Mansur Zakaria. Kata kunci : Keterampilan dasar memukul bola, metode berpasangan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Mansur Zakaria. Kata kunci : Keterampilan dasar memukul bola, metode berpasangan"

Transkripsi

1 MENINGKATKAN KETERAMPILAN DASAR MEMUKUL BOLA DALAM PERMAINAN KASTI MELALUI METODE BERPASANGAN PADA SISWA KELAS IV SDN 3 KECAMATAN KABILA BONE KABUPATEN BONE BOLANGO Mansur Zakaria Abstrak : Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dasar memukul bola dalam permainan kasti. Peningkatan keterampilan siswa memukul bola dalam permainan kasti dikatakan meningkat jika presentase rata-rata jumlah siswa yang sudah mampu melakukan keterampilan dasar memukul bola dalam permainan kasti dapat di tingkatkan minimal 75 %. Data diambil dengan menggunakan lembaran pengamatan kegiatan guru dan siswa, serta evaluasi terhadap materi yang diajarkan pada setiap siklus. Berdasarkan analisis data maka diketahui bahwa penggunaan metode berpasangan dapat meningkatkan keterampilan siswa memukul bola dengan tepat,dari observasi awal 63,08 % menjadi 69,83 % pada siklus satu. Kesimpulan yang ditarik dari hasil penelitian adalah metode berpasangan mempunyai pengaruh positif terhadap keterampilan dasar memukul bola dalam permainan kasti,pengaruh ini dapat dilihat peningkatan hasil penguasaan siswa dari observasi awal 63,08 %. Siklus I 69,83 %. Meningkat menjadi 76,18 % pada siklus II. Dalam melaksanakan tugas sebagai guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan hendaknya dapat memotivasi siswa agar lebih kreatif dan mengembangkan kemampuannya, khususnya permainan kasti. Kata kunci : Keterampilan dasar memukul bola, metode berpasangan Penyelenggaraan pendidikan jasmani olahraga kesehatan disekolah dasar (SD) bertujuan untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak didik (siswa). Proses rangsangan itu dilakukan melalui pemanfaatan permainan olahraga sebagai medianya, seperti permainan bola. Permainan bola yang diselenggarakan disekolah secara umum dikelompokan kedalam dua kategori, yakni permainan bola besar dan bola kecil. Sedangkan ditingkat sekolah dasar (SD), permainan digolongkan kedalam permaianan tanpa bola dan dengan bola. Permainan tanpa bola ditujukan pada kelas rendah (kelas I, II, dan II) dan permainan dengan bola ditujukan pada kelas tinggi (kelas IV, V, dan VI).

2 Permainan kasti merupakan permainan dengan menggunakan bola dan tergolong kedalam permainan bola kecil. Permainan kasti ini pula merupakan salah satu meteri yang hanya dibelajarkan pada tingkat sekolah dasar pada kelas tinggi. Pembelajaran permainan kasti di sekolah dasar (SD) dimaksudkan untuk mewujudkan tujuan pendidikan jasmani dan tujuan pendidikan secara umum. Tugas utama dalam penyelenggaraan pengajaran pendidikan jasmani adalah membantu siswa untuk menjalani proses pertumbuhan, baik yang berkenaan dengan fisik maupun dalam aspek sikap dan pengetahuanya. Demikian halnya juga dalam membelajarkan permainan kasti disekolah dasar (SD), aspek psikomotor, afektif, dan kognitif itu merupakan sasaran utama yang harus dikembangkan. Ketiga aspek ini dikembagkan secara bersamaan (tidak terpisah-pisah). Aspek psikomotorik berorientasi pada kebugaran jasmani, gerak dasar (basic motor sklil) dan sebagainya. Dengan demikian pembelajaran permainan kasti disekolah dasar (SD) juga diarahkan pada gerak dasar permainan kasti itu sendiri, termasuk untuk meningkatkan kebugaran jasmani siswa, tetapi bukan berarti aspek kognitif dan efektif diabaikan hanya saja dalam penelitian yang dilakukan nanti, hanya akan dipusatkan pada hasil belajar segi psikomotorik. Gerak dasar dalam permainan kasti diantaranya adalah keterampilan dasar memukul bola. Gerak dasar ini merupakan bagian terpenting dalam permainan kasti, untuk dapat bermain kasti dengan baik, keterampilan dasar memukul bola perlu dikuasai. Seseorang pemain atau para pemain dalam satu tim yang mampu memukul bola dengan tepat, tidak menutup kemungkinan akan dapat memenangkan permainan. Keterampilan dasar memukul bola dalam permainan kasti merupakan bagian terpenting untuk dapat bermain kasti dengan baik. Keterampilan dasar memukul bola perlu dikuasai seseorang pemain atau para pemain dalam satu tim. Baik dari teman ataupun dari pukulan pemain regu pemukul, memungkinkan ia dapat mematikan pemain regu pemukul tersebut. Dengan demikian, tidak menutup kemungkinan akan dapat memenangkan permainan. Memukul bola yang dilambungkan dan pukulan jauh kedepan dari berbagai arah dan jarak serta memukul bola lurus dan mendatar, menghadap kearah sasaran dan ayunkan kayu pemukul kedepan bola, pemukul tepat mengenai sehingga bola meluncur jauh

3 kedepan. Teknik gerakan bola dipukul dan dilambungkan dari samping dan depan. Bola yang digunakan adalah bola yang lunak/lembut agar tidak memantul terlalu jauh. Ketentuan lain sama dengan kegiatan pertama, setelah melakukan pukulan terhadap bola dengan baik dan benar maka pemain harus berlari menuju tiang hinggap pertama. Cara memegang tangkai kayu pemukul seperti sikap tangan saat berjabat tangan. Pukulan depan yang harus diutamakan karena mudah dilakukan, juga memberi kemungkinan jarak pukul lebih jauh. Masalalah yang sering ditemukan dalam permainan kasti diantaranya ketidak mampuan siswa dalam memukul bola dengan tepat, teknik dasar pukulan lurus, pukulan atas atau pukulan lambung dan pukulan samping. Oleh karena itu, seorang guru hendaknya dapat merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sebaik mungkin agar siswa benar-benar mampu belajar dengan optimal. Dengan proses pembelajaran yang lebih terpusat pada siswa serta dengan keragaman strategi dan metode memungkinkan proses pembelajaran tersebut akan semakin berkesan bagi siswa. Keterampilan Dasar Memukul Bola Dalam Permainan Kasti Pada hakekatnya keterampilan dasar memukul bola dalam permainan kasti merupakan bagian terpenting. Menurut Mulyaningsih (2010 : 58) keterampilan utama yang lain dalam permainan kasti adalah memukul bola. Hal ini penting untuk diperhatikan supaya kita nantinya dapat memukul bola yang diarahkan secara tepat. Latihan memukul bola dapat dilakukan secara mandiri. Pantulkan bola ketanah setinggi dada agar mudah untuk dipukul. Selanjutnya menurut Sukrisno (2007 : 2) setiap pemain berhak 1 kali memukul kecuali pemain terakhir berhak memukul 3 kali pukulan. Sesudah memukul, pemain harus meletakan alat pemukul didalam ruangan pemukul. Apabila alat itu berada diluar tempat yang telah ditentukan, pemain tersebut tidak mendapatkan nilai kecuali ia segera membetulkannya kembali. Menurut Sahudi (2004 : 3-4) cara memegang pemukul adalah Setiap pemain kasti bisa memukul bola sejauh-jauhnya. Oleh karena itu harus menguasai cara-cara memukul yang baik agar pukulan. Berlatih memegang pemukul kayu dan cara mengayun pemukul. Ada tiga cara yang baik memegang pemukul, yakni pegangan panjang, pegangan sedang (menengah) dan pegangan pendek. yaitu: Menurut Sahudi (2004 : 4) pukulan dalam permainan kasti terdiri atas 4 macam

