HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI SEROPREVALENSI MYCOPLASMA GALLISEPTICUM PADA BEBEK DI KECAMATAN CIPUNEGARA KABUPATEN SUBANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas

TINJAUAN PUSTAKA Chronic Respiratory Disease Karakteristik Mycoplasma ( Agent

DETEKSI ANTIBODI Salmonella pullorum DAN Mycoplasma gallisepticum PADA ANAK AYAM (DOC) PEDAGING BEBERAPA PERUSAHAAN YANG DIJUAL DI KABUPATEN LAMONGAN

Proses Penyakit Menular

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Industri Peternakan unggas dibagi menjadi 4 sektor yaitu sektor 1 merupakan

Wahai Burungku, Ada Apa Denganmu (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi)

DAFTAR ISI. PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 2 Manfaat Penelitian... 2 Hipotesis... 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh virus influenza tipe A, yang ditularkan oleh unggas seperti ayam, kalkun, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi

FAKTOR DAN AGEN YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT & CARA PENULARAN PENYAKIT

BAB I PENDAHULUAN. kandungan berbagai asam amino, DHA dan unsur-unsur lainnya yang dibutuhkan

Famili : Picornaviridae Genus : Rhinovirus Spesies: Human Rhinovirus A Human Rhinovirus B

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

PENDAHULUAN. Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Istilah "Ayam kampung" semula

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. unggas yang dibudidayakan baik secara tradisional sebagai usaha sampingan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pertama kali saat terjadinya perang di Crimea, Malta pada tahun Gejala

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggul dari tetuanya. Ayam pembibit terbagi atas 4 yaitu ayam pembibit Pure

I. PENDAHULUAN. Infeksi dan kontaminasi yang disebabkan oleh Salmonella sp. ditemukan hampir di. Infeksi bakteri ini pada hewan atau manusia dapat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sub sektor memiliki peran penting dalam pembangunana nasional. Atas

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dapat disebabkan oleh kausa infeksius, non-infeksius dan nutrisional (Ali dkk.,

Peluang Bisnis Top ~ 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Budidaya Bebek Peking Sangat Menjanjikan

Pertanyaan Seputar "Flu Burung" (Friday, 07 October 2005) - Kontribusi dari Husam Suhaemi - Terakhir diperbaharui (Wednesday, 10 May 2006)

Biosecurity. Biosecurity: Pandangan Baru Terhadap Konsep Lama. Perspektif Saat Ini

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit adalah ayam penghasil telur tetas fertil yang digunakan

IV. MACAM DAN SUMBER PANGAN ASAL TERNAK

BAB I PENDAHULUAN. Letak geografis Kecamatan Kuta Selatan berada di ketinggian sekitar 0-28 meter di

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Salah Satu Manajemen Perkandangan pada Peternakan Ayam Broiler.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam)

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September-Oktober 2013.

TINJAUAN PUSTAKA Ayam kampung

BAB I PENDAHULUAN. Escherichia coli yang merupakan salah satu bakteri patogen. Strain E. coli yang

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Usaha pembibitan ayam merupakan usaha untuk menghasilkan ayam broiler

Selama ini mungkin kita sudah sering mendengar berita tentang kasus

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. alami Salmonella sp adalah di usus manusia dan hewan, sedangkan air dan

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Pedagang Daging

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk menyeleksi pejantan dan betina yang memiliki kualitas tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler pembibit merupakan ayam yang menghasilkan bibit ayam

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik

HASIL DAN PEMBAHASAN. Inseminasi Buatan pada Ayam Arab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hewan ke manusia. Toxoplasma gondii berperan sebagai parasit obligat

ABSTRAK. Kata Kunci : Bursa Fabrisius, Infectious Bursal Disease (IBD), Ayam pedaging

I. PENDAHULUAN. serta meningkatnya kesadaran akan gizi dan kesehatan masyarakat. Akan

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

BAB I PENDAHULUAN. Ternak babi merupakan salah satu jenis ternak yang memiliki banyak

I. PENDAHULUAN. potensi alam didalamnya sejak dahulu kala. Beragam sumber daya genetik hewan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan jenis ayam kampung yang banyak dikembangkan di

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek.

