PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pembangunan di Indonesia yakni sektor pertanian. Sektor pertanian. merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia karena

I. II. III. IV. V. I. PENDAHULUAN. yang diketahui memiliki potensi besar yang dapat terus dikembangkan dalam

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%)

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. budidaya perikanan, hasil tangkapan, hingga hasil tambaknya (Anonim, 2012).

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di subsektor perikanan mempunyai peranan yang penting bagi kelangsungan pembangunan secara keseluruhan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau

rovinsi alam ngka 2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat.

I. PENDAHULUAN. meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas perairan yang di dalamnya terdapat beraneka kekayaan laut yang

I. PENDAHULUAN. dan peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Pembangunan perikanan

BAB 1 PENDAHULUAN. global saat ini. Sektor ini bahkan berpeluang mengurangi dampak krisis karena masih

C. URUSAN PILIHAN YANG DILAKSANAKAN 1. URUSAN PERIKANAN

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis pembuatan kerupuk kulina (kulit ikan nila) merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Tabel IV.C.1.1 Rincian Program dan Realisasi Anggaran Urusan Perikanan Tahun 2013

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

I. PENDAHULUAN. Tahun Budidaya Laut Tambak Kolam Mina Padi

1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. hasil laut yang berlimpah terutama hasil tangkapan ikan. Ikan merupakan sumber

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013

[ GROUPER FAPERIK ] April 1, 2014

BAB I PENDAHULUAN. tujuan strategis dari Food and Agriculture Organization (FAO) yaitu mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. tulang punggung dunia dalam memasok pangan dunia terutama dari sektor

PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA IKAN PADA KELOMPOK IKAN DI DESA JATISARI KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan panjang garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Sumber

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Budidaya ikan sistem karamba jaring apung di Waduk Kedungombo Kabupaten Boyolali. Sutini NIM K UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat prioritas utama dalam pembangunan nasional karena. pembangunan ekonomi diharapkan dapat menjadi motor penggerak

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai kontribusi penting terhadap perekonomian Indonesia hal ini bisa dilihat dari besarnya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Iklim yang bervariasi serta lahan yang subur menjadikan Indonesia kaya akan

I. PENDAHULUAN. anorganik menjadi bahan organik dengan bantuan tumbuh-tumbuhan dan

EVALUASI PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA

kumulatif sebanyak 10,24 juta orang (Renstra DKP, 2009) ikan atau lebih dikenal dengan istilah tangkap lebih (over fishing).

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi perikanan. Artinya, kurang lebih 70 persen dari wilayah Indonesia terdiri

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris, dimana sektor pertanian dalam tatanan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

Analisis usaha industri tempe kedelai skala rumah tangga di kota Surakarta

I. PENDAHULUAN. yang memiliki prospek menjanjikan dan mulai merebut perhatian pelaku usaha

KAJIAN USAHA PENGOLAHAN HASIL SAYURAN PRODUKSI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN BOYOLALI

DRAFT REKOMENDASI KEBIJAKAN

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

BAB I PENDAHULUAN. dari laut pesisir, laut lepas, teluk dan selat. Dari luas laut sebesar itu di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. lele salah satunya adalah lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan lele dumbo

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, karena didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya

I. PENDAHULUAN. (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi]

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati masyarakat untuk dikonsumsi. Usaha budidaya ikan lele dibedakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PERTANIAN.

PROSIDING ISSN: E-ISSN:

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional. Namun potensi tersebut. dengan pasokan produk kelautan dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TUGAS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN GURAMEH. Nama : Kotot wijayanto Nim : Kelas : D3 Manajemen Informatika 2A

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Dr. Ir. Sri Yanti JS. MPM

Diversifikasi Ikan Lele Menjadi Produk Olahan Pangan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Petani Lele

