PEMERIKSAAN KESEHATAN MATA

dokumen-dokumen yang mirip
Disusun oleh :.2013 Tim Dinas Kesehatan dan Pengelola Prog. NIP. Suatu pemeriksaan yang di lakukan untuk mengetahui adanya gangguan kesehatan mata.

Visus adalah ketajaman penglihatan. Pemeriksaan visus merupakan pemeriksaan untuk melihat ketajaman penglihatan.

Standar Operasional Prosedur Untuk Kader Katarak

PEMERIKSAAN VISUS MATA

REFRAKSI ENAM PRINSIP REFRAKSI 3/28/2017. Status refraksi yang ideal : EMETROPIA. Jika tdk fokus pada satu titik disebut AMETROPIA ~ kelainan refraksi

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGISIAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) POSYANDU LANSIA

THT CHECKLIST PX.TELINGA

PEMERIKSAAN MATA I. Tujuan Pembelajaran

maka dilakukan dengan carafinger counting yaitu menghitung jari pemeriksa pada jarak 1 meter sampai 6 meter dengan visus 1/60 sampai 6/60.

BAB III METODE PENELITIAN

TEKNIK PEMERIKSAAN REFRAKSI SUBYEKTIF MENGGUNAKAN TRIAL FRAME dan TRIAL LENS

Pemeriksaan Mata Dasar. Dr. Elvioza SpM Departemen Ilmu kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta

SOP KATARAK. Halaman 1 dari 7. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon SMF. Ditetapkan Oleh Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon.

Jari-jari yang lain bersandar pada dahi dan pipi pasien. Kedua jari telunjuk menekan bola mata pada bagian belakang kornea bergantian

Lakukan pemeriksaan visus, refraksi terbaik dan segmen anterior.anamnesis

STANDAR OPERATING PROCEDURE (SOP) PELAYANAN KESEHATAN MATA

Obat Diabetes Melitus Dapat Menghindari Komplikasi Mata Serius

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak yang kedua orang tuanya menderita miopia. 11,12

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

KLINIK MATA PANGKALAN BUN Dr.AGUS ARIYANTO,SpM

DAFTAR ISI No. Tentang Hal.

Laboratorium Komputasi Dasar Ilmu Komputer PANDUAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM KOMPUTASI DASAR JURUSAN ILMU KOMPUTER

TINDAKAN PEMBEDAHAN SOP. 1. Pengertian. 2. Tujuan. 3. Kebijakan

PANDUAN KESELAMATAN KERJA DAN PRAKTIKUM

O P T I K dan REFRAKSI. SMF Ilmu Kesehatan Mata RSD Dr.Soebandi FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG SOP SENAM HAMIL

SOP PEMAKAIAN AMBULAN UNTUK RUJUKAN

BAB III CARA PEMERIKSAAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH

BAB I PENDAHULUAN. Mata merupakan bagian pancaindera yang sangat penting dibanding

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN REFRAKSI OPTISI/OPTOMETRI

PENUNTUN PEMBELAJARAN

GLUKOMA PENGERTIAN GLAUKOMA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA RPP OFTALMOLOGI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun Oleh: ENGKI SOFYAN NIM

BAB III METODE PENELITIAN

untuk duduk atau berbaring; c. merekam ECG 12 lead dan mengukur tekanan darah mulai menit pertama hingga

Tujuan Praktikum Menentukan ketajaman penglihatan dan bitnik buta, serta memeriksa buta warna

1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penyakit mata merupakan salah satu penyakit yang jumlah

TATALAKSANA TRAUMA PADA MATA No.Dokumen No. Revisi 00

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN KASUS GLAUKOMA KRONIK

PELAYANAN PEMBERIAN KB PIL. No. Dokumen. No. Revisi. Halaman: 2. Tanggal Terbit. Implementasi Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) di Puskesmas

SPO. Menentukan informasi pendaftaran (termasuk di dalamnya mengenai transfer pasien) yang akan disampaikan pada unit unit penunjang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. depan atau belakang bintik kuning dan tidak terletak pada satu titik yang tajam. 16

Standar Pelayanan Kesehatan Dasar di Lingkungan Sekretariat Negara STANDAR PELAYANAN KESEHATAN DASAR DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT NEGARA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN JENASAH

Diabetes dan Penyakit Mata

Katarak adalah : kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur-angsur, penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya (Barbara)

PANDUAN CLINICAL SKILL LABORATORIUM SENAM KAKI DIABETIK. Oleh. Tim Endokrin dan Metabolik

Pengkajian Sistem Penglihatan. Maryunis, S.Kep, Ns., M.Kes.

