BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

Gambar I.1 Part utama Penyusun meter air

IV. GAMBARAN UMUM. panas yang berlangsung sangat lama. Proses pembentukan (coalification)

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

ANALISIS PENERAPAN LEAN THINKING UNTUK MENGURANGI WASTE PADA LANTAI PRODUKSI DI PT. SIERAD PRODUCE SIDOARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. performansinya secara terus menerus melalui peningkatan produktivitas. Lean

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Gophering Adalah metode penambangan yang tidak sistematis, umumnya dilakukan secara tradisional / manual. Dipakai untuk endapan tersebar dengan nilai

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan

Lean Thinking dan Lean Manufacturing

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Gambar I.1 Part utama Penyusun meter air

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada beberapa perusahaan, apakah ini perusahaan jasa maupun perusahaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Di era yang serba modern seperti saat ini, energi merupakan salah satu hal penting

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

Bab I Pendahuluan. Support. Webbing QC Sewing. Gambar I.1 Skema alur proses produksi tas di PT. Eksonindo Multi Product Industry

Universitas Sumatera Utara

BAB XIII MANAJEMEN OPERASI/PRODUKSI. PAB -Manajemen Operasi dan Persediaan. M.Judi Mukzam

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perekonomian salah satunya ditunjang oleh lapangan usaha

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Stephen P. Robbins dan Mary Coulter (2005, p8) manajemen adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lecture Note: Trisnadi Wijaya, SE, S.Kom. Trisnadi Wijaya, SE, S.Kom Manajemen Umum 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENGANGKUTAN BATU BARA PADA PT. KARUNIA PERSADA KALIMANTAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

WORLD COAL INSTITUTE SUMBER DAYA BATU BARA TINJAUAN LENGKAP MENGENAI BATU BARA

BAB 1 PENDAHULUAN. Batubara merupakan bahan galian yang strategis dan salah satu bahan baku energi

Pendahuluan. I.1 Latar belakang

PENGANTAR MANAJEMEN PERPUSTAKAAN A. Ridwan Siregar Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Batu bara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya

ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM)

MANAJEMEN DAN MANAGER. Dosen : Diana Ma rifah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen : Pendahuluan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan konsumen merupakan faktor yang sangat penting untuk

Manajemen. Pengantar. Manajemen. dan Organisasi. Bab. edisi kesepuluh. Penerbit Erlangga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan. meliputi semua yang terdapat dibumi baik yang hidup maupun benda mati,

Gambar 1.1 Proses Pembentukan Batubara

Manajemen dan Manajer

PENGENDALIAN KUALITAS BATUBARA DENGAN SISTIM PENCAMPURAN PADA PT. BUKIT BAIDURI ENERGI SITE MERANDAI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR

Analisis Pemborosan Proses Loading dan Unloading Pupuk dengan Pendekatan Lean Supply Chain

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Dosen Pembimbing :H. Hari Supriyanto, Ir.MSIE Diusulkan Oleh : Aqil Azizi Start

BAB I PENDAHULUAN. membuat setiap perusahaan harus dapat bersaing secara global baik di pasaran nasional

BAB II PROFILE PERUSAHAAN

Implementasi Lean Manufacturing untuk Identifikasi Waste pada Bagian Wrapping di PT. X Medan

BAB I PENDAHULUAN. fashion. Mulai dari bakal kain, tas batik, daster, dress, rompi, dan kemeja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN DI PT. XYZ TUGAS SARJANA DEA DARA DAFIKA SIAGIAN NIM.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pembangunan fisik PLTU ini dimulai sejak tahun 2001 (Lot I: Site Preparation).

PT GOLDEN EAGLE ENERGY Tbk MATERI PAPARAN PUBLIK (PUBLIC EXPOSE)

BAB I PENDAHULUAN. Industri makanan dan minuman merupakan sektor strategis yang akan

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Tata Cara

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK

Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 660J Untuk Meningkatkan Produktivitas

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI DAN/ATAU DARURAT ENERGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB III PEMBAHASAN. ekonomi, dan pihak lainnya yang telah dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II. organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting utama dalam organisasi. Di era

BAB 2 STUDI LITERATUR. Tanggungjawab seorang pemimpin perusahaan adalah mengatur seluruh

