HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Percobaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

PEUBAH PERTUMBUHAN KUALITATIF. Bentuk Ujung Daun Pertama, Bentuk Batang, dan Warna Batang

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo,

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian. Blok II TS 3 TS 1 TS 3 TS 2 TS 1

LAMPIRAN-LAMPIRAN. 1. Skema Penelitian. Tahap 1. Persiapan Alat dan Bahan. Tahap 2. Pembuatan Pelet. Pengeringan ampas tahu.

Tinggi tongkol : cm : Menutup tongkol cukup baik

Umur 50% keluar rambut : ± 60 hari setelah tanam (HST) : Menutup tongkol dengan cukup baik. Kedudukan tongkol : Kurang lebih di tengah-tengah batang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kebutuhan pupuk kandang perpolibag = Kebutuhan Pupuk Kandang/polibag = 2000 kg /ha. 10 kg kg /ha. 2 kg =

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Urea, TSP, KCl dan pestisida. Alat-alat yang digunakan adalah meteran, parang,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi,

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI GALUR/VARIETAS JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Parameter. (cm) (hari) 1 6 0, , , Jumlah = 27 0, Rata-rata = 9 0,

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

UJI DAYA HASIL DAN KUALITAS JAGUNG MANIS (Zea mays var. saccharata Sturt.)GENOTIPE SD-3SERTA EMPAT VARIETAS PEMBANDINGDI KABUPATEN MAJALENGKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

III. MATERI DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Jagung Manis Varietas Bonanza. : Dikembangkan oleh Departemen Pendidikan dan Pengembangan PT. East West Seed Indonesia.

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA. Oleh. Fetrie Bestiarini Effendi A

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan

METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

PEMELIHARAAN TANAMAN JAGUNG DARI PENYAKIT BULE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

PEMELIHARAAN TANAMAN BAWANG MERAH

Lampiran 1. Tongkol jagung manis hibrida 3 x 4A

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian

Blok I Blok II Blok III. c 3 P 0 V 1 P 1 V 5 P 0 V 1 P 1

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

TUGAS KULIAH TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH. Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO

4 PRODUKSI JAGUNG ORGANIK MELALUI APLIKASI BEBERAPA DOSIS PUPUK KANDANG SAPI PADA MUSIM TANAM II

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sumber : Lampiran SK Menteri Pertanian No.76/Kpts/SR.120/2/2007, tanggal 7 Pebruari 2007.

PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Penelitian Natar, Lampung Selatan dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu,

Lampiran 1 : Deskripsi Tanaman Jagung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Sepang Jaya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar

Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kacang Hijau Varietas Vima 1

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III TEKNIK PELAKSANAAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

Transkripsi:

18 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Percobaan Percobaan dilakukan di dusun Dukuh Asem, Kelurahan Sindang Kasih, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka. Pada percobaan ini, digunakan dua varietas bersari bebas yang terdiri atas SD-3 dan Supersweet serta tiga varietas hibrida yang meliputi Bonanza, Sweetboy, dan SG 75. SD-3 digunakan sebagai varietas yang akan dibandingkan dengan varietas lainnya. Dalam percobaan ini tidak dilakukan penyulaman karena akan mempengaruhi proses vegetatif tanaman akibat perbedaan umur tanaman. Pertumbuhan tanaman di minggu pertama cukup baik. Intensitas hujan dan curah hujan yang relatif tinggi pada minggu berikutnya menyebabkan air tersedia dengan baik untuk perkecambahan benih. Kondisi air tersedia memungkinkan benih yang ditanam dapat berkecambah dengan baik. Akan tetapi, parit yang dangkal menyebabkan benih yang terletak di barisan pinggir di beberapa plot hilang akibat terbawa air. Pemeliharaan tanaman yang utama adalah pengaturan drainase, pembersihan gulma, pemupukan, pembumbunan, dan pengendalian hama serta penyakit pada tanaman. Pembersihan gulma dimaksudkan untuk memberantas rumput-rumput yang tidak dikehendaki dari pertanaman jagung manis. Pembersihan gulma dilakukan dua minggu sekali. Pada saat 4 MST penyiangan kedua dilakukan dengan pembumbunan. Tujuan pembumbunan yaitu untuk menutup bagian disekitar perakaran agar batang tanaman menjadi kokoh dan tidak mudah rebah serta menggemburkan tanah di sekitar tanaman. Adapun cara pembumbunan yaitu tanah di bagian kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman sehingga akan terbentuk guludan yang memanjang. Untuk efisiensi tenaga, kegiatan pemupukan kedua dengan menaburkan 2/3 bagian pupuk urea juga dilakukan pada saat 4 MST. Pupuk diberikan disamping tanaman yang berjarak 15 cm dari barisan tanaman.jagung manis membutuhkan air pada saat pertumbuhan vegetatif hingga periode pengisian biji. Kebutuhan air akan semakin berkurang hingga periode pemasakan biji. Pada areal pertanaman jagung manis diupayakan agar air tidak tergenang karena dapat membusukkan akar. Selain itu, kelebihan air

