BAB II URAIAN TEORITIS. Pertumbuhan ekonomi mempunyai arti sedikit berbeda dengan. diikuti oleh perubahan dalam aspek lain dalam perekonomian seperti

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut :

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

KONSUMSI, DAN TABUNGAN, DAN INVESTASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata Kredit berasal dari bahasa latin credere yang berarti percaya atau

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan bahasa latin kredit berarti credere yang artinya percaya. Maksud dari

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical),

Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito) dan menyalurkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. atau account dimana artinya sama. Dengan memiliki simpanan atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. beberapa orang dalam suatu departemen. Prosedur ini dibuat untuk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit

KAJIAN PUSTAKA. dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT. bank secara keseluruhan. Kredit berperan sebagai faktor pendorong dan

KERANGKA PEMIKIRAN III.

TEORI KONSUMSI 1. Faktor Ekonomi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. usahanya. Sejalan dengan perkembangan perekonomian nasional maupun. dalam rangka peningkatan taraf hidup rakyat banyak.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan pemohon kredit (Firdaus 2009:184). Pengambilan keputusan

sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu). pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya jumlah kewajiban

Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENGALOKASIAN DANA BANK

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk membantu dan mendorong kegiatan ekonomi. Jasa yang diberikan bank. atau pinjaman uang untuk usaha kecil dan yang dijalankan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Produksi Mencerminkan Tingkat Pendapatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. perekonomian suatu negara.anggapan ini ternyata tidak sepenuhnya salah karena. bank sebagai lembaga keuangan yang sangat vital.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:75).

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

EVALUASI PENGAWASAN KREDIT MODAL KERJA SEBAGAI UPAYA MENEKAN TUNGGAKAN KREDIT

BAB 2. Keseimbangan Perekonomian Dua Sektor (Tertutup Sederhana)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Gross Domestik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Bank berasal dari kata Italia Banco yang artinya bangku.bangku inilah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3/26/2010 Created by Navik istikomah, SE, MSi

KONSUMSI DAN INVESTASI. Oleh : AGUS ARWANI, SE, M.Ag.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Koperasi adalah suatu perkumpulan atau organisasi ekonomi yang

KONSUMSI DAN TABUNGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sumber Daya Alam dan Energi dalam pembangunan. Sumber daya energi adalah segala sesuatu yang berguna dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian bank menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor

IV. FUNGSI PENDAPATAN (Penerapan Fungsi Linear dalam Teori Ekonomi Makro)

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari

BAB II URAIAN TEORITIS. Kata kredit berasal dari bahasa Yunani, yaitu credere yang artinya

BAB I PENDAHULUAN. dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian

ANALISIS PENGELUARAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI RIAU TAHUN 2008 DAN 2009

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keberadaan lembaga perantara keuangan (financial intermediary institution)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia sebagaimana yang tertuang dalam. Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam.

DILARANG MENGUTIP SEBAHAGIAN ATAU KESELURUHAN ISI JURNAL INI TANPA SEIZIN REDAKSI

BAB I PENDAHULUAN. dan aspek sumber daya manusia. Hal terpenting dari aspek-aspek tersebut dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berdasarkan persejuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan

Pertemuan ke-4 KONSUMSI DAN INVESTASI

akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bank tersebut, baik dilihat dari sudut pandang operasional bank dan dampak psikologis yang terjadi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan intensitasnya, kebutuhan manusia dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu

BAB I PENDAHULUAN. menghambat usaha untuk memobilisasi tabungan.

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Transkripsi:

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi mempunyai arti sedikit berbeda dengan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan PDB atau PNB riil. Sedangkan pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perubahan dalam aspek lain dalam perekonomian seperti perkembangan pendidikan, perkembangan kemahiran tenaga kerja, perbaikan teknologi dan kenaikkan dalam taraf kemakmuran masyarakat. Secara singkat pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang, yang ditekankan pada tiga aspek, yaitu proses, output perkapita, dan jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses, bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu waktu yang dinamis dari suatu perekonomian, yaitu melihat bagaimana perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan output perkapita. Yang perlu diperhatikan adalah dari sisi output totalnya (GDP) dan sisi jumlah penduduknya. Output perkapita adalah kenaikan output total dibagi jumlah penduduk (Boediono, 1992 : 1). Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat meningkat. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai 18

masalah makro ekonomi dalam jangka panjang. Dari sutu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa meningkat. Menurut Kuznets dalam Jhingan (2004), pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu Negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang - barang ekonomi kepada penduduknya, kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya. Definisi ini mempunyai tiga komponen, pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terusmenerus suatu persediaan barang. Persediaan ini juga mengidentifikasi pertumbuhan suatu wilayah di suatu negara. Jika wilayah tersebut dapat meningkatkan persediaan barangnya secara terus-menerus maka wilayah tersebut dapat dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi. Kedua, teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk. Komponen kedua ini juga dapat dijadikan sebagai acuan apakah suatu wilayah disuatu negara tersebut mengalami pertumbuhan ekonomi. Jika wilayah tersebut dapat mengadopsi atau menemukan teknologi baru yang dapat meningkatkan produksi tanpa menambah input maka persediaan barang disuatu wilayah tersebut bertambah, ini berarti wilayah tersebut mengalami pertumbuhan ekonomi. Ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan secara tepat. 19