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI

PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA GUNA MENGURANGI WASTE PADA PROSES PRODUKSI GENTENG DAN PAVING (STUDI KASUS DI PT. MALANG INDAH)

BAB II UKM DAN BIAYA

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. apalagi perekonomian Indonesia bersifat terbuka. Menurut artikel yang ditulis oleh

BAB I PENDAHULUAN I.1

SUPPLY DEMAND MATERIAL DAN PERALATAN KONSTRUKSI DALAM RANGKA MENDUKUNG INVESTASI INFRASTRUKTUR NASIONAL

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Guna meningkatkan pendapatan, pembudidaya rumput laut perlu

Materi Konsep Dasar Perilaku Oganisasi

BAB II KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengecewakan pelanggan, pada gilirannya merugikan perusahaan sendiri dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bandeng (Chanos chanos) merupakan ikan air payau yang menjadi

Strategi Peningkatan Produktivita s

MODEL PERILAKU ORGANISASI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

BAB I PENDAHULUAN I.1

Studi kasus untuk merancang intervensi tingkat perusahaan untuk mempromosikan produktivitas dan kondisi kerja di UKM SCORE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. batubara sebagai kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Pada saat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Factors Influencing Contractor Performance in Indonesia: A Study of Non Value-Adding Activities

BAB VI MANAJEMEN OPERASI

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Menurut Robbins dan Coultler (2002a, p6) manajemen adalah proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain. Secara sedehana manajemen adalah apa yang dilakukan oleh manajer. Banyak ahli yang memberikan definisi tentang manajemen, dikutip http://organisasi.org/pengertian_definisi_dari_manajemen, tanggal akses 11 Maret 2012, diantaranya : 1. Pengertian Manajemen Menurut James A.F. Stoner Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta penggunaan sumua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. 2. Pengertian Manajemen Menurut Mary Parker Follet Manajemen adalah suatu seni, karena untuk melakukan suatu pekerjaan melalui orang lain dibutuhkan keterampilan khusus. 20

21 Lain lagi dengan beberapa pendapat mengenai manajemen, berikut ini adalah kutipan dari berbagai pendapat yaitu : Berdasarkan pendapat Bateman dan Shell (2004, p14) : Management is the process of working with people and resources to accomplish organizational goals (Manajemen adalah proses bekerja sama dengan orang-orang dan sumber daya untuk mewujudkan tujuan organisasi). Berdasarkan beberapa pendapat, Manajemen adalah cara seseorang me-manage semuanya dengan baik dan teratur untuk mencapai tujuan bersama maupun tujuan organisasi. Proses menggambarkan fungsi-fungsi yang sedang berjalan atau kegiatan kegiatan utama yang dilakukan oleh para manajer. Fungsi-funsi itu lazimnya disebut merancang, mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan. Efisiensi mengacu pada memperoleh output terbesar dengan input yang terkecil karena manajer menghadapi input yang langka yang meliputi sumber daya seperti orang, uang, dan peralatan-mereka memperhatikan sekali penggunaan yang efisien atas sumber daya itu. Efektivitas sering digambarkan sebagai melakukan segala sesuatu dengan benar yaitu, aktivitas-aktivitas pekerjaan yang membantu organisasi mencapai sasaran.

22 Gambar 2.1 Efisiensi dan Keefektifan Manajemen Sumber : Robbins & Coulter (2002, p7) 2.1.1 Fungsi dan Peran Manajemen Fungsi manajemen menurut Robbins dan Coulter (2002b, p8) adalah sebagai berikut : Fungsi perencanaan mencakup proses merumuskan sasaran, menetapkan suatu strategi untuk mencapai sasaran tersebut,dan menyusun rencana guna memadukan & mengkoordinasikan sejumlah kegiatan. Para manajer bertanggung jawab pula merancang pekerjaan guna mencapai sasaran organisasi. Fungsi tersebut adalah pengorganisasian, mencakup proses menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang

23 harus mengerjakannya, dan bagaimana cara mengelompokkan tugas-tugas itu, siapa melapor kepada siapa, dan pada tingkatan apa keputusan harus diambil. Setiap organisasi mencakup orang-orang dan tugas manajemen adalah bekerja dengan dan melalui orang guna mencapai sasaran organisasi. Itu merupakan fungsi kepemimpinan. Apabila para manajer memotivasi bawahannya, mempengaruhi individu atau tim sewaktu mereka bekerja, memilih saluran komunikasi yang paling ekfektif, atau menyelesaikan masalah perilaku karyawan dengan cara apa pun, mereka itu memimpin. Fungsi manajemen terakhir yang dilakukan oleh para manajer adalah pengendalian. Setelah sasaran ditentukan dan rencanan dirumuskan (fungsi perencanaan), pengaturan strukturnya ditentukan (fungsi organisasi) dan orang-orang dipekerjakan, dilatih dan diberi motivasi (fungsi memimpin), ada sejumlah evaluasi untuk mengetahui apakah segala sesuatunya berjalan sesuai rencana. Tugas utama dari manajer dalam melakukan aktivitas POSC (Planning,Organizing,Staffing,Controlling) ini adalah mengatur aktivitas dan mengatur orang. Mengatur aktivitas merupakan pekerjaan yang bersifat teknis, seperti mengontrol persediaan, mesin, peralatan, informasi

24 dan sebagainya, sedangkan mengatur orang lebih merupakan seni. Mengatur orang merupakan hal yang terpenting dalam kegiatan manajemen. Untuk manajemen orang membutuhkan seorang manajer yang memiliki ketrampilan kepemimpinan, motivasi, komunikasi, pendelegasian, dan pendekatan (lobi). Dengan ketrampilan-ketrampilan tersebut maka komponen-komponen dalam organisasi akan dapat termotivasi untuk berprestasi dan bekerja sama dengan meminimalisasi konflik interen. Tabel 2.1 Perbedaan Aktivitas POSC pada berbagai tingkatan manajemen Sumber : Arman (2006) Lebih lanjut menurut Robbins (2002, p10) peran manajemen dibagidalam sepuluh peran, seperti dalam tabel di bawah ini :

25 Tabel 2.2 Peran Manajerial Mintzberg Sumber : Robbins & Coultler (2002, P10) Dari kesepuluh peran tersebut, dibagi lagi menjadi tiga kelompok utama, yaitu: Peran hubungan antar pribadi, semua manajer dituntut untuk menjalankan tugas-tugas yang sifatnya seremonial dan simbolik. Semua manajer mempunyai peran pemimpin, peran ini mencakup mempekerjakan, melatih, memotivasi dan mendisiplinkan karyawan. Peran ketiga dalam pengelompokan antar pribadi adalah peran penghubung.

26 Mintzberg menggambarkan kegiatan ini sebagai mengontak pihak luar yang memberi informasi kepada manajer. Pihak luar ini dapat berupa individu-individu atau kelompok-kelompok di dalam dan di luar organisasi. Manajer penjualan yang memperoleh informasi dari manajer personalia dalam perusahaannya sendiri mempunyai suatu penghubung intern. Saat manajer penjualan tersebut mempunyai kontak dengan eksekutifeksekutif penjualan lain melalui asosiasi pemasaran perdagangan, ia mempunyai suatu penghubung kemitraan yang berasal dari luar. Peran informasi, sampai tingkat tertentu, semua manajer menerima dan mengumpulkan informasi dari organisasi-organisasi dan lembaga lembaga di luar organisasi mereka sendiri. Lazimnya ini dilakukan melalui pembacaan majalah dan berbincang-bincang dengan orang lain untuk mempelajari perubahan selera publik, apa yang mungkin sedang direncakan oleh para pesaing, dan sebagainya. Mintzberg menyebut ini sebagai peran pemantau. Para manajer juga bertindak sebagai penyalur untuk meneruskan informasi kepada anggota-anggota organisasi. Inilah peran penyebar (disseminator). Sebagai tambahan para manajer menjalankan peran juru bicara ketika mereka mewakili organisasi itu menghadapi pihak luar.