4 1) Pukulan melambung jauh Pukulan ini dilakukan dengan cara tangan kanan yang memegang pemukul diserongkan 45 0 kebawah. Pukulan dilakukan dengan sikap rileks, agar ayunan tangan kanan bisa bebas mencapai samping kiri atas. Dengan demikian hasil pukulan itu benar-benar melambung tinggi. Untuk bisa memukul dengan bagus harus berlatih secara teratur. 2) Pukulan mendatar Kaki kiri didepan, tangan kanan memegang pemukul posisi pemukul sejajar bahu. Pukulan ini menghasilkan gerak bola sangat cepat melesat kedepan. Dengan gerak bola yang sangat cepat, regu penjaga akan sukar menangkap bola yang dipukul. Jadi tujuan pukulan ini menyulitkan regu penjaga, sehingga sipemukul bisa berlari dengan cepat mencapai tiang bebas dan dapat kembali dengan mudah keruang bebas. 3) Pukulan menukik Pukulan macam ini dipakai untuk memukul bola dengan cepat, tetapi bila pukulan tidak tepat, maka bolanya pelan dan dekat. Jadi jenis pukulan ini harus benarbenar dikuasai, agar pukulan tidak meleset dan bola jauh didalam garis pukul. Jenis pukulan menukik sangat memudahkan larinya bola secara tak terduga-duga baik oleh pemukul maupun oleh penjaga. 4) Pukulan menyamping Posisi badan agak miring/menyamping. Kaki dibuka sejajar, Berat badan tertumpuk pada kaki belakang. Pada saat bola sampai, badan segera diputar kekanan sehingga bola akan jatuh disamping kiri lapangan. Pukulan ini sangat berguna untuk mengecoh penjaga. Metode Berpasangan Metode sebagai cara dalam meyajikan materi pelajaran. Pembelajaran merupakan proses interaksi yang melibatkan guru, siswa dan lingkungan serta sumber belajar lainnya untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi tersebut merupakan proses belajar.

5 Perkembangan mental siswa disekolah, antara lain, meliputi kemampuan untuk bekerja secara abstraksi menuju konseptual. Implikasinya pada pembelajaran, harus memberikan pengalaman yang bervariasi dengan metode yang efektif dan efisien. Pembelajaran harus memperhatikan minat dan kemampuan siswa. Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Berikut pengertian metode yang diperoleh dari beberapa sumber. Menurut Fahrudin (2009 : 3), metode merupakan suatu cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selanjutnya, Arikunto (2008 : 30) mengemukakan bahwa metode pembelajaran merupakan cara atau teknik yang digunakan dalam pembelajaran. Selanjutnya al-syaibany (dalam Fahrudin, 2009 : 12), memberikan takrif metode jika dikaitkan dengan proses belajar mengajar sebagai berikut: metode mengajar bermakna segala segi kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestian mata pelajaran yamg diajarkan, ciri-ciri perkembangan murid-muridnya untuk mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku mereka. Selanjutnya menolong mereka memperoleh maklumat, pengetahuan, Kemampuan, kebiasan, sikap, minat dan nilai-nilai yang diinginkan. Berdasarkan pengertian tentang metode yang telah diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa pada intinya, metode merupakan cara yang dilakukan oleh seorang guru dalam pembelajaran yang disusun secara terarah dan sistematis guna mengimplementasikan rencana yang disusun dalam kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Merujuk pada konsepsi belajar, pembelajaran, dan metode diatas, maka belajar melempar bola dalam permainan kasti akan disajikan melalui kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode berpasangan. Pembelajaran melalui metode berpasangan dalam pelaksanaannya pada hakikatnya melibatkan dua orang dalam berkelompok atau biasa disebut dengan pembelajaran gotong royong, dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil

6 untuk membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran. Fatirul (2008 : 7) menjelaskan bahwa kelompok-kelompok kecil dimaksud bekerja melalui tugas hingga semua kelompok berhasil memahami dan menyelesaikan tugas tersebut. Dalam pembelajaran kelompok berpasangan, pada siswa diharapkan dapat bergotong royong, saling membantu, saling mendiskusi dan beragumentasi, untuk mengasah pengetahuan Kemampuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Lie, (2007 : 31) merumuskan lima unsur model pembelajaran gotong royong yaitu: 1. Saling ketergantungan positif, 2. Tanggung jawab perseorangan 3. Tatap muka 4. Komunikasi antara anggota, dan 5. Evaluasi proses kelompok. Sehubungan dengan kelompok dalam pembelajaran, terdapat beberapa variasi jumlah tiap kelompok, yakni dimulai dari 2 sampai dengan 5 orang menurut kesukaan guru dan kepentingan tugas. Untuk kelompok yang berjumlah dua orang, disebut dengan kelompok berpasangan. Tentu saja, masing-masing kelompok berpasangan ini mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Lie (2007 : 56) menguraikan kelebihan dan kekurangan dari kelompok berpasangan, yakni sebagai berikut : kelebihannya : 1. Meningkatkan partisivasi 2. Cocok untuk tugas sederhana 3. Lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok 4. Interaksi lebih mudah, dan 5. Lebih mudah dan cepat membentuknya. Kekurangannya : 1. Banyak kelompok yang akan melapor dan perlu dimonitor Lebih sedikit ide yang muncul, jika ada perselisihan maka tidak ada penengah.

7 Teknik Dasar Permainan Kasti Permaianan kasti merupakan permainan yang menyenangkan. Kita perlu menguasai teknik-teknik permainan agar dapat memainkan kasti dengan baik. Teknikteknik permainan kasti yang perlu dikuasai adalah melempar dan menagkap bola, memukul bola serta cara berlari. Latihan melempar dan menagkap bola dapat dilakukan secara berpasangan. Aturlah jarak lempar tangkap bola ketika berlatih. Pertama-tama lakukan latihan lempar tangkap bola dalam jarak dekat. Setelah cukup menguasai, lakukan dalam jarak yang agak jauh. Latihan dan melempar dan memukul bola juga dapat dilakukan secara berpasangan. Aturlah jarak melempar dan memukul bola ketika berlatih (Sukrisno, 2007 : 4). Menurut Sukrisno (2007 : 2-3) dalam peraturan permainan kasti jumlah pemain tiap regu dapat disesuaikan dengan keadaan di sekolah. a. Regu pemukul Setiap pemain berhak 1 kali memukul, kecuali pemain terakhir berhak memukul sebanyak tiga kali pukulan. Sesudah memukul, pemain harus meletakan alat pemukul didalam ruangan pemukul. Apabila alat itu berada diluar tempat yang telah ditentukan, pemain tersebut tidak dapat nilai, kecuali ia segera membetulkannya kembali. b. Regu penjaga. Regu penjaga bertugas: Mematikan lawan. Menangkap langsung bola yang dipukul. Membakar ruang bebas jika ruang bebas kosong. c. Pelambung Pelambung bertugas: Melambungkan bola secara wajar sesuai dengan permintaan pemukul. Jika bola dilambungkan tidak terpukul, sipelambung harus mengulanginya lagi.

8 Jika sampai 3 kali berturut-turut bola tidak terpukul, sipemukul dapat lari bebas ketiang pemberhentian 1. d. Pukulan benar Pukulan dinyatakan benar apabila bola yang dipukul melampaui garis pukul. Selain itu, saat dipukul bola tidak boleh mengenai tangan dan tidak boleh jatuh diruangan bebas. e. Penghitungan nilai Nilai permainan kasti dihitung menurut aturan berikut: Jika pemain memukul bola lalu berlari kepemberhentian I, II, III, dan ruang bebas secara bertahap; mendapat nilai 1. Jika pukulan benar dan dapat kembali keruang bebas tanpa berhenti pada tiangtiang pemberhentian; mendapat nilai 2. Regu penjaga mendapat nilai 1 apabila berhasil menangkap langsung bola yang dipukul. Pemenang adalah regu yang berhasil memukul mengumpulkan nilai terbanyak. f. Waktu permainan Permainan ini berlangsung 2 babak. Tiap babak berlangsung selama 30 menit. Tiap babak diselingi waktu istirahat 10 menit. g. Pergantian tempat Pergantian tempat antara regu pemukul dan penjaga terjadi jika: Salah seorang regu pemukul terkena lemparan. Boal ditangkap 3 kali berturut-turut oleh penjaga. Alat pemukul lepas saat memukul. Salah seorang regu pemukul memasuki ruang bebas melalui garis belakang. Salah seorang regu pemukul keluar dari ruang bebas atau keluar dari batas lapangan. Teknik Memukul Pada prinsipnya bahwa teknik memukul bola dalam permainan kasti sangat penting. Menurut Sutisna (2004 : 5) pukulan yang baik dapat dilakukan jika kita

