BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang berada dalam

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam Program Studi Ekonomi Islam

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran, perasaan, ide, semangat, dan keyakinan dalam suatu bentuk gambaran

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

TRANSLITERASI ARAB LATIN.

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... SURAT PERNYATAAN KEASLIAN... PERSETUJUAN PEMBIMBNG... PENGESAHAN... PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI. Halaman SAMPUL DALAM... PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI... MOTTO... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... PERSEMBAHAN...

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... REKOMENDASI PEMBIMBING... NOTA DINAS... HALAMAN PERSEMBAHAN...

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

PEDOMAN TRANSLITERASI

DAFTAR ISI PERNYATAAN KEASLIAN... PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN... MOTTO... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR GRAFIK... xiv

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii. PENGESAHAN...iii. PERSEMBAHAN... iv. MOTTO... v. ABSTRAK... vi. KATA PENGANTAR... vii. DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. Halaman BAB II STUDI TOKOH. A. Pengertian Studi Tokoh B. Profil Tokoh... 30

DAFTAR ISI... SAMPUL DALAM... PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR TRANSLITERASI...

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii. KATA PENGANTAR... v. DAFTAR TRANSLITERASI... x

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN. Alif - - Jim J Je ح. Dal D De Żal Ż Zet dengan titik di atas. Sin S Es. Syin Sy Es dan ye

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM PERNYATAAN KEASLIAN... PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN.. ABSTRAK.. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI.. DAFTAR TRANSLITRASI..

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM PERNYATAAN KEASLIAN... MOTTO.. PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN.. ABSTRAK.. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI..

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam karya sastra merupakan masalah-masalah yang ada di. lingkungan kehidupan pengarangnya sebagai anggota masyarakat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1990: 11). Selain kata sastra, dalam KBBI juga ada kata susastra (tambah awalan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kumpulan isyarat yang digunakan oleh orang-orang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam bahasa Arab disebut dengan Adab. Menurut para linguistik

DAFTAR ISI. Pedoman Translitrasi... Abstraks...

BAB I PENDAHULUAN. sebab merupakan hasil ciptaan manusia (Faruk, 2012:77). Lukens (2003:9)

BAB I PENDAHULUAN. satu produk dari budaya manusia, sastra menghadirkan berbagai realita sosial,

BAB I PENDAHULUAN. menghayati pengalaman hidup manusia sewajarnya. Memahami sebuah karya

PEDOMAN TRANSLITERASI. Penulisan Transliterasi Arab-latin dalam penyusunan Tesis ini

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi jiwa pengarang dalam mengilustrasikan kehidupan imajinatifnya (Wellek

BAB II LANDASAN TEORI

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANAREKSA REPO SAHAM (DARSA) DI PT. DANAREKSA SURABAYA SKRIPSI IZZA RISDIANA NIM : C

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra menurut Teeuw (2003:135) merupakan sebuah struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. khas, dan menuntut pembaca yang khas pula. Lukens (via Nurgiyantoro, 2010 b:3)

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam

DAFTAR ISI. BAB II PERILAKU KONSUMEN PADA PERUSAHAAN JASA A. Pemasaran Pengertian Pemasaran... 23

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Sebuah karya sastra yang baik memiliki sifat-sifat yang abadi dengan

BAB I PENDAHULUAN. subjek penelitian, objek penelitian, dan sarana atau peralatan penelitian (Ratna,

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

PROSES PENYADARAN DARI ANAK NAKAL MENJADI ANAK SHALIH DI PANTI ASUHAN ISLAM IBADAH BUNDA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah struktur yang kompleks, sehingga antara

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah struktur. Struktur dalam arti bahwa karya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bahasa Arab, sastra disebut adab. Istilah adab mempunyai arti lain

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan rangkaian kata-kata yang mengandung makna yang indah

BAB I PENDAHULUAN. menyempurnakannya. Hasil kreasi yang orisinil tersebut adalah karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. (Endraswara, 2003:49). Menurut Junus, (1990:1) sastra adalah bentuk. Sastra

BAB I PENDAHULUAN. pendek, yaitu kisahan pendek kurang dari kata yang memberikan kesan

TRANSLITERASI. Dibawah in daftar huruf arab dan transliterasinya dangan huruf latin

BAB 1 PENDAHULUAN. sebuah karya seni dengan menggunakan medium bahasa. Sastra merujuk pada

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang dipandang lebih luas pengertiannya daripada karya fiksi.