19 menyebabkan periode generatif tanaman akan terganggu. Di sisi lain, keterlambatan penambahan air pada fase kecambah, berbunga, pengisian, dan pemasakan biji akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas biji yang dihasilkan. Berdasarkan hasil sidik ragam pada berbagai peubah yang diamati menunjukakan bahwa peubah rebah batang, panjang daun, lebar daun, jumlah biji per baris pada tongkol, jumlah tongkol pertanaman, dan kadar PTT genotipe SD-3 tidak berpengaruh nyata dengan empat varietas pembanding lainnya (Tabel 4). Tabel 4. Rekapitulasi hasil uji F pada taraf 5% genotipe SD-3 dengan empat varietas komersial sebagai pembanding Peubah F-Hitung P-value Uji F Daya tumbuh 6.53 0.005 * Warna hipokotil 56.31 0.000 * Tinggi tanaman 6.80 0.004 * Tinggi tongkol utama 28.79 0.000 * Diameter batang 4.72 0.016 * Rebah batang 1.44 0.280 tn Panjang daun 2.310 0.119 tn Lebar daun 2.31 0.117 tn Umur muncul tassel 61.00 0.000 * Umur reseptif 9.75 0.001 * Bobot tongkol dengan kelobot per tanaman 7.22 0.003 * Bobot tongkol tanpa kelobot per tanaman 6.38 0.005 * Panjang tongkol 6.99 0.040 * Diameter tongkol 4.08 0.026 * Jumlah baris biji pada tongkol 3.58 0.038 * Jumlah biji per baris pada tongkol 2.84 0.072 tn Jumlah tongkol per tanaman 1.74 0.205 tn Jumlah tongkol per plot 8.44 0.001 * Berat biji 1000 butir 44.40 0.000 * Bobot tongkol berkelobot per plot 30.08 0.000 * Bobot tongkol tanpa kelobot per plot 40.68 0.000 * Tanaman terserang bulai 7.15 0.003 * Tanaman sehat yang tumbuh 15.96 0.000 * Tanaman yang dipanen 18.89 0.000 * Bobot tajuk atas 6.15 0.006 * Kadar padatan total terlarut 1.576 0.243 tn Indeks panen tongkol tanpa kelobot 41.07 0.000 * Produktivitas 44.13 0.000 * Potensi hasil 7.175 0.003 * Keterangan : * berpengaruh nyata pada taraf 5% tidak berpengaruh nyata pada taraf 5% Drainase air yang kurang baik menyebabkan tanaman terserang beberapa penyakit sehingga pertumbuhan vegetatif tanaman sedikit terhambat.penyakit

20 yang menyerang saat penelitian antara lain bulai (Peronosclerospora maydis), karat daun (Puccinia sorghi), bercak daun (Helminthosporim turcicum), penyakit gosong (Ustilago maydis), dan busuk tongkol (Gibberella sp.). Penyebaran penyakit bulai sangat cepat karena kondisi kelembapan dan angin yang relatif tinggi. Di sisi lain, lokasi percobaan yang dikelilingi dengan tanaman jagung milik petani setempat membuat pengendalian semakin sulit. Pengendalian yang dilakukan agar penyakit bulai tidak menyebar semakin luas adalah dengan mencabut tanaman yang sudah terindikasi penyakit bulai. Hama yang menyerang tanaman jagung manis saat penelitian adalah ulat penggerek tongkol (Helicoverpa armigera) dan kutu daun (Rhopalosiphus maydis Fitch). Serangan ulat penggerek tongkol sangat tinggi sehingga menurunkan kualitas hasil tongkol yang cukup signifikan. Di sisi lain, serangan kutu daun tidak sampai menyebabkan kerusakan tanaman yang signifikan.dua minggu menjelang panen terjadi angin kencang yang menyebabkan banyak tanaman rebah. Keadaan ini diatasi dengan mendirikan kembali tanaman dan membumbunnya agar tongkol tidak busuk ketika dipanen. Daya Tumbuh, Warna Hipokotil, dan Rebah Batang Daya tumbuh, warna hipokotil, dan rebah batang diukur pada dua minggu setelah tanam (MST). Daya tumbuh dan warna hipokotil yang diuji berpengaruh nyata dengan varietas pembanding, sedangkan rebah batang genotipesd-3 yang diuji tidak berpengaruh nyata dengan empat varietas komersial yang digunakan sebagai pembanding (Tabel 3). GenotipeSD-3 memiliki persentase rebah batang sekitar 9.875%, sedangkan empat varietas komersial yang dijadikan pembanding memiliki kisaran rebah batang antara 4.5-10.875%. Nilai tengah peubah daya tumbuh Bonanza (72.87%) dan Sweetboy (76.75%) berbeda nyata dengan genotipe SD-3 (88.25%), sedangkan varietas Supersweet (81%) dan SG 75 (85%) tidak berbeda nyata dengan genotipe tersebut. Daya tumbuh tertinggi dimiliki oleh genotipe SD-3 (88.25%). Tanaman dengan daya tumbuh lebih tinggi dari 80% menunjukkan tanaman tersebut memiliki ketegaran yang tinggi pula. Menurut Sadjad, Murniati, dan Ilyas (1999), benih dengan ketegaran tinggi dapat menghasilkan produksi yang tinggi bila