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan produktivitas ayam buras agar lebih baik. Perkembangan

PENDAHULUAN Latarbelakang aflatoksikosis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. parasit spesies Toxoplasma gondii. Menurut Soedarto (2011), T. gondii adalah parasit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu ikan air tawar yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 3

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya lele dumbo tergolong mudah dan pertumbuhannya relatif cepat.

TINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa

MATRIKS DOMESTIK MASUK MEDIA PEMBAWA HPHK BKP KELAS II GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternakan (telur, daging, dan susu) terus meningkat. Pada tahun 2035

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Itik Cihateup merupakan salah satu unggas air, yaitu jenis unggas yang

1. Penyakit Tetelo (ND=Newcastle Disease) Penyebab : Virus dari golongan paramyxoviru.

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ini tersebar di berbagai penjuru dunia. Di Indonesia, penyakit ini bersifat

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan dari tahun ke tahun semakin pesat dengan

I PENDAHULUAN. Ternak itik mulai diminati oleh masyarakat terutama di Indonesia. Karena,

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi)(santoso et al.

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi Umum Kandang Local Duck Breeding and Production Station

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007

PENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat

I. PENDAHULUAN. tinggi. Fakta ini menyebabkan kebutuhan yang tinggi akan protein hewani

BAB I PENDAHULUAN. relatif mudah, dapat memanfaatkan berbagai jenis bahan sebagai makanannya,

KESEHATAN IKAN. Achmad Noerkhaerin P. Jurusan Perikanan-Untirta

BAB I PENDAHULUAN. Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri yang umum menghuni usus

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi di negara berkembang dalam. meningkatkan kualitas sumber daya manusianya adalah pada pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

BAB I PENDAHULUAN. kecil. Pengelolaan sapi perah rakyat pada kenyataannya masih bersifat tradisional.

Transkripsi:

28 HASIL DAN PEMBAHASAN Dipilihnya desa Tanjung, Jati, Pada Mulya, Parigi Mulya dan Wanasari di Kecamatan Cipunegara pada penelitian ini karena daerah ini memiliki banyak peternakan unggas sektor 1 dan 2 yang dikelilingi oleh pemukiman penduduk yang memelihara unggas. Dikelima desa tersebut terdapat berbagai tipe pemeliharaan unggas yaitu unggas backyard (sektor 4), ayam ras pedaging komersial skala kecil (sektor 3), tempat penampungan unggas/ tempat pemotongan unggas serta penggembalaan bebek berpindah (Eko 2003 & Syafrison 2011). Tingkat biosecurity pada peternakan sektor 3 dan sektor 4 masih sangat rendah. Sistem biosecurity yang rendah merupakan sistem yang tidak melakukan kontrol terhadap lalu lintas orang, vaksinasi, pencatatan riwayat flock, pencucian kandang, pakan, air, limbah (sisa-sisa) produksi dan ayam mati. Semakin buruk kondisi lingkungan dan manajemen kandang maka periode inkubasi Mycoplasma akan berlangsung lebih cepat (Poultry Disease Network 2011). Menurut Bradbury (2006) Mycoplasma gallisepticum dapat bertahan dengan sangat baik pada bulu unggas, rambut manusia dan pakaian berbahan katun. Dengan sistem biosecurity yang sangat rendah pada sektor 3 dan 4 memungkinkan terjadinya interaksi penyakit antar kelompok unggas dengan sangat cepat. Selain itu, jika penyakit benar-benar telah berada di lingkungan peternakan sektor 4, unggas yang terinfeksi dikhawatirkan akan menjadi sumber penularan bagi unggas lain di peternakan sektor 4 maupun unggas di peternakan sektor lainnya. Hasil pengujian terhadap sampel serum yang diperoleh menunjukkan bahwa prevalensi serologis Mycoplasma gallisepticum pada bebek di Kabupaten Subang cukup rendah, yaitu hanya 2 sampel yang menunjukkan positif mengandung antibodi terhadap Mycoplasma gallisepticum dari 145 sampel yang diperoleh. Berdasarkan sebaran nilai prevalensinya hanya 2 desa yang menunjukan adanya sampel positif yaitu desa Pada Mulya (1 sampel) dan Parigi Mulya (1 sampel). Berdasarkan data tersebut maka prevalensi Mycoplasma gallisepticum pada bebek adalah 1.4%. (Tabel 1).

