BAB 1 PENDAHULUAN. bergerak dalam dunia industri khususnya sebagai supplier bahan baku

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. operasi pada suatu perusahaan adalah kesiapan mesin mesin produksi dalam. diperlukan adanya suatu sistem perawatan yang baik.

DAFTAR ISI. ABSTRAK... iii. ABSTRACT... iv. KATA PENGANTAR... v. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR GAMBAR... xiii

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. melakukan produksi terus menerus. Mesin-mesin merupakan komponen

BAB I PENDAHULUAN. antara perusahaan manufaktur menjadi semakin ketat. Setiap perusahaan berusaha

Objek dalam penelitian ini adalah mesin pendukung sistem boiler yang berbahan bakar batu bara di PT Indo Pusaka Berau.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. Recycle. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...

PERENCANAAN PERAWATAN DENGAN METODE REABILITY MAINTENANCE(RCM II) PADA MESIN ANDI PTP 3013 DI PT. PANGGUNG ELECTRIC CITRABUANA SKRIPSI

ROI ADENAN H / FTI / TI

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dalam rangka mendukung kelangsungan produksi sebuah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perdagangan bebas. Persaingan dunia usaha yang semakin ketat menimbulkan tantangan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia yang semakin berhubungan, juga saling terkait satu sama lain dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tabel I.1 Jumlah produksi listrik Perum Jasa Tirta II. Pembangkitan KWH

PENENTUAN INTERVAL PERAWATAN PADA UNIT PRODUKSI BUTIRAN DENGAN BASIC RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) DI PT PETROKIMIA KAYAKU GRESIK SKRIPSI

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

KETERANGAN SELESAI PENELITIAN...

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

MANAJEMEN PERAWATAN DENGAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE II (RCM II) PADA MESIN DEKOMPOSER DI PETROGANIK PT. PETROKIMIA GRESIK SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. harus mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan

BAB 3 Metode Penelitian Persiapan Penelitian Berikut ini tahapan-tahapan yang dilakukan dalam persiapan penelitian ini: 1. Studi Lapangan.

RR. INTANTYA PRANANDINI SASMAYANTI

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin pesat, memacu industri-industri

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Pembagian 17 mesin di PT. Dwi Indah Divisi Plastik (Sumber : Divisi Plastik PT. Dwi Indah)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Heizer dan Render (2011:36) Manajemen operasi adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan industri yang pesat saat ini, menimbulkan banyak persaingan yang

Seminar Nasional Waluyo Jatmiko II FTI UPN Veteran Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. melakukan produksi secara terus menerus. Mesin-mesin merupakan komponen

PENERAPAN RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE II (RCM II) DALAM PERENCANAAN KEGIATAN PADA MESIN BOILER DI PT PG CANDI BARU SIDOARJO SKRIPSI.

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian perawatan Jenis-Jenis Perawatan Metode Reliability Centered Maintenance (RCM)...

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. barang jadi berupa kemeja pria dengan ukuran all size. CV. Dua Saudara sudah

BAB I PENDAHULUAN. harus mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. meminimisasi terhambatnya proses produksi jika terjadi kerusakan.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gula pasir merupakan kebutuhan pokok strategis yang memegang peran

Perancangan Penjadwalan Perawatan Mesin dengan Metode Map Value Stream Mapping (MVSM) di PT XXX

BAB I PENDAHULUAN. akan menghasilkan produk yang tidak baik pula. Maintenance berperan penting

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. PT. ABC adalah perusahaan penyedia jasa pertambangan yang memiliki

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

Konsumsi Baja per Kapita Tahun 2014

PERENCANAAN PERAWATAN DENGAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) PADA MESIN INSULATION MOULDING DI CV BINA TEKNIK SKRIPSI.

Diagram 3.1 Flowchart Metodologi Pemecahan Masalah (Lanjutan)

Analisis Kebijakan Maintenance pada Transformator di PT. PLN (Persero) Area Semarang

EFEKTIFITAS FACEBOOK SEBAGAI MEDIA CYBER MARKETING (Studi Deskriptif Kualitatif pada Perspektif Pelanggan AfterGlow OnShop) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PERTEMUAN #1 PENGANTAR DAN PENGENALAN PEMELIHARAAN DAN REKAYASA KEANDALAN 6623 TAUFIQUR RACHMAN TKT316 PEMELIHARAAN DAN REKAYASA KEANDALAN