21 ditumbuhkan pada kondisi yang optimum. Tanaman yang persentase daya tumbuhnya kecil cenderung berproduksi rendah. Pada umumnya daya tumbuh tanaman yang rendah dapat mempengaruhi jumlah tongkol yang dihasilkan. Pengamatan peubah warna hipokotil memperlihatkan bahwa seluruh varietas berbeda nyata terhadap warna hipokotil pada taraf nyata 5%. Tingkat keseragaman warna hipokotil berwarna hijau untuk genotipe SD-3 sekitar 94.37% dan varietas Sweetboy mencapai 99.87%, sedangkan sisanya berwarna hijau kemerahan. Di sisi lain, tingkat keseragaman warna hipokotil varietas Supersweet, Bonanza, dan SG75 mencapai 100% untuk warna hijau. Tingkat keseragaman warna hipokotil SD-3lebih rendah dibandingkan seluruh varietas pembanding (Tabel 5). Tabel 5. Nilai tengahdaya tumbuh, warna hipokotil, dan rebah varietas SD-3 dengan empat varietas komersial sebagai pembanding Varietas Daya tumbuh Warna hipokotil (hijau) Rebah batang ---%--- SD-3 88.25 94.37 9.875 Supersweet 81.00 100* 7.875 Bonanza 72.87* 100* 5.625 Sweetboy 76.7* 99.87* 10.875 SG 75 85.00 100* 4.5 KK (%) 5.978 0.667 5.827 Keterangan :Nilai yang diikuti oleh tanda * pada kolom yang sama berbeda nyata dengan Tinggi Tanaman, Tinggi Tongkol Utama, dan Diameter Batang Tinggi tanaman, tinggi tongkol utama, dan diameter batang diukur saat dua bulan setelah tanam.nilai tengah peubah tinggi tanaman genotipe SD- 3(167.78 cm)berbeda nyata terhadap varietas Sweetboy(147.32 cm), sedangakan Supersweet (169.2 cm), Bonanza (163.1 cm), dan SG 75 (162.31 cm) tidak berbeda nyata dibandingkan varietas SD-3. Genotipe SD3 memiliki tinggi tanaman yang lebih tinggi dari varietas hibrida pembanding (Bonanza, Sweetboy, dan SG-75), namun lebih pendek daripadavarietas Supersweet (bersari bebas).nilai tengah peubah tinggi tongkol utama Supersweet (81.97 cm) tidak berbeda nyata dengan genotipe SD-3 (78.12 cm), sedangkan varietas Bonanza

