BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Proses Desain (1) 10/18/2016. Proses perencanaan (Simonds & Starke, 2006) (ARL 200) PRAKTIKUM MINGGU 10

Perencanaan DESAIN/PERANCANGAN 16/09/2015. Proses perencanaan (Simonds & Starke, 2006)

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Perumahan dan Permukiman

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desain Tapak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Arsitektur Lanskap 2.2. Desain Lanskap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI. 2). Waktu penelitian sejak pelaksanaan hingga pembuatan laporan hasil studi berlangsung selama 9 bulan (Februari 2011-Oktober 2011).

BAB 3 METODOLOGI JL.TERAPI PERUM. BUMI MENTENG ASRI. Gambar 2. Lokasi Konsultan Lanskap Oemardi_zain (googlemaps.com, serigama.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Estetika

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 65. Tipikal Karakter Penanaman Tropis pada Area Masuk Perumahan

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran

METODOLOGI. Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Kegunaan data No Jenis Data Sumber Data Kegunaan

II. LANSKAP DAN KARAKTERISTIK

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian

VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III BAHAN DAN METODE

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Desain Lanskap

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu. Keterangan Jl. KH. Rd. Abdullah Bin Nuh. Jl. H. Soleh Iskandar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

PEMBAHASAN UMUM KEGIATAN MAGANG. Kelembagaan Perusahaan

I. PENDAHULUAN. Padang Golf Sukarame (PGS) merupakan Lapangan Golf pertama dan satu-satunya di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta)

IV. KONDISI UMUM PT. ENVIROSPACE CONSULTANT INDONESIA

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

PERANCANGAN ARSITEKTUR DAN PERANCANGAN KOTA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 06 KODE / SKS : KK / 4 SKS. Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK LINC WAREHOUSE CIKARANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia

Dr.Ir. Edi Purwanto, MT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Sumber : BAPEDDA Surakarta

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey

KAWASAN WISATA BUNGA KOTA BANDUNG

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kampus

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditorium Universitas Diponegoro 2016

BAB IV ANALISA TAPAK

JURUSAN ARSITEKTUR FTUP

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

ELEMEN SITE : MASSA DAN RUANG LUAR

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota

INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI

BAB III METODOLOGI 3. 1 Tempat dan Waktu 3. 2 Alat dan Bahan 3. 3 Metode dan Pendekatan Perancangan 3. 4 Proses Perancangan

IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PRIORITAS PENGEMBANGAN TAMAN RONGGOWARSITO SEBAGAI RUANG TERBUKA PUBLIK DI TEPIAN SUNGAI BENGAWAN SOLO TUGAS AKHIR

BAB III BAHAN DAN METODE

TEORI PERANCANGAN KOTA. Pengantar Perancangan Perkotaan

UTARINA KUSMARWATI BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LANSKAP PERKOTAAN (URBAN LANDSCAPE)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

BAB I PENDAHULUAN. lahan terbangun yang secara ekonomi lebih memiliki nilai. yang bermanfaat untuk kesehatan (Joga dan Ismaun, 2011).

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rekreasi dan Wisata 2.2 Perencanaan Kawasan Wisata

BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi

JURNAL UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN HOTEL RESORT DI WISATA PANTAI ALAM INDAH. Disusun Oleh :

2. Tata Ruang adalah wujud struktur dan pola pemanfaatan ruang baik yang direncanakan maupun tidak (Kamus Tata Ruang, Ditjen Cipta Karya, 1997).

Site Site planning Site condition

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

Desa Mandiri Berbasis Ecovillage

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Sumber:

Gambar 2. Lokasi Studi

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu Magang

BAB I PENDAHULUAN. sebelum manusia mengenal makna arsitektur itu sendiri, namun pada saat ini signage

TINJAUAN PUSTAKA Taman Rumah

SATUAN ACARA PERKULIAHAN STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 2 / 3 SKS

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

LINGKUP DAN SKALA ARSITEKTUR LANSKAP LINGKUP KEGIATAN ARL LINGKUP KEGIATAN ARL LINGKUP KEGIATAN ARL KEGIATAN PERENCANAAN DESAIN PENGELOLAAN KONSULTASI

Identitas, suatu objek harus dapat dibedakan dengan objek-objek lain sehingga dikenal sebagai sesuatu yang berbeda atau mandiri.