27 Peran keputusan, akhirnya Mintzberg mengidentifikasi empat peran yang berkisar pada pengambilan pilihan. Dalam peran wiraswasta (entrepreneur), para manajer memprakarsai dan mengawasi proyek-proyek baru yang akan menyempurnakan kinerja organisasi. Sebagai penanganan terhadap hambatan, manajer mengambil tindakan korektif sebagai tanggapan atas masalah-masalah tidak diduga sebelumnya. Sebagai pengeluaran sumber daya, manajer bertanggungjawab untuk mengalokasikan sumber daya manusia, fisik dan keuangan. Terakhir, para manajer menjalankan suatu peran perunding, mereka membahas berbagai isu dan tawar-menawar dengan unit-unit lain untuk memperoleh keuntungan bagi unitnya. Dalam Jurnal Leading coprorate citizenship : governance, strucutre, systems, tahun 2009, menyatakan bahwa Leadership by the CEO is typically cited as the number one driver of effective corporate citizenship by firms yaitu kepemimpinan bagi CEO adalah sebagai salah satu perusahaan menuju perusahaan bermasyarakat. 2.2 Optimalisasi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008, p986) Optimalisasi adalah proses, cara, dan perbuatan untuk mengoptimalkan (menjadikan paling baik, paling tinggi, dsb).

28 Sedangkan dalam Kamus Oxford (2008, p358) Optimization is the process of finding the best solution to some problem, where best accords to prestated criteria. Yang dapat diartikan bahwa Optimalisasi adalah sebuah proses pencarian solusi terbaik untuk beberapa masalah, dimana yang terbaik itu sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan. Jadi, Optimalisasi adalah sebuah proses, cara, dan perbutan untuk pencarian solusi terbaik dalam beberapa masalah, dimana yang terbaik itu sesuai dengan kriteria yang ditentukan. 2.3 Pemborosan Definisi Pemborosan menurut http://www.artikata.com/arti- 360324pemborosan.html adalah proses, cara, perbuatan memboroskan (baik itu pemakaian uang, barang, tenaga, dan waktu) Menurut http://www.vorne.com/learning-center/tps.htm The Toyota Production System further defines waste as activities that consume time, resource and/or space but do not add value.

29 Pemborosan (waste) menurut Vincet Gaspersz dalam bukunya yang berjudul Lean Six Sigma (2011,p5) dapat difenisikan sebagai segala aktivitas kerja yang tidak memberikan nilai tambah dalam proses transformasi input menjadi output sepanjang value stream (proses untuk membuat, memproduksi, dan menyerahkan produk baik barang dan atau jasa ke pasar). Berdasarkan persfektif Lean, semua jenis pemborosan yang terdapat sepanjang proses value stream, yang mentransfrormasikan input menjadi output, harus dihilangkan guna meningkatkan nilai produk (barang dan atau jasa) dan selanjutnya meningkatkan costumer value. 2.3.1 Jenis-jenis Pemborosan Menurut Vincent Gaspersz Lean Six Sigma (2011,p7) pada dasarnya dikenal dua kategori utama pemborosan, yaitu type one waste dan type two waste. Type one waste adalah aktivitas kerja yang tidak menciptakan nilai tambah dalam proses transformasi input menjadi output sepanjang value stream, namun aktivitas itu pada saat sekarang tidak dapat dihindarkan karena berbagai alasan. Misalnya, aktivitas inspeksi dan penyortiran dari perspektif lean merupakan aktivitas tidak bernilai tambah sehingga merupakan waste, namun pada saat sekarang kita masih membutuhkan

30 inspeksi dan penyortiran karena mesin dan peralatan yang digunakan sudah tua sehingga tingkat keandalannya berkurang. Demikian pula, dengan pengawasan terhadap orang, misalnya, merupakan aktivitas tidak bernilai tambah berdasarkan perspektif lean, namun pada saat sekarang kita masih harus melakukannya, karena orang tersebut baru saja direkrut oleh perusahaan sehingga belum berpengalaman. Dalam jangka panjang type one waste harus dapat dihilangkan atau dikurangi. Type one waste ini sering disebut sebagai incidental activity atau incidental work yang termasuk ke dalam aktivitas tidak bernilai tambah (non-value-adding work or activity). Type two waste merupakan aktivitas yang tidak menciptakan nilai tambah dan data dihilangkan dengan segera. Misalnya, menghasilkan produk cacat (defect) atau melakukan kesalahan (error) yang harus dapat dihilangkan dengan segera. Type two waste ini sering disebut sebagai waste saja, karena benar-benar merupakan pemborosan yang harus dapat diidentifikasi dan dihilangkan dengan segera. Vincent Gaspersz telah menciptakan akronim : E-DOWNTIME waste agar lebih mudah dalam mengidentifikasi dan menghilangkan 9 waste yang selalu ada dalam bisnis dan industri, yaitu:

31 Keterangan : E = Enviromental, Health, and Safety (EHS) adalah jenis pemborosan yang terjadi karena kelalaian dalam memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan prinsip-prinsip EHS. D = Defects adalah jenis pemborosan yang terjadi karena kecacatan atau kegagalan produk (barang dan atau jasa). O = Overproduction adalah jenis pemborosan yang terjadi karena produksi berlebih dari kuantitas yang dipesan oleh pelanggan. W = Waiting adalah jenis pemborosan yang terjadi karena menungu. N = Not utilizing employees knowledge, skills and abilities adalah jenis pemborosan sumber daya manusia (SDM) yang terjadi karena tidak menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan karyawan secara optimal. T = Transportation adalah jenis pemborosan yang terjadi karena tranportasi yang berlebihan sepanjang proses value stream (proses dari awal produksi sampai kepada tangan konsumen). I = Inventories adalah jenis pemborosan yang terjadi karena inventories yang berlebihan. M = Motion adalah jenis pemborosan yang terjadi karena banyaknya pergerakan dari yang seharusnya sepanjang value stream. E = Excess Processing adalah jenis pemborosan yang terjadi karena langkah-langkah proses yang panjang dari yang seharusnya sepanjang proses value stream.

32 Contoh table : Tabel 2.3 Tabel E-DOWNTIME Proses E D O W N T I M E A B C D Sumber : Lean Six Sigma, Vincent Gaspersz 2.4 Batu Bara Batu bara adalah sisa tumbuhan dari jaman prasejarah yang berubah bentuk yang awalnya berakumulasi di rawa dan lahan gambut (WorldCoalInstitute.Org, 4 Maret 2012). Batu bara adalah bahan bakar fosil. Batu bara dapat terbakar, terbentuk dari endapan, batuan organik yang terutama terdiri dari karbon, hydrogen, dan oksigen. Batu bara terbentuk dari tumbuhan yang telah terkonsolidasi antara strata batuan lainnya dan diubah oleh kombinasi pengaruh tekanan dan panas selama jutaan tahun sehingga membentuk lapisan batu bara. Penimbunan lanau dan sedimen lainnya, bersama dengan pergeseran kerak bumi (dikenal sebagai pergeseran tektonik) mengubur rawa dan gambut yang seringkali sampai ke kedalaman yang sangat dalam.

33 Dengan penimbunan tersebut, material tumbuhan tersebut terkena suhu dan tekanan yang tinggi. Suhu dan tekanan yang tinggi tersebut menyebabkan tumbuhan tersebut mengalami proses perubahan fisika dan kimiawi dan mengubah tumbuhan tersebut menjadi gambut dan kemudian batu bara. Gambar 2.2 Jenis-jenis batu bara Sumber: http://www.australiancoal.com.au/origins.htm Pembentukan batu bara dimulai sejak Carboniferous Period (Periode Pembentukan Karbon atau Batu Bara) dikenal sebagai zaman batu bara pertama yang berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Mutu dari setiap endapan batu bara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama waktu pembentukan,yang disebut sebagai maturitas organik. Proses awalnya gambut berubah menjadi lignite (batu bara muda) atau brown coal (batu bara coklat) Ini adalah batu bara dengan jenis maturitas organik rendah. Dibandingkan dengan batu bara jenis lainnya, batubara muda agak lembut dan warnanya bervariasi dari hitam pekat sampai kecoklat-coklatan.

34 Mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan tahun, batu bara muda mengalami perubahan yang secara bertahap menambah maturitas organiknya dan mengubah batu bara muda menjadi batu bara sub-bitumen. Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung hingga batu bara menjadi lebih keras dan warnanya lebih hitam dan membentuk bitumen atau antrasit. Dalam kondisi yang tepat, peningkatan maturitas organik yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit. Gambar 2.3 Proses Pembentukan batu bara Sumber: http://www.australiancoal.com.au/origins.htm Dalam jurnal Perencanaan Kapal Curah Sebagai Penunjang Industri Tambang Batu Bara di Indonesia (http://linesplan.blogspot.com/2011/04/tugas-sdl1.html) diketahui dalam beberapa tahun terakhir, Batu bara telah memainkan peran yang cukup penting bagi perekonomian Indonesia. Sektor ini memberikan sumbangan

