I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

padi-padian, umbi-umbian, sayuran, buah-buahan, dan pangan dari hewani yaitu

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dengan Presiden Republik Indonesia pada tahun , yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. peradaban masyarakat untuk memenuhi kualitas hidup semakin dituntut

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL): Sebagai Solusi Pemantapan Ketahanan Pangan 1 Oleh: Handewi Purwati Saliem 2

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

Kontribusi Pemanfaatan Lahan Pekarangan terhadap Pemenuhan Gizi Keluarga dan Pengeluaran Pangan Rumah Tangga

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DAN PERKEMBANGANNYA DI SULAWESI TENGAH BPTP Sulawesi Tengah

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI : FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA

PERANAN PKK DALAM MENDUKUNG PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI SUMBER GIZI KELUARGA. Oleh: TP. PKK KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu (Baliwati, dkk,

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan

Analisis Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perkotaan Dalam Mewujudkan Diversifikasi Konsumsi Pangan (Studi Kasus di Kota Bandar Lampung)

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. rumah tangga. Menurut (Hanafie, 2010) ketahanan pangan bagi suatu negara

KONTRIBUSI PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DALAM MENDUKUNG KESEJAHTERAAN MASYARAKAT:

PERBEDAAN POLA PANGAN HARAPAN DI PEDESAAN DAN PERKOTAAN KABUPATEN SUKOHARJO (Studi di Desa Banmati dan Kelurahan Jetis)

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN

METODE PENELITIAN. No Data Sumber Instansi 1 Konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan

BAB I PENDAHULUAN. strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional, bahkan politis.

DAMPAK PROGRAM KRPL (KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI) TERHADAP POLA PANGAN HARAPAN (PPH) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal.

I. PENDAHULUAN. salah satu cara memperbaiki keadaan gizi masyarakat (Stanton, 1991).

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

Pangan Nasional Tahun

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang besar dan wilayah

I. PENDAHULUAN. negara agraris di dunia, peranan tanaman pangan juga telah terbukti secara

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat Ruang Lingkup Penelitian... 9

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

METODE. - Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura - Dinas Peternakan dan Perikanan - Dinas Perkebunan b. Data NBM tahun (sekunder)

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

KETAHANAN PANGAN DAN GIZI

POLA PANGAN HARAPAN PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN BANMATI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO

Peran Perempuan Pada Upaya Penganekaragaman Pangan Di Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor

PENDAHULUAN Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonomi Masyarakat di Desa Kalimulyo

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. terlihat dari peranan sektor pertanian dalam penyediaan lapangan kerja, penyedia

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

Ketahanan Pangan dan Pertanian. disampaikan pada : Workshop Hari Gizi Nasional (HGN) ke-55

KAJIAN USAHA PENGOLAHAN HASIL SAYURAN PRODUKSI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN BOYOLALI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL

Faktor Pendukung Peningkatan Kualitas

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Statistik Konsumsi Pangan 2012 KATA PENGANTAR

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN. peningkatan produksi pangan dan menjaga ketersediaan pangan yang cukup dan

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial

Pola Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Indonesia 2013

DINAMIKA POLA DAN KERAGAMAN KONSUMSI RUMAH TANGGA PERDESAAN PADA AGROEKOSISTEM LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

MEMANFAATKAN PEKARANGAN PEROLEH RUPIAH

ANALSIS PENDAPATAN DAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA PADA KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) DI KOTA PEKANBARU

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

BAB I. PENDAHULUAN. pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata, harga

I. PENDAHULUAN. cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok

ANALISIS DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PETANI MINA MENDONG PENDAHULUAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG USAHA DIVERSIFIKASI PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG

I. PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam melakukan kegiatan sehingga juga akan mempengaruhi banyaknya

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari tanaman, ternak dan ikan