TUGAS AKHIR 118 PEREMAJAAN RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

Gambar 2 Peta lokasi studi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Kota 2.2 Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota

TEORI PERANCANGAN KOTA : FIGURE GROUND THEORY

Prosiding SN SMAP 09 ABSTRAK PENDAHULUAN. FMIPA UNILA, November

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kajian Lanskap Wisata Pantai Puteh di Kabupaten Kepulauan Talaud Provinsi Sulawesi Utara

METODOLOGI Lokasi dan Waktu Magang Metode Magang

III. METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang

Transkripsi:

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Menurut Simond & Strake (2006), lanskap adalah suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia. Dalam suatu lanskap, karakter harus menyatu secara harmonis dan alami untuk memperkuat karakter lanskap tersebut. Sedangkan Menurut Eckbo (1964), lanskap adalah keseluruhan elemen fisik secara kompleks di suatu area atau daerah. Lanskap juga dikenal dalam beragam disiplin ilmu seperti yang diungkapkan oleh Forman dan Gordon (1986) yang menyatakan bahwa lanskap sebagai area lahan heterogen menyusun sebuah cluster interaksi ekosistem yang berulang pada bentuk yang sama pada setiap bagian. Phillips (dalam Benson dan Roe, 2000) mengungkapkan bahwa terdapat lima karakter dari lanskap yang didasarkan pada kenyataan yang menyebutkan bahwa lanskap terbentuk sepanjang waktu oleh proses geologi, kehidupan organik, aktivitas, dan imajinasi manusia. Kelima karakter tersebut yaitu: 1. terdiri dari bentuk dan nilai alam serta kebudayaan yang terfokus pada hubungan diantara keduanya; 2. perpaduan dari unsur fisik dan metafisik dengan unsur sosial, budaya, dan seni. Lanskap adalah cara pandang kita terhadap dunia, tidak hanya sekedar pemandangan dan penampakan yang dapat diungkapkan oleh perasaan; 3. kita dapat merasakan lanskap hanya pada saat ini, lanskap merupakan hasil dari seluruh perubahan lingkungan di masa lalu dan merupakan perpaduan dari masa lalu dan saat ini; 4. lanskap bersifat universal yang terdapat di setiap wilayah, dan 5. lanskap menjadi identitas bagi suatu tempat yang menyebabkan keragaman pada lingkungan kehidupan.

5 2.2 Lanskap Kota Lynch (1977) dalam bukunya yang berjudul The Image of the City menyatakan bahwa ada lima elemen pokok yang biasa digunakan orang untuk membangun citra mental dari sebuah kota, yaitu jalur sirkulasi (paths), bagian wilayah kota (distrik), batas wilayah (edges), pusat aktivitas kota (nodes), dan tengaran (landmark). Menurut Simonds (1983), kota adalah pemukiman yang tersebar dan padat ekonomi, sosial, dan aktivitas politik. Kota memiliki posisi geografi yang relatif tetap dan kekuasaan pemerintah yang spesifik. Selain itu, kota bersifat dinamis pertumbuhannya, dan organisasi didalamnya berfungsi dengan baik. Kota harus mempunyai kemampuan kerja sosial, ekonomi, dan struktur politik yang dinyatakan dalam bentuk tiga dimensi. Sehingga dapat dinyatakan lanskap kota merupakan suatu lanskap buatan manusia sebagai akibat dari aktivitas manusia dalam mengelola lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Lanskap kota terjadi karena adanya pengorganisasian ruang yang mencerminkan kegiatan masyarakat setiap hari. 2.3 Lanskap Industri Menurut Tandy (1975) dalam Landscape of Industry, lanskap industri atau pabrik yang menyatu dengan perkantoran menjadi salah satu bagian pembentuk lanskap kota. Tetapi tipe lanskap ini berbeda dengan lanskap lainnya seperti perumahan atau yang lainnya. Lanskap industri atau perkantoran biasanya ditandai dengan beberapa poin seperti : a. membutuhkan skala bangunan yang besar dan lanskap yang luas b. membutuhkan ruang untuk pengembangan / ekspansi c. membutuhkan ruang penyangga seperti hutan Hal itu dikarenakan lanskap industri / kantor merupakan pusat dari kegiatan banyak orang, tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan efek positif maupun negatif bagi lingkungan sekitar. Oleh karena itu lanskap tersebut membutuhkan penutupan lahan dari vegetasi penyangga untuk menjaga stabilitas lingkungan disekitarnya.