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sastra menjadikannya berbeda dengan karya tulis lainnya, hal ini seperti yang

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK AKAD JUAL BELI IKAN NELAYAN (STUDI KASUS DI DESA PANGKALAN KECAMATAN SLUKE KABUPATEN REMBANG) SKRIPSI

KONSEP MANUSIA MENURUT PLATO

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gela Sarjana dalam Ilmu Ushuluddin Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi

PEMIKIRAN POLITIK ISLAM MENURUT AHMAD HASSAN DALAM PERSPEKTIF POLITIK ISLAM INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sarana cerita. Fakta cerita meliputi tokoh dan penokohan, alur, dan latar,

HUKUM MENJUAL RERUNTUHAN BANGUNAN MASJID MENURUT PENDAPAT MAZHAB SYAFI I DAN MAZHAB HANBALI OLEH M. FIKRI TIRTA

Halaman Motto... v Halaman Persembahan... vi

BAB I PENDAHULUAN. Quinn mengatakan (via Sarumpaet, 2010:1) sastra adalah Tulisan yang

BAB I PENDAHULUAN. mempergunakan medium bahasa (Pradopo, 2010: ), sedangkan bahasa

ABSTRAK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola pendidikan anak usia 0-10 tahun dalam

S K R I P S I. Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syariah Jurusan Siyasah Jinayah SURABAYA

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN. Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Tempat/Tgl. Lahir : Amuntai, 19 Juli 1981

BAB I PENDAHULUAN. dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur pembangunnya. Di satu pihak,

PERNYATAAN KEASLIAN. Yang bertanda tangan di bawah ini saya: : Novianti AsiyahNingrum Solikha. : Mekanisme Fundraising Dana Zakat, Infaq Dan

NILAI RELIGIUS DALAM SURAT LUQMAN AYAT DAN KAITANNYA DENGAN AYAT LAIN AHMAD SYAHPUTRA TARIGAN

BAB I PENDAHULUAN. (Goldman via Faruk, 1994:79). Sebagaimana juga disampaikan oleh Lukens

APLIKASI PEMBIAYAAN AKAD QARD} DAN JUAL BELI DI BMT AMANAH INSANI SURABAYA

METODE REHABILITASI NON-MEDIS DI RUMAH SAKIT KHUSUS JIWA H. MUSTAJAB PURBALINGGA DALAM PANDANGAN TASAWUF

MAKNA TRADISI SEDEKAH BUMI DAN LAUT

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal Dimensi Komunikasi Interpersonal C. Komitmen Organisasi

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... PERNYATAAN... PERSEMBAHAN... NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN TESIS... MOTTO... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN... MOTTO... PERSEMBAHAN... ABSTRAK...

RODIAH SALEH

( Word to PDF Converter - Unregistered )

BAB I PENDAHULUAN. antarmanusia (Nurgiyantoro, 2013:2). Sebagai sebuah karya. imajinatif, prosa menyajikan berbagai permasalahan manusia dan

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

DAFTAR ISI... Halaman PERSETUJUAN... i SURAT PERNYATAAN... PENGESAHAN... ABSTRAKSI... PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN... KATA PENGANTAR...