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 5 SERI E

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya dengan ketersediaan pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian, sayuran, buah-buahan, dan pangan dari hewani yaitu unggas, ikan, dan ternak kecil. Berbagai jenis rempah dan obat-obatan dapat tumbuh di Negara Indonesia. Indonesia saat ini tidak terlepas dari persoalan krisis pangan. Permintaan pangan yang semakin meningkat tidak diimbangi dengan penyediaan pangan. Ketidakseimbangan antara permintaan dengan penyediaan pangan mengakibatkan pangan Indonesia dari impor meningkat. Salah satu faktor dari permasalahan krisis pangan di Indonesia yaitu pertambahan penduduk. Peningkatan jumlah penduduk yang pesat dari tahun ke tahun membuat pemenuhan kebutuhan pangan menjadi hal prioritas bagi setiap orang. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 diperkirakan mencapai 237,64 juta jiwa. Peningkatan jumlah penduduk Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah Penduduk di Indonesia Tahun1971, 1980, 1990, 1995, 2000 dan 2010 (juta jiwa) No Tahun Jumlah Penduduk 1 1971 119,20 2 1980 147,49 3 1990 179,37 4 1995 194,75 5 2000 206,26 6 2010 237,64 Sumber: Badan Pusat Statistik (2012) Masyarakat Indonesia saat ini sudah meningkatkan konsumsi umbi-umbian, pangan hewani, buah-buahan, dan sayuran dibandingkan dengan konsumsi karbohidrat khususnya beras. Meskipun demikian, konsumsi kalori didominasi oleh konsumsi energi kelompok padi-padian dengan proporsi sebesar 1

50% (Badan Ketahanan Pangan, 2012) 1. Tingkat konsumsi kalori pada masyarakat Indonesia sebagaimana disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Rata-Rata Konsumsi Kalori (Kkal) per Kapita Sehari Menurut Kelompok Makanan Tahun 2007-2011 No Komoditi 2007 2008 2009 2010 2011 1 Padi-padian 953,16 968,48 939,99 927,05 919,10 2 Umbi-umbian 52,49 52,75 39,97 37,05 43,49 3 Ikan 46,71 47,64 43,52 45,34 47,83 4 Daging 41,89 38,60 35,72 41,14 44,71 5 Telur dan susu 56,96 53,60 51,59 56,20 55,97 6 Sayur-sayuran 46,39 45,46 38,95 38,72 37,40 Kacangkacangan 73,02 60,58 55,94 56,19 54,17 7 8 Buah-buahan 49,08 48,01 39,04 40,91 39,44 Minyak dan 9 lemak 246,34 239,30 228,35 233,39 232,03 10 Bahan minuman 113,94 109,87 101,73 100,29 97,69 11 Bumbu-bumbuan 17,96 17,11 15,61 16,00 16,14 12 Konsumsi lainnya 70,93 66,92 58,75 59,18 59,70 13 Makanan jadi*) 246,04 289,85 278,46 273,84 304,35 14 Minuman beralkohol - - - - - 15 Tembakau dan sirih 0 0 0 0 0 Total 2.014,91 2.038,17 1.927,63 1.925,61 1.952,01 Sumber: Badan Pusat Statistik (2012) *) : termasuk minuman beralkohol Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan kontribusi sumber karbohidrat mengalami penurunan yang mengakibatkan perubahan pola konsumsi pangan masyarakat membaik. Hal ini diperkuat dengan tingkat konsumsi pangan rata-rata orang Indonesia yang dapat diukur dari konsumsi energi pada tahun 2011 mencapai 1.952,01 kkal/kap/hari mendekati anjuran WNPG (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi) IX tahun 2008 sebesar 2.200 kkal/kap/hari. Rata-rata 1 http://bkp.deptan.go.id/node/148 diakses tanggal 17 Maret 2012 2