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat besar dalam pertumbuhan ekonomi negara terutama negara yang bercorak agraris seperti Indonesia. Salah satu subsektor pertanian yang sangat berperan dalam pembudidayaan sumber daya di perairan adalah perikanan. Subsektor perikanan mempunyai peranan yang cukup penting, karena mampu menghasilkan protein hewani dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan dan gizi, dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi perikanan yang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup nelayan, mendukung pembangunan wilayah dengan tetap memperhatikan kelestarian dan fungsi lingkungan hidup serta merupakan penyumbang devisa melalui ekspor. Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan melalui agroindustri. Menurut Austin (1981) agroindustri adalah perusahaan yang memproses bahan nabati (yang berasal dari tanaman) atau hewani (yang dihasilkan oleh hewan) yang mempunyai nilai lebih. Proses yang digunakan mencakup pengubahan dan pengawetan melalui perlakuan fisik atau kimiawi, penyimpanan, pengemasan dan distribusi. Salah satu contoh dari agroindustri yang ada di Indonesia adalah agroindustri pangan. Keberadaan agroindustri pangan di Indonesia dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup banyak serta mampu mendorong berdirinya industri penunjang seperti industri pengolahan makanan, industri kemasan, industri mesin dan peralatan pengolahan pangan. Salah satu agroindustri pangan yang sedang berkembang adalah agroindustri pengolahan ikan lele. Bahan dasar yang digunakan adalah ikan lele. lkan lele adalah jenis ikan air tawar yang paling banyak diminati serta dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Hampir semua restoran atau di warungwarung menyediakan menu pecel lele maupun lalapan lele. Selain dagingnya gurih, ikan lele mempunyai keunggulan tak bersisik dan bisa bertahan hidup 1

2 lebih lama sehingga mempermudah proses pengolahan. Ikan lele mengandung protein yang tinggi dan zat penguat tulang (kalsium) yang baik untuk makanan anak balita. Selain itu lele juga mengandung mineral lain yang penting pula untuk kesehatan tubuh (Hertami, 1986). Berikut data produksi perikanan budidaya Jawa Tengah tahun 2009-2013. Tabel 1. Data Produksi Perikanan Budidaya Jawa Tengah 2009-2013 No Komoditas Produksi (ton) 2009 2010 2011 2012 2013 1 Udang Windu 3.581 3.028 2.373 2.711 33.580 2 Udang Vaname 1.006 1.858 1.962 3.421 13.872 3 Udang lainnya 6.733 5.030 1.969 1.786 16.506 4 Kerapu 7 11 12 12 68 5 Rumput Laut 8.892 16.015 44.507 41.155 59.545 6 Nila 20.073 28.715 41.122 50.791 72.350 7 Ikan Mas 3.899 4.973 6.348 7.127 10.321 8 Bandeng 48.541 57.201 64.305 64.038 79.096 9 Kakap 32 33 0 0 21 10 Patin 429 1.038 1.135 1.342 2.240 11 Lele 28.290 36.768 54.088 62.686 75.236 12 Gurame 6.145 7.475 9.404 10.373 9.753 13 Lainnya 17.023 13.851 15.638 16.278 16.627 Jumlah 144.651 175.996 242.863 261.720 389.215 Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2015 Berdasarkan data produksi perikanan budidaya Jawa Tengah maka dapat diketahui bahwa total produksi perikanan budidaya selalu meningkat setiap tahunnya. Produksi perikanan budidaya hingga tahun 2013 sebesar 389.215 ton. Ikan lele merupakan salah satu ikan air tawar yang paling banyak dibudidayakan setelah bandeng. Produksi ikan lele pada tahun 2013 mencapai 75.236 ton. Kabupaten Boyolali memiliki potensi perikanan yang cukup besar untuk usaha budidaya ikan lele. Potensi perikanan yang dimiliki Kabupaten Boyolali adalah jenis perikanan darat seperti tambak, sawah, kolam serta karamba dan perairan umum seperti waduk, sungai, telaga dan rawa. Diantara potensi