MINAT PEDAGANG DI DESA CEMPAKA MULIA BARAT KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR UNTUK MEMBELI MESIN EDC(ELECTRONIC DATA CAPTURE)

PENGELOLAAN ZAKAT PRODUKTIF PADA BIDANG USAHA MIKRO SEBAGAI UPAYA PENGENTASAN KEMISKINAN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

DAFTAR ISI HALAMAN DAFTAR GAMBAR... PEDOMAN TRANSLITERASI... ABSTRAK INDONESIA... ABSTRAK ARAB...

WARNA DALAM AL-QUR AN (KAJIAN TEMATIK)

PENAFSIRAN AMINA WADUD MUHSIN TENTANG BIDADARI DALAM AL-QUR A<N (KAJIAN HERMENEUTIKA)

PERSEPSI KARYAWAN PT. BANK BNI SYARIAH DAN PT. BANK BRI SYARIAH TERHADAP MUTU MAHASISWA PERBANKAN SYARIAH IAIN ANTASARI BANJARMASIN

STUDI ANALISIS KONSEP MUNÂSABAH ANTAR AYAT

TRANSLITERASI. Dibawah in daftar huruf arab dan transliterasinya dangan huruf latin. Huruf arab Nama Huruf latin Nama

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP POLA KERJASAMA PEMBUATAN BATU BATA DI DESA GEMEKAN MOJOKERTO SKRIPSI

PERSEPSI ANGGOTA JEMAAH TABLIG BANJARMASIN TERHADAP PERBANKAN SYARIAH

PERAN PIMPINAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN BUDAYA ORGANISASI DI SMK ROUDLOTUL MUBTADIIN BALEKAMBANG KECAMATAN NALUMSARI KABUPATEN JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa (Sumardjo dan Saini,

PRAKTIK DISTRIBUSI ZAKAT UNIT PENGUMPUL ZAKAT (UPZ) KORPORASI DAN INSTANSI PEMERINTAH DI KOTA BANJARMASIN

MUDA<RASAH AL-QUR A<N BAGI SANTRI TAHFIZ{ TINGKAT

Halaman Motto... v Halaman Persembahan... vi

IMPLEMENTASI DIALOG ANTAR AGAMA DI FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (FKUB) KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi manusia. Dalam setiap komunikasi, manusia saling menyampaikan

SANITASI LINGKUNGAN DALAM AL-QUR AN

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pernyataan... Halaman Persembahan... Halaman Persetujuan Pembimbing... Halaman Pengesahan... Halaman Motto...

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X PADA PELAJARAN AKHLAK DI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

KESELAMATAN PEMELUK AGAMA DALAM TAFSIR IBNU KATSIR DAN TAFSIR HAMKA (STUDI KOMPARATIF)

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang berada dalam peradaban manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Kehadiran sastra di tengah peradaban manusia tidak dapat ditolak, bahkan kehadiran tersebut diterima sebagai salah satu realitas sosial budaya. Hingga saat ini, sastra tidak hanya dinilai sebagai karya seni yang memiliki budi, imajinasi, dan emosi, tetapi lebih dianggap sebagai suatu karya kreatif yang dimanfaatkan sebagai konsumsi intelektual, di samping konsumsi emosi (Semi, 1993:1). Wujud dari sastra adalah karya sastra. Karya sastra menurut kaum Strukturalis adalah sebuah totalitas yang dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur pembangunnya (Nurgiyantoro, 2010:36). Unsur-unsur yang membangun sebuah karya sastra membentuk struktur karya sastra. Struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan, gambaran semua bahan, dan bagian yang menjadi komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan yang indah (Abrams, dalam Nurgiyantoro, 2010:36). Fungsi dan tujuan karya sastra bersifat menyenangkan dan bermanfaat atau yang disebut dulce et utile yang merupakan dua sifat yang hingga kini tetap menjadi tolok ukur sastra (Teeuw, 2003:7-8). Menurut Sumardjo dan Saini (1994:17-18) sastra digolongkan menjadi dua jenis penggolongan, yaitu sastra imajinatif dan sastra non-imajinatif. Sastra imajinatif terbagi menjadi tiga bagian, yaitu prosa, puisi, dan drama. Sastra non- 1

