TELAAH JEJAK REAKSI KOMPLEKS ISOMERISASI EUGENOL *)

dokumen-dokumen yang mirip
KINETIKA REAKSI ISOMERISASI EUGENOL

EFFECTS OF ETHYLENE GLYCOL AND KOH IN THE FORMATION OF 2-METHOXY-4-PROPYLPHENOL ON EUGENOL ISOMERIZATION REACTION

MEKANISME REAKSI ISOMERISASI EUGENOL REACTION MECHANISM OF EUGENOL ISOMERIZATION

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

KAJIAN JEJAK REAKSI ISOMERISASI ESTRAGOL MENJADI CIS-ANETOL DAN TRANS-ANETOL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Direndam dalam aquades selama sehari semalam Dicuci sampai air cucian cukup bersih

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menjadi 5-Hydroxymethylfurfural dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia

STUDIES ON LEWIS ACID REACTION OF ISOEUGENOL AND ISOEUGENYL ACETATE

Praktikum Kimia Fisika II Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah & Asam Kuat

LAMPIRAN. Lampiran 1. Sertifikat analisis kalium diklofenak

LAMPIRAN. Lampiran 1. Sertifikat analisis bahan baku (kalium diklofenak)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Oktober 2015

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Oktober 2015

BAB III METODE PENELITIAN

Bab III Metodologi Penelitian

A STUDY OF THE SYNTHESIS OF VERATRYL CYANIDE REQUIRED AS AN INTERMEDIATE FOR THE PREPARATION OF C-9154 ANTIBIOTIC DERIVATIVE FROM VANILIN

OPTIMASI PERBANDINGAN MOL METANOL/MINYAK SAWIT DAN VOLUME PELARUT PADA PEMBUATAN BIODIESEL MENGGUNAKAN PETROLEUM BENZIN

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010.

Indo. J. Chem. Sci. 4 (2) (2015) Indonesian Journal of Chemical Science

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang telah

Gambar 7 Desain peralatan penelitian

SYNTHESIS OF 3,4-DIMETHOXY ISOAMYL CINNAMIC AS THE SUNSCREEN COMPOUND FROM CLOVE OIL AND FUSEL OIL

BAB III METODE PENELITIAN

2018 UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

3. Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

Indonesian Journal of Chemical Research Indo.J.Chem.Res. 10

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) F-234

Molekul, Vol. 2. No. 1. Mei, 2007 : REAKSI TRANSESTERIFIKASI MINYAK KACANG TANAH (Arahis hypogea. L) DAN METANOL DENGAN KATALIS KOH

BAB III METODE PENELITIAN

Jason Mandela's Lab Report

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

3 METODOLOGI PENELITIAN

SINTESIS TURUNAN KALKON DARI MIRISTISIN MINYAK PALA

BioLink Jurnal Biologi Lingkungan, Industri, Kesehatan PENGARUH KONSENTRASI BASA TERHADAP PRODUK HIDROLISIS ESTER

Konversi Eugenol dan Isoeugenol menjadi 2-Metoksi-4-propilfenol melalui Reaksi Hidrogenasi Menggunakan Katalis Logam Pt, Pd, dan Ni dalam Zeolit

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PEMBUATAN ETIL ASETAT MELALUI REAKSI ESTERIFIKASI

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Agustus 2011 di laboratorium Riset Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan

STUDY OF EPOXIDE DECYCLISATION OF CARYOPHYLENE OXIDE WITH SYNTHETIC ZEOLITE AS CATALYSTS

PENENTUAN TETAPAN PENGIONAN INDIKATOR METIL MERAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI

Indo. J. Chem. Sci. 3 (1) (2014) Indonesian Journal of Chemical Science

III. METODOLOGI PENELITIAN

1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). sebanyak 1-2 g dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

Kumpulan Laporan Praktikum Kimia Fisika PERCOBAAN VI

III. METODE PENELITIAN

PENUNTUN PRAKTIKUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II

Esterifikasi Asam Lemak Bebas Dari Minyak Goreng Bekas

PERCOBAAN 2 KONDENSASI SENYAWA KARBONIL DAN REAKSI CANNIZARO

III. METODOLOGI PENELITIAN. dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT.

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat

III. METODOLOGI. Gambar 5. Reaktor eterifikasi gliserol

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason

1.3 Tujuan Percobaan Tujuan pada percobaan ini adalah mengetahui proses pembuatan amil asetat dari reaksi antara alkohol primer dan asam karboksilat