9 memegang kayu pemukul dengan benar. Caranya antara lain tangan saat memukul bola tidak kaku. bagian pemukul yang rata dihadapkan kearah pukulan. Teknik memukul bola dalam permainan kasti yang harus dikuasai terdiri atas teknik pukulan lurus, teknik pukulan atas atau lambung, dan teknik pukulan samping. 1. Teknik pukulan lurus Posisi badan menghadap pelambung. Memegang pemukul harus kuat agar tidak terlepas dan posisi kaki agak terbuka. Sebelum memukul bola, minta pada pelambung agar bola datang lurus, mengarah kedada, dan tidak terlalu cepat. Untuk menghasilkan pukulan yang keras, ayunkan tangan diikuti gerakan badan. Posisi kaki disesuaikan dengan gerakan tangan, misalnya bila tangan kanan memukul maka posisi kaki kiri didepan. 2. Teknik pukulan atas atau lambung Posisi badan tegak dengan kedua kaki terbuka. Tangan yang memegang pemukul mengayun dari bawah keatas. Pandangan agak keatas kearah bola yang akan dipukul. Tangan menggenggam pemukul dengan baik. Posisi kaki sama dengan posisi kaki pada teknik pukulan lurus. 3. Teknik pukulan samping Pukulan ini agak berbeda karena posisi badan agak miring atau menyamping. Kedua kaki terbuka sama seperti pada pukulan atas. Misalnya, memukul dengan tangan kanan, posisi kaki kanan berada didepan. Kemudian, pukul sekuatnya dengan arah menyamping. HASIL Berdasarkan observasi yang dilakukan pada bulan November 2013 tentang kegiatan pembelajaran pada materi permainan kasti ditemukan beberapa kelemahan yang terjadi, anatara lain metode pembelajaran. Sebelumnya metode pembelajaran yang diterapkan guru mencerminkan kepasifan siswa dalam melakukan aktivitas gerak. Kegiatannya lebih banyak dilakukan secara individual yang hanya menggunakan media terbatas. Kondisi tersebut terpaksa siswa harus sabar menunggu giliran. Akibatnya lama kelamaan siswa merasa jenuh. Untuk menghindari kejenuhan ini, siswa melakukan aktivitas-aktivitas lain

10 yang tidak ada kaitannya dengan materi pembelajaran, seperti bercanda sesama teman didekatnya, duduk dan sebagainya. a. Keterampilan Dasar Memukul Bola Dalam Permainan Kasti. Sebagai konsekwensi dari pelaksanaan pembelajaran yang kurang efektif, maka setelah dilakukan evaluasi hasil belajar siswa dalam hal ini keterampilan dasar memukul bola dengan tepat dinyatakan rendah. Data yang akan dilampirkan dalam bentuk tabel dan diagram, adapun tabel dan diagram dibawah ini bertujuan untuk menjelaskan hasil evaluasi belajar dari observasi awal hingga siklus dua, tabel yang dimaksud adalah sebagai berikut : Tabel 1. Hasil Observasi Awal, Keterampilan Dasar Memukul Bola Dalam Permainan Kasti Melalui Metode Berpasangan No Indikator yang dinilai Nilai Rata-rata Ketuntasan Keterangan 1 Teknik pukulan lurus Kurang 2 Teknik pukulan atas atau melambung 63,09 Kurang 3 Teknik pukulan samping 65,47 Cukup Rata-rata 63,08 Kurang Dari tabel diatas jelas bahwa keterampilan dasar memukul bola dalam permainan kasti dikategorikan sedang / cukup, hal ini disebabkan oleh metode yang diterapkan guru mencerminkan kepasihan siswa dalam melakukan aktivitas gerak. Untuk itu lebih jelas memahami hasil dari pada data observasi pada tabel diatas, maka berikut ini penjelasannya melalui diagram berikut ini :

11 66.00% 65.47% 65.00% 64.00% 63.09% 63.00% 62.00% 61.00% 60.70% 60.00% 59.00% 58.00% Teknik Pukulan Lurus Teknik Pukulan Atas / Lambung Teknik Pukulan Samping Gb. 1 : Diagram Observasi Awal Keterampilan Dasar Memukul Bola Dalam Kasti Permainan Berdasarkan tabel dan gambar diagram diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata keterampilan memukul bola dalam permainan kasti perlu diberi tindakan, alasan yang menarik karena rata-rata seluruh siswa dalam penguasaan keterampilan dasar memukul bola dalam permainan kasti rata-rata belum memenuhi standar indikator yang diharapkan. Berdasarkan alasan tersebut diatas tindakan yang akan diberikan kepada siswa yaitu melalui metode berpasangan dan sistematika prosedur pada saat pelaksanaan tindakan dalam pembelajaran. Adapun capaian yang diperoleh pada observasi awal dijabarkan sebagai berikut : a. Teknik pukulan lurus rata-rata 60,70 % peningkatannya minimal sebesar 14,3 % dari indikator kinerja 75 % b. Teknik pukulan atas atau lambung 63,09 % peningkatannya minimal sebesar 11,91 % dari indikator kinerja 75 % c. Teknik pukulan samping 65,47 % peningkatannya minimal sebesar 9,53 % dari indikator kinerja 75 %. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada observasi awal maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan gerak dasar memukul bola dalam permainan kasti perlu ditindaki melalui metode berpasangan.

12 Berdasarkan hasil data pada pelaksanaan siklus satu jelas bahwa keterampilan dasr memukul bola dalam permainan kasti, masih perlu diberi tindakan, salah satu pemberian tindakan yang akan diberikan yaitu melalui cara pembelajaran metode berpasangan, untuk membuktikan motivasi belajar siswa dalam menemukan cara belajarnya dan membuat siswa lebih cepat dalam menguasai dan memiliki keterampilan gerak dasar memukul bola dalam permainan kasti. Adapun tindakan yang telah diberikan pada siklus pertama menghasilkan data sebagai berikut : Tabel 2. Hasil Siklus I, Keterampilan Dasar Memukul Bola Dalam Permainan Kasti Melalui Metode Berpasangan No Indikator yang dinilai Nilai Rata-rata Ketuntasan Keterangan 1 Teknik pukulan lurus 66,18 Cukup 2 Teknik pukulan atas atau melambung 69,99 Cukup 3 Teknik pukulan samping 73,33 cukup Rata-rata 69,83 Cukup Dari tabel diatas jelas bahwa keterampilan dasar memukul bola dalam permainan kasti rata-rata mereka dikategorikan cukup, hal ini disebabkan pada intinya bahwa keterampilan memukul bola dalam permainan kasti sulit dilakuka. Untuk itu lebih jelas memahami hasil dari pada data siklus satu pada tabel diatas, maka berikut ini penjelasannya melalui diagram berikut :

13 74.00% 73.33% 72.00% 69.99% 70.00% 68.00% 66.18% 66.00% 64.00% 62.00% Teknik Pukulan Lurus Teknik Pukulan Atas / Lambung Teknik Pukulan Samping Gb. 2 : Diagram Siklus I Keterampilan Dasar Memukul Bola Dalam Permainan Kasti Melalui Metode Berpasangan. Dari tabel II dan diagram diatas nampak bahwa keterampilan dasar dalam permainan kasti masih perlu ditingkatkan. Hal ini dapat diperlihatkan pada indikator kinerja yang diharapkan. Dimana siswa diupayakan untuk dapat melakukan beberapa komponen dalam memukul bola. Akan tetapi belum seenuhnya siswa mampu melakukannya. Hal ini dapat diamati pada komponen indikator yang dinilai yaitu : (a) Teknik pukulan lurus rata-rata 66,18 %. (b) teknik pukulan atas atau lambung rata-rata 69,99 %. (c) teknik pukulan samping rata-rata 73,33 %. Berdasarkan perlakuan siklus ke dua dilapangan maka diperoleh hasil peningkatan keterampilan dasar memukul bola dalam permainan kasti. Adapun hasil perlakuan pada siklus ke dua disajikan pada tabel berikut ini : Tabel 3. Hasil Siklus II, Keterampilan Dasar Memukul Bola Dalam Permainan Kasti Melalui Metode Berpasangan

