BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis. 2.1.1 Hakikat Permainan Kippers Pada dasarnya permaianan kippers sama dengan permainan kasti, baik dari segi teknik melempar, menangkap, maupun memukul bola. Perbedaannya hanya pada permaianan kasti ada regu penjaga yang bertugas sebagai pelempar atau pemberi bola kepada si pemukul. Namun pada permaianan kippers si pemukul sendiri yang melambungkan bola dan kemudian memukulnya. Nama permainan Kippers berasal dari bahasa Belanda, yaitu Kiepers. Permainan ini dimainkan oleh dua regu, yang masing-masing regu terdiri atas 12 orang. Regu pemukul harus mengumpulkan angka atau nilai sebanyak mungkin. Sementara itu regu penjaga harus berusaha supaya lawan tidak memperoleh angka/nilai. Seorang pemain dapat memperoleh angka atau nilai jika dapat memukul dengan baik. Selanjutnya, lari menuju tiang hinggap dan kembali ke daerah regu pemukul (Dadang Heryana :2010). A. Perlengkapan Menjelaskan Perlengkapan dalam permainan kippers adalah sebagai berikut : 1. Lapangan Lapangan permainan berukuran 65 x 30 meter. Ruang pukul 5 x 15 meter. Ruang regu pemukul 5 x 15 meter
Gambar 1.1 Lapangan permainan Kippers Sumber (Dadan Heryana: 2010) 2. Alat a) Pemukul Pemukul digunakan untuk memukul bola. Pemukul terbuat dari kayu dengan panjang antara 40 50 cm. Gambar 1.2 Pemukul b) Bola Sumber (Supardi: 2010) Bola terbuat dari karet elastis. Berat bola 80 gram dan garis tengah 7 cm.
c) Tiang Hinggap Dua buah tiang yang terbuat dari besi atau bambu. Panjang tiang 1,5 m dengan garis tengah 2 cm. Bagian atas tiang atas dibengkokkan atau berbentuk melingkar (C & D). d) Tiang kecil Tiang kecil diletakkan di sudut-sudut lapangan. Ujung tiang diberi bendera B. Teknik Dasar Permainan Kippers 1. Teknik Melempar bola Mengoper bola harus menggunakan teknik yang benar. Tujuannya adalah supaya bola mudah untuk ditangkap oleh teman seregu. Dengan demikian, kemenangan regu dapat diraih. Mengopor bola dapat dilakukan dengan cara melampar seperti lemparan. Beberapa cara melempar bola dalam permainan kippers yang dikemukakan (Dadang Heryana: 2010), adalah sebagai berikut. a) Lemparan ayunan atas Lemparan ayunan atas. Sikap kaki kuda-kuda, kaki kanan dan tangan kanan dengan memegang bola direntangkan ke kanan belakang agak ke atas. Awalan melempar, condongkan badan ke belakang, tangan kanan ditarik ke belakang dan tangan kiri mengambil sikap keseimbangan.
