BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Sebagaimana yang diungkapkan Slameto (2003), belajar adalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI Motivasi Belajar Pengertian Motivasi Belajar. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah, agar memperoleh prestasi harus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Belajar di bangku sekolah memberikan perspektif lebih untuk memahami ilmu pengetahuan.

1. PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 yang menyatakan tegas

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak sekali ditemukan permasalahan dalam belajar khususnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap orang pada umumnya memerlukan lapangan kerja untuk bertahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR. pendidikan. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

BAB I PENDAHULUAN. di mana-mana baik dilingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.

BAB II KAJIAN TEORI. neurophysiological yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan

TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia, yaitu berupa standar nilai kelulusan siswa SMP (Sekolah Menengah

BAB II LANDASAN TEORI

wujud nyata penyelanggaraan layanan bimbingan dan konseling. Kegiatan bimbingan, yaitu bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. namun tergantung dari profesi dan kesenangan masing-masing individu

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2016 TINGKAT MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI SMA KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. didik terdapat kekuatan mental penggerak belajar. Kekuatan mental yang

Jurnal Penelitian dan Pendidikan IPS (JPPI) Volume 10 No 2 (2016) ISSN (Print) :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Langgeng Wening Puji, 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kemampuan belajar yang dimiliki individu merupakan bekal yang

BAB I PENDAHULUAN. dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan dengan manusia lainnya, hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah elemen penting dalam menciptakan manusia-manusia yang

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam konteks ini, tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

I. PENDAHULUAN. dan sebaliknya prestasi belajar yang rendah menunjukkan bahwa tujuan belajar

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan tertentu untuk tetap survive. Dunia kerja

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

II TINJAUAN PUSTAKA. dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan. ketabahan. Sudjana (1989 : 5) menyatakan bahwa :

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh seorang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era sekarang ini remaja telah terkontaminasi dengan perkembangan

MOTIVASI MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN STUDI DI JURUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG. Oleh: YULIANI 57617/2010

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan untuk meningkatkan

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007), hlm. 86.

I. PENDAHULUAN. secara sadar yang dilakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

PENGARUH LAYANAN INFORMASI TERHADAP PENINGKATAN EFIKASI DIRI SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 2 KARANGMALANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang. arti tidak memerlukan rangsangan (stimulus) dari luar dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. mampu mencapai kualifikasi dan kompetensi yang ditetapkan. Namun, salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. a. Pengertian Prestasi Belajar Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pengaruh dari keluarga, sekolah, dan masyarakat luas.

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap peserta didik yang menempuh pendidikan di jenjang SMA sudah

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Meity Fitri Yani 1 Syarifuddin Dahlan 2 Yusmansyah 3

BAB I PENDAHULUAN. mencerdasakan bangsa. Pemerintahan yaitu Kementerian Pendidikan dan

BAB I PENDAHULUAN. penting dan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembelajaran. Prestasi

BAB I PENDAHULUAN. Anna Kurnia, 2013 Profil Motivasi Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teori motivasi yang diungkapkan oleh McClelland dan Atkinson (dalam

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan siswa kurang dapat berkembang sesuai dengan harapan.

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan Konseling memiliki peranan yang sangat menentukan

Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Prestasi Mata Pelajaran Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. mesin gasoline tersebut, kalau bahan bakarnya tidak ada. Sama halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan yang dilakukan pada seseorang dapat menciptakan kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan belajar seseorang salah satunya dipengaruhi oleh faktor

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI. dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepadaorang lain. Kemandirian dalam kamus psikologi yang disebut independence yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial di masyarakat, seorang individu tidak

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

HUBUNGAN READINESS BELAJAR DAN PERSEPSI MATA PELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan modal utama pembangunan bangsa karena

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN PERSEPSI SISWA TENTANG SARANA BELAJAR DI SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR, MINAT BACA TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI

MOTIVASI BELAJAR. Belajar Pembelajaran Tahun 2013

BAB II LANDASAN TEORI

MOTIVASI BELAJAR. Tiga aspek motivasi menurut Walgito, yaitu :

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V SD NEGERI TEGALREJO 02 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, pemerintah

I. PENDAHULUAN. masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pembelajaran dan latihan

I. PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga formal yang dapat meningkatkan kualitas belajar

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KEGIATAN PERKULIAHAN MAHASISWA JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan selalu berkaitan dengan pendidik dan peserta didik. Dalam

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA INTERAKTIF DAN MOTIVASI TERHADAP HASIL BELAJAR SEJARAH SISWA SMA NEGERI I GUNUNG TALANG

HUBUNGAN ANTARA KELOMPOK TEMAN SEBAYA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMKN

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kata Kunci : Minat, Hasil Belajar, Variabel, Uji Signifikansi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. yang disetujui bagi berbagai usia di sepanjang rentang kehidupan.