35 yang cukup besar terhadap penerimaan negara yang jumlahnya meningkat setiap tahun. Pada 2004 misalnya, penerimaan negara dari sektor batubara ini mencapai Rp 2,57 triliun, pada 2007 telah meningkat menjadi Rp 8,7 triliun, dan diperkirakan mencapai Rp 10,2 triliun pada 2008 dan lebih dari Rp 20 triliun pada 2009. Sementara itu, perannya sebagai sumber energi pembangkit juga semakin besar. Saat ini sekitar 71,1% dari konsumsi batubara domestik diserap oleh pembangkit listrik, 17% untuk industri semen dan 10,1% untuk industri tekstil dan kertas. Produksi batubara Indonesia mencapai 215 juta ton pada 2008, meningkat 90,3% dibanding 2003. Peningkatan produksi 2008 didorong oleh meningkatnya impor batubara oleh China menjadi 3 kali lipat atau 14,5 juta ton pasca pemangkasan impor batubara dari Australia sebanyak 34% karena aturan pengiriman barang dengan kapal angkut yang lebih ketat. Sebagian besar produksi batubara Indonesia diekspor ke luar negeri. Pada 2007, dari total produksi 215 juta ton, hanya 45,3 juta ton (21%) yang dikonsumsi di dalam negeri, sedangkan 171 juta ton (79%) diekspor ke berbagai negara terutama Jepang, Taiwan dan China.

36 2.4.1 Jenis-jenis Batubara Tingkat perubahan yang dialami batu bara, dari gambut sampai menjadi antrasit disebut sebagai pengarangan memiliki hubungan yang penting dan hubungan tersebut disebut sebagai tingkat mutu batu bara (Worldcoalinstitue.org, tanggal akses 4 Maret 2012). Batu bara dengan mutu yang rendah, seperti batu bara muda dan subbitumen biasanya lebih lembut dengan materi yang rapuh dan berwarna suram seperti tanah. Baru bara muda memilih tingkat kelembaban yang tinggi dan kandungan karbon yang rendah, dan dengan demikian kandungan energinya rendah. Batu bara dengan mutu yang lebih tinggi umumnya lebih keras dan kuat dan seringkali berwarna hitam cemerlang seperti kaca. Batu bara dengan mutu yang lebih tinggi memiliki kandungan karbon yang lebih banyak, tingkat kelembaban yang lebih rendah dan menghasilkan energi yang lebih banyak. Antrasit adalah batu bara dengan mutu yang paling baik dan dengan demikian memiliki kandungan karbon dan energi yang lebih tinggi serta tingkat kelembaban 2.4.2 Tambang Batu Bara Pemilihan metode penambangan sangat ditentukan oleh unsur geologi endapan batu bara. Saat ini, tambang bawah tanah menghasilkan sekitar 60% dari produksi batu bara dunia, walaupun beberapa negara penghasil batu bara yang

37 besar lebih menggunakan tambang permukaan. Tambang terbuka menghasilkan sekitar 80% produksi batu bara di Australia, sementara di AS, hasil dari tambang permukaan sekitar 67% (Worldcoalinstitue.org). Ada dua metode tambang bawah tanah: tambang room-and-pillar dan tambang longwall. Dalam tambang room-and-pillar, endapan batu bara ditambang dengan memotong jaringan ruang ke dalam lapisan batu bara dan membiarkan pilar batu bara untuk menyangga atap tambang. Pilar-pilar tersebut dapat memiliki kandungan batu bara lebih dari 40% walaupun batu bara tersebut dapat ditambang pada tahapan selanjutnya Penambangan batu bara tersebut dapat dilakukan dengan cara yang disebut retreat mining (penambangan mundur), Dimana batu bara diambil dari pilar-pilar tersebut pada saat para penambang kembali ke atas. Atap tambang kemudian dibiarkan ambruk dan tambang tersebut ditinggalkan. Tambang longwall mencakup penambangan batu bara secara penuh dari suatu bagian lapisan atau muka dengan menggunakan gunting-gunting mekanis. Tambang longwall harus dilakukan dengan membuat perencanaan yang hati-hati untuk memastikan adanya geologi yang mendukung sebelum dimulai kegiatan penambangan. Kedalaman permukaan batu bara bervariasi di kedalaman 100-350m. Penyangga yang dapat bergerak maju secara otomatis dan digerakkan secara hidrolik sementara menyangga atap tambang selama pengambilan batu