konsumsi protein sebesar 56,25 gram/kapita/hari (BPS, 2011) mendekati angka anjuran sebesar 57 gram/kapita/hari. Ketahanan pangan tingkat nasional mulai membaik, namun secara langsung belum menjamin tercapainya ketahanan pangan tingkat rumah tangga. Menurut UU Pangan tahun 1996, ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumah tangga, tidak hanya dalam jumlah yang cukup, tetapi juga harus aman, bermutu, bergizi, dan beragam dengan harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat. Sebagian besar rumah tangga belum mampu mewujudkan ketersediaan dan konsumsi pangan yang cukup, terutama dalam hal mutu dan tingkat gizinya. Ketersediaan bahan pangan di Indonesia ternyata tidak sejalan dengan konsumsi pangan yang masih dibawah pemenuhan gizi yang dapat dilihat dari indikator skor Pola Pangan Harapan (PPH). Kementerian Pertanian (2011) menyatakan bahwa hal ini diindikasikan oleh konsumsi beras per kapita per tahun pada tahun 2010 sebesar 100,76 kg yang mengalami penurunan sebesar 1,40 kg dari 102,22 kg pada tahun 2009, atau 99,33% dari target penurunan konsumsi beras per kapita per tahun sebesar 1,50%. Konsumsi umbi-umbian tahun 2010 sebesar 14,20 kg/kapita/tahun atau 55,74% dari target 25,40 kg/kapita/tahun, konsumsi pangan hewani tahun 2010 sebesar 15,60 kg/kapita/tahun atau 78,80% dari target 19,80 kg/kapita/tahun, dan konsumsi sayuran dan buah-buahan tahun 2010 mencapai 77,20 kg/kap/tahun atau 93,80% dari target 82,30 kg/kapita/tahun. Pencapaian skor PPH pada tahun 2010 sebesar 77,50 atau 89,69% dari target skor PPH sebesar 86,40 (Kementerian Pertanian, 2011). Skor PPH tahun 2010 masih dibawah skor ideal 100 yang diharapkan dapat tercapai pada tahun 2015. Salah satu upaya dalam pemantapan 3

ketahanan pangan ditingkat rumah tangga dapat dilakukan melalui diversifikasi pangan. Salah satu kontrak kerja antara Menteri Pertanian dengan Presiden selama tahun 2009 2014 yaitu Empat Sukses Pertanian (Badan Ketahanan Pangan, 2012) 2. Empat Sukses Pertanian merupakan salah satu Peningkatan Diversifikasi Pangan (Penganekaragaman Pangan) dengan tujuan untuk meningkatkan keanekaragaman pangan sesuai dengan karakteristik daerah. Diversifikasi pangan merupakan konsep yang banyak bergantung pada semangat mengurangi dampak resiko usahatani, mengurangi ketergantungan pada satu komoditas (Suradisastra, dkk, 2006). Kebijakan diversifikasi pangan diawali dari Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 14 tahun 1974 tentang Upaya Perbaikan Menu Makanan Rakyat (UPMMR) dan sampai yang terakhir melalui Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya diversifikasi pangan, namun pada kenyataannya tingkat konsumsi masyarakat masih bertumpu pada pangan utama beras serta tingkat konsumsi yang masih dibawah anjuran pemenuhan gizi. Langkah yang dilakukan oleh pemerintah yaitu melalui upaya pemanfaatan lahan pekarangan dengan penggunaan sumberdaya lokal yang dikelola oleh rumah tangga. Sistem pekarangan merupakan salah satu sistem pertanian yang telah lama dikenal oleh masyarakat desa. Peranan pekarangan sampai sekarang masih belum banyak diperhatikan orang. Apabila lahan pekarangan dikelola secara optimal 2 http://bkp.deptan.go.id/node/148 diakses tanggal 17 Maret 2012 4

maka mampu memberikan kontribusi dalam mencukupi pangan dan gizi keluarga serta hasil dari pekarangan dapat menambah pendapatan. Komitmen pemerintah untuk melibatkan rumah tangga dalam mewujudkan kemandirian pangan, diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal, dan konservasi tanaman untuk masa depan dengan budaya menanam di pekarangan (Kementerian Pertanian, 2011). Program pemerintah yang bersentuhan dengan pemanfaatan lahan pekarangan misalnya: Program Tanaman Obat Keluarga (TOGA) dan Program Pengembangan Diversifikasi Pangan dan Gizi (DPG). Kementerian Pertanian (2011) menyatakan bahwa agar mampu menjaga keberlanjutan pemanfaatan pekarangan, maka perlu dilakukan pembaruan rancangan pemanfaatan pekarangan dengan memperhatikan berbagai program yang telah berjalan seperti Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) dan Gerakan Perempuan Optimalisasi Pekarangan (GPOP). Pemerintah melakukan perpaduan program tersebut agar manfaatnya dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat, maka tercipta Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Program KRPL merupakan program dari Kementerian Pertanian yang dilaksanakan pada tahun 2010. Program KRPL bertujuan mengoptimalkan lahan untuk meningkatkan produksi tanaman pangan. Kabupaten yang pertama dipilih oleh Kementerian Pertanian dalam pelaksanaan KRPL adalah Kabupaten Pacitan. Latar belakang KRPL di Kabupaten Pacitan yaitu hasil tindak lanjut dari kunjungan Presiden RI ke Rumah Hijau yang merupakan inisiatif Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur (Saptana, dkk, 2011). Kabupaten Pacitan merupakan 5