2.1.1 Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi 2.1.1.1 Teori Pertumbuhan Klasik Tokoh klasik ini dipelopori oleh Adam Smith, David Ricardo, Malthus, dan John Stuart Mill yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh empat faktor yaitu luas tanah, jumlah penduduk, jumlah barang modal, dan teknologi yang digunakan. Para tokoh ini lebih memfokuskan perhatiannya pada pengaruh pertumbuhan penduduk. Teori yang menjelaskan hubungan pendapatan perkapita dengan jumlah penduduk disebut teori optimal penduduk. Menurut teori ini, pada awalnya pertumbuhan penduduk akan menyebabkan kenaikan pendapatan perkapita. Namun, jika jumlah penduduk terus bertambah maka hukum hasil yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi yaitu produksi marjinal akan mengalami penurunan, dan mengubah keadaan pendapatan perkapita sama dengan produk marjinal. 2.1.1.2 Pendekatan Neo Klasik Dalam teori Solow, model yang dikembangkan terdapat adanya kemungkinan perubahan pada tingkat bunga maupun tingkat upah. Proses pertumbuhan dilihat sebagai suatu proses yang berlangsung dengan pertimbanganpertimbangan variabel diantara faktor-faktor produksi. Harga-harga faktor produksi adalah fleksibel sehingga ada kemungkinan substitusi diantara faktorfaktor produksi yang terlibat dalam proses produksi. Dalam keadaan dimana jumlah tenaga kerja melebihi pasok modal, harga, tenaga kerja (tingkat upah) akan 20

menurun secara nisbi terhadap harga modal (tingkat bunga). Sebaliknya jika pertambahan modal melampaui pertambahan jumlah tenaga kerja, maka tingkat upah akan menurun. Dengan adanya perubahan pada harga faktor-faktor produksi dan melalui substitusi satu jenis faktor produksi oleh jenis faktor produksi lainnya, hal itu satu sama lain dapat membatasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dari ekuilibrium pertumbuhan. 2.1.1.3 Pendekatan Keynes Teori klasik yang beranggapan tanpa campur tangan pemerintah dalam ekonomi, maka pembangunan ekonomi berjalan maksimal. Tetapi ternyata tahun 1930-an terjadi pengangguran besar-besaran, sehingga timbullah kritik dari Keynes dengan pendekatan dari segi makro untuk mengatasi pengangguran yang terjadi yaitu melalui perekonomian secara keseluruhan, jadi untuk mengatasi pengangguran perlu ditambah pengeluaran uang supaya pengusaha menaikkan investasi yang akan menaikkan tenaga kerja sehingga pengangguran dapat diatasi. Sehingga perlu campur tangan pemerintah dengan mencetak uang maka akhirnya daya beli bertambah dan respon pengusaha meningkatkan produksi maka pengangguran berkurang. 2.1.1.4 Pendekatan Neo Keynes Teori pertumbuhan Harrod-Domar dikembangkan oleh dua orang ahli ekonomi sesudah Keynes, yaitu Evsey Domar dan Roy F. Harrod. Asumsi dari teori Harrod-Domar adalah : 21

1. Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan barang-barang modal yang terdiri dalam masyarakat digunakan secara penuh. 2. Perekonomian terdiri dari dua sektor yaitu sektor rumah tangga dan sektor perusahaan. 3. Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya pendapatan nasional, berarti fungsi tabungan dimulai dari titik nol. 4. Kecenderungan untuk menabung (marginal propensity to save = MPS) besarnya tetap, demikian juga ratio antara modal-output (capital-output ratio = COR) dan rasio pertambahan modal-output (incremental capital-output ratio = ICOR). Menurut Harrod-Domar, setiap perekonomian dapat menyisihkan suatu proporsi tertentu dari pendapatan nasionalnya jika hanya untuk mengganti barangbarang modal yang rusak. Namun demikian untuk menumbuhkan perekonomian tersebut, diperlukan investasi-investasi baru sebagai tambahan stok modal. Hubungan tersebut telah kita kenal dengan istilah rasio modal-output (COR). Dalam teori ini disebutkan bahwa, jika ingin tumbuh, perekonomian harus menabung dan menginvestasikan suatu proporsi tertentu dari output totalnya. Semakin banyak tabungan dan kemudian diinvestasikan, maka semakin cepat perekonomian itu akan tumbuh (Lincolyn, 2004 : 64-67). 2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi dapat dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan faktor non ekonomi (Kamaluddin, 1999 : 21). 22