6 2.4 Public Green Open Space Definisi ruang terbuka menurut Simonds dan Starke (2006), menggambarkan karakter arsitektural ketika mendekati seluruh atau sebagian dari elemen struktur. Seperti suatu ruang yang merupakan tambahan suatu bangunan. Kadang-kadang ini menjadi batasan satu bangunan atau gabungan dari beberapa bangunan. Ini dapat terlihat dari hubungan antara ruang, struktur, dan lanskap yang digabungkan dalam proses desain. Jika struktur volume ruang terbuka di satu sisi, ini menjadi suatu transisi antara struktur dan lanskap. Jika terbuka pada suatu pemandangan, biasanya ini menjadi pusat lokasi dengan pemandangan terbaik dan tempat dengan pemandangan terbaik yang dapat dilihat dari berbagai sisi. Menurut Baud-Bovy dan Lawson (1998), taman berguna untuk orang yang hidup di kota dan desa untuk berhubungan langsung dengan alam dan bersantai sehingga membebaskan dari kepadatan jalan raya. Area berumput menjadi area informal yang menjadi area permainan bagi anak-anak dan area bersenang-senang untuk orang dewasa. Orang yang hidup dan bekerja di sekitar area menggunakannya untuk makan siang di ruang terbuka atau untuk berlatih. Area ini dapat difungsikan oleh anak-anak dan melatih peliharaannya. Ruang hijau memiliki fungsi yang beragam: a. sosial : ruang untuk bertemu dan bermain yang berhubungan dengan alam b. struktural : desain urban dan pertamanan c. ekologis : peraturan ekosistem urban dengan: - mengurangi masalah persepsi psikologis urban - peningkatan iklim - mengantisipasi perbedaan iklim dan angin secara perlahan - mengatur hujan dan banjir - mengelola keragaman tanaman dan hewan. Chiara dan Koppelman (1994) menyatakan bahwa sifat khas keruangan lanskap pada umumnya tergantung pada tiga hal: 1. Besaran ruang Besaran ruang penting untuk menentukan dampak visual secara menyeluruh, demikian juga potensinya untuk menyerap fungsi tertentu. Besaran dapat

7 dievaluasi menurut luas dan hubungan antara luas tersebut dengan semua ruang lainnya pada tapak tersebut. 2. Tingkat ketertutupan (degree of enclosure) visual Tingkat ketertutupan visual ruang merupakan faktor spasial penting, terutama untuk menempatkan fungsi yang sangat dipengaruhi oleh kebutuhan hubungan sirkulasi (jalan atau jalan setapak), pemandangan yang bagus, atau vista (pemandangan). Tingkat ketertutupan merupakan pertimbangan perencanaan yang penting, tidak hanya dalam percapaian keruangan, tetapi juga dalam bentuk visualnya. 3. Sifat visual Seseorang harus mengadakan penafsiran suatu ruang secara cermat menurut citra visual yang melekat untuk menentukan sifat khas dari ruang. Kualitas visual yang melekat pada tapak sangat mempengaruhi jenis kegiatan yang terjadi. Ruang padat yang disekat rapat akan menghasilkan nuansa yang sangat berbeda dengan ruangan yang terbuka, dan landai. Apabila suatu rencana akhir akan berhasil, maka kegiatan-kegiatan yang direncanakan untuk berbagai tapak hendaknya mencerminkan kualitas yang melekat pada tapak tersebut. 2.5 Perancangan Lanskap Perancangan Lanskap merupakan pengembangan lebih lanjut dari perencanaan tapak, yang lebih menitikberatkan pada pemilihan komponen dan bahan perancangan, serta tanaman dan kombinasinya untuk memecahkan masalah perencanaan tapak dan ditujukan pada pertalian visual. Wujud dan bentuk dalam perancangan lanskap timbul dari hasil perumusan yang jelas terhadap, kendala tapak, serta masalah perancangan yang ada, sedangkan sumber bentuk yang paling penting adalah raut atau wajah tapak itu sendiri, seperti yang dipertegas oleh garis batas tepian tapak dan topografi. Adapun sumber bentuk kedua kendala berasal dari suatu perkiraan mengenai fungsi atau kegunaan yang akan ditampung (Laurie, 1986). Menurut Simonds & Starke (2006), perancangan ditekankan pada penggunaan volume dan ruang. Setiap volume memiliki bentuk, tekstur, ukuran,