38 bara. Setelah batu bara diambil dari daerah tersebut, atap tambang dibiarkan ambruk. Lebih dari 75% endapan batu bara dapat diambil dari panil batu bara yang dapat memanjang sejauh 3 km pada lapisan batu bara. Keuntungan utama dari tambang room-and-pillar daripada tambang longwall adalah, tambang room-and-pillar dapat mulai memproduksi batu bara jauh lebih cepat, dengan menggunakan peralatan bergerak dengan biaya kurang dari 5 juta dolar (peralatan tambang longwall dapat mencapai 50 juta dolar). Pemilihan teknik penambangan ditentukan oleh kondisi tapaknya namun selalu didasari oleh pertimbangan ekonomisnya, perbedaan-perbedaan yang ada bahkan dalam satu tambang dapat mengarah pada digunakannya kedua metode penambangan tersebut. Tambang Terbuka juga disebut tambang permukaan hanya memiliki nilai ekonomis apabila lapisan batubara berada dekat dengan permukaan tanah. Metode tambang terbuka memberikan proporsi endapan batubara yang lebih banyak daripada tambang bawahtanah karena seluruh lapisan batu bara dapat dieksploitasi 90% atau lebih dari batu bara dapat diambil Tambang terbuka yang besar dapat meliputi daerah berkilo-kilo meter persegi dan menggunakan banyak alat yang besar, termasuk: dragline (katrol penarik), yang memindahkan batuan permukaan; power shovel (sekop hidrolik), truk-truk

39 besar, yang mengangkut batuan permukaan dan batu bara, bucketwheel excavator (mobil penggali serok), dan conveyor belt (ban berjalan). Batuan permukaan yang terdiri dari tanah dan batuan dipisahkan pertama kali dengan bahan peledak, batuan permukaan tersebut kemudian diangkut dengan menggunakan katrol penarik atau dengan sekop dan truk. Setelah lapisan batu bara terlihat, lapisan batu bara tersebut digali, dipecahkan kemudian ditambang secara sistematis dalam bentuk jalur-jalur. Kemudian batu bara dimuat ke dalam truk besar atau ban berjalan untuk diangkut ke pabrik pengolahan batu bara atau langsung ke tempat dimana batu bara tersebut akan digunakan. 2.4.3 Pengangkutan Batubara Dalam jurnal Teknologi Mineral dan Batu bara vol.5 No.3, Juli 2009, Prasarana Transportasi merupakan salah satu yang terpenting dalam mendukung perkembangan ekonomi suatu daerah, demikian pula halnya bagi perusahaan pertambangan batu bara. Prinsip efesiensi, efektif, dan ekonomis sangat erat dengan dunia usaha ini yang berorientasi pada keuntungan. Cara pengangkutan batu bara ke tempat batu bara tersebut akan digunakan tergantung pada jaraknya. Untuk jarak dekat, batu bara umumnya diangkut dengan menggunakan ban berjalan atau truk. Untuk jarak yang lebih jauh di dalam pasar dalam negeri, batu bara diangkut dengan menggunakan kereta api atau tongkang atau dengan alternatif lain dimana batu bara dicampur dengan air untuk membentuk bubur batu dan diangkut melalui jaringan pipa. Kapal laut Mother

40 Vessel umumnya digunakan untuk pengakutan internasional dalam ukuran berkisar dari Handymax (untuk pengangkutan dengan kapasitas 40.000-60.000 DWT), Panamax (untuk pengangkutan dengan kapasitas 60.000-80.000 DWT). 2.5 Kerangka Pemikiran PT.KARUNIA PERSADA KALIMANTAN STATISTIK DESKRIPTIF IDENTIFIKASI KONDISI PENGANGKUTAN & KENDALA BATU BARA USULAN PERBAIKAN UNTUK PENINGKATKAN KUALITAS PT.KPK Sumber: Penulis Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran Teori