4. METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
5. HASIL PENELITIAN Perhitungan Nilai Ekonomi Hutan Kota Srengseng Nilai Penggunaan Langsung.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai,

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. hutan mangrove non-kawasan hutan. Selain itu, adanya rehabilitasi hutan

BAB I PENDAHULUAN. udara bersih dan pemandangan alam yang indah. Memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan seperti hutan lindung sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian 3.2 Metode Pengumpulan Data

PENILAIAN EKONOMI JASA LINGKUNGAN HUTAN KOTA PADA KAWASAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK. Sumyndra Juita, Augustine Lumangkun, Iswan Dewantara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN. Loka Yogyakarta, total willingness to pay 110 responden untuk

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY

BAB VI VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA CIKOROMOY DENGAN TRAVEL COST METHOD

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data primer. Data primer yaitu data yang

TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. pada iklim tropis dan sub tropis saja. Menurut Bengen (2002) hutan mangrove

TUJUAN, TAHAPAN PELAKSANAAN DAN PENDEKATAN VALUASI

BAB I PENDAHULUAN. berupa produk jasa lingkungan yang manfaatnya secara langsung bisa di rasakan

VII NILAI EKONOMI SUMBERDAYA EKOSISTEM LAMUN

TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun

Travel Cost Method (TCM) Pertemuan 10 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN 2015/2016

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Hutan Kota Srengseng Jakarta Barat Provinsi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Oktober November 2014 di Desa Buana Sakti, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur.

Gambar 1 Kerangka pemikiran metodologi penelitian.

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai

ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. sesuatunya yang mudah dan praktis. Peluang tersebut dimanfaatkan oleh produsen

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Objek Penelitian Batasan Penelitian

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang berfokus

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.

3 METODOLOGI PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sebagian besar perekonomian Provinsi Bali ditopang oleh

BAB I PENDAHULUAN. bawah tanah. Definisi hutan menurut Undang-Undang No 41 Tahun 1999 tentang

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap.

KAJIAN EKONOMI MANFAAT HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN BARRU

METODE PENILAIAN EKONOMI SUMBERDAYA KAWASAN

IV. METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu. dan juga berlokasi tidak jauh dari pusat kota sehingga prospek pengelolaan dan

BAB III METODE PENELITIAN

Data aspek biofisik-kimia perairan terdiri dari :

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI. Penelitian ini dilakukan di areal Hutan Tanaman Industri milik PT Musi

PENENTUAN HARGA SEWA RUMAH SUSUN BERDASARKAN ANALISA WTP (WILLINGNESS TO PAY) DI KECAMATAN SIDOARJO

II. TINJAUAN PUSTAKA. Spillane (1994) mendefinisikan pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7 Matrik korelasi antara peubah pada lokasi BKPH Dungus

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2. Peta Kabupaten Kuningan, Jawa Barat

ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG

VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA RUMPUT LAUT DI KOTA PALOPO

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di objek wisata Air Terjun Way Lalaan Kabupaten

Penentuan Nilai Ekonomi Wisata

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada kawasan RTH Taman Bunga,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk tipe penelitian kuantitatif dan deskriptif kualitatif, sesuai

III. METODE PENELITIAN. Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah milik dengan luas

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Contingent Valuation Method (CVM)

INVENTARISASI SERAPAN KARBON OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MALANG, JAWA TIMUR

III. METODELOGI PENELITIAN

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :

TATA CARA PENELITIAN. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di Kebun Buah Mangunan, Kecamatan Dlingo,

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Fauzi (2006), sumber daya didefinisikan sebagai sesuatu yang

BAB III METODE PENELITIAN. a. Data primer yaitu Willingness To Pay, Travel Cost, Umur, Pendidikan dan. sedang berkunjung ke objek wisata Teluk kiluan.

METODE VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM

III. METODE PENELITIAN

II. METODOLOGI. A. Metode survei

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

INTANGIBLE VALUE HUTAN RAKYAT YANG TIDAK PERNAH DIPERHITUNGKAN OLEH MASYARAKAT GIRIWOYO, WONOGIRI

METODOLOGI PENELITIAN

PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A

III. METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen dari

METODE PENELITIAN. sengaja (purposive) karena Desa Cisaat ini merupakan sentral pembuat tahu di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Ekonomi Lingkungan. manusia dalam memanfaatkan lingkungan sedemikian rupa sehingga

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di objek wisata Taman Wisata Tirta Sanita