2 imajinatif terbagi menjadi delapan bagian, yaitu esai, kritik, biografi, otobiografi, sejarah, memoir, catatan harian, dan surat-surat. Menurut Farhud (1981:122) jenis sastra Arab terbagi dalam an-naṡr prosa, asy-syi r puisi, dan ad-darāmā drama. Menurut Nurgiyantoro (2010:2) prosa dalam pengertian kesastraan juga disebut fiksi. Istilah fiksi dapat berarti cerita rekaan atau cerita khayalan. Sementara itu Sumardjo dan Saini (1994:18) mengatakan bahwa salah satu hasil dari cerita rekaan atau cerita khayalan adalah cerita pendek. Cerpen adalah cerita yang panjangnya kira-kira 17 halaman kuarto spasi rangkap, padat, lengkap, ada kesatuan, mengandung satu efek, dan selesai (Santosa, 2010:2-3). Menurut Stanton (2007:88) cerpen memiliki efek mikrokosmis karena mampu mengungkap satu makna yang demikian besar melalui sepotong kejadian saja. Menurut Abidin (1987:206-207) cerpen mulai berkembang di Arab di salah satu negara yang memiliki peradaban adiluhung di sepanjang sejarah, yaitu Mesir, pada sekitar abad ke-19. Pada awal mulanya, cerpen yang berkembang adalah cerpen terjemahan dari bahasa Perancis. Cerpen-cerpen tersebut diterbitkan sebagai salah satu kolom dalam sebuah majalah. Adapun tema-temanya adalah seputar hubungan antara laki-laki dan perempuan serta penyelesaian problemproblem keluarga. Cerpen terjemahan tersebut terus-menerus mengalami perkembangan sampai setelah perang dunia pertama, kemudian mulai menemukan bentuk barunya. Orang pertama yang mempelopori cerpen di Mesir adalah Maḥmud Taimūr. Dalam karyanya, khususnya dalam bidang cerpen, Maḥmud Taimūr banyak mengangkat tentang realita kehidupan masyarakat dengan segala

3 problematika, dan mampu melihat masalah-masalah sosial, serta lebih condong pada masyarakat kalangan bawah. Di samping itu, cerpen tersebut juga tetap menjaga unsur-unsur seni yang ada di dalamnya. Di antara cerpennya adalah cerpen Qublatun Marhūnatun dalam antologi Kullu Āmin wa Antum bi Khairin wa Qaṣaṣun Ukhrā. Cerpen ini menceritakan realitas kehidupan dalam masyarakat Arab secara umum yang memperlihatkan konflik dan masalah sosial di dalamnya, yaitu tentang tokoh Gadis yang memiliki impian menggebu untuk berciuman dengan tokoh Dokter yang pernah merawatnya di rumah sakit. Pada saat yang sama, tokoh Pemuda yaitu adik sepupu laki-lakinya, meminta tokoh Gadis untuk memberinya sebuah ciuman. Akhirnya, tokoh Gadis memberi tokoh Pemuda sebuah janji, yaitu akan menciumnya setelah impian tokoh Gadis terwujud. Akan tetapi, tokoh Pemuda tidak mengetahui impian tokoh Gadis. Impian tokoh Gadis terwujud di depan mata tokoh Pemuda, tanpa tokoh Gadis sadari bahwa tokoh Pemuda telah menyaksikannya. Tokoh Gadis memamerkan kepada tokoh Pemuda bahwa impiannya telah terwujud, kemudian berkata kepada tokoh Pemuda bahwa ia akan menepati janji kepadanya karena impiannya telah terwujud, tetapi tokoh Pemuda menolaknya. Cerpen Qublatun Marhūnatun dalam antalogi Kullu Āmin wa Antum bi Khairin wa Qaṣaṣun Ukhrā merupakan karya sastra yang memiliki sebuah struktur yang terdiri atas unsur-unsur. Untuk memahami cerita dalam cerpen ini dengan baik diperlukan analisis struktural sebagai sebuah langkah untuk menganalisis dan memahami penggalan unsur-unsur dan keterkaitan antarunsur