REFRAKSI. Oleh : Dr. Agus Supartoto, SpM(K) / dr. R. Haryo Yudono, SpM.MSc

SOP PENCABUTAN IMPLANT No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : UPTD Puskesmas Tanjungsari

MANUAL KETERAMPILAN KLINIK KEDOKTERAN KOMUNITAS TEKNIK KOMUNIKASI : MENYAMPAIKAN KABAR BURUK DAN KONSELING KELUARGA

III. METODE PENELITIAN. sekaligus dalam suatu waktu (Notoatmodjo, 2012). Penelitian dilakukan di posyandu lansia Puskesmas Kedaton, Bandar Lampung

Persetujuan Partisipasi Dalam Penelitian. Tanggung Jawab Hukum Perusahaan Terhadap Pelayanan Kesehatan Yang Dilakukan Oleh Klinik Perusahaan

JENIS FORMULIR REKAM MEDIS

LAPORAN KAJI BANDING TIM AKREDITASI PUSKESMAS CIBUGEL KE PUSKESMAS CIMALAKA

ALUR PELAYANAN LABORATORIUM No.Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : KEPALA PUSKESMAS PRAGAAN

SOP Tanda Tanda Vital

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya sangat cepat. Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang berasal dari jarak tak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. dalam proses refraksi ini adalah kornea, lensa, aqueous. refraksi pada mata tidak dapat berjalan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Mata.

4mw\> Balai. Serangkaian tindakan pengujian kesehatan personel penerbangan yang meliputi pemeriksaan Thorax dan tulang

PEMERIKSAAN PERGERAKAN MATA VISUS & TES BUTA WARNA

BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN TRAUMA PADA KORNEA DI RUANG MATA RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA. Trauma Mata Pada Kornea

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Mata

Glaukoma. Apakah GLAUKOMA itu?

KESEHATAN MATA DAN TELINGA

SOP PENCABUTAN AKDR No. Dokumen No. Revisi : 00 Tanggal Terbit : 01 Mei 2015 Halaman : 1

PEDOMAN PRAKTIKUM. Nama : NIM : Kelompok : Kelas : Asisten :

TEMPLATE OSCE STATION

Proses Konsultasi REGISTRASI

SOP. KOTA dr. Lolita Riamawati NIP

Anita's Personal Blog Glaukoma Copyright anita handayani

STRONGILOIDIASIS No. Dokumen : No Revisi : Tanggal terbit : Halaman :

PEMERIKSAAN PERGERAKAN MATA VISUS & TES BUTA WARNA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROTAP DAN SOP TRIASE DI UNIT GAWAT DARURAT/UGD PUSKESMAS / RUMAH SAKIT

SOP PENCATATAN & PELAPORAN P2 DIARE

MENGHINDARI PENGULANGAN YANG TIDAK PERLU. No Kode : EP1 Terbitan : No Revisi : Tgl Mulai Berlaku : Halaman :

PUSKESMAS. Data masyarakat ( Responden) (lingkari kode angka sesuai jawaban masyarakat/responden) Nomor Responden...

DAFTAR TILIK AUDIT INTERNAL UPT PUSKESMAS FAJAR MULIA UNIT PENDAFTARAN

Glaukoma. 1. Apa itu Glaukoma?

PENGUMPULAN DAHAK SPS DI RAWAT INAP No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 / 1 RSKB RAWAMANGUN STANDAR PROSEDUR OPERASION AL. dr, Elviera Darmayanti, MM

Evidence-based Treatment Of Acute Infective Conjunctivitis Breaking the cycle of antibiotic prescribing

Cara mencegah mata Minus tidak Bertambah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif analitik dengan melihat

KETERAMPILAN DASAR DALAM PENANGANAN PENYANDANG LOW VISION. Irham Hosni PLB FIP UPI PUSAT PELAYANAN TERPADU LOW VISION BANDUNG

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK MALARIA

Aspirasi Vakum Manual (AVM)

DAFTAR TILIK PEMERIKSAAN SUHU

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

MANUAL KETERAMPILAN KLINIK

BAB I PENDAHULUAN. penyakit. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu, dan. telah terjadi katarak senile sebesar 42%, pada kelompok usia 65-74

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan metode

TUNA NETRA NUR INDAH PANGASTUTI

Transkripsi:

KABUPATEN LAMPUNG SELATAN SO P PEMERIKSAAN KESEHATAN MATA No. Dokumen : 03-08020503-07.P-019 No. Revisi : Tanggal Terbit : 04 Januari 2016 Halaman : KEPALA PUSKESMAS MERBAU MATARAM SUCIPTO, SKM, MKes 1. Pengertian Suatu pemeriksaan yang di lakukan untuk mengetahui adanya gangguan kesehatan mata. 2. Tujuan 1. Mengidentifikasi jenis gangguan kesehatan mata untuk mencegah serta menentukan 3. Kebijakan terapi/pengobatan, penanganan lebih lanjut dan sebagai dasar untuk melakukan rujukan ke pelayanan kesehatan rujukan / Rumah Sakit sesuai Standar. 2. Sebagai pedoman bagi petugas untuk melaksanakan pemeriksaan Mata sesuai 3. standar 4 Standar Tenaga Dokter : 1 orang 5. Sarana dan Prasarana Perawat : 1 orang 1. Sarana Non Medis : a. Ruang Pemeriksaan Ukuran minimal 4 m x 4 m² Ventilasi dan pencahayaan yang cukup Ruanganbersih dan rapi Wastafeldengan air yang mengalir, dilengkapi dengan sabun cair serta handuk tangan yang bersih / disposible tissue b. Mebelair Meja kursi satu set untuk pemeriksa dan pasien serta pengantar Tempat tidur c. Lainlain Tempat sampah medis dan non medis masing masing 1 buah Buku register pasien Status / lembar rekam medis Informed consent Kertas resep Blanko permintaan laboratorium Alat tulis menulis Formulir rujukan Surat kabar atau majalah Penggaris kecil Komputer

Surat kabar Penggaris kecil 2. Sarana Medis : Stetoskop dan tensimeter Pinhole (cakram berlubang) Snellen chart Penutup 1 mata (okluder) Trial Frame Trial lensa Isihara test Loupe Senter Optalmoskop Kartu kipas Tonometer Kapas steril APD 6. Prosedur Tetap 1. Anamnesa 2. Pemeriksaan 3. Diagnosa 4. Penatalaksanaan 5. Konseling 6. Pencatatan dan pelaporan 7. Cara Melaksanakan Tiap Kegiatan 1. ANAMNESA Menyapa pasien dengan ramah, sambil menatap mata pasien dengan lembut dan mengucapkans alam Bila kunjungan yang pertama perlu menanyakan identitas pasien : Nama, umur, alama trumah, pekerjaan. Bila kunjungan ulang, maka jawaban pasien dicocokkan dengan kartu status pasien Bertanya dengan ramah dan hati-hati tentang Riwayat Penyakit : Tentukan masalah yang mendorong klien untuk mencari bantuan kesehatan. Tanyakan pada klien adakah kelopak mata yang turun menutup terus menerus, Nyeri mata, fotophobia (kerentaan terhadap cahaya) rasa seperti terbakar pada mata, gatal, air mata, kotoran mata yang berlebihan, diplopia (pandangan ganda), pandangan kabur, perasaan adanya film diatas lapang penglihatan, mengambang (titik hitam kecil yang tampak menghilang pada lapang penglihatan), cahaya kilatan, lingkaran hitam