Bab III Metodologi Penelitian

Lampiran 1. Flowsheet pembuatan dry ethanol

4025 Sintesis 2-iodopropana dari 2-propanol

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Desain dan Sintesis Amina Sekunder

Ekstraksi Silika Dari Fly Ash Batubara (Studi Pengaruh Variasi Waktu Ekstraksi, Jenis Asam Dan ph)

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

SINTESIS SENYAWA METOKSIFLAVON MELALUI SIKLISASI OKSIDATIF HIDROKSIMETOKSIKALKON

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

4027 Sintesis 11-kloroundek-1-ena dari 10-undeken-1-ol

4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Kimia Study Center - Contoh soal dan pembahasan tentang hidrolisis larutan garam dan menentukan ph atau poh larutan garam, kimia SMA kelas 11 IPA.

CH 3 COONa 0,1 M K a CH 3 COOH = 10 5

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Laboratorium Riset

PREPARASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR EFLUEN PROSES PENGOLAHAN KIMIA UNTUK UMPAN PROSES EVAPORASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol

5001 Nitrasi fenol menjadi 2-nitrofenol dan 4-nitrofenol

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR UMPAN PROSES EVAPORASI

Indonesian Journal of Chemical Research Indo.J.Chem.Res. 51. ISOMERISASI SENYAWA 3-CARENE MENJADI 4- CARENEMENGGUNAKAN KATALIS NaOH- KLOROTOLUENA

BAB III METODE PENELITIAN

3 Metodologi Penelitian

Transkripsi:

1 TELAAH JEJAK REAKSI KOMPLEKS ISOMERISASI EUGENOL *) Oleh: Asep Kadarohman (Pendidikan Kimia FPMIPA IKIP Bandung) Hardjono Sastrohamidjojo (Kimia FMIPA UGM) M. Muchalal (Kimia FMIPA UGM) Abstrak Cis-isoeugenol, trans-isoeugenol, dan 2-metoksi-4-propilfenol adalah produk reaksi isomerisasi eugenol dengan katalis basa dalam pelarut etilena glikol. Untuk mempelajari jejak reaksi komplek isomerisasi eugenol telah dilakukan reaksi isomerisasi masing-masing terhadap eugenol, cis-isoeugenol dan trans-isoeugenol yang mempunyai kemurnian tinggi dengan variasi suhu dan lama waktu reaksi. Hasil reaksi dianalisis dengan alat GC dan GC-MS. Dari data yang diperoleh ditemukan, cis-isoeugenol berasal dari eugenol, trans-isoeugenol dan 2-metoksi-4-propilfenol berasal dari cis-isoeugenol. Reaksi eugenol menjadi cis-isoeugenol dan reaksi cis-isoeugenol menjadi 2-metoksi-4-propilfenol merupakan reaksi satu arah, sedangkan reaksi cis-isoeugenol menjadi transisoeugenol merupakan reaksi kesetimbangan. Kata kunci: Eugenol, isoeugenol, 2-metoksi-4-propilfenol *) Makalah Seminar Nasional Kimia Organik di Hotel Jayakarta Yogyakarta September 1999

2 STUDY OF THE COMPLEX REACTION PATHWAY OF EUGENOL ISOMERIZATION By: Asep Kadarohman (Chemistry Educ.Dept.of FPMIPA IKIP Bandung) Hardjono Sastrohamidjojo (Chemistry Dept.of FMIPA UGM) M. Muchalal (Chemistry Dept.of FMIPA UGM) Abstract Cis-isoeugenol, trans-isoeugenol, and 2-methoxy-4-propylphenol were products of eugenol isomerization reaction with base catalyst in ethylene glycol solvent. To study the complex reaction pathway of eugenol isomerization, it has been carried out isomerization reaction to eugenol, cisisoeugenol, and trans-isoeugenol respectively those have high purity. The reaction product was analyzed by GC and GC-MS. From the data that was obtained, it was found cis-isoeugenol came from eugenol, trans-isoeugenol and 2-methoxy-4-propylphenol came from cis-isoeugenol. Eugenol reaction to cis-isoeugenol and cis-isoeugenol reaction to 2-methoxy-4-propylphenol were irreversible whereas cis-isoeugenol reaction to trans-isoeugenol was reversible. Key words: Eugenol, isoeugenol, 2-methoxy-4-propylphenol