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

PERANCANGAN IMPLEMENTASI RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) PADA PT INDONEPTUNE NET MANUFACTURING

TUGAS SARJANA. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik. Oleh WILBERT NIM

Usulan Kebijakan Preventive Maintenance dan Pengelolaan Spare Part Mesin Weaving dengan Metode RCM dan RCS

PENENTUAN INTERVAL WAKTU PENGGANTIAN OPTIMUM KOMPONEN KRITIS MESIN HAMMER MILL DENGAN MODEL AGE REPLACEMENT DI PT. SEJATI COCONUT INDUSTRI

Evaluasi Manajemen Perawatan Mesin Dengan Menggunakan Metode Reliability Centered Maintenance Pada PT. Z

BAB I PENDAHULUAN. Barry Render dan Jay Heizer (Render& Heizer, 2001) mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Identifikasi Bahaya dan Penentuan Kegiatan Perawatan Pada Tower Crane 50T Menggunakan Metode RCM II (Studi Kasus Perusahaan Manufaktur Kapal)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERENCANAAN INTERVAL PERAWATAN PADA MESIN FORMING DENGAN PENERAPAN RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM II) DI PT.IGLAS GRESIK SKRIPSI.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENENTUAN INTERVAL PERAWATAN MESIN PERCETAKAN DENGAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE II DI PT. RIYADI WIROTO SANTOSO SURABAYA S K R I P S I

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN

PENERAPAN PREVENTIVE MAINTENANCE UNTUK MENINGKATKAN RELIABILITY PADA BOILER FEED PUMP PLTU TARAHAN UNIT 3 & 4 TUGAS SARJANA

MODUL VIII STUDI KASUS PERENCANAAN PEMELIHARAAN MESIN BALLMILL DENGAN BASIS RCM (RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE )

PREVENTIVE MAINTENANCE

DAFTAR ISTILAH. : Probabilitas suatu sistem beroperasi sesuai fungsinya dalam suatu waktu tertentu dalam kondisi operasi yang telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. persaingan dengan perusahaan manufaktur lainnya, maka diperlukan kebijakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SKRIPSI USULAN PERENCANAAN PERAWATAN PADA MESIN CURING MENGGUNAKAN METODE RCM II (RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE II)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perancangan Kebijakan Perawatan Mesin Printer 3D CLab A01

BAB I Pendahuluan. Gambar I.1 Jumlah penjualan ekspor microphone hasil Industri

BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang

I.1 Latar Belakang Industri telekomunikasi merupakan salah satu industri yang menuntut perkembangan teknologi dengan cepat. Perkembangan teknologi

PERANCANGAN PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA PT. ARTHA PRIMA SUKSES MAKMUR

Seminar Nasional IENACO ISSN: USULAN PENENTUAN KEBUTUHAN SPARE PARTS MESIN COMPRESSOR BERDASARKAN RELIABILITY PT.

STUDI IMPLEMENTASI PREVENTIVE MAINTENANCE PADA PT. INTAN SUAR KARTIKA DENGAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE CHRISTINA

Gambar 3.1 Diagram Alir Sistematika Pemecahan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data statistik AISI [2] Penjualan untuk pasar lokal Populasi (unit) Oktober 2010

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

OPTIMALISASI INTERVAL WAKTU PENGGANTIAN KOMPONEN MESIN PACKER TEPUNG TERIGU KEMASAN 25 KG DI PT X

Usulan Selang Waktu Perawatan dan Jumlah Komponen Cadangan Optimal dengan Biaya Minimum Menggunakan Metode Smith dan Dekker (Studi Kasus di PT.

PENERAPAN KONSEP RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) PADA SISTEM PERAWATAN MESIN DI PT. XYZ ALLAN BAGUS PRASETYO NIM

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai pengolah bahan mentah kelapa sawit untuk menghasilkan minyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai beberapa keunggulan

I. BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian PT. Cisangkan yang terletak di Bandung merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak dalam dunia industri khususnya sebagai supplier bahan baku bangunan. Sejak didirikan pada tahun 1974, perusahaan ini berhasil menjadi pioneer dan secara aktif menciptakan inovasi produk dalam industri pre-cast concrete atau beton. Seiring dengan perkembangan industri serta pembangunan, perusahaan ini telah memainkan peran signifikan hingga mencapai level nasional dan internasional. Reputasi yang dimiliki telah menempatkan PT Cisangkan pada level teratas dalam penyedia material bangunan di Indonesia. Namun dalam proses produksi, perusahaan mengalami hambatan serta rintangan untuk tetap memenuhi permintaan serta menjaga kualitas yang dimiliki. Perusahaan seringkali mengalami kerusakan mesin (downtime) yang sudah berumur lebih dari 10 tahun itu adalah mesin Henke; block making machine buatan Jerman yang telah dimiliki perusahaan sejak tahun 1995. Kapasitas mesin dalam memproduksi sebetulnya dapat diandalkan, namun seringkali downtime yang dialami oleh mesin membuat perusahaan terpaksa mengadakan jam lembur untuk menggenjot hasil produksi untuk mencapai target, dalam beberapa kesempatan perusahaan pernah diharuskan membayar penalty karena keterlambatan dalam mencapai target waktu. Walaupun perawatan berkala sudah 1

dilakukan. Karena itu reliability mesin tersebut haruslah tetap tinggi, dikarenakan mesin Henke merupakan mesin yang paling tinggi produktivitas yang seharusnya mesin Henke memiliki tingkat kehandalan yang tinggi pula. Berikut merupakan data mengenai persentase downtime mesin Henke: Gambar 1.1 Persentase Downtime Mesin Henke pada Tahun 2013 Sumber: Dokumen Departemen Maintenance PT. Cisangkan Bandung (2015) Gambar 1.1 menunjukan persentase mesin Henke pada tahun 2013. Pada tahun ini perusahaan belum bisa mencapai target downtime perusahaan pada tingkat dibawah 20%. Rata-rata persentase downtime pada tahun 2013 adalah 28,20%. Kenaikan persentase downtime terjadi pada bulan April, Juli, dan Desember yang mencapai 30%. Hal ini disebabkan oleh penggantian komponen-komponen pada saat proses produksi. Efek yang ditimbulkan oleh downtime mesin ini menyebabkan perusahaan harus mengejar target produksi dengan meningkatkan jam kerja lembur. 2

Kerusakan yang terjadi pada umumnya terjadi karena perilaku operator yang tidak memberikan perhatian pada saat proses produksi. Walaupun perusahaan sudah melakukan perawatan berkala seperti lubrikasi, kerusakan tetap saja terjadi. Gambar 1.2 Persentase Downtime Mesin Henke pada Tahun 2014 Sumber: Dokumen Departemen Maintenance PT. Cisangkan Bandung (2015) Gambar 1.1 dan gambar 1.2 menunjukkan bahwa dalam proses produksinya terutama di pabrik yang terletak di Bandung, mesin-mesin yang ada seringkali mengalami downtime yang dikarenakan kerusakan pada mesin dan pergantian sparepart. Dalam penelitian, penulis hanya menganalisis mesin Henke yang merupakan mesin utama yang sering digunakan. Target downtime perusahaan adalah sebesar 20% dari tiap bulan, tetapi disisi lain, di tahun 2013 dan 2014 ini perusahaan tidak dapat mencapai targetnya karena jumlah downtime nya selalu di atas 20%. Di sisi lain perlu diketahui juga bahwa biaya produksi saat lembur akan membesar. 3

Dari rata-rata persentase downtime terdapat kenaikan sebesar 3,7% dari tahun 2013 ke tahun 2014. Harga mesin Henke pada tahun 2014 mencapai Rp 25.000.000.000. Keputusan pembelian mesin baru dinilai jauh lebih mahal daripada biaya penggantian sparepart pada tahun 2014 sebesar Rp 436.127.487,85. Pihak maintenance sendiri masih belum bisa mendeskripsikan tingkat kekritisan mesin dan kurang memberikan perhatian lebih terhadap komponen-komponen penting, serta interval waktu antar kerusakan. Dengan perawatan yang diterapkan saat ini masih saja terdapat kerusakan pada mesin dan tak jarang pula menyebabkan terhentinya proses produksi yang menyebabkan perusahaan harus membayar cost of failure. Dilihat dari fenomena downtime yang melebihi 20% walaupun perusahaan secara berkala melakukan perawatan, dapat disimpulkan bahwa perawatan yang dilakukan oleh perusahaan tidak efiesien. Perusahaan tidak melakukan upaya untuk menentukan komponen-komponen kritis apa saja yang harus diberikan perhatian khusus. Bahkan seringkali perawatan dilakukan dengan corrective maintenance dilihat dari downtime yang muncul di saat produksi. Berikut frekuensi kerusakan yang terjadi saat proses produksi berlangsung: Tabel 1.1 Frekuensi Kerusakan Mesin Henke 2014 No. Bulan Frekuensi Frekuensi No. Bulan Kerusakan Kerusakan 1 Januari 16 7 Juli 16 2 Februari 11 8 Agustus 22 3 Maret 10 9 September 21 4 April 8 10 Oktober 17 5 Mei 14 11 November 16 6 Juni 11 12 Desember 16 Total 178 Sumber: Dokumen Departemen Maintenance PT. Cisangkan Bandung, 2015 4