1. Faktor Ekonomi 1) Sumber Daya Alam; meliputi luas dan kesuburan tanah, letak, dan susunannya, kekayaan hutan, sumber mineral, iklim, sumber air, sumber lautan, dan sebagainya. 2) Sumber Daya Manusia atau Tenaga Kerja; peranan sumber daya manusia (SDM) dalam proses produksi dan pembangunan pertama-tama ditentukan oleh jumlah (kuantitas) dan mutu (kualitas) tenaga kerja yang tersedia. 3) Permodalan dan Akumulasi Modal; merupakan persediaan faktor produksi yang secara fisik dapat dihasilkan atau diproduksi. Jika stok modal meningkat dalam jangka waktu tertentu dikatakan terjadinya pembentukan modal atau akumulasi modal. Dalam pengertian ini pembentukan modal merupakan investasi yang menaikkan stok modal yang kemudian dapat meningkatkan output nasional dan pendapatan nasional. 4) Tenaga Manajerial dan Organisasi Produksi; merupakan bagian penting dalam proses pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Organisasi ini berkaitan dengan penggunaan faktor produksi dalam berbagai kegiatan perekonomian dan pembangunan. Organisasi ini bersifat melengkapi atau komplementer terhadap tenaga kerja dan modal serta membantu meningkatkan produktivitas. Organisasi produksi ini diatur dan dilaksanakan oleh tenaga manajerial dalam berbagai kegiatannya sehari - hari. 5) Kemajuan dan Pemanfaatan Teknologi; Prof. Kuznets mengemukakan lima pola penting kemajuan teknologi dalam pertumbuhan ekonomi modern. 23

Kelima pola tersebut adalah penemuan ilmiah yang menghasilkan penyempurnaan pengetahuan teknik, invensi, inovasi, penyempurnaanya, dan penyebarluasan (pemakaian) penemuan baru tersebut dalam kehidupan masyarakat. Selanjutnya dikemukakan bahwa inovasi meliputi dua macam hal, yaitu: 1) Terjadinya penurunan biaya yang tidak menghasilkan perubahan pada kualitas produk, 2) Berlangsungnya pembaruan yang menciptakan produk baru dan permintaan baru terhadap produk tersebut. 6) Pembagian Kerja dan Perluasan Skala Produksi; pembagian kerja dan spesialisasi dalam produksi akan menimbulkan peningkatan produktivitas. Adam Smith menekankan arti pentingnya spesialisasi dan pembagian kerja bagi kemajuan dan pertumbuhan ekonomi. Adanya pembagian kerja tersebut menghasilkan kemampuan produksi dan produktivitas tenaga kerja, sehingga akan menjadi lebih efisien dari sebelumnya, disamping itu pembagian kerja tersebut akan mampu pula menghasilkan ditemukannya mesin baru dan berbagai proses baru dalam berproduksi.. 2. Faktor Non Ekonomi Selain faktor-faktor ekonomi yang penting dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah faktor non ekonomi, yaitu : 1) Faktor Sosial 2) Faktor Manusia, dan 3) Faktor Politik; kondisi politik suatu negara sangat mempengaruhi perekonomian negara tersebut. Jika suatu negara mengalami krisis politik otomatis perekonomian akan terganggu dan pertumbuhan ekonomi tidak 24

akan meningkat atau bahkan akan bisa mengalami penurunan. Budaya yang sudah mengalami kemajuan akan termotivasi untuk mencari tambahan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat, semakin beragam, dan banyaknya kebutuhan akan mendorong manusia untuk mencari pendapatan. 2.2. Konsumsi 2.2.1 Konsumsi dan Fungsi Konsumsi Konsep konsumsi, yang merupakan konsep yang di-indonesiakan dari bahasa Inggris Consumption. Konsumsi adalah pembelanjaan atas barangbarang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang melakukan pembelanjaan tersebut. Pembelanjaan masyarakat atas makanan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka yang lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang diproduksi untuk digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi. (Dumairy, 1996). Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (pendapatan disposible) perekonomian tersebut. Fungsi konsumsi dapat dinyatakan dalam persamaan : Fungsi konsumsi ialah : C = a + by 25