3 perikanan tersebut, salah satu jenis usaha perikanan yang banyak dilakukan oleh beberapa masyarakat Kabupaten Boyolali adalah usaha budidaya ikan dalam kolam. Kolam di daerah Boyolali biasanya digunakan untuk budidaya ikan air tawar salah satunya yaitu lele. Ikan lele merupakan ikan yang paling banyak dibudidayakan di Kabupaten Boyolali dibandingkan dengan ikan lainnya yaitu sebesar 18.907.598 kg dan luas lahan yang digunakan 307.662 m 2. Berikut ini data produksi ikan menurut jenis di Kabupaten Boyolali tahun 2014. Tabel 2. Data Produksi Ikan Menurut Jenis di Kabupaten Boyolali Tahun 2014 No Komoditas Produksi (kg) Luas (m 2 ) 1 Lele 18.907.598 307.662 2 Nila 4.032.119 65.217 3 Karper 846.161 35.481 4 Gurame 36.422 1.064 5 Patin 109.767 448 Jumlah 23.934.317 409.872 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Boyolali, 2015 Kampung Lele adalah sebutan untuk Desa Tegalrejo karena sebagian besar penduduk berprofesi sebagai pembudidaya lele. Pada tahun 1990 diawali oleh tiga orang petani di Desa Tegalrejo yaitu Sugiarno, Sugiardi, dan Darsino bermula dari pekarangan rumah yang dijadikan sebagai usaha pembesaran budidaya lele. Usaha lele digunakan sebagai usaha sampingan dari usaha pokok bercocok tanam padi dan palawija. Masyarakat Desa Tegalrejo menganggap usaha pembesaran budidaya lele tidak menguntungkan dan berisiko tinggi, tetapi Sugiarno, Sugiardi dan Darsino tetap menjalankan dan lebih berusaha untuk mengembangkan. Pada tanggal 20 Februari 2007 kampung lele mendapat kunjungan dari presiden Rebuplik Indonesia, bapak Susilo Bambang Yudoyono. Presiden memberikan penghargaan kepada Darsino selaku ketua Kelompok Mina Karya Utama Yaitu Satya Lancana Wira Karya. Tahun 2009 Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhammad berkunjung dan memberikan perluasan kolam pada Kampung Lele untuk meningkatkan produksi dan memperluas trobosan pasar sehingga dapat menjamin produksi pasar.

4 Desa Tegalrejo merupakan salah satu desa di Kabupaten Boyolali yang membudidayakan ikan lele dalam jumlah cukup besar yaitu sekitar 10-12 ton/hari dengan luas kolam 25 Ha (Samodro, 2011). Ikan lele tersebut dijual dalam bentuk ikan segar untuk memenuhi kebutuhan pasar Yogyakarta, Solo, Klaten, Boyolali, dan Salatiga. Di daerah tersebut banyak terdapat agroindustri pengolahan ikan lele salah satunya adalah KUB Karmina (Kelompok Usaha Bersama Karya Mina Utama). KUB Karmina merupakan salah satu pelaku usaha yang bergerak di bidang pengolahan makanan yang berbahan dasar ikan lele. Bermula dari ketersediaan bahan baku yang berlimpah di Desa Tegalrejo, agroindustri ini menciptakan produk-produk olahan lele berkualitas. KUB Karmina berdiri pada tahun 2007 yang dipimpin oleh Ibu Triasning Sigit Supomo. Jumlah anggota yang ada sampai saat ini adalah 15 orang. Bahan baku yang digunakan untuk proses produksi adalah ikan lele. KUB Karmina hanya mengambil bahan baku dari petani lele di daerah sekitar. Pemasok bahan baku ini tidak bergantung pada satu petani saja, bahkan 3-5 petani. Harga lele segar dari petani yaitu Rp 17.000/kg. Produk olahan yang dihasilkan dari KUB Karmina ada 7 macam yaitu abon (pedas dan gurih), keripik daging, keripik kulit, keripik sirip, kerupuk, bakso dan nugget. Harga untuk masing-masing produk olahan lele berbeda-beda, untuk abon Rp 110.000/kg, keripik daging Rp 90.000/kg, keripik kulit Rp 100.000/kg, keripik sirip Rp 70.000/kg, kerupuk Rp 40.000/kg, Bakso Rp 60.000/kg dan nugget Rp 75.000/kg. KUB Karmina melakukan proses produksi 3 kali dalam seminggu. Dalam satu kali produksi, ikan lele yang dibutuhkan bisa mencapai 160 kg dengan ukuran 1-3 ekor/ kg. Produk olahan dikemas secara dengan menarik dalam ukuran mulai dari 100 gr hingga 1 kg per bungkus. Hasil produksinya selain sudah tersedia di semua toko oleh-oleh maupun minimarket yang ada di wilayah Boyolali juga telah tersebar luas di Pulau Jawa seperti Solo, Yogyakarta, Salatiga, Semarang, Surabaya, Jakarta bahkan pernah sampai di meja makan Istana Negara.