Downtime mesin Henke sendiri disebabkan oleh penggantian spare part sehingga mesin terpaksa berhenti berproduksi. Walaupun perusahaan sudah melakukan perawatan berkala seperti, lubrikasi dan steeling, tetap saja terjadi kerusakan yang bersifat tidak terduga. Tingginya frekuensi kerusakan pada bulan Agustus, September, dan Oktober disebabkan oleh kurang telitinya perusahaan dalam menentukan interval perawatan sehingga komponen rusak di saat proses produksi. Lebih dari itu, biaya penggantian akan meningkat dan perusahaan harus membayar cost of failure akibat tidak berproduksi. Berikut biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan dalam penggantian spare part pada mesin Henke: Tabel 1.2 Rekapitulasi Penggantian Spare Part 2014 Bulan Biaya Januari Rp 1.515.000,00 Februari Rp 18.847.289,95 Maret Rp 3.994.231,64 April Rp 9.901.000,00 Mei Rp 63.761.739,70 Juni Rp 142.735.659,00 Juli Rp 20.075.000,00 Agustus Rp 4.274.949,66 September Rp 3.859.414,50 Oktober Rp 114.622.105,00 November Rp 50.326.900,00 Desember Rp 2.214.198,40 Sumber: Dokumen Departemen Maintenance PT. Cisangkan Bandung, 2015 Tabel 1.2 menunjukan biaya perawatan pada tahun 2014, rata-rata perusahaan menganggarkan biaya sebesar Rp 26.671.984,44. Namun terlihat lonjakan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan sampai ratusan juta rupiah yang terjadi pada bulan Juni dan Oktober, akibat failure komponen Gear GB-1333-12 pada bulan Juni, dan komponen Plat 14MM UK 1570 X 1050. 5

Kerusakan yang terjadi pada umumnya disebabkan oleh umur komponen mesin yang sudah tua. Lebih dari itu faktor-faktor lain yaitu kelalaian operator dalam menjalankan mesin dan kurang tepatnya analisis penyebab kerusakan serta tindakan dan fokus perawatan yang dilakukan oleh mekanik. Kurang diperhatikannya interval perawatan mesin juga dapat menimbulkan downtime pada waktu produksi. Kerusakan yang terjadi di saat produksi mengakibatkan perusahaan harus membayar cost of failure akibat gagal produksi. Untuk memastikan agar peralatan berjalan sesuai dengan periode yang ditentukan, metode manajemen dalam industri proses, seperti maintenance management harus berinovasi secara berkelanjutan agar dapat mengejar permintaan di lingkungannya (Prabhakar dan Raj, 2013). Keandalan mesin dan fasilitas produksi merupakan salah satu aspek yang dapat mempengaruhi kelancaran proses produksi serta produk yang dihasilkan. Keandalan ini dapat membantu untuk memperkirakan peluang suatu komponen mesin untuk dapat bekerja sesuai dengan tujuan yang diinginkan dalam periode tertentu (Sayuti dan Rifa i, 2013). Reliability Centered Maintenance (RCM) merupakan landasan dasar untuk perawatan fisik dan suatu teknik yang dipakai untuk mengembangkan perawatan pencegahan (preventive maintenance) terjadwal akan memberikan keuntungan yaitu : keselamatan dan integritas lingkungan menjadi lebih diutamakan, prestasi operasional meningkat, efektifitas biaya operasi dan perawatan lebih rendah, meningkatkan ketersediaan dan reliabilitas peralatan, umur komponen yang lebih lama, basis data yang lebih komprehensif, motivasi individu yang lebih besar, dan 6