8 bahan, warna, dan kualitas lainnya. Semuanya dapat mengekspresikan dan mengakomodasikan fungsi-fungsi yang ingin dicapai dengan baik sehingga ruang dapat memberikan dampak yang berbeda pada psikologis manusia. Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa perancangan akan menghasilkan ruang tiga dimensi. Seperti halnya yan diutarakan Loidl dan Bernard (2003), bahwa perancangan adalah proses yang dinamis dengan perpindahan yang konstan dari kepala menuju tangan, dari ide menjadi tanda, lalu kembali lagi. Setiap garis dan setiap titik yang ditempatkan di lembaran kertas adalah bagian dari usaha untuk menghubungkan ide di kepala. Perancangan merupakan tahapan lanjut dari perencanaan. Menurut Laurie (1984), perancangan menekankan pada seleksi komponen-komponen rancangan, bahan-bahan, tumbuh-tumbuhan, dan kombinasinya sebagai pemecahan masalah yang ada dalam rencana tapak. Dalam perancangan suatu lanskap terdapat prinsipprinsip yang mendasarinya, yaitu: 1. Unity (kesatuan), merupakan kesatuan seluruh elemen lanskap. Dapat diciptakan dengan pengulangan (repetition), penggunaan grid, dan tema. 2. Balance (keseimbangan), berupa keseimbangan dalam skala, proporsi, bentuk, dan posisi. Keseimbangan tercipta melalui pengaturan secara simetri, asimetri, maupun radial. 3. Emphasis (penekanan), menghadirkan dominasi maupun suatu kontras pada suatu lanskap. Emphasis dapat diciptakan melalui pengarahan, pengaturan letak, kontras terhadap elemen, dan variasi ukuran maupun jumlah. 2.6 Proses Perancangan Lanskap Proses mendesain/merancang menurut Booth (1983) yaitu : 1. Penerimaan proyek (Project Acceptance) Dalam Tahap Pertama ini proposal proyek telah diterima dan disetujui oleh kedua belah pihak yaitu arsitek lanskap dan klien.pada pertemuan pertama klien menjelaskan keinginannya kepada arsitek lanskap, kemudian terjadi kesepakatan diantara kedua belah pihak. Selanjutnya arsitek lanskap mempersiapkan proposal detail yang mencakup pelayanan, produk, dan biaya. Jika klien setuju maka kedua belah pihak menandatangani kontrak.

9 2. Riset dan Analisis (Research and Analysis) Selanjutnya arsitek lanskap membutuhkan rencana dasar tapak dan mengadakan inventarisasi tapak dan analisis. Survey langsung ke tapak menjadi bagian yang penting untuk melengkapi tahap ini. Mewawancarai pemilik dan menyusun program termasuk bagian dari tahap ini. 3. Desain/Perancangan (Design) Dalam tahap ini terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan arsitek lanskap, yaitu : a. Diagram fungsi ideal (Ideal Functional Diagram) sebagai awal dari proses pembuatan grafis suatu desain; b. Diagram fungsi keterhubungan tapak (Site-Related Functional Diagram); c. Rencana Konsep (Concept Plan) merupakan perkembangan langsung dari diagram fungsi tapak dan merupakan lanjutan dari analisis-sintesis yang telah dilakukan saat inventarisasi; d. Studi tentang komposisi bentuk (Form composition study), dalam hal ini desainer telah berhasil memecahkan masalah yang ada ditapak dengan mempertimbangkan fungsi dan lokasi tapak; e. Desain awal (Prelimiary Master Plan), dalam desain awal semua elemen desain dimasukkan dan dipelajari kesatuan antara satu dengan yang lainnya; f. Rencana induk (Master Plan) merupakan perbaikan dari desain awal. Pada Master Plan semuanya telah terspasialkan dengan detil baik dari bentuk garis, ukuran, skala, dll; g. Desain Skematik (Schematic Design), untuk proyek kecil desain skematik sama dengan rencana induk tetapi untuk skala besar, desain skematik dipelajari lebih dalam lagi dengan ketelitian yang lebih dalam; h. Design Development merupakan tahap akhir dalam proses mendesain. 1. Gambar-gambar Konstruksi (Construction Drawings) 2. Pelaksanaan (Implementation) 3. Evaluasi Setelah Konstruksi (Post-Construction Evaluation and Maintance)