14 No Indikator yang dinilai Nilai Rata-rata Ketuntasan Keterangan 1 Teknik pukulan lurus 72,37 Cukup 2 Teknik pukulan atas atau melambung 77,14 Baik 3 Teknik pukulan samping 79,04 Baik Rata-rata 76,18 Baik Dari tabel diatas jelas bahwa keterampilan dasar memukul bola dalam permainan kasti rata-rata keterampilan mereka dikategorikan telah meningkat hingga melebihi standar indikator kinerja yang diharapkan lebih jelasnya untuk memenuhi hasil dari pada siklus dua pada tabel diatas, maka berikut ini penjelasanya melalui diagram sebagai berikut :

15 80.00% 79.04% 78.00% 77.14% 76.00% 74.00% 72.37% 72.00% 70.00% 68.00% Teknik Pukulan Lurus Teknik Pukulan Atas / Samping Teknik Pukulan Samping Gb. 3 : Diagram Siklus II Keterampilan Dasar Memukul Bola Dalam Permainan Kasti Melalui Metode Berpasangan. Berdasarkan hasil yang tercantum pada tabel tiga dan diagram diatas jelas bahwa keterampilan dasar memukul bola dalam permainan kasti rata-rata meningkat secara keseluruhan. Perolehan hasil peningkatan tersebut yaitu : (a) Teknik pukulan lurus ratarata 72,37 %. (b) Teknik pukulan atas atau Lambung rata-rata 77,14 %. (c) Teknik pukulan samping 79,04 % meningkat sebesar 76,18 % ini berarti bahwa siswa telah memiliki keterampilan dasar memukul bola dalam permainan kasti sesuai diharapkan. Melihat keberhasilan peningkatan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dengan metode berpasangan dapat meningkatkan keterampilan gerak dasar siswa atau salah satu upaya peningkatan keterampilan siswa dalam pembelajaran pendidkan jasmani olahraga dan kesehatan pada umumnya dan pada khususnya pada permainan kasti.

16 PEMBAHASAN Pada pembahasan ini akan dijelaskan proses pelaksanaan penelitian sehingga menghasilkan data yang diperoleh pada observasi awal hingga siklus kedua. Seperti yang telah dikemukakan diatas hasil observasi awal rata-rata penguasaan keterampilan dasar memukul bola dalam permainan kasti sebesar 63,08 % kemudian setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan metode berpasangan keterampilan gerak dasar siswa meningkat secara bertahap walaupun pengambilan siklus pertama hasilnya belum begitu memuaskan yaitu sebesar 69,83 %. Ini berarti bahwa peningkatan keterampilan dasar memukul bola dalam permainan kasti dari observasi awal hingga siklus satu sebesar 6,75 %. dengan kata lain hasil pada siklus pertama tersebut masih perlu untuk diberi tindakan pada siklus berikutnya. Lebih lanjut pada siklus berikutnya yaitu siklus kedua keterampilan dasar memukul bola dalam permaian kasti meningkat hingga 76,18%. Ini berarti bahwa metode pembelajaran yang digunakan memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan keterampilan dasar memukul bola pada permainan kasti. Hal ini dibuktikan bahwa pada siklus ke dua ini siswa telah meningkatkan keterampilan dasar memukul bola pada permainan kasti hingga 13,1 %. Berdasarkan penjelasan diatas bahwa terjadi peningkatan gerak dasar keterampilan siswa dipengaruhi oleh penggunaan metode pembelajaran yang relevan dengan materi pembelajaran dimaksud yaitu metode berpasangan. Alasannya karena dengan metode berpasangan siswa lebih ditekankan pada unsur belajar yang lebih bernuansa kegembiraan. Khususnya pada beberapa metode pembelajaran yang lain dimana lebih menekankan keaktifan guru, namun dalam penggunaan materi pembelajaran tersebut tidak rata-rata keterlibatan lebih cenderung pada siswa, dengan demikian hasil belajar lebih menarik. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa ratarata siswa pada umumnya telah memiliki keterampilan dasar memukul bola dalam permainan kasti walaupun belum begitu sempurna bentuk gerakanya. Selanjutnya untuk memperbaiki dan membenahi hal-hal yang masih kurang dalam kegiatan pembelajaran yang dimaksud maka guru perlu upaya tambahan dalam meningkatkan hal yang dimasud. Upaya yang dimaksud yaitu kreativitas guru perlu ditambah agar pada pelaksanaan proses

17 pembelajaran selanjutnya guru telah memiliki ide-ide cadangan apabila metode yang akan digunakan belum begitu cocok digunakan siswa. Untuk lebih memudahkan dalam mengatahui peningkatan keterampilan dasar memukul bola dalam permainan kasti dimaksud, berikut ini adalah tabel proses meningkatnya keterampilan gerak dasar siswa yang disusun dalam bentuk selisih hasil peningkatan dari observasi awal hingga pada masing-masing pelaksanaan tindakan disetiap siklus. Dalam tabel yang dimaksud akan jelas grafik proses dari pada penggunaan metode pembelajaran dimaksud tentang proses yang telah dialaminya. Tabel 4. Perbedaan Hasil Peningkatan Data Awal, Siklus I dan II Keterampilan Dasar Memukul Bola Dalam Permainan Kasti Melalui Metode Berpasangan Observasi No Indikator yang dinilai Siklus I Siklus II Awal 1 Teknik pukulan lurus 60,70 66,18 72,37 Teknik pukulan atas atau 2 63,09 69,99 77,14 melambung 3 Teknik pukulan samping 65,47 73,33 79,04 Rata-rata 63,08 69,83 76,18

18 80.00% 70.00% 72.37% 66.18% 60.70% 63.09% 69.99% 77.14% 65.47% 79.04% 73.33% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% Teknik Pukulan Lurus Teknik Pukulan Atas / Lambung Teknik Pukulan Samping Observasi Awal Siklus I Siklus II Gb. 4 : Diagram Perbedaan Hasil Peningkatan Data Awal, Siklus I dan II Keterampilan Dasar Memukul Bola Dalam Permainan Kasti. Dari tabel dan diagram diatas jelas bahwa peningkatan keterampilan dasar memukul bola dalam permainan kasti melalui metode berpasangan melebihi indikator kinerja yang diharapkan, artinya bahwa pada masing-masing komponen keterampilan gerak dasar pada setiap siklus sangat jelas selisih peningkatannya. Dengan demikian maka hipotesis penelitian tindakan kelas yang menyatakan bahwa: Melalui metode berpasangan maka keterampilan dasar memukul bola dalam permainan kasti pada siswa kelas IV SDN 3 Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango dapat ditingkatkan dan dapat diterima. KESIMPULAN Pelaksanaan PTK berlangsung sebanyak dua siklus menghasilkan simpulan sebagai berikut:

19 1) Jika metode berpasangan diterapkan dalam pembelajaran, maka dapat meningkatkan keterampilan dasar memukul bola dalam permainan kasti pada siswa kelas IV SDN 3 Kabila Bone. 2) Kegiatan pembelajaran melalui metode berpasangan setiap siklusnya mengalami peningkatan yang signifikan. 3) Keterampilan siswa dalam memukul bola dengan tepat setiap siklus meningkat. Peningkatan yang signifikan hingga pada ketercapaian indikator kinerja terjadi pada siklus II, yakni sebanyak 24 orang atau sebesar 85,71 % dengan daya serap klasikal sebesar 76,18 %, atau dengan kata lain, terjadi peningkatan jumlah siswa yang mencapai pada kriteria keberhasilan, yakni sebesar 17 orang atau sebesar 60,71 %, sedangkan peningkatan daya serap klasikal sebesar 13,1 % dari observasi awal ke siklus II. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Depdiknas Pedoman Pengajaran di Sekolah Dasar. Jakara: Depdiknas-Dirjen Dikdasmen. Fahrudin, Mukhlis. Hubungan Pendidikan dan Metode Pengajaran. (online), diakses tanggal 25 Oktober Fatirul Pembelajaran Melalui Metode Berpasangan. Jakarta : Rineka Cipta. Iskandar Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : GP Press Group Lie Anita Cooveratipe Learning, Mempraktikan Kooverative Learning di Ruangan-ruangan Kelas. Jakarta : PT Grasindo. Mulyaningsih Farida, dkk Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Untuk Kelas IV SD / MI. Jawa Tengah : PT. Intan Pariwara. Sahudi Rochman, dkk. Pendidikan Jasmani Untuk Sekolah Dasar Kelas IV. Jakarta : Erlangga. Sukrisno, dkk Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Untuk Kelas IV SD. Semarang: Erlangga.