3 PENGANTAR Sastrohamidjojo (1981) mengemukakan reaksi isomerisasi eugenol menghasilkan cis- dan trans-isoeugenol dengan perbandingan cis/trans semakin kecil dengan bertambah lamanya waktu reaksi. Kadarohman (1994) menemukan senyawa X sebagai hasil samping pada reaksi isomerisasi eugenol dalam suasana basa dengan pelarut etilena glikol yang jumlahnya semakin banyak dengan makin lama waktu dan tingginya suhu reaksi. Muchalal, dkk. (1999) mengemukakan senyawa X hasil samping reaksi isomerisasi eugenol adalah 2-metoksi-4-propilfenol. H 3 CO OH Berdasarkan data temuan di atas, persamaan OH reaksi isomerisasi eugenol dapat ditulis OH - OH H 3 CO + H 3 CO HO(CH 2 ) 2 OH CH 3 C C CH 2 CH CH 2 H H Eugenol Cis-isoeugenol C H 3 CO + H C H CH 3 Trans-isoeugenol OH CH 2 CH 2 CH 3 2-metoksi- 4-propilfenol Kromatogram hasil reaksi isomerisasi eugenol pada suhu 150 o C selama 6 jam ditunjukkan pada gambar 1. Gambar 1. Kromatogram hasil reaksi isomerisasi eugenol pada suhu 150 o C selama 6 jam

Peterson et.al. (1993) dan Kadarohman (1994) mengemukakan bahwa reaksi isomerisasi eugenol termasuk reaksi pseudo tingkat satu. Frost dan Pearson (1961) mengemukakan secara umum ada dua jenis reaksi kompleks yaitu reaksi paralel dan reaksi konsekutif. Reaksi paralel: Reaksi konsekutif: A U A B A V B C Untuk reaksi tingkat satu, grafik hubungan konsentrasi (C) terhadap waktu (t) untuk masing-masing jenis reaksi ditunjukkan pada gambar 2. 4 Reaksi paralel Reaksi konsekutif A U A C C V C B t t Gambar 2. Pengaruh waktu terhadap konsentrasi hasil reaksi Dihasilkannya tiga jenis produk pada reaksi isomerisasi eugenol, maka ada tiga kemungkinan jejak reaksi kompleks isomerisasi eugenol yaitu paralel, konsekutif atau gabungan paralel dan kosekutif. Untuk menentukan jejak reaksi kompleks isomerisasi eugenol dilakukan reaksi isomerisasi masing-masing terhadap eugenol, cis-isoeugenol dan trans-isoeugenol yang mempunyai kemurnian tinggi dengan variasi suhu dan lama waktu reaksi. Hasil reaksi dianalisis dengan alat GC dan GC-MS.

5 PERCOBAAN Bahan. Eugenol, cis-isoeugenol kadar tinggi, dan trans-isoeugenol berasal dari PT Indesso Aroma. Etilena glikol, KOH, HCl, dietileter, dan vaselin untuk vakum berasal dari Merck. Alat. Seperangkat alat distilasi sederhana dengan pengurang tekanan, alat refluks, hot plate & magnetic stirrer (Ciramec 2), rotary evaporator (Buchi), alat GC (Hewlett Packard 5890 series II), GC-MS (Shimadzu QP- 5000), corong pisah dan peralatan gelas lainnya. Jalannya percobaan. Sepuluh gram KOH dan 40 ml etilena glikol dimasukkan ke dalam labu leher tiga yang telah dilengkapi termometer dan seperangkat alat distilasi pengurangan tekanan. Campuran diaduk dan dipanaskan sampai semua basa larut. Setelah dingin, 9,4 gram eugenol ditambahkan ke dalam larutan. Campuran diaduk dan dipanaskan dengan menggunakan penangas minyak hingga suhu sistem 125 o C. Distilat yang keluar (air) ditampung. Sistem reaksi dilanjutkan dengan direfluks. Campuran dipanaskan dengan menggunakan penangas minyak hingga suhu 150 o C selama 6 jam. Campuran didinginkan dan diencerkan dengan 100 ml akuades, kemudian diasamkan hingga ph 2-3 dengan HCl 25%. Campuran diekstrak dengan dietil eter, dinetralkan kemudian dikeringkan dengan MgSO 4 anhidrous. Hasil yang diperoleh disaring dan pelarut diuapkan dengan menggunakan evaporator Buchi. Residu yang diperoleh dianalisis dengan GC dan GC-MS. Mengulangi percobaan: Isomerisasi terhadap cis-isoeugenol kadar tinggi Isomerisasi terhadap trans-isoeugenol kadar tinggi Isomerisasi dengan variasi suhu dan waktu HASIL DAN PEMBAHASAN Seperti dikemukakan oleh Frost dan Pearson (1961), sebagai tahap awal dalam menentukan jejak reaksi kompleks, dilakukan reaksi isomerisasi