(halo) di seputar cahaya. Tentukan apakah klien mempunyai riwayat penyakit mata, trauma pada mata, diabetes, hipertensi, atau masalah visual Tentukan apakah ada riwayat keluarga dengan gangguan mata, meliputi gloukoma atau retinitis pigmentosa Kaji riwayat pekerjaan klien mengenai aktivitas kerja yang memerlukan kerja tertutup, kerja yang melibatkan computer, atau aktivitas seperti pengelas, terpajan langsung dengan bahan kimia yang membuat resiko cedera mata. Tanyakan pada klien apakah memakai kaca mata, atau lensa kontak atau tidak Tentukan tanggal terakhir klien memeriksakan mata. Kaji obat obatan yang sudah di pakai termasuk tetes mata. 2. PEMERIKSAAN Pemeriksaandengancara : KETAJAMAN PENGLIHATAN Tahap I i. Lakukan pemeriksaan sekilas dengan meminta klien membaca surat kabar/majalah. Pastikan pencahayaan cukup. Klien berkacamata seharusnya memakai kacamatanya selama tahap pemreksaan ini. Perhatikan cara klien memegang lembaran yang dibaca dari matanya. ii. Pastikan klien tidak buta huruf. Mintalah klien agar membaca dengan keras untuk memastikan bahwa klien tidak buta huruf. Bila klien menghadapi kesulitan lanjutkan pengujian ketahap II Tahap II i. Untuk pemeriksaan yang akurat gunakan lembar pemeriksaan Snellen. Pastikan bahwa lembaran pemeriksa benar benar diterangi. Buat klien berdiri 20 kaki (6,1 m) jauhnya dari lembar Snellen atau duduk di kursi pengujian yang telah terpasang khusus bersebrangan dengan layar periksa ii. Minta klien untuk membaca huruf huruf pada layar dimulai dari garis yang mana saja, pertama dengan kedua mata terbuka dan kemudian dengan satu mata terpisah (mata lainnya ditutupi) iii. Selalu menguji pertanma kali tanpa kacamata. Kemudian bila memakai kacama tajarak jauh, ulangi pengujian. Tentukan baris terkecil dimana klien dapat membaca seluruh huruf dengan benar baca ketajaman untuk garis tersebut. iv. Bila klien tidak bisa membaca, gunakan kartu E dan tentukan arah tangan huruf E.Pada anak kecil, gunakan lembaran dengan gambaran obyek yang dikenal. Catat nilai ketajaman penglihatan untuk masing masing mata dan kedua mata dalam dua nilai : Pembilang adalah jarak dari lembar pemeriksaan keklien dalam ukuran kaki.

Penyebut adalah nomor standar untuk garis tersebut pada lembar pemeriksa ( contoh : 20/80 ). Nomor standar ini adalah jarak dimana mata normal dapat membaca baris tersebut. Tahap III i. Uji masing masing mata dengan klien membaca kartu indek dengan menutupi satu mata bergiliran ii. Jangan menggunakan tangan untuk menutupi mata iii. Minta klien dengan gangguan penglihatan parah untuk menghitung jari jari yang diacungkan kurang lebih satu kaki ( 30 cm ) dari wajah klien. iv. Bila klien gagal dalam kedua tes tersebut, sinari mata klien dengan senter kecil dan kemudian padamkan cahayanya.tanya kanapakah klien melihat cahaya. Hasil Normal : Nilai normal ketajaman penglihatan adalah 20/20 Catat, apabila ketajaman penglihatan diukur dengan kacamata perbaikan atau lensa kontak( cc ) atau tanpa perbaikan ( sc ). Penyimpangan dari Normal : Nilai ketajaman penglihatan 20/200 dianggap buta total PEMERIKSAAN LAPANG PENGLIHATAN Pemeriksaan lapang penglihatan dengan cara : i. Buat klien duduk atau berdiri 2 kaki 60 cm jauhnya, berhadapan dengan ii. contoh mata kiri klien, mata kanan petugas- Tutup atau lapisi mata petugas yang berlawanan dengan mata klien iii. iv. petugas sejajar ketinggian mata. Minta klien untuk menutupi atau melapisi dengan perlahan satu mata menggunakan kartu indeks dan menatap mata petugas berlawanan arah sehingga lapang penglihatan petugas tidak bertumpang tindih dengan lapangan penglihatan klien. Gerakkan jari dengan jarak sebanding panjang lengan diluar lapang penglihatan. v. Minta klien untuk mengatakannya bila melihat jari petugas. vi. Perlahan tarik jari petugas mendekat. Jari selalu dijaga tetap di tengah vii. viii. ix. anatara petugas dan klien. Ulangi prosedur pada sisi yang lain, atas dan bawah. Selalu harus membandingkan titik dimana petugas melihat jari tersebut memasuki lapang penglihatan petugas dan titik di mana klien melihatnya. Ulangi prosedur dengan ke empat arah pada mata lainnya. Bila klien melihat jari sedikit lebih lama dari petugas, klien mengalami penyempitan lapang penglihatan. PEMERIKSAAN VISUS Pemeriksaan visus dengan cara : I. Kartu diletakkan pada jarak 5 atau 6 meter dari pasien dengan posisi lebih tinggi atau sejajar dengan mata pasien. Bila jarak 5 meter, maka visus normal akan bernilai 5/5 artinya mata