kabupaten yang memiliki tingkat ketahanan pangan yang baik 3. Kabupaten Pacitan melakukan optimalisasi lahan dalam upaya peningkatan produksi tanaman pangan dengan penggunaan teknik tanam terpadu bibit unggul untuk mengatasi topografi daerah yang 80% terdiri dari pegunungan dan bukit. Masyarakat Pacitan mendapatkan bantuan langsung pada tahun 2011 dari pemerintah untuk mendorong peningkatan produksi. Seiring dengan bantuan langsung, maka pemerintah membentuk KRPL dalam rangka memperkuat ketahanan pangan tingkat desa yang bertujuan memacu kemandirian desa dengan memanfaatkan lahan desa hingga pekarangan rumah. Awal pengembangan KRPL dilakukan di Desa Kayen, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan. Desa Kayen menjadi desa percontohan KRPL yang dipilih oleh Kementerian Pertanian. Salah satu desa yang menerapkan KRPL secara swadaya adalah Desa Banjarsari, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan. Desa Banjarsari mengadopsi program KRPL dari Desa Kayen. Kajian ini ditujukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh yang diberikan KRPL dalam mendukung kesejahteraan masyarakat. 1.2 Perumusan Masalah Luas lahan pekarangan secara nasional sekitar 10,3 juta ha atau 14% dari keseluruhan luas lahan pertanian dan merupakan sumber potensial penyedia bahan pangan yang bernilai gizi dan memiliki nilai ekonomi tinggi (Kementerian Pertanian, 2011). Pengembangan pertanian yang sudah dilaksanakan saat ini masih terbatas pada penanganan lahan sawah, sedangkan untuk pekarangan belum banyak mendapatkan perhatian. Pertumbuhan penduduk yang semakin 3 http://bbp2tp.litbang.deptan.go.id diakses tanggal 30 Maret 2012 6

pesat menuntut usaha pemenuhan penyediaan makanan dan perluasan daerah pemukiman. Tingginya konversi lahan membuat masyarakat melakukan alternatif dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi di lahan yang sempit yaitu dengan pemanfaatan pekarangan. Pemanfaatan lahan pekarangan menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan konsumsi aneka ragam sumber pangan lokal yang diharapkan dapat menurunkan konsumsi beras, terpenuhinya gizi yang seimbang, dan dapat meningkatkan pendapatan. Program KRPL merupakan salah satu alternatif dengan menggunakan pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan pangan, gizi keluarga, dan peningkatan pendapatan yang pada hasil akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan melalui pemberdayaan masyarakat. Program KRPL dapat memacu masyarakat untuk mewujudkan kemandirian desa dalam mengoptimalkan berbagai tanaman pangan. Desa yang menerapkan KRPL secara swadaya adalah Desa Banjarsari, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan. Pengembangan KRPL di Desa Banjarsari telah berjalan satu tahun hanya selang satu sampai dua bulan dari Desa Kayen. Pengembangan KRPL memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat Desa Banjarsari. Sebelum Desa Banjarsari menerapkan KRPL, kehidupan masyarakat di desa tersebut sebagian besar belum melakukan optimalisasi pekarangan dan pengembangan pertanian. Masyarakat belum melakukan intensifikasi pekarangan yang bertujuan untuk mendapatkan manfaat sebesar-sebesarnya. Masyarakat hanya menanam tanaman turun-menurun atau sudah ada saat tinggal di Desa Banjarsari seperti pohon mangga, pohon pisang, pohon jeruk, dan lain-lain. 7