Dimana a adalah konsumsi rumah tangga ketika pendapatan nasional adalah 0, b adalah kecondongan konsumsi marginal, C adalah tingkat konsumsi dan Y adalah tingkat pendapatan nasional. Ada dua konsep untuk mengetahui sifat hubungan antara pendapatan disposebel dengan konsumsi dan pendapatan disposible dengan tabungan yaitu konsep kecondongan mengkonsumsi dan kecondongan menabung. Kecondongan mengkonsumsi dapat dibedakan menjadi dua yaitu kecondongan mengkonsumsi marginal dan kecondongan mengkonsumsi rata - rata. Kecondongan mengkonsumsi marginal dapat dinyatakan sebagai MPC (berasal dari istilah Inggrisnya Marginal Propensity to Consume), dapat didefinisikan sebagai perbandingan di antara pertambahan konsumsi (ΔC) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan disposible (ΔYd) yang diperoleh. Nilai MPC dapat dihitung dengan menggunakan formula : C MPC = Yd Kencondongan mengkonsumsi rata-rata dinyatakan dengan APC (Average Propensity to Consume), dapat didefinisikan sebagai perbandingan di antara tingkat pengeluaran konsumsi (C) dengan tingkat pendapatan disposible pada ketika konsumen tersebut dilakukan (Yd). Nilai APC dapat dihitung dengan menggunakan formula : C APC = Yd Kecondongan menabung dapat dibedakan menjadi dua yaitu kecondongan menabung marginal dan kecondongan menabung rata-rata. Kecondongan menabung marginal dinyatakan dengan MPS (Marginal Propensity to Save) 26

adalah perbandingan di antara pertambahan tabungan (ΔS) dengan pertambahan pendapatan disposebel (ΔYd). Nilai MPS dapat dihitung dengan menggunakan formula : S MPS = Yd Kecondongan menabung rata-rata dinyatakan dengan APS (Average Propensity to Save), menunjukan perbandingan di antara tabungan (S) dengan pendapatan disposable (Yd). Nilai APS dapat dihitung dengan menggunakan formula : S APS = Yd (Sadono Sukirno, 2003: 94-101). 2.2.2. Teori Konsumsi 2.2.2.1 Teori Konsumsi John Maynard Keynes Dalam teorinya Keynes mengandalkan analisis statistik, dan juga membuat dugaan-dugaan tentang konsumsi berdasarkan introspeksi dan observasi kasual. Pertama dan terpenting Keynes menduga bahwa, kecenderungan mengkonsumsi marginal (marginal propensity to consume) jumlah yang dikonsumsi dalam setiap tambahan pendapatan adalah antara nol dan satu. Kecenderungan mengkonsumsi marginal adalah krusial bagi rekomendasi kebijakan Keynes untuk menurunkan pengangguran yang kian meluas. Kekuatan kibijakan fiskal, untuk mempengaruhi perekonomian seperti ditunjukkan oleh pengganda kebijakan fiskal muncul dari umpan balik antara pendapatan dan konsumsi. 27

Kedua, Keynes menyatakan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan, yang disebut kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (avarage prospensity to consume), turun ketika pendapatan naik. Ia percaya bahwa tabungan adalah kemewahan, sehingga ia barharap orang kaya menabung dalam proporsi yang lebih tinggi dari pendapatan mereka ketimbang si miskin. Ketiga, Keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan konsumsi yang penting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting. Keynes menyatakan bahwa pengaruh tingkat bunga terhadap konsumsi hanya sebatas teori. Kesimpulannya bahwa pengaruh jangka pendek dari tingkat bunga terhadap pengeluaran individu dari pendapatannya bersifat sekunder dan relatif tidak penting. Berdasarkan tiga dugaan ini, fungsi konsumsi Keynes sering ditulis sebagai C = C + cy, C > 0, 0 < c < 1 Keterangan : C = konsumsi Y = pendapatan disposible C = konstanta c = kecenderungan mengkonsumsi marginal (N.G Mankiw, 2003 : 425-426) Secara singkat di bawah ini beberapa catatan mengenai fungsi konsumsi Keynes :. 1. Variabel nyata adalah bahwa fungsi konsumsi Keynes menunjukkan hubungan antara pendapatan nasional dengan pengeluaran konsumsi yang keduanya dinyatakan dengan menggunakan tingkat harga konstan. 28