22 (66.60 cm), Sweetboy (66.63 cm) dan SG 75 (57.71 cm) berbeda nyata dengan genotipe tersebut. Tinggi tongkol utama genotipe SD-3 lebih tinggi daripada Bonanza, Sweetboy dan SG-75.Nilai tengah peubah diameter batang Sweetboy (2.00 cm) berbeda nyata terhadap genotipe SD-3 (1.75 cm), sedangkan varietas Supersweet (1.81 cm), Bonanza (1.76 cm), dan SG 75 (1.69 cm) tidak berbeda nyata dibandingkan genotipe tersebut. Diamater batang SD-3 lebih tinggi dibandingkan SG-75, namun lebih rendah dibandingkan Supersweet, Bonanza, dan Sweetboy. (Tabel 6). Tabel 6. Nilai tengah tinggi tanaman, tinggi tongkol utama, dan diameter batang varietas SD-3 dengan empat varietas komersial sebagai pembanding Varietas Tinggi tanaman Tinggi tongkol utama Diameter batang ---cm--- SD-3 167.80 78.12 1.75 Supersweet 169.20 81.97 1.81 Bonanza 163.10 66.60* 1.76 Sweetboy 147.32* 66.63* 2.00* SG 75 162.31 57.71* 1.69 KK (%) 4.129 5.909 5.99 Keterangan : Nilai yang diikuti oleh tanda * pada kolom yang sama berbeda nyata dengan Johnson et al. (1986)menyatakan bahwa tinggi tanaman jagung manis yang pendek dapat meningkatkan daya hasil karena tanaman yang pendek dapat ditanam dengan kerapatan tinggi dan resiko rebah batang yang kecil. Aswidinnoor dan Koswara (1982) dengan ukuran diameter yang sama, tanaman yang terlalu tinggi serta tongkol utama yang lebih tinggi kurang menguntungkan dalam hal ketahanan terhadap kerebahan oleh angin.tanaman jagung manis yang memiliki tinggi tanaman rendah dan daun tegak merupakan gambaran tanaman ideal. Backtiar (1999) melaporkan bahwa tinggi kedudukan tongkol jagung penting diperhatikan dalam program pemuliaan tanaman jagung, terutama untuk keseragaman. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pemanenan dengan tangan atau meningkatkan efisiensi dengan mesin pada penanaman jagung manis berskala luas.

23 Lebar Daun, Panjang Daun, Panjang Tongkol, dan Diameter Tongkol Lebar daun dan panjang daun genotipe SD-3 yang diuji tidak berpengaruh nyata dengan empat varietas pembanding. Genotipe SD-3 memiliki lebar daun sekitar 8.5 cm, sedang empat varietas pembanding memiliki kisaran 8.6-9.2 cm. Sementara itu untuk peubah panjang daun genotipe SD-3 memiliki nilai 74.3 cm, sedang empat varietas yang lain memiliki rentang nilai antara 76.8 80.6 cm.peubah panjang tongkol dan diameter tongkol diukur pada saat panen. Nilai tengah peubah panjang tongkol genotipe SD-3 (15.46 cm) tidak berbeda nyata dengan varietas Supersweet (16.64 cm) dan SG 75 (16.72 cm), sedangkan varietas Bonanza (18.66 cm) dan Sweetboy (17.48 cm) berbeda nyata dibandingkan genotipe SD-3. Nilai tengah diameter tongkol genotipe SD-3 (3.654 cm) memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata dengan varietas Supersweet (3.757 cm), Sweetboy (3.741 cm), dan SG 75 (3.842 cm), sedangkan varietas Bonanza (4.141 cm) berbeda nyata dengan genotipe tersebut (Tabel 7). Tabel 7.Nilai tengah lebar daun, panjang daun, panjang tongkol, dan diameter tongkolvarietas SD-3 dengan empat varietas komersial sebagai pembanding Varietas Lebar daun Panjang daun Panjang tongkol Diameter tongkol ---cm--- SD-3 8.5 74.3 15.46 3.654 Supersweet 9.2 80.6 16.64 3.757 Bonanza 9.2 78.7 18.66* 4.141* Sweetboy 8.8 76.8 17.48* 3.741 SG 75 8.6 79.1 16.72 3.842 KK (%) 4.882 4.589 4.367 4.854 Keterangan : Nilai yang diikuti oleh tanda * pada kolom yang sama berbeda nyata dengan Genotipe SD-3 memiliki nilai tengah terendah dibandingkan varietas pembanding lainnya dalam empat parameter tersebut. Hal ini terjadi karena daun yang sempit dan pendek pada genotipe SD-3 mengakibatkan berkurangnya luasan daun efektif dalam melakukan fotosintesias sehingga fotosintat tanaman dalam biji menurun yang pada akhirnya akan menurunkan panjang dan diameter