Ayunkan tangan kanan kuat ke depan dengan kaki kanan melangkah ke depan (sebagai gerak ikutan). Pada akhir pelepasan bola pergelangan tangan melecut hingga jari-jari tangan menghadap ke bawah. Kegunaan lemparan ini akan mencapai jarak sedang. b) Lemparan ayunan bawah Sikap kuda-kuda kaki kanan di belakang. Badan condong ke belakang, tekuklah kaki lebih dalam, Julurkan tangan kanan memegang bola dengan lurus, dan tegak lurus dengan badan. Ayunkan lengan tangan kanan sedemikian rupa, hingga perlepasan bola itu kira-kira membentuk sudut 45 dengan garis horizontal. Guna lemparan ini untuk memcapai jarak jauh. Lemparan bola dapat dilakukan dengan tangan kanan maupun tangan kiri. Setiap lemparan memiliki arah yang berbeda-beda. Di bawah ini adalah gambar yang menunjukkan macam-macam lemparan. Perhatikan arah lemparan bolanya. Lemparan ayunan atas Lemparan lemparan ayunan bawah Gambar 1.3 Teknik dasar lemparan dalam permainan kippers Sumber (Heryana, 2010)
2. Teknik Menangkap Bola Teknik selanjutnya adalah menangkap bola. Pada saat menangkap bola, pandangan mata tertuju ke arah bola. Tangkapan disesuaikan dengan arah datangnya bola, Cara menangkap bola dalam permainan kippers adalah sebagai berikut: a) Buka kaki agak lebar, lutut agak ditekuk. b) Kedua tangan di depan dada dengan jari-jari tangan terbuka. c) Perhatikan datangnya bola. Bola ditangkap dengan rileks dan searah dengan arah larinya bola. 3. Teknik Memukul Teknik selanjutnya adalah memukul bola. Teknik memukul pada permainan kippers dapat dibedakan yaitu: melambung jauh, datar ke depan, dan menyamping. Pukulan melambung Pukulan mendatar Pukulan menyamping Gambar 1.3 Teknik dasar melempar dalam permainan kippers Sumber (Heryana, 2010)
1) Pukulan melambung jauh Peganglah pemukul pada bagian pangkalnya. Setelah bola dilambungkan, rentangkan salah satu kaki sesuai dengan tangan yang digunakan untuk memukul. Berat badan pada kaki yang direntangkan, badan condong ke belakang, tekukkan lutut yang direntangkan sedalam mungkin, tetapi tetap dalam keseimbangan. Tangan pemukul dijulurkan lurus, tegak lurus dengan badan dan membentuk sudut 45 dengan garis datar. Usahakan bola terkena tepat pada ujung pemukul, hingga lengan ayunan pukulan sepanjang mungkin dan lepasnya bola membentuk sudut 45. Perkenaan bola lebih kurang setinggi bahu. Arah bola tergantung arah pemukul saat perkenaan dengan bola. 2) Pukulan datar ke depan Sikap seperti pada pukulan melambung jauh, hanya badan tetap tegak dan kaki tidak ditekuk. Perkenaan kayu pemukul dan bola saling tegak lurus dan kayu pemukul dalam gerakan horizontal. Arah bola akan ke kanan atau ke kiri tergantung kepada arah hadap kayu pemukul saat perkenaan dengan bola. 3) Pukulan menyamping a. Pukulan menyamping ke kiri Sikap seperti pada pukulan datar ke depan, tetapi kaki kanan diubah ke depan agak ke kanan. Badan diputar searah dengan arah pukulan. Ayunan lengan sedemikian rupa hingga perkenaan kayu pemukul dan bola sedikit dari atas menuju ke bawah.
b. Pukulan menyamping ke kanan Ayunan dari belakang kepala menuju ke depan. Sikap seperti pada pukulan datar ke depan, hanya lengan ditarik ke atas sedikit ke belakang. Arah pukulan dari atas menuju ke bawah dengan sudut pukulan sesuai dengan arah yang dikehendaki. C. Cara Bermain Kippers Menurut (Dadan Heryana: 2010) cara bermain kippers adalah; Siswa dibagi dua regu, yaitu masing-masing regu terdiri atas 12 orang dengan nomor dada 1 sampai 12. Sebelum bermain kapten regu melakukan undian. Setiap pemain berhak memukul satu kali, kecuali pemain pembebas (pemain terakhir), ia berhak memukul tiga kali. Pemukul dengan pukulan yang benar dan dapat kembali dengan selamat, mendapat nilai dua. Pemukul dengan pukulan yang benar dan dapat kembali dengan selamat, bila ada teman lainnya memukul dengan benar maka mendapat nilai satu. Waktu permainan berupa inning (masing-masing regu mempunyai kesempatan sama untuk menjadi regu jaga dan regu pemukul), lama permainan minimal 2 x 20 menit, maksimalnya 2 x 30 menit. D. Peraturan Permainan Kippers Selanjutnya Dadan, menguraikan Peraturan permaianan kippers yakni sebagai berikut: 1) Satu regu terdiri atas 12 pemain mengenakan nomor dada dari 1 sampai Dasar nomor dada untuk tiap regu harus berbeda.