20 Sutisna A, dkk Pendidikan Jasmnai Media Berolahraga dan Berprestasi. Bogor : Yudhistira

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN DAN HIPOTESIS TINDAKAN. beregu. Permainan kasti dimainkan dilapangan terbuka. Jika ingin menguasai

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN DAN HIPOTESIS TINDAKAN. beregu. Permainan kasti dimainkan dilapangan terbuka. Jika ingin menguasai 7 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakikat Permainan Kasti Permainan kasti termasuk salah satu olahraga permainan bola kecil beregu. Permainan kasti dimainkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. ini juga merupakan salah satu materi permainan yang diajarkan di tingkat SD

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. ini juga merupakan salah satu materi permainan yang diajarkan di tingkat SD 1 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakikat Permainan Kasti Permainan kasti pada hakikatnya merupakan salah satu jenis permainan menggunakan bola dan tergolong ke

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemberi bola kepada si pemukul. Namun pada permaianan kippers si pemukul

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemberi bola kepada si pemukul. Namun pada permaianan kippers si pemukul BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis. 2.1.1 Hakikat Permainan Kippers Pada dasarnya permaianan kippers sama dengan permainan kasti, baik dari segi teknik melempar, menangkap,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kondisi dan karakter siswa. Dengan melihat secara langsung, anak

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kondisi dan karakter siswa. Dengan melihat secara langsung, anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru sebagai faktor utama keberhasilan pengajaran dituntut kemampuannya untuk dapat menyampaikan bahan ajar kepada siswa dengan baik. Untuk itu guru perlu mendapat

Lebih terperinci

(Hindra Maksum, Ruslan, Suriyadi Datau)

(Hindra Maksum, Ruslan, Suriyadi Datau) MENINGKATKAN KEMAMPUAN LEMPAR TANGKAP PADA PERMAINAN BOLA KASTI MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN BERPASANGAN SISWA KELAS IV SDN 1 BOTUPINGGE KABUPATEN BONE BOLANGO (Hindra Maksum, Ruslan, Suriyadi Datau)

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETEPATAN MENANGKAP BOLA DALAM PERMAINAN KASTI MELALUI METODE BERPASANGAN PADA SISWA KELAS V SDN 8 TELAGA BIRU KABUPATEN GORONTALO

MENINGKATKAN KETEPATAN MENANGKAP BOLA DALAM PERMAINAN KASTI MELALUI METODE BERPASANGAN PADA SISWA KELAS V SDN 8 TELAGA BIRU KABUPATEN GORONTALO MENINGKATKAN KETEPATAN MENANGKAP BOLA DALAM PERMAINAN KASTI MELALUI METODE BERPASANGAN PADA SISWA KELAS V SDN 8 TELAGA BIRU KABUPATEN GORONTALO SAIRA N TAIB UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS ILMU-ILMU

Lebih terperinci

PITOYO TEGUH SUBAGYA Sekolah Dasar Negeri 1 Pandanharum Uptd Pendidikan Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan

PITOYO TEGUH SUBAGYA Sekolah Dasar Negeri 1 Pandanharum Uptd Pendidikan Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BOLA KASTI MELALUI PERMAINAN KASBOLUN PADA SISWA KELAS V SEMESTER II SD NEGERI 1 PANDANHARUM KEC. BAGUS KAB. GROBOGAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PITOYO TEGUH

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemukul dan regu penjaga. Regu pemukul berusaha mendapatkan nilai dengan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemukul dan regu penjaga. Regu pemukul berusaha mendapatkan nilai dengan 1 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 1.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakikat Permainan Kasti Sukrisno (2007: 2) menjelaskan bahwa permainan kasti merupakan salah satu permainan bola kecil. Permainan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pembelajaran akan berlangsung baik hingga mencapai hasil yang baik pula.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pembelajaran akan berlangsung baik hingga mencapai hasil yang baik pula. BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Metode Jigsaw Secara umum metode merupakan suatu cara untuk melangsungkan proses belajar mengajar sehingga tujuan dapat dicapai. Metode

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai sebuah upaya sadar yang dikerjakan oleh manusia untuk

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai sebuah upaya sadar yang dikerjakan oleh manusia untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sebagai sebuah upaya sadar yang dikerjakan oleh manusia untuk meningkatkan kualitas kehidupan yang memerlukan proses, waktu dan melibatkan banyak faktor serta

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SERVIS ATAS BOLA VOLI MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN LEMPAR PUKUL BOLA KERTAS PADA SISWA KELAS VII SMP

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SERVIS ATAS BOLA VOLI MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN LEMPAR PUKUL BOLA KERTAS PADA SISWA KELAS VII SMP UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SERVIS ATAS BOLA VOLI MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN LEMPAR PUKUL BOLA KERTAS PADA SISWA KELAS VII SMP Muhammad Syaleh Sekolah Tinggi Olahraga Kesehatan Bina Guna Medan msyaleh3@gmail.com

Lebih terperinci

Makalah Pendidikan Jasmani Olahraga Softball

Makalah Pendidikan Jasmani Olahraga Softball Makalah Pendidikan Jasmani Olahraga Softball Oleh: Rizka Melina F. (24/X MIA 5) SMA Negeri 1 Malang Jl. Tugu Utara No. 1 Telp (0341)366454 fax. (0341) 329487 Malang 65111 Website : http://www.sman1-mlg.sch.id

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SatuanPendidikan : SMP Negeri 1 Geger Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SatuanPendidikan : SMP Negeri 1 Geger Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SatuanPendidikan : SMP Negeri 1 Geger Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan Materi Pokok : Permainan Bola Kecil Tema/Sub Tema : Permainan Tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sandy Windiana, 2014 Pengaruh Model Pendekatan Taktis Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sandy Windiana, 2014 Pengaruh Model Pendekatan Taktis Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup. Namun selama ini telah terjadi kecenderungan dalam memberikan makna mutu pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 1 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Teoretis 1. Hakikat Permainan Bola Basket Permainan bola basket merupakan suatu permainan yang tergolong dalam kelompok permainan bola besar. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tuntutan jaman sekarang yang mengutamakan skill. Salah satu sasaran

BAB I PENDAHULUAN. pada tuntutan jaman sekarang yang mengutamakan skill. Salah satu sasaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting bagi setiap individu karena tanpa pendidikan seseorang tidak akan memperolah pengetahuan dan keterampilan, terkhusus pada pada tuntutan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada siswa siswa kelas IV

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada siswa siswa kelas IV BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada siswa siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 03 Bone Pantai Kabupaten Bone Bolango

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. permainan kasti dengan baik, maka harus menguasai teknik-teknik dasarnya.