24 tongkol.peubah panjang tongkol dan diameter tongkol merupakan kriteria penentu kualitas jagung manis. Menurut Lopez et al. (1998) dalamneeta (2005), tongkol yang pendek cenderung meningkatkan diameter tongkol menjadi lebih besar dan jumlah baris yang lebih banyak. Sebaliknya, tongkol yang terlalu panjang menyebabkan diameter tongkol menjadi lebih kecil dan jumlah baris yang lebih sedikit. Umur Berbunga dan Umur Panen Kriteria penentu umur panen dapat dilihat dari umur muncul malaidan umur reseptif. Menurut Crockett (1978), umur panen jagung manis dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu genjah (65-75 HST), sedang (76-85 HST), dan dalam (> 85 HST).Umur muncul malaidihitung setelah serbuk sari (pollen) dihasilkan sekitar 50% per plot tanaman pada saat anthesis. Nilai tengah peubah umur muncul malaigenotipe SD-3 (46 HST) berbeda nyata terhadap seluruh varietas pembanding, yaitu Supersweet (47.75 HST), Bonanza (48 HST), Sweetboy (48 HST), dan SG 75 (48 HST).Genotipe SD-3 memiliki umur muncul malaiyang lebih cepat dibandingkan keempat varietas pembanding.nilai Tengah umur muncul tassel, umur reseptif tongkol, dan umur panen per plot tanaman genotipe SD-3dengan empat varietas komersial sebagai pembanding disajikan pada Tabel 8. Tabel 8.Nilai tengah umur berbunga dan umur panen tanaman genotipe SD-3 dengan empat varietas komersial sebagai pembanding Varietas Umur muncul malai Umur reseptif Umur panen ---HST--- SD-3 46 51.0 72 Supersweet 47.75* 51.5 72 Bonanza 48.00* 52.0* 72 Sweetboy 48.00* 52.0* 72 SG 75 48.00* 52.0* 72 KK (%) 0.47 0.705 Keterangan : Nilai yang diikuti oleh tanda * pada kolom yang sama berbeda nyata dengan

25 Penentuan umur reseptif dilakukan ketika tanaman mengeluarkan rambut (silking) sepanjang lebih dari 2 cm sebanyak 50% per plot tanaman. Nilai tengah peubah umur reseptif genotipe SD-3 (51 HST) tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding, Supersweet (51.5 HST), sedangkan varietas Bonanza (52 HST), Sweetboy (52 HST), dan SG 75 (52.25 HST) berbeda nyata terhadap genotipe tersebut.genotipe SD-3memiliki umur reseptif yang lebih cepat dibandingkan seluruh varietas pembanding. Umur panen per plot tanaman tidak berbeda nyata karena semua tanaman dipanen serempak pada 72 hari setelah tanam (HST). Menurut Splittstoeser (1979) jagung manis dapat dipanen kira-kira 17-24 hari setelah rambut tongkol muncul, tetapi jika penanaman dilakukan pada musim panas pemanenan dapat dilakukan lebih cepat, yaitu 17-18 hari setelah munculnya rambut tongkol. Umur tanaman menyerbuk dan umur muncul rambut berhubungan degan lamanya periode pengisian biji sehingga mempengaruhi waktu panen jagung manis. Penentuan umur genjah atau dalamnya suatu varietas diukur dari cepat atau lambatnya tanaman berbunga. Semakin cepat tanaman jagung manis berbunga, semakin genjah tanaman tersebut.hal ini berkaitan dengan periode pengisian biji pada tongkol. Varietas jagung manis berumur genjah lebih mudah diterima petani dibandingkan varietas berumur dalam karenalebih sesuai dengan pola tanam yang dilakukan oleh petani sehingga penyebaran varietasnya menjadi lebih mudah. Bobot Tongkol Per Tanaman Nilai tengah peubah bobot tongkol berkelobot per tanaman genotipe SD-3 berbeda nyata dengan varietas Bonanza, sedangkan dengan varietas Supersweet, Sweetboy, dan SG 75 tidak berbeda nyata. Bobot tongkol berkelobot per tanamansd-3 lebih tinggi dibandingkan Supersweet dan SG-75, tetapi lebih rendah daripada Bonanza dan Sweetboy. Nilai tengah bobot tongkol tanpa kelobot per tanaman genotipe SD-3 berbeda nyata dengan varietas Bonanza, sedangkan dengan varietas lainnya tidak berbeda nyata. Bobot tongkol tanpa kelobot per tanaman SD-3 lebih tinggi dari Supersweet, tetapi lebih rendah dari varietas hibrida yang dijadikan pembanding (Tabel 9).