2) Kewajiban regu pemukul: memukul bola, lari ke tiang hinggap, dan kembali ke ruang pemukul (B). 3) Kewajiban regu penjaga sebagai berikut: a. Menangkap bola yang dipukul. b. Mematikan pelari dengan melempar bola. c. Membakar ruang regu pemukul bila tidak ada pemukul lagi. 4) Pemukul harus melambungkan bola sendiri. 5) Pukulan diebut luncas (luput), kalau di dalam usaha memukul bola, kayu pemukul tidak mengenai bola sehabis memukul, kayu pemukul harus diletakan di dalam ruang pemukul, kalau kayu pemukul terjatuh keluar batas atau sebagian saja kayu pemukul keluar dari garis batas ruang pemukul, maka si pemukul tidak berhak mendapatkan nilai, kecuali kalau ia sebelum menyentuh tiang pertolongan sempat dan dapat membetulkan letak kayu pemukul sebagaimana mestinya. 6) Kalau pukulan salah satu luncas, yang boleh lari hanyalah si pemukul sendiri, tetapi tidak boleh lari lebih jauh dari tiang pertolongan, kecuali apabila bola oleh regu lapangan dimainkan denagn maksud untuk melempar pelari itu. Untuk pukulan salah atau luncas pelari tidak mendapatkan untuk larinya. pelari-pelari pada tiang pertolongan pada tiang bebas, boleh melanjutkan larinya apabila bola sudah dalam permainan. Pada saat bola terlepas dari tangan pelambung untuk dipukul, seorang pun tidak bole lari, kalau belum nyata bahwa hasil pukulan itu betul.
7) Pukulan dinyatakan baik, bila bola jatuh di daerah lapangan (30 meter) dan boleh berlari menuju tiang hinggap. 8) Ketentuan pelari sebagai berikut: a. Bila bola dikembalikan ke ruang regu pemukul atau ruang pukul, baik melambung atau menyusur tanah, melewati garis batas ruang regu pemukul dari lapangan permainan, pelari harus berhenti di tempat. b. Bila bola hilang pelari harus berhenti, dan boleh berlari lagi bila bola telah ditemukan dan dimasukkan ke dalam lapangan permainan. c. Seorang pemain yang tidak terkena lemparan boleh langsung masuk ke ruang pemukul (B), tanpa menuju tiang hinggap (C atau D) lebih dahulu. d. Seorang pemukul yang sah pukulannya, boleh tetap tinggal di ruang pukul, kalau dipandangnya membahayakan. e. Seorang pelari yang menurut perhitungannya dalam situasi membahayakan, boleh kembali ke tiang hinggap, atau ke ruang pukul. f. Pemukul yang salah atau meleset pukulannya tidak boleh berlari, tetapi harus menunggu atas pukulan yang sah dari teman berikutnya. g. Bila regu pemukul tinggal seorang lagi maka pemukul ini diberi kesempatan untuk memukul 3 kali pukulan sah.
9) Lemparan untuk mematikan lawan Lemparan harus mengenai bagian bahu ke bawah. Penjaga tidak boleh berlari dengan membawa bola. Jadi, harus mengoper dengan kawan supaya dapat mendekati pelari. Lemparan yang mengenai pelari dapat menyebabkan pergantian. Operan bola harus dilakukan dengan satu tangan. 10) Bola tangkap dan cara pergantian Bola tangkap harus dilakukan dengan tangan satu. Pada waktu bola tangkap yang ketiga si penangkap harus melemparkan bola tegak lurus ke atas, dengan membelakangi ruang pukul dan regu jaga secepatnya menuju ke ruang regu pemukul atau ke tiang hinggap. Hal ini karena pada peristiwa ini dapat dikenai lemparan. Bola yang dilemparkan oleh penjaga, dapat ditangkap oleh bekas regu pemukul untuk mematikan lawan. E. Penilaian 1) Bola tangkap memperoleh nilai 1 (satu). 2) Kembali ke ruang partai pemukul, dengan pukulan yang sah atas pukulan sendiri memperoleh nilai 2 (dua). 3) Kembali atas pukulan kawan, dan pelari itu tidak melakukan kesalahan pukul, mendapat nilai 1 (satu).