Konsentrasi (%) eugenol pada suhu 150 o C dengan variasi lama waktu reaksi. Data hasil reaksi isomerisasi eugenol disajikan pada tabel 1 dan gambar 3. Tabel 1. Perbandingan komponen utama hasil reaksi isomerisasi eugenol variasi waktu pada suhu 150 o C 100 7. 10 900.00 10.29 86.87 2.84 80 No. Waktu Konsentrasi (%) (Jam) Eugenol Cis-isoeugenol Transisoeugenol 2-Metoksi-4- propilfenol 1. 0 100.00 0.00 0.00 0.00 2. 1 53.32 15.17 31.51 0.00 3. 2 24.54 18.61 56.85 0.00 4. 4 6.59 16.56 76.04 0.81 5. 6 2.11 13.21 83.15 1.53 6. 8 0.74 11.13 85.95 2.19 6 70 60 50 40 30 Eugenol Cis-isoeugenol Trans-isoeugenol 2-Metoksi-4-propilfenol 20 10 0 0 2 4 6 8 10 12 Waktu (Jam) Gambar 3. Pengaruh waktu terhadap komponen utama hasil reaksi isomerisasi eugenol pada suhu 150 o C Gambar 3 menunjukkan pada reaksi isomerisasi eugenol suhu 150 o C, jumlah eugenol berkurang, jumlah cis-isoeugenol mula-mula naik kemudian berkurang, jumlah trans-isoeugenol dan 2-metoksi-4-propilfenol terus bertambahnya waktu reaksi. Hal ini menunjukkan kemungkinan ada dua jenis reaksi kompleks yang terjadi, yaitu reaksi konsekutif yang ditandai oleh jumlah cis-isoeugenol yang dihasilkan mula-mula naik kemudian berkurang, dan

reaksi paralel yang ditandai oleh adanya dua jenis produk (trans-isoeugenol dan 2-metoksi-4-propilfenol) yang jumlahnya terus betambah dengan makin lama reaksi. Berkurangnya jumlah cis-isoeugenol pada waktu reaksi setelah 2 jam, menimbulkan pertanyaan apakah cis-isoeugenol berubah menjadi transisoeugenol atau 2-metoksi-4-propilfenol, atau menjadi trans-isoeugenol dan 2- metoksi-4-propifenol. Untuk menentukan jejak reaksi ini, telah dilakukan reaksi isomerisasi terhadap cis-isoeugenol dengan kadar tinggi (74,85%) pada kondisi yang sama dengan reaksi isoemerisasi eugenol. Data hasil percobaan ditunjukkan pada tabel 2. Tabel 2. Perbandingan komponen penyusun isoeugenol sebelum dan sesudah reaksi pada kondisi yang sama dengan reaksi isomerisasi eugenol No. Komponen Isoeugenol (%) Sebelum reaksi Sesudah reaksi 1. Eugenol 5,37 2,25 2. 2-Metoksi-4-propilfenol 0,60 3,77 3. Cis-isoeugenol 74,85 11,05 4. Trans-isoeugenol 18,73 82,37 7 Tabel 2 menunjukkan perubahan yang paling berarti pada sebelum dan sesudah reaksi yaitu perubahan jumlah cis- dan trans-isoeugenol. Jumlah cisisoeugenol berubah dari 74,85% menjadi 11,05% (berkurang 63,80%) sedangkan jumlah trans-isoeugenol berubah dari 18,73% menjadi 82,37% (bertambah 63,64%). Kalau dicermati, bertambahnya trans-isoeugenol 63,64% tidak mungkin semuanya berasal dari eugenol yang berkurang hanya 3,12%. Data ini menunjukkan bahwa senyawa asal yang membentuk transisoeugenol adalah cis-isoeugenol. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan eugenol menjadi cis- dan trans-isoeugenol adalah reaksi konsekutif. Eugenol Cis-isoeugenol Trans-isoeugenol Tabel 2 belum dapat memberikan informasi senyawa apakah yang menghasilkan 2-metoksi-4-propilfenol, apakah dari eugenol atau dari