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. permainan kasti dengan baik, maka harus menguasai teknik-teknik dasarnya. BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1. KAJIAN TEORI 2.1.1. Hakekat Permainan Kasti Permainan kasti termasuk salah satu olahraga permainan bola kecil beregu. Permainan kasti dimainkan dilapangan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan pada siswa kelas IV

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan pada siswa kelas IV 1 BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 DESKRIPSI HASIL PENELITIAN Penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan pada siswa kelas IV SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo dengan jumlah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sejak jaman penjajahan Belanda. Permainan kipers hampir sama

I. PENDAHULUAN. Indonesia sejak jaman penjajahan Belanda. Permainan kipers hampir sama 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kipers termasuk cabang olahraga permainan dengan menggunakan bola kecil dan merupakan pengembangan dari permainan kasti, yang sudah ada di Indonesia sejak jaman penjajahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah KTSP Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah KTSP Standar Kompetensi Kompetensi Dasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan melalui aktivitas jasmani atau olahraga. Yang membedakan pendidikan jasmani dengan mata pelajaran lain adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian yang tidak akan terpisahkan dalam kehidupan dan akan selalu berdampingan dengan manusia seiring dengan perkembangannya karena pendidikan

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PASSING ATAS BOLA VOLI MELALUI PENDEKATAN BERMAIN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BOLA PLASTIK

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PASSING ATAS BOLA VOLI MELALUI PENDEKATAN BERMAIN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BOLA PLASTIK PENINGKATAN HASIL BELAJAR PASSING ATAS BOLA VOLI MELALUI PENDEKATAN BERMAIN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BOLA PLASTIK Devi Catur Winata Prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi Stok Bina Guna Medan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN DASAR BERMAIN KASTI SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI KEMBANGSONGO TAHUN AJARAN 2014/2015

KEMAMPUAN DASAR BERMAIN KASTI SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI KEMBANGSONGO TAHUN AJARAN 2014/2015 KEMAMPUAN DASAR BERMAIN KASTI SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI KEMBANGSONGO TAHUN AJARAN 2014/2015 Oleh: Danang Endarto Putro, M.Or Dosen Jurusan PJKR STKIP PGRI Pacitan Email: juzz.juzz88@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ini, belajar adalah merupakan salah satu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau hasil

TINJAUAN PUSTAKA. ini, belajar adalah merupakan salah satu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau hasil II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Mengajar Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman.

Lebih terperinci

TEKNIK DASAR PERMAINAN BOLA BASKET. Agus Sultoni

TEKNIK DASAR PERMAINAN BOLA BASKET. Agus Sultoni Didaktikum : Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16, No. 5, Oktober 2015 ISSN 2087-3557 SMP Negeri 1 Comal Kab. Pemalang, Jawa Tengah Abstrak Tujuan penelitian untuk mengetahui peningkatan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemudian di susun secara sistematik dalam bentuk kegiatan belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN. kemudian di susun secara sistematik dalam bentuk kegiatan belajar mengajar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan yang menunjang perkembangan siswa melalui kegiatan fisik. Hal ini kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah salah satu lembaga formal dalam sistem pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah salah satu lembaga formal dalam sistem pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Sekolah adalah salah satu lembaga formal dalam sistem pendidikan yang berfungsi sebagai tempat proses belajar mengajar dengan tujuan meningkatan prestasi belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dalam kelompok permainan bola besar. Dalam permainan ini melibatkan dua regu

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dalam kelompok permainan bola besar. Dalam permainan ini melibatkan dua regu 1 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Teoritis 1. Hakikat Pemainan Bola Basket Permainan bola basket merupakan suatu permainan yang tergolong dalam kelompok permainan bola besar. Dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. hidupnya. Sedangkan menurut Suparno (2001 : 2) mengungkapkan Belajar. sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukannya.

TINJAUAN PUSTAKA. hidupnya. Sedangkan menurut Suparno (2001 : 2) mengungkapkan Belajar. sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukannya. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Ahmadi (2004 : 128) mengemukakan : Menurut pengertian secara psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan di dalam tingkah laku sebagai

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Energi dan Kegunaanya di Kelas IV SDN 4 Kamalu Tolitoli

Penerapan Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Energi dan Kegunaanya di Kelas IV SDN 4 Kamalu Tolitoli Penerapan Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Energi dan Kegunaanya di Kelas IV SDN 4 Kamalu Tolitoli Samriah Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cabang olahraga permainan yang diajarkan dalam pendidikan jasmani dan olahraga yang ada dilembaga pendidikan sekolah pada dasarnya membutuhkan perhatian khusus

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo dengan jumlah siswa 20 orang yang

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo dengan jumlah siswa 20 orang yang BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 DESKRIPSI HASIL PENILAIAN Penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan pada siswa kelas V SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo dengan jumlah siswa

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGGIRING BOLA PADA PERMAINAN SEPAK BOLA MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA SEKOLAH DASAR

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGGIRING BOLA PADA PERMAINAN SEPAK BOLA MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA SEKOLAH DASAR UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGGIRING BOLA PADA PERMAINAN SEPAK BOLA MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA SEKOLAH DASAR ANDI NURABADI Prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi Stok Bina Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran jasmani yang tersusun secara sistematis, untuk mencapai tujuan yang meningkatkan berupa rangsangan pertumbuhan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PKTB DAN PKDLB DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASSING BAWAH BOLA VOLI. Indra Kasih Irvan Darmawan

PENERAPAN MODEL PKTB DAN PKDLB DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASSING BAWAH BOLA VOLI. Indra Kasih Irvan Darmawan PENERAPAN MODEL PKTB DAN PKDLB DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASSING BAWAH BOLA VOLI Indra Kasih Irvan Darmawan Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan, Medan, Indonesia Correspondence:

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN TEKNIK DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI STRATEGI MODIFIKASI

PENINGKATAN KEMAMPUAN TEKNIK DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI STRATEGI MODIFIKASI PENINGKATAN KEMAMPUAN TEKNIK DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI STRATEGI MODIFIKASI Maijum Guru SDN 002 Pulau Komang maijum226@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Chaplin (1997 : p. 34) ability (kemampuan, ketangkasan, untuk mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui test.

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Chaplin (1997 : p. 34) ability (kemampuan, ketangkasan, untuk mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui test. BAB II KAJIAN TEORI A. Diskripsi Teori 1. Hakikat Kemampuan Dasar Menurut Chaplin (1997 : p. 34) ability (kemampuan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya) melakukan suatu perbuatan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Penjasorkes Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa pakar. Para pakar penjasorkes cenderung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan satu kesatuan dari sistem pendidikan secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Menurut Kurikulum Tingkat Satuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan mengarahkan siswa pada perubahan tingkah laku yang di inginkan. Pengertian ini cukup

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. tingkah laku lebih buruk. Menurut Jerome Bruner dalam Trianto (2010:

BAB II KAJIAN TEORI. tingkah laku lebih buruk. Menurut Jerome Bruner dalam Trianto (2010: BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Menurut N. Purwanto

Lebih terperinci

Pada olahraga softball, bola dilempar dari bawah ke atas. Sedangkan Baseball dari atas lurus ke arah pemukul (Batter)

Pada olahraga softball, bola dilempar dari bawah ke atas. Sedangkan Baseball dari atas lurus ke arah pemukul (Batter) Mengenal Olahraga Softball Olahraga softball yang berasal dari Amerika, adalah salah satu cabang yang termasuk baru diperkenalkan di Indonesia. Sehingga umumnya beberapa orang belum terlalu mengenal dengan

Lebih terperinci

Lampiran 15. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Passing Bawah

Lampiran 15. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Passing Bawah Lampiran 15. Rencana Pelaksanaan Passing Bawah RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SMP : SMP Negeri 1 Puring Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Kelas/Semester : VIII/Ganjil

Lebih terperinci

Kata kunci: Pendekatan perlombaan dengan media sasaran, passing dada dalam bola basket.

Kata kunci: Pendekatan perlombaan dengan media sasaran, passing dada dalam bola basket. ABSTRAK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASSING DADA MELALUI PENDEKATAN PERLOMBAAN DENGAN MEDIA SASARAN PADA SISWA KELAS V SDN PANYINGKIRAN III KABUPATEN SUMEDANG Oleh Juariah NIP. 1963 0120 1984 1020 03 Menyikapi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. hasil observasi dan analisis serta refleksi dari kegiatan penelitian. Adapun hasil

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. hasil observasi dan analisis serta refleksi dari kegiatan penelitian. Adapun hasil 1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IV SDN 48 Hulonthalangi sebanyak dua siklus. Tiap siklus diselenggarakan sesuai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sepaktakraw merupakan olahraga permainan asli dari Indonesia. Awal

I. PENDAHULUAN. Sepaktakraw merupakan olahraga permainan asli dari Indonesia. Awal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepaktakraw merupakan olahraga permainan asli dari Indonesia. Awal mulanya permainan ini dikenal dengan istilah sepakraga. Sepaktakraw dimainkan di atas lapangan yang

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATAN KETERAMPILAN PASSING ATAS DALAM PERMAINAN BOLA VOLI DENGAN BERMAIN BARING DUDUK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 04 NANGA PINOH