2. Pendapatan yang terjadi disebutkan bahwa pendapatan nasional yang menentukan besar kecilnya pengeluaran konsumsi adalah pendapatan nasional yang terjadi atau current national income. 3. Pendapatan absolut disebutkan bahwa fungsi konsumsi Keynes variabel pendapatan nasionalnya perlu diinterpretasikan sebagai pendapatan nasional absolut, yang dapat dilawankan dengan pendapatan relatif, pendapatan permanen dan sebagainya. 4. Bentuk fungsi konsumsi menggunakan fungsi konsumsi dengan bentuk garis lurus. Keynes berpendapat bahwa fungsi konsumsi berbentuk lengkung. (Soediyono Reksoprayitno, 2000: 146 ). 2.2.2.2 Teori Konsumsi Dengan Hipotesis Pendapatan Permanen (Milton Friedman) Teori dengan hipotesis pendapatan permanen dikemukakan oleh M. Friedman. Menurut teori ini pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi dua yaitu pendapatan permanen (permanent income) dan pendapatan sementara (transitory income). Pengertian dari pendapatan permanen adalah : 1. Pendapatan yang selalu diterima pada setiap periode tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnya, misalnya pendapatan dari gaji, upah. 2. Pendapatan yang diperoleh dari semua faktor yang menentukan kekayaan seseorang (yang menciptakan kekayaan). Pengertian pendapatan sementara adalah pendapatan yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya. (Guritno Mangkoesoebroto, 1998: 72). 29

Friedman menganggap pula bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan sementara dengan pendapatan permanen, juga antara konsumsi sementara dengan konsumsi permanen, maupun konsumsi sementara dengan pendapatan sementara. Sehingga MPC dari pendapatan sementara sama dengan nol yang berarti bila konsumen menerima pendapatan sementara yang positif maka tidak akan mempengaruhi konsumsi. Demikian pula bila konsumen menerima pendapatan sementara yang negatif maka tidak akan mengurangi konsumsi. (Suparmoko, 1991: 70). 2.2.2.3 Teori Konsumsi dengan Hipotesis Siklus Hidup Teori dengan hipotesis siklus hidup dikemukaan oleh Franco Modigliani. Franco Modigliani menerangkan bahwa pola pengeluaran konsumsi masyarakat mendasarkan kepada kenyataan bahwa pola penerimaan dan pola pengeluaran konsumsi seseorang pada umumnya dipengaruhi oleh masa dalam siklus hidupnya. Karena orang cenderung menerima penghasilan/pendapatan yang rendah pada usia muda, tinggi pada usia menengah dan rendah pada usia tua, maka rasio tabungan akan berfluktuasi sejalan dengan perkembangan umur mereka yaitu orang muda akan mempunyai tabungan negatif (dissaving), orang berumur menengah menabung dan membayar kembali pinjaman pada masa muda mereka, dan orang usia tua akan mengambil tabungan yang dibuatnya di masa usia menengah. Selanjutnya Modigliani menganggap penting peranan kekayaan (assets) sebagai penentu tingkah laku konsumsi. Konsumsi akan meningkat apabila terjadi 30

kenaikan nilai kekayaan seperti karena adanya inflasi maka nilai rumah dan tanah meningkat, karena adanya kenaikan harga surat-surat berharga, atau karena peningkatan dalam jumlah uang beredar. Sesungguhnya dalam kenyataan orang menumpuk kekayaan sepanjang hidup mereka, dan tidak hanya orang yang sudah pensiun saja. Apabila terjadi kenaikan dalam nilai kekayaan, maka konsumsi akan meningkat atau dapat dipertahankan lebih lama. Akhirnya hipotesis siklus kehidupan ini akan berarti menekan hasrat konsumsi, menekan koefisien pengganda, dan melindungi perekonomian dari perubahan-perubahan yang tidak diharapkan, seperti perubahan dalam investasi, ekspor, maupun pengeluaranpengeluaran lain. (Suparmoko, 1991: 73-74). 2.2.2.4 Teori Komsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Relatif James Dusenberry mengemukakan bahwa pengeluaran konsumsi suatu masyarakat ditentukan terutama oleh tingginya pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya. Pendapatan berkurang, konsumen tidak akan banyak mengurangi pengeluaran untuk konsumsi. Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang tinggi, terpaksa mengurangi besarnya saving. Apabila pendapatan bertambah maka konsumsi mereka juga akan betambah, tetapi bertambahnya tidak terlalu besar. Sedangkan saving akan bertambah besar dengan pesatnya. Kenyataan ini terus kita jumpai sampai tingkat pendapatan tertinggi yang telah kita capai tercapai kembali. Sesudah puncak dari pendapatan sebelumnya telah dilalui, maka tambahan pendapatan akan banyak menyebabkan bertambahnya pengeluaran 31