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. kerangka pikir yang merupakan perpaduan antara variabel satu dengan variabel

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Umi Rahayu Fitriyanah, 2014

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan,

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan tentang Perhatian Orang Tua

BAB 2 KAJIAN TEORI A. Prestasi Belajar Matematika 1. Pengertian Prestasi Belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap individu pasti mengalami peristiwa belajar. Orang mengalami perbuatan belajar dengan sengaja dengan tujuan yang sama yaitu mengalami perubahan. Sebagaimana yang diungkapkan Slameto (2003), belajar adalah merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Salah satu masalah belajar adalah kurangnya motivasi belajar. Kurangnya motivasi dalam belajar dapat mengakibatkan siswa kehilangan konsentrasi (Nugroho, 2007). Motivasi berasal dari kata movere yang berarti dorongan atau daya penggerak. Motivasi merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang. Menurut Sudarwan Danim (2004), motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme psikologis yang mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang dikehendaki. Bila dilihat dari beberapa kasus masalah kurangnya motivasi belajar, yang sebagian besar dialami oleh pelajar SMP, tergambar berbagai perilaku kurangnya motivasi belajar siswa yang dampaknya berpengaruh terhadap prestasi belajar. Hal ini dapat terlihat dalam beberapa kasus kurangnya moti- 1

vasi belajar yang dialami remaja, misalnya di Yogyakarta, siswa-siswa SMP N 2 Yogyakarta kemampuan dan minat dalam mata pelajaran bahasa Jawa terlihat menurun, mereka lebih menggenjot pada mata pelajaran bahasa Inggris dan bahasa Indonesia karena keduanya menjadi syarat kelulusan dalam UN. Bisa dibilang, para pelajar tidak mempunyai kepentingan mempelajari bahasa jawa. Akibatnya motivasi dan ketertarikan mereka pun lenyap, (Kompas, 2009). Bocornya soal-soal ujian nasional (UN) di daerah Semarang mengganggu konsentrasi para siswa mengerjakan ujian. Mereka lebih percaya mengandalkan bocoran soal daripada termotivasi untuk belajar sendiri (Suara Merdeka, 2011). Dalam proses belajar, motivasi seseorang tercermin melalui ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses meskipun dihadang banyak kesulitan. Motivasi juga ditunjukkan melalui intensitas untuk kerja dalam melakukan suatu tugas. Menurut Mc Clelland (Sutikno, 2007) menunjukkan bahwa motivasi berprestasi (achievement motivation) mempunyai kontribusi sampai 64 persen terhadap prestasi belajar. Pada saat kita melihat semangat siswa untuk belajar sungguh sangat rendah, hal itu ditandai dengan rendahnya hasil belajar pada semua mata pelajaran yang mereka pelajari. Banyak istilah yang digunakan untuk menyebutkan motivasi (motivation) atau motif, antara lain kebutuhan (need), dorongan (drive) dan keinginan (wish). Adapun bentuk motivasi yang sering dilakukan di sekolah adalah 2

memberi hadiah, pujian, gerakan tubuh, memberi tugas, memberi ulangan, mengetahui hasil, dan hukuman. (Djamarah dan zain, 2002). Siswa pada dasarnya termotivasi untuk melakukan suatu aktivitas untuk dirinya sendiri karena ingin mendapatkan kesenangan dari pelajaran, atau merasa kebutuhannya terpenuhi. Ada juga siswa yang termotivasi melaksanakan belajar dalam rangka memperoleh penghargaan atau menghindari hukuman dari luar dirinya sendiri, seperti berikut: nilai, tanda penghargaan, atau pujian guru. Menurut Maslow (Jalaludin, 2007), motivasi dibagi menjadi dua yaitu: 1) motivasi intrinsik, timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri dan, 2) motivasi ekstrinsik, timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar. Bila hal di atas dikaitkan dengan lingkungan akademik, beberapa hasil penelitian menunjukkan apabila motivasi belajar rendah maka kecenderungan prestasi akademik juga rendah. Berdasarkan penelitian Susan Wilhemina (2006) diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan prestasi akademik, dengan hasil koefisien korelasi sebesar 0,479 dengan p < 0,05. Semakin tinggi motivasi berprestasi individu maka prestasi belajar akan semakin baik. Menurut Sardiman (2001), Motivasi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Jelaslah bahwa 3