2.1.2. Hakekat Metode Pembelajan Discovery Discovery (penemuan) ialah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental yang dimaksud antara lain: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Dengan teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan intruksi. Dengan demikian pembelajaran discovery ialah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri agar anak dapat belajar sendiri (Herdy: 2010). Lanjut Herdy menambahkan Salah satu metode mengajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju adalah metode discovery, hal itu disebabkan karena metode discovery ini : 1) Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif, 2) Dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa, 3) Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betulbetul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain, 4) Dengan menggunakan strategi penemuan, anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkannya sendiri,
5) Dengan metode penemuan ini juga, anak belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan problema yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian diharapkan metode discovery ini lebih dikenal dan digunakan di dalam berbagai kesempatan proses belajar mengajar yang memungkinkan. Metode Discovery menurut (Suryosubroto 2002: 192) yang dikutip (Sucipto: 2009) diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum sampai kepada generalisasi. Metode pembelajaran discovery memberikan peluang belajar kepada siswa sehingga siswa memperoleh pengetahuan dengan melalui gaya belajar mereka sendiri. Metode pembelajaran ini lebih menekankan kepada pengembangan kemampuan dan teknik siswa untuk menemukan gaya atau gerak dasar dalam melakukan teknik memukul pada permainan kippers. Dalam hal ini siswa diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk menemukan jenis keterampilan yang spesifik sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian pembelajaran discovery ialah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa mencoba sendiri dan belajar menemukan kemampuannya serta melatih mental sampai siswa dapat belajar mandiri. Dalam proses pembelajaran dengan metode ini, guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk menemukan gaya atau teknik dan semacamnya. Tiga ciri utama belajar menemukan yaitu: (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi
pengetahuan; (2) berpusat pada siswa; (3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada (Herdy: 2010). Penerapan pembelajaran ini dapat memberikan Manfaat pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Hutuo dalam pembelajaran permainan kippers diantaranya; (1) mengajak siswa untuk belajar aktif; (2) hasil pembelajaran discovery memberikan kepuasan belajar kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing (3) dapat menumbuhkan mental dan kepercayaan diri siswa. Selain itu, (Suherman dkk, 2001:179) mengungkapkan beberapa keunggulan metode penemuan sebagai berikut: 1. siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir; 2. siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat; 3. menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat; 4. siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks; 5. metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri. Selain memiliki beberapa keuntungan, metode discovery juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya membutuhkan waktu belajar yang lebih lama dibandingkan dengan belajar menerima. Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka diperlukan bantuan guru.
2.1.3. Hakekat Gerak Dasar Salah satu tujuan pelaksanaan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar adalah meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar. Gerak dasar merupakan gerak yang bersifat umum yang apabila dikuasai oleh siswa sekolah dasar, akan menjadi landasan yang kukuh untuk dapat mengembangkan gerak-gerak yang lebih kompleks. Gerak dasar itu sendiri dibagi menjadi tiga, yaitu lokomotor, non lokomotor dan manipulatif. Gerak dasar lokomotor merupakan gerak yang dilakukan dari satu tempat ke tempat lain (BSNP, 2006: 703). Gerak dasar non lokomotor merupakan gerak yang dilakukan di tempat (tidak berpindah tempat). Sementara itu gerak dasar manipulatif merupakan gerak untuk bertindak melakukan sesuatu bentuk gerak