untuk konsumsi, sedangkan di lain pihak bertambahnya saving tidak begitu cepat. (Soediyono Reksoprayitno, 2000). Dalam teorinya, Dusenberry menggunakan dua asumsi yaitu: 1. Selera sebuah rumah tangga atas barang konsumsi adalah interdependen. Artinya pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pengeluaran yang dilakukan oleh orang sekitarnya. 2. Pengeluaran konsumsi adalah irreversibel. Artinya pola pengeluaran seseorang pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat penghasilan mengalami penurunan.(guritno Mangkoesoebroto, 1998: 70). 2.3 Kredit 2.3.1 Pengertian Kredit Dalam artian luas kredit diartikan sebagai kepercayaan. Begitu pula dalam Bahasa Latin, kredit berarti credere yang artinya percaya. Maksud dari percaya bagi si pemberi kredit adalah ia percaya kepada si penerima kredit bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit merupakan penerimaan kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai jangka waktu. Jika dikaitkan dengan kegiatan usaha, kredit berarti suatu kegiatan memberikan nilai ekonomi (economic value) kepada seseorang atau badan usaha berlandaskan kepercayaan saat itu, bahwa nilai ekonomi yang sama akan dikembalikan kepada debitur setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan 32

kesepakatan yang sudah disetujui antara kreditur dan debitur (Tjoekam,1999:1). Pengertian kredit menurut UU Perbankan No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. 2.3.2 Unsur-unsur Kredit Adapun unsur-unsur yang terkandung tersebut dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah: 1. Kepercayaan Kepercayaan merupakan suatu keyakinan pemberi kredit, bahwa kredit yang diberikan (berupa uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima dimasa datang yang tertentu. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya sudah dilakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah baik secara intern maupun dari ekstern. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap nasabah pemohon kredit. 2. Kesepakatan Disamping unsur percaya di dalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. 33

3. Jangka Waktu Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau jangka panjang. 4. Risiko Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnya atau macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar risikonya, demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun risiko yang tidak sengaja. 5. Balas Jasa Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank. 2.3.3. Tujuan dan Fungsi Kredit Pemberian fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu. Tujuan pemberian kredit ini tidak akan terlepas dari nilai keuntungan. Adapun tujuan pemberian kredit tersebut adalah : 1. Mencari keuntungan, yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. 34

2. Membantu usaha nasabah, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. 3. Membantu pemerintah, semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor. Keuntungan bagi pemerintah dengan menyebarnya pemberian kredit adalah : a. Penerimaan pajak b. Membuka kesempatan kerja dalam hal ini untuk kredit pembangunan usaha baru atau perluasan usaha akan membutuhkan tenaga kerja baru sehingga dapat menyerap tenaga kerja yang masih menganggur. c. Meningkatkan jumlah barang dan jasa, semakin besar kredit yang disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah barang dan jasa yang beredar di masyarakat. d. Menghemat devisa negara, terutama untuk produk - produk yang sebelumnya diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi didalam negeri dengan fasilitas kredit yang ada jelas akan dapat menghemat devisa negara. Terdapat beberapa fungsi kredit dalam hubungannya dengan siklus perekonomian dan perdagangan lalu lintas moneter. Menurut Muchadasyah Sinungan (1993:21), fungsi-fungsi itu dalam garis besarnya adalah sebagai berikut: 35

a. Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) uang. b. Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) barang. c. Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. d. Kredit adalah salah satu alat stabilitas ekonomi. e. Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat f. Kredit adalah jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional g. Kredit juga sebagai alat hubungan ekonomi internasional. h. Kredit meningkatkan peredaran barang. 2.3.4. Prinsip-prinsip Pemberian Kredit Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan maka bank harus merasa yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit. Sebelum kredit tersebut disalurkan, penilaian kredit oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya. Untuk menghindari kerugian dan memperkecil risiko kredit di masa mendatang, investasi kredit yang tegas, spesifikasi, dan akurat harus dilakukan. Tujuan dari investigasi kredit ini adalah untuk mengumpulkan informasi yang akurat dan obkjektif sebanyak mungkin yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kemampuan dan keinginan calon debitur melunasi kredit. Menurut Reed dan Giil (1989), unsur-unsur yang harus tercakup dalam investigasi kredit adalah : 36