26 Tabel 9. Nilai tengah bobot tongkol berkelobot dan tanpa kelobot per tanaman genotipe SD-3 dengan empat varietas komersial sebagai pembanding Varietas Bobot tongkol berkelobot Bobot tongkol tanpa kelobot ---g--- SD-3 142.56 89.89 Supersweet 128.70 81.07 Bonanza 166.50* 116.28* Sweetboy 149.90 104.07 SG 75 130.80 98.92 KK (%) 8.003 10.867 Keterangan : Nilai yang diikuti oleh tanda * pada kolom yang sama berbeda nyata dengan Bobot Tongkol Per Plot yang Dipanen Nilai tengah peubah tongkol berkelobot per plot tanaman genotipe SD-3 (12.335 kg) tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding Supersweet (9.797 kg) dan Sweetboy (10.209 kg), sedangkan varietas Bonanza (20.060 kg) dan SG 75 (16.698 kg) berbeda nyata terhadap genotipe SD-3. Nilai tengah peubah bobot tongkol tanpa kelobot per plot tanaman genotipe SD-3 (7.77 kg) tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding, Supersweet (6.17 kg) dan Sweetboy (7.69 kg), sedangkan varietas Bonanza (13.95 kg) dan SG 75 (13.08 kg) berbeda nyata terhadap genotipe SD-3 (Tabel 10). Tabel 10. Nilai tengah bobot tongkol berkelobot dan tanpa kelobot per plot yang dipanengenotipe SD-3 dengan empat varietas komersial sebagai pembanding Varietas Bobot tongkol berkelobot per plot Bobot tongkol tanpa kelobot per plot ---kg--- SD-3 12.335 7.77 Supersweet 9.797 6.17 Bonanza 20.060* 13.95* Sweetboy 10.209 7.69 SG 75 16.698* 13.08* KK (%) 11.546 11.114 Keterangan : Nilai yang diikuti oleh tanda * pada kolom yang sama berbeda nyata dengan

27. Tabel di atas memperlihatkan bahwa bobot tongkol berkelobot dan tanpa kelobot per plot tanaman yang dipanen untuk genotipe SD-3 lebih tinggi daripada Supersweet dan Sweetboy, tetapi masih lebih rendah dibandingkan Bonanza dan SG-75. Jumlah Biji dan Jumlah Tongkol Tanaman Nilai tengah peubah jumlah baris biji genotipe SD-3 (14 baris) tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding Bonanza (14.05 baris), Sweetboy (13.5 baris), dan SG 75 (13.45), sedangkan untuk varietas Supersweet (13 baris) berbeda nyata dengan genotipe SD-3. Jumlah baris biji genotipe SD-3 lebih tinggi daripada Supersweet, Sweetboy, dan SG 75 tetapi lebih rendah dibandingkan Bonanza. Jumlah biji per baris dan jumlah tongkol pertanaman genotipe SD- 3tidak berpengaruh nyata dengan varietas pembanding. Jumlah biji per baris genotipe SD-3sekitar 31 biji, sedangkan varietas pembanding memiliki interval nilai antara 29.65-34.9 biji (Tabel 11). Tabel 11. Nilai tengah jumlah biji dan jumlah tongkol genotipe SD-3 dengan empat varietas komersial sebagai pembanding Varietas Jumlah baris biji pada tongkol Jumlah biji per baris pada tongkol Jumlah tongkol per tanaman Jumlah tongkol per plot ---biji--- ---tongkol--- SD-3 14 31 1.11 138 Supersweet 13.00* 34.6 1.13 98.25* Bonanza 14.05 33.3 1.09 99.25 Sweetboy 13.50 34.9 1.18 86.25* SG 75 13.45 29.65 1.11 145.25 KK (%) 3.377 8.38 4.47 Keterangan : Nilai yang diikuti oleh tanda * pada kolom yang sama berbeda nyata dengan Jumlah biji perbaris SD-3 lebih tinggi daripada SG-75 dan lebih rendah daripada varietas pembanding lainnya. Jumlah tongkol pertanaman SD-3 sekitar 1.1, sedangkan varietas pembanding berada dalam interval 1.09-1.18. Nilai tengah peubah jumlah tongkol per plot tanaman genotipe SD-3(138 tongkol) berbeda nyata dengan varietas Supersweet (98.25 tongkol) dan Sweetboy (86.25 tongkol),