fungsi motivasi itu memberikan suatu nilai atau intensitas tersendiri dari seorang siswa dalam meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajarnya. Motivasi belajar yang rendah juga dialami oleh siswa SMP N 2 Pabelan. SMP N 2 Pabelan terletak dalam lingkungan pedesaan. Banyak siswa yang berjalan kaki agar sampai di sekolah, diantara mereka mengaku merasa kelelahan dan membayangkan banyak dan sulitnya pelajaran yang diberikan guru. Hal ini membuat siswa di SMP N 2 Pabelan kurang bersemangat dalam menerima pelajaran. Ini membuktikan banyak siswa di SMP N 2 Pabelan kurang termotivasi dalam belajar, terlihat ketika guru menjelaskan pelajaran, sikap siswa cenderung ramai sendiri, mengobrol dengan teman. Apabila siswa diberi latihan soal yang agak sulit, siswa tidak mengerjakan soal tersebut dan tidak termotivasi untuk mencari penyelesaian dari soal tersebut. Siswa lebih senang menunggu guru menyelesaikan soal tersebut. Mengingat bahwa siswa merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan, perlu diupayakan adanya pembenahan terhadap berbagai hal yang berkaitan dengan optimalisasi belajar siswa. Dari hasil studi awal menggunakan Skala Motivasi Belajar tentang motivasi belajar siswa SMP N 2 Pabelan dapat dilihat dalam tabel 1.1 dibawah ini: 4

Tabel 1.1 Kategori Jumlah Persen Rendah 12 siswa 75% Sedang 4 siswa 25% Jumlah 16 siswa 100% Berdasarkan dari tabel di atas dapat diketahui bahwa terdapat 12 siswa (75%) yang memiliki motivasi belajar rendah dan ada 4 siswa (25%) yang memiliki motivasi rendah. Berarti ada 16 siswa yang memiliki motivasi rendah. Perolehan tersebut yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian tentang peningkatan motivasi belajar siswa di SMP N 2 Pabelan. Usaha yang perlu dilakukan guna meningkatkan motivasi belajar adalah mengoptimalkan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa. Salah satu kegiatan dalam bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan dalam rangka meningkatkan motivasi belajar adalah dengan bimbingan kelompok. Bimbingan membantu individu untuk lebih dapat mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik. Hal senada juga dikemukakan oleh Prayitno dan Erman Amti (2004), bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja atau orang dewasa agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan indi- 5

vidu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan normanorma yang berlaku. Sementara Bimo Walgito (2004), mendefinisikan bahwa bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitankesulitan hidupnya, agar individu dapat mencapai kesejahteraan dalam hidupnya. Menurut Johnson dan Johnson (dalam Romlah, 2001) kelompok adalah dua orang atau lebih individu yang berinteraksi secara tatap muka, masing-masing menyadari keanggotaannya dalam kelompok, mengetahui dengan pasti individu-individu lain yang menjadi anggota kelompok dan masing-masing menyadari saling ketergantungan yang positif dalam mencapai tujuan bersama. Menurut Tohirin (2007) bimbingan kelompok adalah suatu cara memberikan bantuan kepada individu atau siswa melalui kegiatan kelompok. Kelebihan dari bimbingan kelompok ini adalah dapat melatih siswa untuk hidup berkelompok dan menumbuhkan kerjasama antara siswa dalam mengatasi masalah, melatih siswa untuk mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat orang lain dan dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat berkomunikasi dengan teman sebaya dan pembimbing (Winkel dan Sri Hastuti, 2004) Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar hal pent- 6

ing yang berguna untuk mengarahkan dirinya yang berkaitan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan sosial. Berdasarkan uraian di atas mengenai bimbingan kelompok, penulis memilih untuk menggunakan bimbingan kelompok untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Dalam layanan ini teknik yang digunakan adalah kegiatan kelompok. Menurut Tohirin (2007) kegiatan kelompok dapat menjadi suatu teknik yang baik dalam bimbingan, karena kelompok dapat memberikan kesempatan pada individu (pada bakat dan menyalurkan dorongandorongan tertentu dan siswa dapat menyumbangkan pemikirannya. Dengan demikian muncul tanggung jawab dan rasa percaya diri. Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan Giyanti (2003) tentang meningkatkan motivasi belajar setelah mengikuti bimbingan kelompok motivasi belajar siswa kelas VII E SMP N 1 Getasan, dari hasil penelitan ini diperoleh p= 0,001 < 0,050 artinya ada perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok control setelah diberi bimbingan motivasi belajar. Riyanti (2000) tentang hubungan layanan bimbingan belajar dengan motivasi belajar siswa kelas XI SMA KRISTEN 1 Salatiga, dari hasil penelitian diperoleh (rxy=0,365 **, p=0,000 < 0,001). Artinya terbukti secara empirik ada koefisien korelasi sebesar 0,365 antara layanan bimbingan belajar dengan motivasi belajar. Teki Margawati (2007) tentang meningkatkan motivasi belajar melalui bimbingan kelompok siswa kelas VIIIB SMP N 3 Tuntang, dari hasil penelitian diperoleh p=0,000 < 0,050 artinya kegiatan layanan bimbingan kelompok berhasil meningkatkan motivasi belajar. 7