VALUASI NILAI EKONOMI WISATA PANTAI AMAL : APLIKASI TRAVEL COST METHOD (TCM)

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem

NILAI HASIL HUTAN YANG HILANG BILA TERJADI PERUBAHAN FUNGSI HUTAN LINDUNG

Transkripsi:

4. METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam menentukan nilai ekonomi total dari Hutan Kota Srengseng adalah menggunakan metoda penentuan nilai ekonomi sumberdaya lingkungan yang dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu pendekatan nilai pasar (market value approaches), pendekatan pasar proksi (surrogate market approaches), dan pendekatan pasar simulasi (simulated market approaches)( Askary, 1999; Suparmoko, 1999). Secara rinci metode penilaian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Nilai penggunaan langsung (direct use) yang terdiri dari nilai kayu yang dihitung dengan menggunakan harga pasar, nilai sewa lapak tanaman hias menggunakan harga patokan pemerintah, dan nilai rekreasi digunakan dua metode yaitu travel cost dan metode contingent valuation. b. Nilai penggunaan tak langsung (indirect use) yang terdiri dari nilai serapan karbon didapatkan dengan menggunakan harga pasar perdagangan karbon internasional, nilai resapan air dan nilai kesejukan didapatkan melalui harga bayangan (substitusi). c. Nilai non guna (non use value) terdiri dari nilai keberadaan hutan kota melalui metode ISTEM, dan nilai option yang diperoleh dari contingent valuation method. 4.2. Metoda Pengambilan Sampel Untuk menduga nilai rekreasi dalam penelitian ini menggunakan sampel yaitu pengunjung Hutan Kota Srengseng secara purposive sampling. Purposive sampling adalah metode pengambilan sampel dengan tidak acak, yaitu berdasarkan pertimbangan tertentu, hal ini karena sedikitnya jumlah pengunjung sehingga sampel diambil dari setiap pengunjung yang datang. Populasi yang digunakan penelitian dihitung berdasarkan rata-rata jumlah pengunjung Hutan Kota Srengseng pada tahun terakhir yaitu 476 orang pengunjung per minggu.

51 Dalam penelitian ini terdapat 2 kelompok sampel yaitu sampel untuk nilai rekreasi sebanyak 100 sampel, yang diambil pada 2 waktu berbeda yaitu hari biasa sebanyak 50 sampel dan hari libur (sabtu dan minggu) sebanyak 50 sampel, hal ini berdasarkan hasil survey yang menunjukkan bahwa jumlah pengunjung pada harihari biasa hampir sama jumlahnya dengan jumlah pengunjung pada hari libur. Sedangkan sampel yang digunakan untuk menentukan nilai keberadaan Hutan Kota Srengseng, adalah penduduk yang berada di wilayah kelurahan Srengseng secara purposif sampel. Penduduk tersebut bertempat tinggal di 4 RT yang berada disekitar Hutan Kota Srengseng dengan jumlah KK adalah 350 KK, sehingga dari masing-masing RT diambil sebanyak 25 sampel, jadi jumlah sampel yang digunakan adalah 100 sampel. 4.3. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. a. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden yang dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner dan wawancara (terstruktur dan terbuka), dan melalui pengukuran langsung terhadap obyek-obyek penilaian yang ada di Hutan Kota Srengseng. b. Data sekunder berupa data keadaan umum kawasan hutan Kota Srengseng, kelurahan Srengseng dan data-data penunjang lainnya yang dikumpulkan melalui telaah pustaka, laporan, pengelola maupun instansi terkait. 4.4. Metode Pendugaan Nilai Ekonomi Hutan Kota Srengseng Data yang terkumpul, ditabulasikan dan dihitung nilai ekonomi total HKS melalui dua tahapan, yaitu ; 1) identifikasi manfaat dan fungsi hutan kota, 2) kuantifikasi seluruh manfaat dan fungsi ke dalam nilai uang, dan 3) evaluasi terhadap nilai ekonomi HKS dengan mengkonversikannya dalam nilai lahan permukiman.