29 Tabel 1 Hasil pengujian prevalensi serologis Mycoplasma gallisepticum Nama Desa Jumlah Positif Negatif Persentase Persentase Sampel Positif (%) Negatif(%) Tanjung 59 0 59 0 100 Jati 29 0 29 0 100 Pada Mulya 7 1 6 14.3 85.7 Parigi Mulya 28 1 27 3.6 96.4 Wanasari 22 0 22 0 100 Total 145 2 143 1.4 98.6 Jumlah sampel yang diambil dari tiap desa berbeda-beda tergantung dari populasi bebek yang ada di masing-masing desa. Desa yang memiliki tingkat prevalensi paling tinggi yaitu desa Parigi Mulya yaitu sebesar 14.3% dan diikuti oleh desa Pada Mulya yaitu sebesar 3.6%. Desa Tanjung, Jati dan Wanasari memiliki tingkat prevalensi yang sangat rendah karena tidak ditemukan adanya sampel positif di desa tersebut (prevalensi 0%). Prevalensi serologis Mycoplasma gallisepticum pada bebek jauh lebih rendah dibandingkan ayam kampung. Hasil penelitian Juniwati (2011) tentang mikoplasmosis di Kecamatan Cipunegara pada ayam kampung menunjukan nilai seroprevalensi sebesar 28.52% atau 83 sampel dari 291 sampel yang diperiksa yang didapat dari desa Tanjung, Jati, Pada Mulya, Parigi Mulya dan Wanasari. Gambar 3. Peta kecamatan Cipunegara (Syafrison 2011)

30 Rendahnya prevalensi mycoplasmosis pada bebek dibandingkan ayam kampung tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti genetik, cara pemeliharaan dan keberadaan agen dilingkungan. Secara genetik, inang alami Mycoplasma gallisepticum adalah ayam dan kalkun, meskipun Mycoplasma gallisepticum pernah dilaporkan dapat juga diisolasi dari bebek, namun hal itu jarang terjadi. Adanya perbedaan struktur silia mukosa ayam dengan bebek menyebabkan adanya perbedaan reseptor yang merupakan tempat penempelan Mycoplasma pada saat menginfeksi inangnya. Bebek memiliki reseptor Mycoplasma pada mukosa dengan jumlah yang sedikit dibandingkan ayam (Rottem 2003). Hal ini menyebabkan bebek jarang terkena infeksi Mycoplasma, sehingga prevalensi yang di dapat dalam penelitian ini rendah. Cara pemeliharaan bebek gembalaan berbeda dengan ayam kampung maupun ayam komersial. Pemeliharaan pada ayam komersial sangat berpotensi sekali untuk mengalami stres. Kondisi ini rentan terhadap infeksi Mycoplasma, menurut Ensminger (1992) hewan yang mengalami stres akan memperlihatkan gejala klinis yang lebih jelas pada penderita mikoplasmosis. Cara pemeliharaan ayam komersial dilakukan pemberian pakan secara intensif. Pemberian pakan pada peternakan komersial yang telah bertransportasi memungkinkan pakan terkontaminasi Mycoplasma sehingga memungkinkan mengalami mikoplasmosis. Bebek gembalaan dipelihara pada kondisi kandang yang tidak permanen sehingga dapat bebas mengekspresikan behavior selama proses angon maka tingkat stress bebek lebih rendah. Rendahnya tingkat stres menyebabkan bebek tidak terlalu rentan terinfeksi Mycoplasma dibandingkan unggas komersial. Pola beternak bebek dengan sistem penggembalaan berpindah-pindah, yang mengikuti musim panen padi memungkinkan terjadinya penularan antara ayam kampung dengan bebek yang ada di Kecamatan Cipunegara. Pada saat musim hujan dan suhu yang lembab serta didukung dengan pemeliharaan yang tidak intensif dapat mempercepat penularan dari Mycoplasma gallisepticum (Rasyaf 1983). Bebek di Kecamatan Cipunegara tidak pernah mendapatkan vaksinasi Mycoplasma gallisepticum artinya antibodi Mycoplasma gallisepticum yang terdeteksi merupakan akibat paparan patogen yang ada di lingkungan. Adanya