UPAYA MENINGKATAN KETERAMPILAN PASSING ATAS DALAM PERMAINAN BOLA VOLI DENGAN BERMAIN BARING DUDUK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 04 NANGA PINOH UPAYA MENINGKATAN KETERAMPILAN PASSING ATAS DALAM PERMAINAN BOLA VOLI DENGAN BERMAIN BARING DUDUK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 04 NANGA PINOH Imawati 1, Clarry Sada 2, Wakidi 3 1 Mahasiswa Lulusan Program

Lebih terperinci

MODEL PERMAINAN UNTUK ANAK USIA 11 TAHUN (13 Model Permainan)

MODEL PERMAINAN UNTUK ANAK USIA 11 TAHUN (13 Model Permainan) MODEL PERMAINAN UNTUK ANAK USIA 11 TAHUN (13 Model Permainan) A. Permainan Target (usia 11) 1. Permainan melempar bola diantara 2 kerucut/botol secara berpasangan Permainan melempar bola diantara 2 kerucut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dua kelompok yang akan saling bertanding, dimana setiap kelompok

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dua kelompok yang akan saling bertanding, dimana setiap kelompok BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Permainan Bola Voli Permainan bola voli merupakan permainan beregu yang terdiri dari dua kelompok yang akan saling bertanding, dimana setiap kelompok

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 6 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakikat Bola Voli Bola voli merupakan suatu permainan yang dibatasi oleh net, dan menggunakan ukuran lapangan persegi panjang, bola voli

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MELEMPAR DALAM BERMAIN KASTI MELALUI PENERAPAN BOLA MODIFIKASI PADA SISWA KELAS V SDN BANYUSARI

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MELEMPAR DALAM BERMAIN KASTI MELALUI PENERAPAN BOLA MODIFIKASI PADA SISWA KELAS V SDN BANYUSARI MENINGKATKAN KETERAMPILAN MELEMPAR DALAM BERMAIN KASTI MELALUI PENERAPAN BOLA MODIFIKASI PADA SISWA KELAS V SDN BANYUSARI Gustafianuus Abe Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi FKIP Universitas Tadulako

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakikat Permainan Sepakbola Permainan sepak bola adalah permainan beregu yang dimainkan masingmasing oleh sebelas orang pemain termasuk

Lebih terperinci

Jati Waluyaningsih 5. Kata Kunci : pendidikan jasmani, bola voli, modifikasi bola voli mini.

Jati Waluyaningsih 5. Kata Kunci : pendidikan jasmani, bola voli, modifikasi bola voli mini. MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PERMAINAN BOLA VOLI MELALUI MODIFIKASI BOLA VOLI MINI SISWA KELAS IV SDN KLATAKAN 02 KECAMATAN TANGGUL KABUPATEN JEMBER TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Jati Waluyaningsih 5 Abstrak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal terpenting dan utama dalam kehidupan. Pendidikan merupakan suatu hak bagi setiap lapisan masyarakat di Indonesia. Pendidikan juga telah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menciptakan suasana atau memberikan pelayanan agar siswa dapat belajar. Menurut

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menciptakan suasana atau memberikan pelayanan agar siswa dapat belajar. Menurut BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN PUSTAKA 1. Hakikat Pembelajaran a. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran sesungguhnya memberikan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suasana atau memberikan pelayanan

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN BELAJAR MENGGIRING BOLA BASKET MELALUI PENERAPAN VARIASI PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS XI SMA SATRIA DHARMA PERBAUNGAN TAHUN AJARAN

UPAYA PENINGKATAN BELAJAR MENGGIRING BOLA BASKET MELALUI PENERAPAN VARIASI PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS XI SMA SATRIA DHARMA PERBAUNGAN TAHUN AJARAN UPAYA PENINGKATAN BELAJAR MENGGIRING BOLA BASKET MELALUI PENERAPAN VARIASI PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS XI SMA SATRIA DHARMA PERBAUNGAN TAHUN AJARAN 2016/2017 ANDI NUR ABADY S.Pd, M.Pd andi.nurabady@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesegaran jasmani erat kaitannya dengan kesehatan yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesegaran jasmani erat kaitannya dengan kesehatan yang dimiliki oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesegaran jasmani erat kaitannya dengan kesehatan yang dimiliki oleh setiap individu. Seseorang, baik tua maupun muda bahkan anak perlu memiliki tingkat kebugaran

Lebih terperinci

Yeni Andriyani 1, M. Rifa at Hamdy 2, Wakidi 3 1 Mahasiswa Lulusan Program Studi PENJASKESREK Tahun 2014

Yeni Andriyani 1, M. Rifa at Hamdy 2, Wakidi 3 1 Mahasiswa Lulusan Program Studi PENJASKESREK Tahun 2014 PENERAPAN PEMBELAJARAN LEMPAR CAKRAM GAYA MENYAMPING MENGGUNAKAN METODE SITEKTIF DALAM RANGKA MENUMBUHKAN MINAT DAN KREATIVITAS GERAK SISWA KELAS XI AKUNTANSI 1 SMK NEGERI 1 NANGA PINOH Yeni Andriyani

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA STANDAR KOMPETENSI PERBAIKAN SISTEM PENGAPIAN SISWA KELAS XI TKR 3 SMK NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN AJARAN

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA STANDAR KOMPETENSI PERBAIKAN SISTEM PENGAPIAN SISWA KELAS XI TKR 3 SMK NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN AJARAN IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA STANDAR KOMPETENSI PERBAIKAN SISTEM PENGAPIAN SISWA KELAS XI TKR 3 SMK NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN AJARAN 2012/2013 Achmad Hasbi Ash Shiddiq. Program studi pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permainan Bulutangkis adalah permainan yang sangat terkenal di dunia dan sangat digemari oleh semua kalangan masyarakat. Olahraga ini dapat menarik minat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran

Lebih terperinci

Perbandingan Model Pendekatan Taktis Dan Pendekatan Tradisional Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti. Universitas Pendidikan Indonesia

Perbandingan Model Pendekatan Taktis Dan Pendekatan Tradisional Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti. Universitas Pendidikan Indonesia Perbandingan Model Pendekatan Taktis Dan Pendekatan Tradisional Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti Muhamad Willy A. 1, Jajat Darajat KN 2, Arif Wahyudi 3 Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Hasil

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gerak. Dalam kehidupan sehari-hari kemampuan gerak sangat dibutuhkan baik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gerak. Dalam kehidupan sehari-hari kemampuan gerak sangat dibutuhkan baik BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Kemampuan Dasar Setiap manusia pada umumnya dibekali kemampuan dasar berupa gerak. Dalam kehidupan sehari-hari kemampuan gerak sangat dibutuhkan baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cukup digemari dan diminati serta seringkali dipertandingkan antar kelas maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. cukup digemari dan diminati serta seringkali dipertandingkan antar kelas maupun BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan bolabasket selalu dipertandingkan baik antar mahasiswa, pelajar, atau club-club yang ada di Indonesia. Di kalangan pelajar permainan bolabasket cukup digemari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dunia dan menjadi permainan di era modern. Setiap regu untuk dapat

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dunia dan menjadi permainan di era modern. Setiap regu untuk dapat 1 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1. Hakikat Permainan Bola Basket Menurut Roji ( 2004 : 20 ) bahwa permainan bola basket adalah permainan yang cepat, dinamis, menarik

Lebih terperinci

Oleh : DR. Yunyun Yudiana. Hal-hal yang perlu diperhatikan

Oleh : DR. Yunyun Yudiana. Hal-hal yang perlu diperhatikan Oleh : DR. Yunyun Yudiana Hal-hal yang perlu diperhatikan 1. Filosofi bermain bola voli bagi anak usia SD 2. Keterampilan dalam permainan bola voli yang dapat dikembangkan 3. Strategi belajar mengajar/melatih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan keseluruhan yang melibatkan aktivitas jasmani serta pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan keseluruhan yang melibatkan aktivitas jasmani serta pembinaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Permainan bola kasti salah satu permainan yang didalamnya terdapat unsurunsur pendidikan keseluruhan yang melibatkan aktivitas jasmani serta pembinaan pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media gerak siswa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Dijenjang

BAB I PENDAHULUAN. media gerak siswa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Dijenjang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permainan bola merupakan salah satu bentuk cabang olahraga permainan regu yang telah digunakan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani,sebagai media gerak siswa

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 7, No. 2, April 2017 ISSN 0854-2172 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR SD Negeri Purbasana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. yaitu Athlon yang berarti memiliki makna bertanding atau berlomba (Yudha

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. yaitu Athlon yang berarti memiliki makna bertanding atau berlomba (Yudha 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Atletik BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN Atletik merupakan istilah dalam olahraga yang berasal dari bahasa yunani yaitu Athlon yang berarti memiliki makna bertanding

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkret,

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkret, 1 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Media Pembelajaran Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkret, baik dalam konsep maupun faktanya.