52 4.4.1. Identifikasi manfaat dan fungsi hutan kota Nilai ekonomi total Hutan Kota Srengseng merupakan jumlah total dari nilai penggunaan dan nilai non penggunaan sebagaimana rumus berikut : NET = Nilai Guna + Nilai Non Guna...(4.1) (NPL + NPTL ) + NNG Dimana : NET = nilai ekonomi total HKS. NPL = nilai penggunaan langsung (manfaat sosial HKS : nilai rekreasi, nilai kayu, nilai sewa lapak tanaman hias). NPTL = nilai penggunaan tak langsung (manfaat ekologis HKS, nilai serapan karbon, nilai kesejukan, dan nilai daerah resapan air). NNG = nilai non guna ( nilai keberadaan HKS dan nilai option (nilai kesediaan membayar masyarakat ). Berikut ini merupakan metode perhitungan yang dilakukan untuk mendapatkan nilai ekonomi total dari Hutan Kota Srengseng. 4.4.2. Kuantifikasi seluruh manfaat dan fungsi ke dalam nilai uang Pendugaan Nilai Penggunaan Langsung 1. Nilai Ekonomi Kayu Untuk menentukan nilai ekonomi kayu diduga dengan menggunakan pendekatan harga pasar. Potensi kayu didapatkan melalui plotting (10 x 10 m) yang dilakukan di wilayah HKS. Plotting yang dilakukan berdasarkan 2 kerapatan pohon, yaitu 6 plot untuk pepohonan yang rapat (jumlah pohon dalam 1 plot lebih dari 6 pohon) dan 6 plot untuk pepohonan yang jarang (jumlah pohon dalam 1 plot kurang dari 6 pohon). Penentuan nilai ekonomi kayu didapatkan melalui rumus : Hk = Vk x hk...(4.2) Dimana : Hk = nilai potensi kayu (Rp/m 3 ). Vk = potensi kayu (m 3 ). hk = harga kayu di pasaran/kayu rimba (Rp/m 3 ).

53 2. Nilai Ekonomi Sewa Lapak Tanaman Hias Penentuan nilai/ harga sewa lapak yang digunakan untuk penjualan tanaman hias, didasarkan pada biaya sewa lapak sesuai dengan Perda No.1/ 2006, biaya sewa lapak dihitung per m 2. Nilai sewa lapak tanaman hias tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : HL = Bsl x Li... (4.3) Dimana : Hsl = harga sewa lapak bagi responden ke-i (Rp/m 2 ). Bsl = biaya /sewa lapak tanaman hias oleh responden ke-i (Rp/tahun). Li = luas lapak tanaman hias responden ke-i (Ha/tahun) 3. Nilai Ekonomi Rekreasi Nilai ekonomi rekreasi diduga dengan menggunakan dua metoda yaitu contingent valuation method (CVM) dan metode biaya perjalanan (travel cost methods). Dalam penelitian ini kedua metode digunakan hanya untuk membandingkan nilai rekreasi yang didapatkan. A. Metode Travel Cost (Biaya perjalanan). Metode travel cost atau biaya perjalanan didapatkan melalui fungsi yang melekat dalam suatu perjalanan seperti meliputi biaya transportasi pulang pergi dari tempat tinggal ke Hutan Kota Srengseng, dan pengeluaran lain selama di perjalanan dan di dalam HKS (mencakup konsumsi, parkir, karcis masuk dan lainlain), jarak tinggal dengan lokasi, lama rekreasi dan besarnya pendapatan seseorang. Untuk mengetahui model permintaan yang merupakan hubungan antara jumlah kunjungan per seribu penduduk daerah asal (zona) pengunjung dengan biaya perjalanan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menentukan fungsi permintaan tersebut adalah : 1). Menentukan jumlah kunjungan tahun 2006-2007 berdasarkan data yang ada di pengelola Hutan Kota Srengseng.

54 a). Menduga distribusi (persentase) daerah asal pengunjung berdasarkan sensus pengunjung di pintu masuk. JC i P i = ---------------- x 100 %... (4.4) n dalam hal ini : P i = persentase kunjungan dari daerah zona. JC i = jumlah kunjungan contoh dari zona i. N = jumlah total kunjungan contoh. b). Menentukan jumlah kunjungan per tahun dari daerah zona tertentu (Jk i ). Jk i = P i x JKT...(4.5) c). Menentukan jumlah kunjungan dari zona tertentu per 1000 penduduk (Y i ). JK i Y i = ---------- x 1000...(4.6) JPi d). Menentukan biaya perjalanan rata-rata dari zona tertentu (X ii ) yang ditentukan berdasarkan biaya perjalanan responden (Bp i)n i. X i i X ii = ----------... (4.7) n i 2). Menentukan nilai ekonomi (dengan mengikuti langkah-langkah di atas) dengan kunjungan per 1000 penduduk sebagai Y dan biaya perjalanan sebagai X 1. B. Contingensi Valution Method (CVM). Penentuan nilai ekonomi rekreasi dapat dilakukan dengan menggunakan Contingent Valuation Methode (CVM) adalah metode yang menggunakan teknik survey untuk menanyakan pengunjung tentang nilai atau harga yang mereka berikan terhadap suatu komoditi yang tidak memiliki pasar seperti barang lingkungan, dalam hal ini nilai rekreasi. Penilaian dilakukan dengan menghitung