normal dapat melihat pada jarak 5 meter, pasien juga dapat melihat pada jarak 5 meter. Bila berjarak 6 m, berarti visus normalnya 6/6. Satuan selain meter ada kaki = 20/20, ada juga log (logaritma). II. Pastikan cahaya harus cukup III. Bila ingin memeriksa visus mata kanan, maka mata kiri harus ditutup dan pasien diminta membaca kartu. IV. Cara menilai visus dari hasil membaca kartu : a) Bila pasien dapat membaca kartu pada baris dengan visus 5/5 atau 6/6, maka tidak usah membaca pada baris berikutnya => visus normal b) Bila pasien tidak dapat membaca kartu pada baris tertentu di atas visus normal, cek pada 1 baris tersebut i. Bila cuma tidak bisa membaca 1 huruf, berarti visusnya terletak pada baris tersebut dengan false 1. ii. iii. Bila tidak dapat membaca 2, berarti visusnya terletak pada baris tersebut dengan false 2. Bila tidak dapat membaca lebih dari setengah jumlah huruf yang ada, berarti visusnya berada di baris tepat di atas baris yang tidak dapat dibaca. iv. Bila tidak dapat membaca satu baris, berarti visusnya terdapat pada baris di atasnya. c) Bila terdapat penurunan visus, maka cek dengan menggunakan pinhole (alat untuk memfokuskan titik pada penglihatan pasien) d) Bila visus tetap berkurang => berarti bukan kelainan refraksi. e) Bila visus menjadi lebih baik dari sebelumnya => berarti merupakan kelainan refraksi PEMERIKSAAN TONOMETER Pemeriksaan tonometer dengan cara : Menggunakan Tonometer dari Schiotz. i. Klien diminta tidur terlentang di tempat tidur. ii. Mata penderita terlebih dulu ditetesi dengan larutan anestesi lokalpantokain 0,5%, masing-masing 1 tetes. Ditunggu sampai klien tidak merasa perih. iii. Kelopak mata klien dibuka dengan telunjuk dan ibu jari jangan tertekan bola mata pasieniv. Pasien diminta meletakkan ibu jari tangannya di depan matanya atau pasien

melihat ke langit-langit ruang pemeriksaan. v. Tonometer diletakkan dengan perlahan-lahan dan hati-hati diatas cornea penderita. vi. Setelah telapak tonometri menunjukkan angka yang tetap,dibaca nilai tekanan pada skala busur schiotz yang berantara 0-15 vii. Misalnya menunjukkan angka 5 dengan beban 5.5, maka tekanan bola matanya ialah 5/5.5. lalu carilah tabel konversi yang selalu ada pada setiap tonometer. Misssalnya untuk 5/5.5 akan terdapat angka konversi 15.0 mmhg. viii. Apabila dengan beban 5.5 jarum skala tidak bergerak atau bergerak Cuma sedikit, misalnya hanya pada angka 1-2, maka gantilah beban tonometer dengan beban 7.5. apabila dengan beban ini angka skala menunjukkan angka 4, maka tekanan bola mata ialah 4/7.5. lalu bacalah tabel konversi untuk mendapatkan angka untuk itu. ix. Tekanan bola mata yang disebut normal ialah yang berkisar antara 15-22mmHg. Jika tekanan bola mata di bawah 10 mmhg, maka berarti rendah dan bila diatas 25 mmhg berati tinggi. 3. DIAGNOSA Dari hasil pemeriksaan didapatkan diagnosa : Katarak sesuai SOP Kelainan Refraksi sesuai SOP Glaukoma sesuai SOP Konjungtivitis sesuai SOP Xerofthalmia sesuai SOP Buta Warna sesuai SOP 4. PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan Katarak sesuai SOP Penatalaksanaan Kelainan Refraksi sesuai SOP Penatalaksanaan Glaukoma sesuai SOP Penatalaksanaan Konjungtivitis sesuai SOP Penatalaksanaan Xerofthalmia sesuai SOP Penatalaksanaan Buta Warna sesuai SOP 5. KONSELING Konseling Katarak sesuai SOP Konseling Kelainan Refraksi sesuai SOP Konseling Glaukoma sesuai SOP Konseling Konjungtivitis sesuai SOP Konseling Xerofthalmia sesuai SOP

Konseling Buta Warna sesuai SOP 6. PENCATATAN DAN PELAPORAN Pencatatan dan pelaporan Katarak sesuai SOP Pencatatan dan pelaporan Kelainan Refraksi sesuai SOP Pencatatan dan pelaporan Glaukoma sesuai SOP Pencatatan dan pelaporan Konjungtivitis sesuai SOP Pencatatan dan pelaporan Xerofthalmia sesuai SOP Pencatatan dan pelaporan Buta Warna sesuai SOP