Lebih terperinci

Oleh: Parmi Lestari SDN 2 Gemaharjo Kecamatan Watulimo, Trenggalek

Oleh: Parmi Lestari SDN 2 Gemaharjo Kecamatan Watulimo, Trenggalek Parmi Lestari, Penerapan Metode Drill untuk Meningkatkan... 137 PENERAPAN METODE DRILL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN LEMPAR TANGKAP BOLA LAMBUNG DALAM PERMAINAN ROUNDERS PADA SISWA KELAS V TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN MELALUI PEMBELAJARAN TWO STAY-TWO STRAY (TS-TS)

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN MELALUI PEMBELAJARAN TWO STAY-TWO STRAY (TS-TS) 11 MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN MELALUI PEMBELAJARAN TWO STAY-TWO STRAY (TS-TS) Durinta Puspasari 1, Durinda Puspasari 2 1,2 Fakultas Ekonomi, Universitas

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SMP N 1 Klaten Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Kelas/Semester : VIII / 1 (Ganjil ) Materi Pokok : Softball Alokasi Waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani adalah salah satu mata pelajaran yang di berikan di semua sekolah baik sekolah dasar negeri maupun swasta. Pendidikan jasmani merupakan bagian

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SHOTTING

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SHOTTING UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SHOTTING MENGGUNAKAN KAKI BAGIAN DALAM PADA PERMAINAN SEPAK BOLA MELALUI METODE DEMONSTARSI PADA SISWA KELAS VIII-1 SMP NEGERI 2 SATU ATAP PATUMBAK TAHUN AJARAN 2016/2017

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BADMINTON LIKE GAMES DALAM UPAYA MENINGKATKAN POLA GERAK DOMINAN MEMUKUL SHUTTLECOCK DALAM AKTIVITAS PERMAINAN BULUTANGKIS

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BADMINTON LIKE GAMES DALAM UPAYA MENINGKATKAN POLA GERAK DOMINAN MEMUKUL SHUTTLECOCK DALAM AKTIVITAS PERMAINAN BULUTANGKIS IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BADMINTON LIKE GAMES DALAM UPAYA MENINGKATKAN POLA GERAK DOMINAN MEMUKUL SHUTTLECOCK DALAM AKTIVITAS PERMAINAN BULUTANGKIS Rahmat Hidayat 1 Bambang Abduljabar 1 Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mamang Tedi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mamang Tedi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan penting

Lebih terperinci

PERMAINAN MENUJU CABANG OLAHRAGA SOFTBALL

PERMAINAN MENUJU CABANG OLAHRAGA SOFTBALL Permainan up PERMAINAN MENUJU CABANG OLAHRAGA SOFTBALL Tujuan: Melatih keterampilan melempar dan menangkap dari atas kepala dan samping badan. Peralatan: Satu bola softball perpasang, satu glove softball

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : SMA Negeri 1 Godean : Penjasorkes : XII/Satu : Permainan Bola Basket : 6 JP (6 X 45 menit) A.

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS)

PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) Tadjuddin * Abstrak: Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. angka yang sebanyak-banyaknya ke ring lawan. Jaja Suharja Husdarta dan Eli

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. angka yang sebanyak-banyaknya ke ring lawan. Jaja Suharja Husdarta dan Eli 1 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat permainan bola basket Permainan bola basket merupakan suatu permainan yang tergolong dalam kelompok permainan bola besar.

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SMPN 43 BANDUNG Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Kelas/Semester : XII / 1 Pertemuan : 1 kali pertemuan (2,4,6,8,10,12) Alokasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dari penelitian ini adalah siswi kelas X di SMK 45 Lembang yang berjumlah 215 orang. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter bangsa dari suatu negara. Pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter bangsa dari suatu negara. Pendidikan jasmani BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu proses yang wajib diikuti dalam kehidupan setiap individu dan memiliki fungsi serta peranan penting bagi pembentukan karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Yana Nurohman, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Yana Nurohman, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 234,2 juta jiwa atau naik dibanding jumlah penduduk pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan olahraga perlu terus dilakukan untuk itu pembentukan sikap dan

BAB I PENDAHULUAN. dan olahraga perlu terus dilakukan untuk itu pembentukan sikap dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan pendidikan jasmani dan olahraga merupakan sebuah investasi jangka panjang dalam upaya pembinaan mutu sumber daya manusia. Karena itu, upaya pembinaan bagi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Mengajar Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman.

Lebih terperinci

Sepakbola. Oleh: Rano Sulisto,S.Pd.

Sepakbola. Oleh: Rano Sulisto,S.Pd. Sepakbola Oleh: Rano Sulisto,S.Pd Untuk bermain bola dengan baik pemain harus dibekali dengan teknik dasar yang baik. Pemain yang memiliki teknik dasar yang baik pemain tersebut cenderung dapat bermain

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan, mata pelajaran ini

TINJAUAN PUSTAKA. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan, mata pelajaran ini II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan, mata pelajaran ini berorientasi pada pelaksanaan misi pendidikan melalui aktivitas

Lebih terperinci

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Paparan Data Awal Pada bagian ini akan dikemukakan temuan penelitian yang dilaksanakan sesuai dengan kegiatan yang dilakukan terhadap siswa yang mengalami kesulitan dalam

Lebih terperinci

Penerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN FatufiaKecamatan Bahodopi

Penerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN FatufiaKecamatan Bahodopi Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 1 No.1 ISSN 2354-614X Penerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN FatufiaKecamatan Bahodopi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wahyu Tristian Pribadi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wahyu Tristian Pribadi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permainan bola voli merupakan salah satu permainan yang kompleks yang tidak mudah dilakukan oleh setiap orang. Karena dalam permainan bola voli dibutuhkan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Sekolah Mata Pelajaran : Sekolah Dasar Negeri Pajajaran Kota Bandung : Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Kelas/Semester : 4 [ Empat ] / 2 [ dua ] Pertemuan

Lebih terperinci

I. METODOLOGI PENELITIAN. meningkatkan atau mengefektifkan proses belajar mengajar dengan menggunakan

I. METODOLOGI PENELITIAN. meningkatkan atau mengefektifkan proses belajar mengajar dengan menggunakan I. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini menggunakan metode tindakan kelas, (Classroom Action Research). Jenis penelitian ini mampu menawarkan cara baru

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING STAD

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING STAD PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING STAD PADA MATA KULIAH GEOGRAFI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA ANGKATAN 2006A DI JURUSAN GEOGRAFI-FIS-UNESA Sri Murtini *) Abstrak : Model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga bola voli merupakan salah satu cabang olahraga yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga bola voli merupakan salah satu cabang olahraga yang sudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga bola voli merupakan salah satu cabang olahraga yang sudah berkembang di masyarakat luas, baik di klub-klub, kantor-kantor, desa-desa, maupun sekolah-sekolah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pendidikan jasmani memperlakukan setiap peserta didik sebagai

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pendidikan jasmani memperlakukan setiap peserta didik sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani menggunakan aktivitas jasmani untuk menghasilkan peningkatan secara menyeluruh terhadap kualitas fisik, mental, dan emosional peserta didik.

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TENTANG MAKHLUK HIDUP DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING. Rochimah

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TENTANG MAKHLUK HIDUP DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING. Rochimah Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1, No. 4, Juli 2016 (Edisi Khusus) ISSN 2477-2240 (Media Cetak) 2477-3921 (Media Online) PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TENTANG MAKHLUK HIDUP SD Negeri

Lebih terperinci