Konsentrasi (%) isoeugenol, karena perbedaan perubahan jumlahnya relatif rendah yaitu 3,17% untuk 2-metoksi-4-propilfenol dan 3,12% untuk eugenol. Kadarohman (1994) mengemukakan jumlah 2-metoksi-4-propilfenol yang dihasilkan semakin banyak dengan makin tinggi suhu dan lama reaksi. Hal ini menunjukkan bahwa reaksi pembentukan 2-metoksi-4-propifenol dikontrol secara termodinamik (Hine, 1962; Issacs, 1969). Oleh karena itu untuk menentukan senyawa asal pembentuk 2-metoksi-4-propilfenol dilakukan isomerisasi eugenol pada suhu yang lebih tinggi (160 o C). Data hasil percobaan isomerisasi eugenol pada suhu 160 o C disajikan pada tabel 3 dan gambar 4. Tabel 3. Perbandingan komponen utama hasil reaksi isomerisasi eugenol variasi waktu pada suhu 160 o C 100 70 No. Waktu Konsentrasi (%) (jam) Eugenol Cis-isoeugenol Transisoeugenol 2-Metoksi-4- propilfenol 1. 0 100.00 0.00 0.00 0.00 2. 1 11.22 18.8 69.49 0.48 3. 2 1.48 13.53 83.03 1.96 4. 4 0.00 10.38 86.12 3.50 5. 6 0.00 10.12 84.02 5.86 90 6. 8 0.00 10.38 73.70 15.92 7. 10 80 0.00 8.43 68.63 22.93 8 60 50 40 30 20 Eugenol Cis-isoeugenol Trans-isoeugenol 2-Metoksi-4-propilfenol 10 0 0 2 4 6 8 10 12 Waktu (Jam)

9 Gambar 4. Pengaruh waktu terhadap komponen utama hasil reaksi isomerisasi eugenol pada suhu 160 o C Berbeda dengan gambar 3, gambar 4 menunjukkan pada reaksi isomerisasi eugenol suhu 160 o C, jumlah eugenol berkurang, jumlah cis-isoeugenol mulamula naik kemudian berkurang, jumlah trans-isoeugenol mula-mula naik, konstan kemudian berkurang sedangkan jumlah 2-metoksi-4-propilfenol terus bertambah dengan makin lama waktu reaksi. Data yang perlu dicermati adalah pada waktu reaksi mulai 6 jam, yaitu adanya penurunan jumlah transisoeugenol yang cukup tajam yang diikuti dengan kenaikan jumlah 2-metoksi- 4-propilfenol yang cukup tajam juga. Data ini menimbulkan pertanyaan apakah ada transformasi dari trans-isoeugenol menjadi cis-isoeugenol, atau menjadi 2-metoksi-4-propilfenol. Dari gambar 4 ada dua kemungkinan arah berlangsungnya reaksi, yaitu 1. Cis-isoeugenol Trans-isoeugenol 2-Metoksi-4-propilfenol 2. Cis-isoeugenol Trans-isoeugenol 2-Metoksi-4-propilfenol Gambar 4, walaupun belum memberi informasi yang jelas, tetapi telah dapat memberikan dugaan bahwa 2-metoksi-4-propilfenol berasal dari isoeugenol. Dukungan terhadap kemungkinan 2-metoksi-4-propilfenol berasal dari isoeugenol juga ditunjukkan oleh hasil reaksi isomerisasi masing-masing terhadap eugenol, cis-isoeugenol, dan trans-isoeugenol pada suhu 150 o C selama 6 jam. Data hasil percobaan yang dimaksud disajikan pada tabel 4. Tabel 4. Perbandingan jumlah 2-metoksi-4-propilfenol hasil reaksi isomerisasi pada suhu 150 o C selama 6 jam No. Pereaksi 2-Metoksi-4-propilfenol (%) 1. Eugenol (99,89%) 1,53 2. Cis-isoeugenol (74,85%) 3,74 3 Trans-isoeugenol (92,92%) 3,69