28 sedangkan dengan varietas Bonanza (99.25) dan SG 75 145.25 tongkol) tidak berbeda nyata. Jumlah tongkol per plot yang dipanen genotipe SD-3 lebih tinggi daripada varietas Supersweet, Bonanza, dan Sweetboy, tetapi lebih rendag dibandingkan SG 75. Tongkol yang baik mengandung 700-1000 bakal biji pertongkol. Pada keadaan optimum semua bakal biji berpotensi untuk menjadi biji. Kondisi kekeringan dan kekurangan nutrisi pada 10-14 hari sebelum tanaman berambut akan sangat mengurangi jumlah bakal biji yang terbentuk. Potensi genetik dalam menghasilkan produksi yang cukup tinggi didukung oleh banyaknya tongkol yang dihasilkan dan panjang tongkol. Menurut Purnomo (1988), perbedaan jumlah tongkol saat panen sebagian disebabkan oleh tanaman barren(tidak menghasilkan tongkol)dan sifat prolifik (tanaman yang memiliki jumlah tongkol lebih dari satu).seleksi prolifikasi sangat efektif untuk meningkatkan hasil jagung manis, tetapi tinggi tanaman dan tinggi tongkol utama juga bertambah. Faktor penting yang dapat mengurangi potensi hasil jagung manis antara lain populasi tanaman yang terlalu tinggi, kompetisi tanaman pengganggu, kekeringan, kekurangan hara, dan intensitas cahaya rendah. Jika pembuahan telah terjadi, faktor-faktor di atas dapat mempengaruhi ukuran biji yang dihasilkan. Jumlah Tanaman dan Bobot 1000 Butir Benih Hasil pengujian nilai tengah yang dilakukan dengan uji Dunnett terhadap peubah tanaman yang terserang penyakit bulai menunjukan bahwa nilai tengah genotipesd-3 menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap seluruh varietas pembanding. Hal tersebut terjadi karena pengaruh perlakuan terjadi diantara varietas pembanding, bukan antara genotipe SD-3 dengan varietas pembanding. Pada tabel 10 terlihat bahwa persentase genotipe SD-3 yang terserang penyakit bulai 10.25% relatif lebih rendah daripada Supersweet dan Sweetboy, namun lebih tinggi dibandingkan Bonanza dan SG 75. Nilai tengah peubah tanaman yang dipanen genotipe SD-3 (72.64%) berbeda nyata dengan varietas pembanding Supersweet (58.50%) dan Sweetboy (51.25%), sedangkan varietas Bonanza (64.24%) dan SG 75 (80.62%) tidak berbeda nyata dengan genotipe SD-3. Nilai tengah peubah tanaman sehat yang

29 tumbuh menunjukkan bahwa genotipe SD-3 (68%) memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan varietas pembanding Supersweet (54.37%) dan Sweetboy (51.25), sedangkan varietas Bonanza (64%) dan SG 75 (76.37%) tidak berbeda nyata dengan genotipe SD-3. Genotipe SD-3 memiliki tanaman dipanen dan tanaman sehat yang lebih tinggi dibandingkan Supersweet, Bonanza, dan Sweetboy. Berdasarkan uji nilai tengah terhadap peubah bobot 1000 butir benih jagung manis memperlihatkan bahwa genotipe SD-3 (140.5 g) memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap seluruh varietas pembanding, Supersweet (138.8 g), Bonanza (142.8 g), Sweetboy (138.8 g), dan SG 75 (138.8 g). Bobot 1000 benih SD-3 lebih berat dibandingkan varietas Supersweet, Sweetboy, dan SG-75, namun lebih ringan daripada varietas Bonanza (Tabel 12). Tabel 12.Nilai tengah jumlah tanaman dan bobot 1000 bijigenotipe SD-3 dengan empat varietas komersial sebagai pembanding Varietas Tanaman terserang bulai Tanaman dipanen Tanaman sehat yang tumbuh Bobot 1000 butir benih ---%--- ---g--- SD-3 10.25 74.62 68.00 140.5 Supersweet 15.87 58.50* 54.37* 138.8* Bonanza 1.50 64.25 64.00 142.8* Sweetboy 16.87 51.25* 45.62 138.8* SG 75 0.87 80.62 76.37* 138.8* KK (%) 62.935 8.673 9.095 0.412 Keterangan : Nilai yang diikuti oleh tanda * pada kolom yang sama berbeda nyata dengan Bobot Tajuk Atas, Indeks Panen, dan Kadar PTT Bobot tajuk atas, indeks panen tongkol tanpa kelobot, dan kadar PTT diukur pada saat panen. Berdasarkan uji Dunnet, nilai tengah peubah bobot tajuk atas dan indeks panen tongkol tanpa kelobot genotipe SD-3 tidak berbeda nyata dengan seluruh varietas pembanding. Hal tersebut terjadi karena pengaruh perlakuan terjadi diantara varietas pembanding, bukan antara genotipe SD-3 dengan varietas pembanding.nilai tengah bobot tajuk atas genotipe SD-3 sekitar 296.5 g, sedangkan varietas pembanding memiliki bobot tajuk atas antara