31 antibodi terhadap Mycoplasma gallisepticum pada bebek dipengaruhi oleh beberapa faktor baik secara horizontal maupun vertikal. Penyebaran secara horizontal dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Unggas yang terinfeksi dapat menjadi sumber penyebaran penyakit dalam suatu kelompok melalui kontak langsung, hasil dari exhalasi, batuk, atau bersin. Tingkat penyebaran juga tergantung dari beberapa faktor seperti kepadatan kandang, jumlah mikroba, dan kepekaan individu terhadap strain Mycoplasma tersebut. Bakteri ini tidak selalu menyerang unggas yang berdekatan kandang, bahkan dinding kandang kemungkinan dapat bertindak sebagai barier pertahanan terhadap transmisi (Jordan 2006). Penyebaran tidak langsung dapat terjadi melalui pekerja dan peralatan kandang yang terkontaminasi dan memungkinkan terjadinya penyebaran dari satu kelompok unggas ke kelompok unggas lainnya (CFSPH 2007). Penggunaan vaksin aktif Mycoplasma gallisepticum di Belanda memiliki pengaruh terhadap unggas-unggas lain disekitarnya. Berdasarkan hasil penelitian Feberwee (2006) penggunaan vaksin aktif Mycoplasma gallisepticum pada 20 ekor ayam petelur dapat berdampak pada 19 ekor ayam petelur yang tidak divaksin terinfeksi oleh Mycoplasma gallisepticum. Faktor lain yang menyebabkan adanya antibodi terhadap Mycoplasma gallisepticum pada bebek di Kecamatan Cipunegara adalah lingkungan. Tingginya kadar ammonia, banyaknya debu, rendahnya kadar nutrisi, immunosuppressive dan tingkat stres yang tinggi berperan penting dalam penyebaran penyakit mikoplasmosis (Bradbury 2006). Antibodi yang muncul akibat paparan Mycoplasma gallisepticum pada bebek merupakan protein-protein yang terbentuk sebagai respon terhadap antigen yang masuk ke tubuh, yang bereaksi secara spesifik dengan antigen Mycoplasma gallisepticum. Konfigurasi yang terjadi antar molekul antigen-antibodi yang muncul sebagai respon terhadap suatu antigen tertentu saja yang cocok dengan permukaan antigen itu sekaligus bereaksi dengannya. Penelitian ini menunjukan bahwa bebek di Kecamatan Cipunegara lebih resisten dibandingkan ayam kampung hal ini ditunjukkan dengan prevalensi yang rendah. Kemungkinan lain adalah bahwa bebek telah membiasakan hidup di dalam kondisi sanitasi yang