kerja sama yang baik diantara bagian-bagian dalam suatu instalasi. (Sayuti dan Rifa i, 2013). Salah satu metode perawatan mesin adalah dengan melakukan metode RCM (Reliability Centered Maintenance) sebuah proses yang digunakan untuk memastikan bahwa semua aset fisik terus melakukan apa yang user ingin lakukan dalam kondisi operasinya saat ini. Reliability Centered Maintenance berdasarkan pada paham bahwa setiap aset digunakan untuk memenuhi fungsi atau fungsi spesifik dan perawatan itu berarti melakukan apapun yang perlu untuk memastikan bahwa aset terus memenuhi fungsinya untuk kepuasan user (Sayuti dan Rifa i, 2013). Menurut (Masruroh:2008), RCM (Reliability Centered Maintanance) merupakan suatu teknik yang dipakai untuk mengembangkan preventive maintenance yang terjadwal. Hal ini didasarkan pada prinsip bahwa keandalan dari peralatan dan struktur dari kinerja yang akan dicapai adalah fungsi dari perancangan (design) dan kualitas pembentukan preventive maintenance yang efektif akan menjamin terlaksananya desain keandalan dari peralatan. Sehingga diharapkan RCM dapat membantu perusahaan untuk meningkatkan tingkat efektivitas dan efisiensi dari aktivitas perawatan yang dilakukan perusahaan. Berdasarkan fenomena dan pengertian di atas, maka judul dari penelitian ini adalah Analisis Perencanaan Pemeliharaan Mesin Henke dengan Metode RCM (Reliabillity Centered Maintenance) pada PT. Cisangkan Bandung. Di bawah ini adalah tabel permasalahan yang terjadi pada PT. Cisangkan Bandung: 7

Tabel 1.3 Permasalahan Pemeliharaan Mesin Henke PT. Cisangkan Bandung Permasalahan Dampak Rancangan Solusi 1.Pemeliharaan terjadwal 1.Tingkat kerugian akibat downtime Menerapkan analisis dilakukan, namun tingkat downtime yang masih tinggi masih tinggi, walaupun beberapa perawatan berkala dan corrective RCM untuk mengetahui komponen-komponen menggambarkan fenomena maintenance sudah dilakukan. kritis, mengetahui bahwa perusahaan kurang penyebab dan tindakan fokus memperhatikan yang tepat serta komponen-komponen yang menentukan interval harus diberikan perhatian kerusakan komponen lebih. mesin Henke dan 2. Tidak terjadwalnya 2.Penggantian komponen menghitung pemeliharaan dengan baik dilakukan pada saat proses perbandingan biaya serta penggantian komponen produksi yang berkontribusi antara preventive yang dilakukan oleh terhadap tingkat downtime. maintenance dengan perusahaan corrective maintenance. 3.Kerusakan mesin seringkali muncul pada saat proses produksi membuat perusahaan membayar Cost of Failure 3. Corrective Maintenance yang dilakukan perusahaan saat proses produksi menyebabkan kerugian dari segi biaya bagi perusahaan. Sumber: Data diolah, 2015 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana RCM melalui analisis diagram Pareto dapat mengetahui komponen-komponen kritis yang perlu diberikan perhatian dan analisis FMEA dan RCM decision worksheet dapat memberikan gambaran mengenai penyebab kerusakan komponen, dan tindakan pemeliharaan yang tepat? 2. Bagaimana metode RCM menentukan interval waktu perawatan bagi mesin Henke? 3. Bagaimana peran analisis RCM dalam mengevaluasi biaya pemeliharaan yang dikeluarkan oleh perusahaan? 8

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Membantu perusahaan untuk mengetahui komponen-komponen mesin Henke yang paling kritis dan memberikan saran kepada perusahaan untuk lebih memberikan perhatian kepada komponen kritis berdasarkan nilai RPN dan tindakan pemeliharaan yang tepat 2. Mengetahui interval waktu kerusakan pada komponen-komponen kritis mesin Henke. 3. Melakukan analisis perbandingan biaya antara cost of failure dengan cost of maintenance. 1.4 Kegunaan Penelitian 1. Bagi penulis Penelitian ini dapat menjadi wadah bagi penulis untuk mengaplikasikan ilmu yang sudah dipelajari di jenjang S-1, dan menambah wawasan ilmu penulis mengenai metode RCM (Reliabillity Centered Maintenance). 2. Bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan menjadi bahan referensi bagi penelitianpenelitian selanjutnya dengan menggunakan metode RCM. 3. Kegunaan Operasional Sebagai bahan usulan bagi PT. Cisangkan Bandung dan memberikan gambaran mengenai perencanaan perawatan dengan metode RCM. 9

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Objek penelitian adalah mesin Henke PT. Cisangkan yang terletak di Jl. H. Alpi 107 Cijerah, Bandung, Jawa Barat 40212. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari tanggal 15 Februari 2015-7 Agustus 2015. 10