dari anggota badannya secara lebih terampil atau gerak yang berhubungan dengan penggunaan alat. Pentingnya penguasaan gerak dasar bagi siswa sekolah dasar, harus mendapatkan perhatian dari guru Penjas. Seoarang guru Penjas harus mampu memberikan stimulasi atau mengembangkan gerak dasar siswa dan bentuk atau model-model yang menarik dan mudah dilakukan oleh siswa. Untuk itu, tulisan ini mencoba memberikan ulasan tentang stimulasi gerak dasar siswa sekolah dasar bagi kelas bawah. Perkembangan keterampilan gerak bagai anak sekolah dasar ditekankan sebagai perkembangan dan penghalusan aneka keterampilan gerak dasar dan keterampilan gerak yang berkaitan dengan olahraga. Pada dasarnya gerak dasar merupakan gerak yang bersifat umum yang apabila dikuasai oleh siswa sekolah dasar, akan menjadi landasan yang kukuh untuk dapat
mengembangkan gerak- gerak yang lebih kompleks. Gerak dasar pada anak membentuk dasar untuk gerak. Gerak dasar terdiri dari macam, yaitu lokomotor, non lokomotor dan manipulatif (Widodo, 2004: 8-9).. Gerak lokomotor adalah gerak memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat yang lain. Bentuk gerak lokomotor diantaranya berjalan, berlari, berjingkat melompat dan meloncat, meloncat, berderap, merayap dan memanjat. Gerak non lokomotor adalah aktivitas yang menggerakkan anggota tubuh pada porosnya dan pelaku tidak berpindah tempat. Bentuk gerak non lokomotor diantaranya: menghindar, meregangkan otot, memutar dan berputar, mengayunkan kaki, bergantung, menarik dan mendorong. Gerak manipulatif adalah keterampilan motorik yang memerlukan koordinasi mata dengan anggota tubuh yang lain untuk mensiasati tempat atau objek untuk bergerak. Bentuk gerak manipulatif diantaranya menggelindingkan benda, melempar, menangkap, menendang, dan menggiring. Perkembangan gerak dasar anak sekolah dasar dibagi menjadi tiga periode yaitu: (1) fase perkembangan gerak dasar usia 2-7 tahun, (2) fase transisi usia 7-10 tahun dan ( 3) fase spesifikasi usia 10-13 tahun, Pada fase perkembangan gerak dasar usia 2-7 tahun, anak mulai belajar berjalan pada saat mereka berusia kira-kira dua tahun dan bentuk-bentuk lain gerak lokomotor. Anak berusia 2-7 tahun pada dasarnya sedang mengalami masa pertumbuhan, mengalami bertambahnya pengalaman, mereka bergantung pada instruksi dan meniru yang lain. Mereka menjadi lebih terampil dalam menguasai keterampilan gerak dasar. Pada fase ini anak sudah siap untuk
menerima informasi dari guru. Guru sudah dapat memebrikan keterampilan perepsi motori, keterampilan gerak dasar, keterampilan multilateral dan keterampilan terpadu. Pada fase transisi usia 7-10 tahun ini, anak secara individu mulai dapat mengkombinasikan dan menerapkan gerak dasar yang terkait dengan penampilan dalam aktivitas jasmani. Gerakan yang dilakukan berisikan unsur-unsur yang sama, seperti gerak dasar, tetapi dalam pelaksanaannya lebih akurat dan terkendali. Selama periode ini anak terlibat secara aktif dalam pencarian dan pengkombinasian berbagai macam pola gerak dan keterampilan. Pada umumnya kemampuan mereka akan sangat cepat meningkat. Pada fase spesifikasi usia 10-13 tahun ini, anak sudah dapat menentukan pilihan-pilihannya akan cabang olahraga yang disukainya, secara umum mereka sudah memiliki kemampuan dan koordinasi dan kelincahan yang jauh lebih baik. Pada fase ini mereka memilih untuk mengkhususkan pada salah satu cabang olahraga yang dianggap mampu untuk dilakukan. Mereka juga sudah mulai bisa menilai kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Anak mulai mencari atau menghindari aktivitas yang tidak disukainya (Widodo 2004).
2.2. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teoritis yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini yaitu bahwa metode pembelajaran discovery dapat meningkatkan gerak dasar memukul dalam permainan kippers pada siswa kelas IV SDN 1 Hutuo Kabupaten Gorontalo. 2.3. Indikator Kinerja Dalam penelitian tindakan kelas ini yang menjadi indikator kinerja adalah jika persentase siswa mencapai 75 % dari jumlah siswa yang diberikan tindakan dapat menunjukkan peningkatan, dengan perolehan nilai rata-rata 75-85 dengan klasifikasi baik maka penelitian ini dianggap tuntas. Indikator tersebut merupakan kriteria ketuntasan siswa dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).