Tanaman sayuran sangat jarang diusahakan padahal ini sangat penting untuk digalakkan dalam kebutuhan pangan dan pemenuhan gizi. Pengetahuan masyarakat terhadap manfaat pekarangan juga masih kurang khususnya mutu dan gizi pangan. Sebagian masyarakat tidak mengetahui arti dan peranan empat sehat lima sempurna. Seiring dengan perkembangan KRPL, kehidupan masyarakat di sekitar desa mengalami perubahan baik dari aspek sosial, ekonomi, maupun lingkungan. Pengembangan program KRPL menumbuhkan dan meningkatkan aktivitas ekonomi masyarakat. Pengembangan KRPL berperan penting dalam peningkatan nilai tambah dari hasil produksi pekarangan. Pengembangan KRPL juga mempengaruhi pengeluaran rumah tangga. Pengembangan KRPL merupakan pembelajaran bagi masyarakat untuk bersama-sama mengelola sesuatu aset yang mereka miliki meskipun sempit. Lahan yang sempit memiliki potensi yang sangat penting bagi pemiliknya. Lahan pekarangan dalam KRPL ditanam bahan pangan seperti umbi-umbian, sayuran, buah serta bahan pangan hewani yang berasal dari ikan, unggas, dan ternak kecil serta kotoran ternak digunakan sebagai pupuk kompos. Masyarakat desa dapat memenuhi kebutuhan dan gizi keluarga dari hasil pekarangan. Berdasarkan pemaparan tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1) Bagaimana persepsi masyarakat mengenai KRPL di Desa Banjarsari? 2) Bagaimana manfaat fisik dari adanya KRPL dalam mendukung pemenuhan kebutuhan pangan rumah tangga di Desa Banjarsari? 8

3) Bagaimana biaya dan manfaat bagi rumah tangga dalam pengembangan KRPL di Desa Banjarsari? 4) Bagaimana keberlanjutan KRPL di Desa Banjarsari? 1.3 Tujuan Berdasarkan perumusan masalah, secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi KRPL di Desa Banjarsari dilihat dari dampak yang ditimbulkannya. Secara lebih rinci maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Mengidentifikasi persepsi masyarakat mengenai KRPL di Desa Banjarsari. 2) Mengidentifikasi manfaat fisik dari adanya KRPL dalam mendukung pemenuhan kebutuhan pangan rumah tangga di Desa Banjarsari. 3) Mengestimasi biaya dan manfaat dari adanya pengembangan KRPL di masyarakat Desa Banjarsari. 4) Mengevaluasi keberlanjutan KRPL di Desa Banjarsari. 1.4 Manfaat Penelitian Sehubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat: 1) Bagi Pemerintah Kabupaten Pacitan dan Instansi yang terkait memahami implementasi KRPL untuk kemudian menjadi bahan evaluasi pengembangan KRPL berikutnya. 2) Bagi masyarakat terutama yang terlibat langsung dalam pelaksanaan penelitian untuk mengaktualisasikan dan menyampaikan pandangannya mengenai KRPL. 9

3) Bagi peneliti dan akademisi diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini membatasi pembahasannya pada kasus yang terjadi di Desa Banjarsari, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur yang merupakan kabupaten pertama yang melaksanakan KRPL. Pengembangan KRPL merupakan pengembangan pekarangan sehingga hasil dari KRPL tersebut beraneka ragam. Penelitian ini hanya fokus dalam gerakan polibagisasi untuk sayuran yang merupakan misi dari KRPL di Desa Banjarsari. Jenis tanaman sayuran dari pekarangan adalah cabe rawit, tomat, terong, kangkung, bayam, dan sawi. Hasil peternakan masyarakat adalah ayam buras petelur. Hasil perikanan masyarakat adalah Ikan Lele dan Ikan Nila. Periode produksi dan konsumsi yang diteliti merupakan periode terakhir KRPL yaitu untuk sayuran dua minggu, ayam buras periodenya satu bulan, dan ikan periodenya sekali panen. Pendapatan keluarga di Desa Banjarsari dari Luar KRPL mencakup petani, Pegawai Negeri Sipil (PNS), pensiunan, wiraswasta, buruh, swasta. 10