandungan Pb sebesar 6.29 mg/kg, Nilai kandungan P sebesar 0.894%, nilai kandungan C-Organik sebesar 27.54%, nilai kandungan N sebesar 22.38%, K sebesar 0.25%, Sesuai dengan baku mutu kompos SNI 19-7030-2004 Untuk pengomposan sludge sebaiknya dalam keadaaan tidak basah karena akan mudah pada saat pencampuran dan pengadukan bahan baku pupuk kandang dan serbuk gergaji. Pengomposan harus jauh dari tempat tinggal karena menimbulkan bau tidak sedap dan mengundang banyak semut. Untuk penelitian selanjutnya bisa diteliti mengenai dampak pupuk kompos ini terhadap pertumbuhan tanaman Penulis berharap pupuk hasil pemanfaatan limbah sludge bisa dipatenkan Pupuk ini bisa menambah nilai ekonomis dari limbah tersebut. Pemanfaatan ini bisa menjadi peluang usaha. Daftar Pustaka [1]. Perdana Ginting. Sistem Pengelolaan Lingkungan Dan Limbah Industri. Bandung: YRama Widya. 2007. [2]. Ikbal dan Rudi Nugroho, Pengolahan Sludge Dengan Proses Biologi Anaerobik. Jurnal Teknik Lingkungan P3TL-BPPT. 7 (1): 80-89. 2006. [3]. Wildan Djaja. Langkah Jitu Membuat Kompos dari Kotoran Ternak & Sampah. Jakarta: Agromedia. 2008. [4]. Daizell. H.W., A.J Biddlestone, K. R. Gray, and K. Thurairajan. Soil Management: Compost Production and Use in Tropical and Subtropical Environment. Soil Bulletin No. 56. Food and Agricultural Organization of The United Nation.. 1980 [5]. Marsono. Petunjuk Pengunaan Pupuk. Jakarta: Penebar Swadaya. 2006.