1) Kapasitas untuk membayar 2) Karakter dan itikad baik 3) Kemampuan menghasilkan pendapatan 4) Asset yang dimiliki 5) Kondisi ekonomi 6) Faktor-faktor penting dalam usaha. Untuk mendapatkan hasil investigasi yang baik dan akurat bank dapat melakukan langkah - langkah berikut ini : 1. Wawancara dengan calon debitur, dan hasil wawancara diharapkan dapat diperoleh informasi tentang visi, misi, kemampuan pengelolaan dan itikad baik calon debitur. 2. Memeriksa kembali catatan-catatan bank tentang debitur yang bersangkutan. Hal ini dilakukan bila debitur telah lama atau pernah menjadi nasabah bank. 3. Bank dapat menggunakan informasi-informasi yang berasal dari luar bank bersangkutan, seperti konsultan ekonomi atau konsultan usaha, bank-bank lain yang pernah bekerja sama dengan calon debitur. 4. Pengamatan langsung ke tempat usaha calon debitur. 5. Laporan keuangan calon debitur, terutama neraca, laporan rugi laba dan perubahan modal. 37

2.3.5. Kriteria Pemberian Kredit 2.3.5.1 Prinsip 5C Menurut Mandala Manurung dan Prathama Rahardja (2004;193), untuk memaksimumkan kemungkinan keberhasilan kredit, maka prinsip 5C yaitu character, capacity, capital, collateral, condition dapat diterapkan dalam analisis kredit. Penilaian dengan analisis 5C adalah sebagai berikut : 1. Character Suatu keyakinan bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya. Hal ini tercermin dari latar belakang si nasabah baik yang bersifat pribadi atau umum. Hal ini dijadikan ukuran kemauan nasabah untuk membayar dan melunasi kredit. 2. Capacity Suatu analisa untuk melihat kemampuan nasabah untuk membayar kredit. Dari penilaian ini terlihat kemampuan nasabah dalam mengelola usahanya yang di hubungkan dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman, sehingga akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang disalurkan. 3. Capital Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif atau tidak dilihat laporan keuangan dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas dan solvabilitas, rentabilitas dan ukuran lainnya. Capital juga harus dilihat dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini dan persentase modal sendiri dengan modal pinjaman. 38

4. Condition Dalam menilai kredit hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil. 5. Collateral Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya nilainya melebihi jumlah kredit yang diberikan dan diteliti keabsahannya serta kesempurnaannya. Masih menurut Mandala Manurung dan Prathama Rahardja (2004;194), selain prinsip 5C, konsep 7 P dan 3 R juga dapat diterapkan dalam pengambilan keputusan pemberian kredit. 2.3.5.2 Konsep 7 P Tujuh konsep dalam metode analisis 7 P yaitu : 1. Personality (kepribadian) Tercakup dalam penilaian kepribadian calon debitur adalah tingkah laku sejarah hidupnya yang mencakup sikap, emosi, dan tindakan dalam menghadapi masalah. 2. Purpose (tujuan) Menilai tujuan calon debitur dalam mengajukan permohonan kredit dan berapa besar kredit yang diajukan. 3. Prospect (prospek) Menilai prospek usaha yang direncanakan debitur, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. 39

4. Payment (pembayaran) Menilai bagaimana cara calon debitur melunasi kredit, dari mana saja sumber dana tersebut dan bagaimana tingkat kepastiannya. 5. Profitabillity (tingkat keuntungan) Menilai berapa tingkat keuntungan yang diperkirakan akan diraih calon debitur, bagaimana polanya, apakah makin lama semakin besar atau sebaliknya. 6. Protection (perlindungan) Menilai bagaimana calon debitur melindungi usaha dan mendapatkan perlindungan usaha. Apakah dalam bentuk jaminan barang, orang atau asuransi. 7. Party Bertujuan bagaimana calon debitur berdasarkan modal, loyalitas dan karakternya. Pengklasifikasian ini akan menentukan perlakuan bank dalam hal pemberian fasilitas. Tujuan unsur dalam konsep 7P sebenarnya memiliki kesamaan dengan unsur dalam konsep 5C. Misalnya unsur kepribadian memiliki kesamaan dengan unsur karakter. Sedangkan unsur tujuan, prospek dan pembayaran dapat memperjelas unsur kapasitas dalam konsep 5C. Unsur perlindungan dalam 7P mungkin dapat disamakan dengan kolateral dalam konsep 5C. 40

2.3.5.3 Konsep 3R Tiga komponen dalam konsep 3R adalah : 1. Return ( tingkat pengembalian usaha) 2. Repayment ( kemampuan membayar kembali) 3. Risk Bearing Ability ( kemampuan menanggung resiko) Unsur - unsur yang dibahas dalam konsep 3R sebenarnya juga telah dibahas dalam analisis aspek-aspek yang harus dipertimbangkan dalam pemberian kredit. Konsep 3R memberi penekanan kepada aspek finansial dan analisis kredit. 2.3.6. Jenis-jenis Kredit Secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain: 1. Dilihat dari segi kegunaan 1) Kredit investasi Digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi, seperti untuk membangun pabrik atau membeli mesin. 2) Kredit modal kerja Digunakan untuk meningkatkan produksi dalam operasionalnya, seperti untuk membeli bahan baku dan membayar gaji pegawai. 41