32 buruk dalam jangka waktu yang lama sehingga membentuk sistem kekebalan alamiah dengan sendirinya. Sistem kekebalan alami sudah ada sejak hewan lahir dan terdiri atas berbagai macam pertahanan non-spesifik. Sistem kekebalan alami pada bebek terbentuk setelah hewan terpapar oleh penyakit mikoplasmosis yang merangsang sitem kerja dari sel limfosit B memori untuk mengingat agar pertahanan tubuh lebih kuat. Proses seperti ini biasa disebut dengan proses adaptasi (Ensminger et al. 2004). Bebek dapat hidup dengan berbagai macam kondisi alam yang ekstrim, sehingga bebek terbebas dari penyakit-penyakit unggas seperti leukosis, Marek dan Infectious bronchitis (Ensminger et al. 2004). Infeksi Mycoplasma gallisepticum pada bebek di daerah Subang memiliki pathogenisitas yang rendah. Penelitian ini memiliki hasil yang sama dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Soeripto (1988). Pada penelitian tersebut telah diuji sebanyak 117 serum bebek Tegal dari 4 daerah di Jawa Barat dan 2 daerah di Jawa Tengah, hasil pengujian menunjukkan bahwa dideteksi keberadaan antibodi terhadap Mycoplasma gallisepticum dari Indramayu sebanyak 17.4% sampel serum, Sumedang 7.7% sampel serum dan 4.1 % sampel serum dari Cirebon. Serum bebek dari Karawang, Tegal dan Semarang tidak memperlihatkan aglutinasi terhadap antigen Mycoplasma gallisepticum. Pada penelitian tersebut Soeripto juga berhasil mengisolasi bakteri Mycoplasma tersebut adalah galur Mycoplasma gallisepticum dari sampel organ seekor bebek Tegal yang mati akibat pasteurellosis. Menurut Soeripto (1988) isolasi galur Mycoplasma gallisepticum dan adanya antibodi terhadap Mycoplasma gallisepticum pada bebek Tegal secara alami belum pernah dilaporkan di Indonesia. Penelitian lain tentang mikoplasmosis di Indonesia yaitu survei infeksi bakteri Mycoplasma synoviae pada kalkun, angsa, entok dan bebek di kabupaten Sleman dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian yang dilakukan oleh Amanu & Sunuwihadi (2005) menunjukan bahwa sebanyak 40 sampel sera bebek dari kabupaten Sleman yang diambil pada periode tahun 2003, 13 sampel diantaranya memberikan reaksi positif terinfeksi Mycoplasma synoviae atau sebesar 32.50%. Sedangkan pada kalkun sebesar 56,52% atau 26 sampel positif terinfeksi Mycoplasma synoviae dari 72 sampel yang diperiksa. Hal ini menunjukan bahwa

33 unggas air relatif lebih resisten terhadap Mycoplasma dibandingkan dengan unggas lain (Amanu & Sunuwihadi 2005). Sato (1996) menyatakan bahwa prevalensi mikoplasmosis pada ayam di Indonesia pada rentan 0% sampai 74%, berdasarkan sampel yang berasal dari 7 breeding farm yang terindikasi positif terinfeksi mikoplasmosis. Infeksi Mycoplasma gallisepticum pada peternakan unggas komersial pernah dilaporkan juga di Sao Paulo, Brazil. Sebanyak 1.046 sampel usapan trakhea dan embrio yang dikoleksi dari 33 farm ayam petelur dan pedaging ditemukan prevalensi Mycoplasma gallisepticum sebesar 72.7% (Buim 2009). Seroprevalensi Mycoplasma gallisepticum pernah dilaporkan pada ayam kampung di Belgia yaitu sebesar 62% (Chrysostome et al. 1995). Penelitian mengenai adanya Mycoplasma gallisepticum pada peternakan ayam komersial di Peninsula, Malaysia sebesar 18.68% (Faisal et al. 2011). Di Turki diamati kebaradaan Mycoplasma gallisepticum pada burung puyuh, hasil pengamatan menunjukkan dari 20 sampel serum yang diuji menggunakan ELISA diperoleh sebanyak 85% atau 17 sampel adalah positif terdapat antibodi terhadap Mycoplasma gallisepticum (Turkyilmaz et al. 2007).