30 Indekspanen tongkol tanpa kelobot SD-3 sekitar 0.245. Indeks panen tongkol varietas pembanding berada pada interval 0.185-0.279.Pada tanaman bertajuk rimbun, naungan yang diberikan tajuk akan menimbulkan efek etiolasi pada bagian batang ruas terbawah. Batang yang memperoleh naungan terbanyak akan memanjang ukurannya, lebih kecil, dan lebih lemah sehingga tidak menguntungkan pada wilayah dengan kecepatan angin yang tinggi. Kadar padatan terlalut total (PTT) merupakan salah satu kriteria yang menentukan kualitas jagung manis. Nilai tengah kadar padatan terlalut total genotipe SD-3 tidak berpengaruh nyata dengan varietas pembanding.kadar PTT genotipe SD-3 (11.97 0 Brix) lebih rendah dibandingkan varietas pembandingdengan kadar PTT antara 12.20 0 Brix sampai 13.95 0 Brix (Tabel 13). Tabel 13. Nilai tengah bobot tajuk atas, indeks panen, dan kadar PTTgenotipe SD- 3 dengan empat varietas komersial sebagai pembanding Varietas Bobot tajuk atas (g) Indeks panen tongkol tanpa kelobot Kadar PTT ( 0 Brix) SD-3 296.50 0.245 11.97 Supersweet 355.25 0.185 12.20 Bonanza 295.75 0.279 13.95 Sweetboy 344.0 0.233 13.60 SG 75 289.0 0.253 13.22 KK (%) 7.911 22.736 0.268 Nilai tengah kadar PTT genotipe SD-3 dan semua varietas pembanding yang dievaluasi relatif rendah jika dibandingkan dengan standar KFC untuk kadar PTT, yaitu 18 0 Brix. Hal ini diduga karena terdapat perbedaan metode pengukuran kadar PTT yang digunakan, khususnya dalam pembacaan skala 0 Brix pada refraktrometer. Selain itu, waktu pengukuran PTT yang agak terlambat berpengaruh terhadap rendahnya nilai PTT. Secara umum, kadar PTT dalam biji diukur pada saat berumur 18 hari-20 hari setelah penyerbukan. Sementara itu, menurut Kaukis dan Davis (1986) kadar PTT dalam biji memiliki nilai tertinggi pada saat biji berumur 16 hari setelah penyerbukan. Menurut Suminarti (1999) peningkatan jumlah pemberian air pada tanaman jagung manis dari 150 mm menjadi 460 mm akan diikuti dengan penurunan kadar gula reduksi sebesar 10.73%.

31 Produktivitas dan Potensi Hasil Nilai tengah peubah produktivitas tanaman jagung manis genotipe SD-3 (3.109 kg) berbeda nyata dengan varietas Bonanza (5.580 kg) dan SG 75 (5.232 kg), sedang varietas Supersweet (2.468 kg) dan Sweetboy (3.076 kg) tidak berbeda nyata terhadap respon genotipe SD-3. Produktivitas genotipe SD-3 lebih tinggi dibandingkan varietas Supersweet dan Sweetboy, tetapi lebih rendah daripada Bonanza dan SG 75. Nilai tengah peubah potensi hasil genotipe SD-3 (19.007 ton tongkol berkelobot/ha) berbeda nyata dengan varietas Bonanza (22.199 ton tongkol berkelobot/ha), sedangkan dengan varietas Supersweet (17.43 ton tongkol berkelobot/ha), Sweetboy (19.986 ton tongkol berkelobot/ha), dan SG 75 (17.439 ton tongkol berkelobot/ha) tidak berbeda nyata dengan genotipe SD-3. Potensi hasil SD-3lebih tinggi daripada Supersweet dan SG 75, tetapi lebih rendah dari Bonanza dan Sweetboy (Tabel 14). Tabel 14. Nilai tengah produktivitas dan potensi hasil genotipe SD-3 dengan empat varietas komersial sebagai pembanding Varietas Produktivitas (ton tongkol tanpa kelobot/ha) Potensi hasil (ton tongkol per kelobot/ha) SD-3 3.109 19.007 Supersweet 2.468 17.159 Bonanza 5.580* 22.199* Sweetboy 3.076 19.986 SG 75 5.232* 17.439 Keterangan : Nilai yang diikuti oleh tanda * pada kolom yang sama berbeda nyata dengan Produktivitas jagung manis seluruh varietas cenderung rendah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu serangan ulat tongkol menjelang panen, rebah batang, dan banyak tongkol muda yang belum menghasilkan biji sehingga tidak masuk ke dalam perhitungan data panen. Menurut Junaedi et al. (2000) kondisi ideal tanaman jagung manis yang dapat menghasilkan biomassa tinggi adalah tanaman yang memiliki rendemen panen dan indeks panen tinggi. Nihayati dan Shalahudin (1996) melaporkan bahwa untuk mendapatkan produksi tongkol yang lebih tinggi perlu ditunjang oleh pertumbuhan vegetatif yang optimal disamping ketersediaan unsur hara dan faktor tumbuh lainnya.