10 4. Pengelolaan (Maintenance) Sedangkan proses perancangan lanskap menurut Hill (1995), tahapannya terdiri dari 4 tahapan yaitu : 1. Inferences pada tahapan ini terdiri dari 4 proses didalamnya yaitu : brief, survey analysis, development controls, dan initial environmental impact assessment. 2. Design Pada tahapan ini terdiri dari 3 proses juga didalamnnya yaitu : proposals, sketch scheme, dan final scheme. 3. Freeze, merupakan fase peralihan sebelum masuk ketahapan terakhir dalam proses perancangan. 4. Execution Pada tahapan ini terdapat 5 proses yaitu : working details, contract, implementations, completion, feedback, dan aftermath. 2.7 Konsultan Lanskap Konsultan lanskap adalah pengembang swasta yang memiliki tanggung jawab moral dalam hal penyediaan ruang dan fasilitas rekreasi dalam kota. Perencana kota dan arsitek lanskap berperan penting dalam kegiatan preservasi, perencanaan ruang terbuka, pembangunan fasilitas rekreasi, dan program sosial sebagai pelayanan kebutuhan bagi manusia (Gold, 1980). Adapun ruang lingkup seorang Konsultan Arsitektur Lanskap menurut John F. Papilaya (2007) yang terutama yaitu; a. riset dan analisis persyaratan proyek; b. rekomendasi perencanaan tapak; c. riset dan studi persyaratan ruang, fungsi dan operasi; d. analisa dan rekomendasi tentang hal-hal yang tercakup dalam disiplin ilmumereka,dan juga hal-hal yang langsung atau tidak langsung berhubungan dengandisiplin ilmu mereka; e. perencanaan tapak dan rekomendasi penyusunan program;

11 f. analisa proyeksi pertumbuhan dan perubahan serta pertimbangan dan efekefeknya; g. persyaratan filosofi perancangan proyek; h. analisis biaya pembangunan arsitektur lanskap, studi perawatan; i. ketersediaan dan regionalitas kawasan lahan. 2.8 Manajemen Proyek Lanskap Menurut Orberlender, (1993) manajemen proyek adalah sebuah ilmu dan seni yang mengatur Sumber Daya manusia, peralatan, bahan, ruang, uang, dan waktu untuk menyelesaikan suatu pelaksanaan dengan waktu dan biaya yang optimal. Manajemen proyek mencakup multidisiplin yang terfokus untuk mengkoordinasi semua kebutuhan dalam pelaksanaan. Prinsip utama manajemen proyek adalah mengorganisir pelaksanaan pekerjaan agar selesai dengan sempurna. Manajemen proyek ini berperan penting menentukan keberhasilan dari pelaksanaan suatu proyek lanskap. Menurut Stoner dan Freeman (1992), proses manajemen proyek lanskap mencakup empat fungsi utama yaitu: 1. Perencanaan (Planning), merupakan konsep dasar dari suatu proses manajemen, dimana tugas-tugas manajemen disusun dan tujuan serta sasarannya telah ditetapkan. Kebijakannya dan tata cara pelaksanaannya dibuat dalam perumusan perencanaan sasaran jangka pendek dan jangka panjang. 2. Pengorganisasian (Organizing), adalah proses pengaturan dan pengalokasian kerja, wewenang, dan Sumber Daya di kalangan anggota organisasai sehingga mereka dapat mencapai tujuan organisasi secara optimum. 3. Pengarahan (directing), merupakan tahapan yang mencakup hal yang mengarahkan, mempengaruhi, dan memotivasi karyawan untuk bekerja dan menjalankan tugasnya dengan baik. 4. Pengendalian (controlling), adalah fungsi pengendalian manajmen untuk mengantisipasi apabila terjadi penyimpangan.