PENGELOLAAN PROGRAM %MTEWSBFIKAS! SUPRA INSUS Studi Kasus di Unit Himpunan Supra lnsus III Kebupaten Daerah Tingkat I1 Bekasi Oleh JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANlADd FAKULTAS PERTANIAN lnstltut PERTANlARl BOGOR 1990
RINGKASAN ELI HERLINA. Pengelolaan Program Intensifikasi Supra Insus, Studi Kasus di UHSI I11 Kabupaten DT. I1 Bekasi (dibawah bimbingan T. HANAFIAH). Dalam rangka melestarikan swasembada pangan yang telah dicapai pada tahun 1384. maka sejak tahun 1387 diterapkan program intensifikasi Supra Insus di bidang pertanian tanaman pangan untuk meningkatan produktivitas tanaman pangan khususnya padi, sekaligus meningkatkan pendapatan petani Alat utama yang menjadi airi Supra Insus adalah kerjasama sedangkan alat struktural penyelenggaraannya adalah organisasi Bimas. Untuk mengkoordinasikan kerja- sama yang akan menentukan keberhasilan program Supra Insus ini diperlukan sistem pengelolaan yang tepat, baik pada tingkat aparatur pemerintah maupun tingkat kelembagaan petani. Keberhasilan penyelenggaraan program intensifikasi Supra Insus sangat ditentukan oleh tiga unsur strategis, yaitu pengelolaan irigasi, pengelolaan penyuluhan dan pengelolaan kelompoktani. Dapat dikatakan bahwa semakin baik pengelolaan irigasi maka akan semakin mendorong keberhasilan program intensifikasi Supra Insus; semakin
semakin baik kerjasama antar kelompoktani maka akan semakin baik pengadopsian teknologi Supra Insus daan pengelolaan irigasi oleh petani. Analisis SWOT terhadap sistem pengelolaan irigasi, penyuluhan dan kelompoktani adalah sebagai berikut : 1. Pengelolaan Irigasi : - Pembagian golongan air adalah faktor kekuatan sistem ini, namun kelemahannya adalah belum seluruh organisasi P3A Mitra Cai berjalan seper- ti yang diharapkan. Kursus-kursus pengairan merupakan peluang bagi terciptanya keadaan pengairan yang lebih baik. Namun dalam sistem ini terdapat ancaman, yaitu terjadinya keterlam- batan waktu tanam oleh petani sehingga menimbul- kan masalah-masalah pengairan. 2. Pengelolaan Penyuluhan : - Faktor kekuatan pengelolaan penyuluhan di UHSI I11 adalah kerjasama yang cukup baik antar pihak pengelola dengan petani dan peranserta yang tinggi dari petani dalam kegiatan ini. Namun metoda penyuluhan yang belum memenuhi kebutuhan petani merupakan faktor kelemahannya. Untuk keragaan Supra Insus di masa datang, kursus- kursus pertanian merupakan peluang yang baik.
Namun di sisi lain kurangnya pendekatan PPL terhadap petani merupakan ancaman yang cukup berpengaruh. 3. Pengelolaan Kelompoktani : - Faktor kekuatan pengelolaan kelompoktani adalah peranserta yang cukup baik dalam kegiatan kerjasama. Namun kerjasama tersebut hanya terbatas pada kegiatan usahatani di lapang, sehingga belum ada kegiatan pemupukan modal kelompok dan sebagainya. Penilaian kelompoktani yang dilaku- kan oleh PPL dan disertai pertandingan-pertan- dingan antar kelompoktani merupakan peluang untuk mendorong petani agar lebih maju. Ancaman bagi pengelolaan kelompoktani ini adalah belum semua kelompoktani berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam sistem pengelolaan Supra Insus di wilayah UHSI I11 ini para aparat pemerintah sebagai pihak pengelola masih sangat besar peranannya dalam mendorong dan membina petani, karena ha1 ini memang masih sangat diperlukan mengingat tingkat perkembangan kelompoktani yang pada umumnya masih rendah. D i sisi lain, KUD belum dapat berfungsi secara penuh dalam menunjang penye- lenggaraan program Supra Insus ini.
Sistem pengelolaan Supra Insus yang telah diterap- kan di UHSI I11 telah menunjukkan hasil, yaitu peningka- tan produktivitas usahatani dan pendapatan petani, jika dibandingkan dengan keadaan sebelum penerapan Supra Insus. Namun peningkatan tersebut belum mencapai sasa- ran yang diharapkan, sehingga untuk keragaan Supra Insus yang lebih baik di masa datang perlu diadakan perbaikan dalam sistem pengelolaan Supra Insus. Untuk mencapai ha1 tersebut perlu diciptakan jalinan komunikasi yang lebih erat antara pihak pengelola dengan petani, misalnya melalui peningkatan kunjungan pengelola ke lapang, peningkatan f rekuensi pertemuan sejenis penyuluhan, dalam suasana yang dapat mendorong petani untuk mengemukakan pendapat dan masalah-masalah yang dihadapi. Dengan demikian diharap- kan akan tercapai suatu keselarasan gerak antara petani dengan pihak pengelola.