Tabel 4 menunjukkan bahwa 2-metoksi-4-propilfenol yang dihasilkan dari cisisoeugenol jumlahnya relatif besar dibandingkan dengan yang dihasilkan dari trans-isoeugenol, walaupun cis-isoeugenol yang direaksikan kadarnya lebih rendah (74,85%). Tetapi karena perbedaannya sangat kecil (0,05%), maka secara pasti belum dapat ditentukan senyawa isoeugenol yang mana sebagai pembentuk 2-metoksi-4-propilfenol. Pembentukan 2-metoksi-4-propifenol dikontrol secara termodinamik. Oleh karena itu untuk menentukan jenis isoeugenol pembentuk 2-metoksi-4- propilfenol, dilakukan reaksi isomerisasi terhadap cis- dan trans-isoeugenol pada suhu yang lebih tinggi (165 o C). Data yang diperoleh disajikan pada tabel 5. Tabel 5. Perbandingan jumlah 2-metoksi-4-propilfenol hasil reaksi isomerisasi pada suhu 165 o C selama 6 jam No. Pereaksi 2-Metoksi-4-propilfenol (%) 1. Cis-isoeugenol (80,28%) 13,47 2. Trans-isoeugenol (92,92%) 10,69 Tabel 5 menunjukkan bahwa 2-metoksi-4-propilfenol yang dihasilkan pada reaksi isomerisasi cis-isoeugenol lebih tinggi dibandingkan dengan pada reaksi trans-isoeugenol dengan perbedaan 2,78%. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa asal pembentuk 2-metoksi-4-propilfenol adalah cisisoeugenol. Dengan demikian reaksi pembentukan 2-metoksi-4-propilfenol merupakan reaksi konsekutif dari eugenol dan paralel dari cis-isoeugenol terhadap trans-isoeugenol. Gambar 4 menunjukkan pada reaksi isomerisasi eugenol suhu 160 o C setelah waktu reaksi 6 jam jumlah trans-isoeugenol berkurang, dan dari data percobaan ditemukan bahwa pembentukan 2-metoksi-4-propilfenol berasal dari cis-isoeugenol. Berdasarkan data ini, diduga trans-isoeugenol dapat berubah menjadi cis-isoeugenol, sehingga reaksi perubahan cis- menjadi trans-isoeugenol merupakan reaksi kesetimbangan. Untuk menguji kebenaran dugaan ini telah dilakukan pula reaksi isomerisasi terhadap trans-isoeugenol pada suhu 150 o C dengan waktu reaksi yang divariasi. Data hasil percobaan disajikan pada tabel 6 dan gambar 5. 10

Konsentrasi (%) Tabel 6 dan gambar 5 menunjukkan bahwa jumlah trans-isoeugenol berkurang, jumlah cis-isoeugenol bertambah kemudian berkurang dan jumlah 2-metoksi-4-propilfenol terus bertambah dengan makin lamanya waktu reaksi. Keadaan ini menunjukkan bahwa trans-isoeugenol dapat berubah menjadi cis-isoeugenol. Dengan demikian reaksi perubahan cis-menjadi transisoeugenol merupakan reaksi kesetimbangan. Tabel 6. Perbandingan komponen utama hasil reaksi isomerisasi trans-isoeugenol variasi waktu pada suhu 150 o C 100 90 12. 10 800 11,73 81,66 6,61 70 60 50 40 30 20 10 0 Cis-isoeugenol Trans-isoeugenol 2-Metoksi-4-propilfenol 0 2 4 6 8 10 12 Waktu (Jam) No. Waktu Konsentrasi (%) (jam) Eugenol Cis-isoeugenol Transisoeugenol 2-Metoksi-4- propilfenol 1. 0 0 7,08 92,92 0 2. 0,5 0 7,94 91,88 0 3. 1 0 7,70 91,42 0,06 4. 2 0 9,92 88,94 1,20 5. 3 0 10,42 87,52 2,06 6. 4 0 10,28 87,67 2,04 7. 5 0 10,74 86,22 3,04 8. 6 0 10,43 85,88 3,69 10. 8 0 12,29 83,54 4,10 11. 9 0 11,77 83,51 4,72 11 Gambar 5. Pengaruh waktu terhadap komponen utama hasil reaksi isomerisasi trans-isoeugenol pada suhu 150 o C