55 kesediaan membayar (willingness to pay, WTP) menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Dixon et al (1991) sebagai berikut : 8 n i TWP = AWP i (--- ) x P...(4.8) i=1 N Dimana ; TWP = total kesediaan membayar. AWP i = kesediaan membayar rata-rata, jumlah 1 sampai 8. n i = banyaknya responden yang bersedia membayar AWP. N = banyaknya orang yang diwawancarai. P = populasi. Pendugaan Nilai Penggunaan Tak Langsung 1. Nilai Ekonomi Serapan Karbon. Untuk menentukan nilai serapan karbon yang ada di wilayah Hutan Kota Srengseng didasarkan pada pengukuran nilai biomassa dari pohon. Penentuan nilai biomassa ini dilakukan dengan melakukan plotting(10 x 10 m) di wilayah Hutan Kota Srengseng. Hutan Kota Srengseng merupakan wilayah dengan distribusi curah hujan tahunan adalah 1.865,5 mm/ tahun atau rata-rata 155,5 mm/ bulan, dengan jumlah hari hujan 142 hari/ tahun, dengan rataan suhu udara harian 26,6 o C dan kelembaban udara berkisar 78-90% sehingga dapat dikategorikan sebagai daerah dengan curah hujan lembab (moist). Maka untuk mencari nilai biomasa yang terkandung pada pepohonan yang ada di hutan kota Srengseng ini digunakan rumus dari Brown dan Iverson (1992) dari Balitanhut Bogor (2007) dengan persamaan sebagai berikut : Y = 42,69 12,800 (D) + 1,242 (D 2 )...(4.9) Dimana : Y = nilai biomasa (kg/ m 2 ). D = diameter ( cm). Untuk menentukan kandungan karbon pada wilayah Hutan Kota Srengseng adalah 0,5 dari biomassa pohon. Satuan yang dipergunakan untuk kandungan karbon adalah ton per ha. Untuk mendapatkan nilai serapan karbon, disesuaikan dengan nilai jual karbon yang berlaku di pasar internasional yaitu 10 US $ per ton (Balittanhut, 2007).

56 HC = CO x nc...(4.10) Dimana : HK = harga serapan CO 2 (Rp/ton). CO = kandungan karbon dalam kayu (kg). nc = nilai karbon (Rp/ ton). 2. Nilai Ekonomi Kesejukan. Penentuan nilai kesejukan didasarkan pada analisis biaya dan manfaat dengan metode biaya ganti yaitu biaya yang harus dikorbankan untuk mengganti jasa lingkungan yang dirusak dalam hal ini untuk mendapat kesejukan dengan rumus : BP HK = ---------...(4.11) L Dimana : HK = harga kesejukan (Rp/ha). BP = biaya untuk memperoleh kesejukan (Rp/ha). L = luas lokasi penelitian (ha) 3. Nilai Ekonomi Resapan Air Untuk mengetahui nilai ekonomi resapan air diperoleh dari manfaat kawasan Hutan Kota Srengseng. Nilai resapan air dihitung berdasarkan pada kemampuan daya serap air oleh tanaman, dengan menggunakan asumsi bahwa satu pohon umur 10 tahun dapat menahan air kira-kira 7m 3 setara dengan 5 m 3 kayu (Kodoatie dan Roestam Sjarief, 2006). Dari asumsi ini dapat digunakan untuk dihitung jumlah serapan air dari pepohonan yang ada di Hutan Kota Srengseng, karena rata-rata pepohonan yang ada di hutan kota Srengseng telah berumur 10 tahun. Nilai ekonomi resapan air diperoleh dengan rumus : HSrp = Tsa x Ha...(4.12) Dimana : HSrp = harga serapan air oleh pohon (Rp/m 3 ) Jsa = jumlah serapan air pepohonan HKS (m 3 ). Ha = harga air PDAM di kawasan Jakarta (Rp/m 3 )