5 Usaha agroindustri pengolahan ikan lele diharapkan dapat memberikan keuntungan sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, agar dapat mencapai tujuan terlebih dahulu dilakukan sebuah studi kelayakan untuk menilai investasi yang ditanamkan di agroindustri tersebut layak atau tidak layak untuk dijalankan. Apabila usaha tersebut layak untuk dijalankan maka akan memberikan keuntungan, namun bila usaha tersebut tidak layak untuk dijalankan maka akan mengalami kerugian. Untuk meminimalkan atau menghindari risiko di masa yang akan datang perlu perencanaan yang tepat agar dana yang diinvestasikan dapat memberikan keuntungan. Agroindustri pengolahan ikan lele di KUB Karmina dalam menjalankan usahanya belum melakukan analisis kelayakan khususnya dari segi finansial yang berguna untuk mengetahui kelayakan dalam penanaman investasinya. Oleh karena itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah acuan untuk pelaku usaha dalam mengambil keputusan berkenaan dengan kegiatan dan keberlangsungan usahanya. B. Rumusan Masalah Ikan lele merupakan komoditas bernilai ekonomi tinggi yang sampai saat ini dikembangkan di Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali. Hambatan yang dihadapi para pengusaha agroindustri pengolahan ikan lele adalah masalah ekonomi. Hambatan tersebut misalnya kenaikan biaya input seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya transportasi dan lain-lain. Untuk mengatasi masalah tersebut maka perlu analisis kelayakan finansial dan sensitivitas, sehingga dapat memberikan gambaran kepada pengusaha bagaimana melakukan usaha yang menguntungkan dengan memperhitungkan berbagai biaya dan faktor produksi. Dengan analisis kelayakan finansial maka dapat memberikan keputusan kepada pengusaha agroindustri pengolahan ikan lele apakah usaha yang dijalankan menguntungkan atau tidak menguntungkan. Penelitian mengenai kelayakan finansial dan sensitivitas agroindustri pengolahan ikan lele di KUB Karmina Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali dilakukan dengan penilaian mengenai manfaat secara finansial yang diperoleh

6 dari usaha tersebut. Dalam melakukan usaha agroindustri seringkali hanya memikirkan keuntungan dalam jangka pendek, sehingga kurang mempertimbangkan bagaimana usaha mampu bertahan dan memberikan keuntungan dalam jangka panjang. Dalam kegiatan usaha agroindustri ada perubahan sejumlah faktor produksi yang dipengaruhi oleh nilai rupiah dan inflasi. Oleh karena itu, para pengusaha harus siap dalam menghadapi jika terjadi kenaikan jumlah biaya produksi, penurunan jumlah produksi, bahkan kenaikan harga jual produk. Permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kelayakan finansial agroindustri pengolahan ikan lele di KUB Karmina Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali? 2. Bagaimana tingkat sensitivitas agroindustri pengolahan ikan lele di KUB Karmina Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui tingkat kelayakan finansial agroindustri pengolahan ikan lele di KUB Karmina Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali? 2. Mengetahui tingkat sensitivitas agroindustri pengolahan ikan lele di KUB Karmina Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali? D. Kegunaan Penelitian Kegunaan yang akan diperoleh dari penelitian yang akan dilakukan adalah: 1. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan terutama yang berkaitan dengan topik penelitian serta merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian dari Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

7 2. Bagi pengusaha agroindustri pengolahan ikan lele, menjadi bahan pertimbangan atau masukan (informasi) dalam menentukan langkah-langkah yang perlu diambil untuk mengurangi risiko atau kendala dalam usaha agroindustri pengolahan ikan lele. 3. Bagi pembaca, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian guna menambah wawasan dan pengetahuan serta sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya 4. Bagi pemerintah, dapat memberikan kontribusi bagi pengambil Kebijakan dalam bidang pertanian khususnya subsektor perikanan, dalam usaha peningkatan kesejahteraan petani.