Berdasarkan pendapat di atas penulis memilih menggunakan bimbingan kelompok dengan teknik kegiatan kelompok. Dengan teknik kegiatan kelompok memungkinkan siswa untuk melakukan kegiatan dalam kelompok yang dapat membantu siswa termotivasi dan memiliki rasa tanggung jawab, misalnya memiliki rasa tanggung jawab terhadap kebutuhan kelompok,dan dalam hal itu ia termotivasi untuk mencari penyelesaian dari masalah dalam kelompok. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian. Penelitian yang akan dilakukan berjudul Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Melalui Bimbingan Kelompok Pada Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 2 Pabelan, Kabupaten Semarang, Tahun Ajaran 2011/2012. 1.2. Rumusan Masalah Masalah dalam penelitian dirumuskan sebagai berikut: Adakah peningkatan yang signifikan dalam motivasi belajar siswa kelas VIII C SMP Negeri 2 Pabelan Kab.Semarang tahun ajaran 2011/2012 melalui bimbingan kelompok. 8

1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk : Untuk mengetahui signifikansi peningkatan motivasi belajar melalui bimbingan kelompok pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 2 Pabelan, Kabupaten Semarang, Tahun Ajaran 2011/2012. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik sevara teoritik maupun praktis, sebagai berikut: a. Manfaat Teoritik 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi tentang meningkatkan motivasi belajar melalui kegiatan bimbingan kelompok. Sehingga dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di sekolah khususnya dalam bidang bimbingan dan konseling. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi peneliti lain yang berminat meneliti permasalahan yang terkait dengan penelitian ini. 3. Sebagai sumbangan bagi perkembangan motivasi belajar dan upaya meningkatkannya melalui bimbingan kelompok dengan teknik kegiatan kelompok. 9

b. Manfaat Praktis 1. Bagi Sekolah Manfaat bagi sekolah dari penelitian ini dapat memberikan masukan, informasi, dan diharapkan mampu menjadi bahan pertimbangan bagi guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dengan teknik kegiatan kelompok. 2. Bagi Siswa Apabila hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa dapat meningkat setelah diberi layanan bimbingan kelompok motivasi belajar, maka dari itu layanan bimbingan kelompok motivasi belajar dapat bermanfaat bagi perkembangan siswa sehingga siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi permasalahan pribadi dan lingkungan dan siswa dapat merumuskan rencana hidupnya secara detil dan memahami peranan motivasi belajar dalam pencapaian suatu kesuksesan atu keberhasilan yang diinginkan. 1.5. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang meliputi: Bab I. Pendahuluan. Berisi : Latar belakang masalah, Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Manfaat penelitian dan Sistematika penulisan. Bab II. Kajian teori. Berisi: Pengertian motivasi belajar, Ciri-ciri orang yang mempunyai motivasi belajar, Jenis- jenis motivasi belajar, Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar, Pengertian bimbingan, Pengertian ke- 10

lompok, Pengertian bimbingan kelompok, Tujuan bimbingan kelompok, Teknik-teknik bimbingan kelompok (kegiatan kelompok), Langkah-langkah bimbingan kelompok (kegiatan kelompok), Operasionalisasi layanan bimbingan kelompok, Kajian hasil penelitian, Hipotesis. Bab III. Metode Penelitan, Berisi : Jenis penelitian, Pengertian populasi dan sampel, Variabel penelitian, Definisi operasional, Metode pengumpulan data, Teknik analisis data. Bab IV. Hasil Penelitian. Berisi: Gambaran lokasi penelitian, Diskripsi Sampel, Diskripsi variabel, yaitu: Bimbingan kelompok dan Motivasi Belajar. Bab V. Penutup. Berisi: Kesimpulan dan Saran. 11