57 Pendugaan Nilai Non Penggunaan Tak Langsung 1. Nilai Keberadaan Hutan Kota. Penilaian terhadap keberadaaan Hutan Kota Srengseng merupakan suatu penilaian terhadap nilai-nilai arsitektur yang dimiliki oleh Hutan Kota Srengseng, seperti kelas keindahan dan keawetan dan keindahan pohon, berdasarkan atas dasar nilai penghargaan terhadap pohon. Nilai penghargaan terhadap pohon, dalam kasus tertentu ditetapkan US $ 40.00 (ISTEM), namun nilai penghargaan pohon di Hutan Kota Srengseng yang digunakan adalah sebesar US $ 20 per tahun, hal ini disesuaikan dengan kondisi pertumbuhan dan perkembangan pohon yang ada Hutan Kota Srengseng. Penilaian dilakukan berdasarkan teknik penilaian ISTEM, yaitu menggunakan ukuran batang setinggi dada. Rumus yang digunakan ISTEM : Nilai pohon = 22/7 x r 2 x US $ 40.00 x (%) kelas pohon x (%) kondisi pohon...(4.13) Kelas pohon sebagai species factor dinyatakan dalam persen (100, 80, 60, 40 dan 20) ditentukan berdasarkan nilai ekonomi pohon sedangkan condition factor dinyatakan dalam persen (100, 80, 60, 40 dan 20) yang ditentukan berdasarkan umur, kesehatan dari kondisi tanaman, bebas hama penyakit dan lain-lain (Grey dan Deneke, 1978). 2. Nilai Option (nilai kesediaan berkorban dari masyarakat) Nilai option atau kesediaan berkorban masyarakat terhadap keberadaan hutan kota Srengseng dihitung dengan menggunakan metode contingent valuation. Contingent Valuation Method (CVM) yaitu metode teknik survey untuk menanyakan kepada para penduduk yang berada di sekitar Hutan Kota Srengseng tentang keberadaan hutan kota melalui nilai atau harga yang mereka berikan terhadap suatu komoditi seperti barang lingkungan. Pendekatan ini dilakukan dari asumsi bahwa dengan adanya manfaat yang dirasakan penduduk Hutan Kota Srengseng maka mereka akan mau berkorban (willingness to pay) atau kemauan untuk membayar guna mempertahankan suatu barang lingkungan yang telah

58 memberikan manfaat bagi mereka, baik sekarang maupun untuk masa-masa yang akan datang. Dalam metode ini digunakan dengan mengajukan pertanyaan terhadap respoden tentang berapa nilai yang ingin dibayarkan untuk mempertahankan lingkungan. Untuk melihat hubungan yang diasumsikan mempengaruhi kesediaan membayar dari masing-masing individu dengan faktor sosial ekonomi (umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, dan pendapatan) dilakukan dengan pendekatan analisis statistik. Model asumsi untuk mencari hubungan tersebut, digunakan analisis regresi linier sebagai berikut : WTP = C + aum + b Pdd + c Pdp + d Jk + e Kn... (4.14) Dimana : WTP = kesediaan membayar (Rp) C,a,b,c = koefisien Um = umur (tahun) Pdd = pendidikan (SD, SMP, SMU, dan PT) Pdp = pendapatan (Rp) Jk = jenis kelamin Kn = pengetahuan tentang lingkungan Dalam penelitian ini juga ditanyakan persepsi masyarakat dan pengunjung tentang kondisi fisik hutan kota Srengseng. Persepsi masyarakat tersebut diukur melalui menggunakan skala likert. Skala likert (Riduwan, 2002) digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi, masyarakat atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata sebagai berikut : Sangat baik : 4 Baik : 3 Cukup : 2 Masih kurang : 1 Berdasarkan data yang diperoleh, maka dapat ketahui kondisi fisik hutan kota Srengseng menggunakan kriteria interpretasi skor sebagai berikut : 0%- 20% : sangat lemah

59 21-40% : lemah 41-60% : cukup 61-80% : kuat 81-100% : sangat kuat 4.4.3 Evaluasi Nilai Ekonomi Hutan Kota Srengseng Tahapan ini merupakan suatu tahap penilaian/ evaluasi yang dilakukan terhadap nilai hutan kota dengan melakukan perbandingan nilai ekonomi total hutan kota berdasakan manfaat/alami yang didapatkan dengan nilai ekonomi lahan permukiman yang ada di sekitar hutan kota Srengseng, dimana nilai lahan yang digunakan adalah harga tanah NJOP daerah Srengseng. Nilai NJOP tanah di daerah Srengseng adalah Rp 1.152.857,- per m 2 (KP PBB Jakarta, 2004).

Universitas Indonesia Penilaian Ekonomi..., Effa Millya Yulief, Program Pascasarjana, 2008 60