12 Berdasarkan data temuan di atas, maka arah berlangsungnya reaksi dari cis-isoeugenol menjadi trans-isoeugenol dan 2-metoksi-4-propilfenol adalah Cis-isoeugenol Trans-isoeugenol 2-Metoksi-4-propilfenol KESIMPULAN Jejak reaksi isomerisasi eugenol merupakan gabungan antara reaksi paralel dan reaksi konsekutif. Cis-isoeugenol berasal dari eugenol, transisoeugenol dan 2-metoksi-4-propilfenol berasal dari cis-isoeugenol. Reaksi eugenol menjadi cis-isoeugenol dan reaksi cis-isoeugenol menjadi 2-metoksi- 3-propilfenol merupakan reaksi satu arah, sedangkan reaksi cis-isoeugenol menjadi trans-isoeugenol merupakan reaksi kesetimbangan. UCAPAN TERIMA KASIH PT INDESSO AROMA di Purwokerto yang telah memberi eugenol, cisdan trans-isoeugenol dengan kadar tinggi sebagai bahan penelitian Saudara Idi Wahyudi yang telah membantu pelaksanaan penelitian. DAFTAR PUSTAKA Frost, A.A. and Pearson, R.G., 1961, Kinetics and Mechanism, A Study of Homogeneous Chemical Reaction, 2 nd Ed., John Wiley, New York Hine, J., 1962, Physical Organic Chemistry, Second ed., McGraw-Hill Books Co. Inc., New York Isaacs, N.S., 1969, Experiments in Physical Organic Chemistry, The Macmillan Co., London Kadarohman, A, 1994, Mempelajari Mekanisme dan Kontrol Reaksi Isomerisasi Eugenol Menjadi Isoeugenol, Tesis, Program Pasca Sarjana, UGM Yogyakarta Muchalal, M, Sastrohamidjojo, H, dan Kadarohman, A, 1999, Mekanisme Reaksi Pembentukan Senyawa X Pada Reaksi Isomerisasi Eugenol,

Prosiding Seminar Nasional Kimia IV (International Workshop And Seminar On Catalyst Chemistry), Jurusan Kimia FMIPA UGM, Yogyakarta Peterson, T.H., Bryan, J.H., and Keevil, T.A., 1993, "A Kinetic Study of the Isomerization of Eugenol", Journal of Chemical Education, 70(4):A96- A98 Sastrohamidjojo, H., 1981, A Study of Some Indonesian Essential Oils, Disertasi, FMIPA UGM, Yogyakarta 13

14 Abstrak Cis-isoeugenol, trans-isoeugenol, dan 2-metoksi-4-propilfenol adalah produk reaksi isomerisasi eugenol dengan katalis basa dalam pelarut etilena glikol. Untuk mempelajari langkah dan alur reaksi isomerisasi eugenol yang rumit (kompleks) telah dilakukan reaksi isomerisasi masingmasing terhadap eugenol, cis-isoeugenol dan trans-isoeugenol yang mempunyai kemurnian tinggi dengan variasi suhu dan lama waktu reaksi. Hasil reaksi dianalisis dengan alat GC dan GC-MS. Dari data yang diperoleh ditemukan, cis-isoeugenol berasal dari eugenol, trans-isoeugenol dan 2-metoksi-4-propilfenol berasal dari cis-isoeugenol. Reaksi eugenol menjadi cis-isoeugenol dan reaksi cis-isoeugenol menjadi 2-metoksi-3-propilfenol merupakan reaksi satu arah, sedangkan reaksi cis-isoeugenol menjadi transisoeugenol merupakan reaksi kesetimbangan. 2-Metoksi-4-propilfenol Cis-isoeugenol Trans-isoeugenol Pelarut