2. Dilihat dari segi tujuan kredit 1) Kredit Produktif Digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa, seperti untuk membangun pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang. 2) Kredit konsumtif Digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi, seperti kredit untuk perumahan dan kredit mobil pribadi. 3) Kredit perdagangan Digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya bersumber dari hasil penjualan barang tersebut. Misalnya kredit ekspor dan impor. 3. Dilihat dari segi jangka waktu 1) Kredit jangka pendek Merupakan kredit dengan jangka waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun yang biasanya digunakan untuk modal kerja. Misalnya kredit peternakan ayam. 2) Kredit jangka menengah Merupakan kredit dengan jangka waktu berkisar antara satu tahun sampai dengan tiga tahun. Biasanya digunakan untuk berinvestasi seperti pertanian jeruk atau peternakan kambing. 42

3) Kredit jangka panjang Merupakan kredit dengan jangka waktu pengembalian di atas tiga atau lima tahun. Biasanya digunkan untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet atau kelapa sawit. 4. Dilihat dari segi jaminan 1) Kredit dengan jaminan Kredit diberikan dengan adanya suatu jaminan, baik dalam bentuk barang berwujud atau tidak berwujud ataupun jaminan orang. 2) Kredit tanpa jaminan Kredit diberikan tanpa jaminan, hanya dengan melihat prospek usaha dan karakter serta loyalitas si calon debitur. 5. Dilihat dari segi sektor usaha 1) Kredit pertanian, merupakan kredit untuk membiayai sektor perkebunan atau pertanian rakyat. 2) Kredit peternakan, misalnya peternakan ayam untuk jangka pendek dan peternakan kambing atau sapi untuk jangka panjang. 3) Kredit industri, yaitu kredit untuk membiayai industri kecil, menengah, dan besar. 2.3.7. Manfaat Kredit 1. Manfaat bagi debitur Manfaat bagi debitur antara lain : 1) Relatif mudah diperoleh bila usahanya memang feasible. 43

2) Telah ada lembaga yang kuat di masyarakat perbankan yang menawarkan jasanya di bidang penyediaan dana (kredit). 3) Biaya untuk memperoleh kredit (bunga biaya administrasi) dapat diperkirakan dengan tepat hingga memudahkan para pegusaha dalam menyusun rencana kerjanya untuk masa yang akan datang. 2. Manfaat bagi kreditur Manfaat bagi kreditur antara lain : 1) Memperoleh bunga kredit yaitu selisih antara bunga kredit yang dibebankan kepada debitur dengan dikurangi oleh biaya dana yang dibayarkan kepada nasabah penyimpan dana dan dikurangi lagi dengan biaya-biaya overhead dalam mengolah kredit tersebut. 2) Untuk menjaga solvabilitas dan profitabilitas usahanya. 3) Sarana untuk memasarkan produk dan jasa bank lainnya. 4) Untuk mempertahankan dan mengembangkan usahanya.untuk merebut pasar ( market share) dalam industri perbankan. 3. Manfaat bagi pemerintah Manfaat bagi pemerintah antara lain : 1) Sebagai alat untuk memacu pertumbuhan ekonomi 2) Sebagai alat pengendali moneter 3) Sebagai alat menciptakan lapangan kerja 4) Sebagai alat peningkatan dan pemerataan pendapatan masyarakat 5) Sebagai sumber pendapatan negara 6) Sebagai alat untuk menciptakan pasar 44

4. Manfaat bagi masyarakat Manfaat bagi masyarakat antara lain : 1) Dengan adanya kelancaran proses perkreditan diharapkan akan diperolehnya pertumbuhan ekonomi yang pesat dan dapat membuka lapangan kerja yang baru sehingga menimbulkan kenaikan tingkat pendapatan dan pemerataan pendapatan dimasyarakat. 2) Bermanfaat bagi masyarakat yang berprofesi sebagai akuntan publik, notaris, dan lain lain. 3) Para pemilik dana yang disimpan di bank diharapkan agar dana yang disimpannya tetap aman karena bank mampu mengelolanya dengan baik. 4) Bagi masyarakat yang berprofesi sebagai suplier bahan-bahan baku atau barang jadi untuk relasi usahanya akan merasa lebih terjamin pembayaran utang relasi usahanya tersebut. 5) Dengan pemberian kredit bank membantu mendirikan usaha-usaha lain yang dapat mendukung usaha yang baru berdiri yang dibiayai oleh bank. 45