4 tersebut. Sebagaimana dikatakan oleh Teeuw (1984:120) bahwa analisis struktural merupakan analisis prioritas sebelum dilanjutkan analisis lainnya. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan penelitian ini adalah unsur-unsur intrinsik cerpen Qublatun Marhūnatun dalam antologi Kullu Āmin wa Antum bi Khairin wa Qaṣaṣun Ukhrā, serta keterkaitan antarunsur. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan unsur-unsur intrinsik cerpen Qublatun Marhūnatun dalam antologi Kullu Āmin wa Antum bi Khairin wa Qaṣaṣun Ukhrā karya Maḥmūd Taimūr dan keterkaitan antarunsur-unsur. 1.4 Tinjauan Pustaka Sejauh pengamatan peneliti, penelitian mengenai cerita pendek Qublatun Marhūnatun dalam antologi Kullu Āmin wa Antum bi Khairin wa Qaṣaṣun Ukhrā karya Maḥmūd Taimūr ini belum pernah dilakukan oleh mahasiswa Jurusan Sastra Asia Barat Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada dengan teori apapun. Akan tetapi, telah banyak mahasiswa di Jurusan Sastra Asia Barat Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada yang meneliti cerpen dalam antologi Kullu Āmin wa Antum bi Khairin wa Qaṣaṣun Ukhrā karya Maḥmūd Taimūr. Di antaranya ialah cerpen Ṣirā fī Aẓ-ẓalām dalam antologi cerpen Kullu Āmin wa Antum bi Khairin wa Qaṣaṣun Ukhrā (2009) oleh Nurcahyo Dwi Haryanto, Waraqatun-Nasīb dalam antologi cerpen Kullu Āmin wa Antum bi Khairin wa Qaṣaṣun Ukhrā (2009) oleh Wahid Burhanudin, Majnūn dalam

5 antologi cerpen Kullu Āmin wa Antum bi Khairin wa Qaṣaṣun Ukhrā (2009) oleh Isna Saufiyatil. Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian-penelitian yang sebelumnya, yaitu pada objek penelitiannya. Dengan demikian, penelitian Analisis Struktural Cerpen Qublatun Marhūnatun dalam antologi Kullu Āmin wa Antum bi Khairin wa Qaṣaṣun Ukhrā karya Maḥmūd Taimūr layak untuk dilakukan. 1.5 Landasan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural. Menurut Teeuw (1984:135) teori struktural adalah teori yang memandang karya sastra sebagai sebuah struktur yang bulat dan utuh. Sebagai suatu struktur, unsurunsurnya dapat dibongkar dan dipaparkan secermat dan semendalam mungkin, dan dapat dicari keterkaitan antarunsurnya, yang dapat menghasilkan makna secara menyeluruh. Teori struktural bertujuan untuk memaparkan sedetail mungkin fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra secara bersama yang kemudian menghasilkan sebuah keseluruhan, yang dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik fiksi yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2010:37). Tiga unsur pembangun sebuah fiksi adalah fakta cerita (facts) yang berupa tokoh dan penokohan, alur, serta latar, kemudian tema (theme), dan sarana-sarana sastra (literature devices) yang meliputi judul, dan sudut pandang (Stanton, 2007:20). Selain itu, dalam analisis ini juga dicari keterkaitan antarunsurnya. Nurgiyantoro (2010:36) mengatakan bahwa analisis struktural dapat dipandang

6 sebagai sebuah pendekatan kesastraan yang menekankan pada kajian hubungan antarunsur pembangun karya yang bersangkutan. Fakta cerita merupakan hal-hal yang akan diceritakan di dalam sebuah karya fiksi. Tokoh dan penokohan, alur, dan latar merupakan fakta-fakta cerita. Elemen-elemen ini berfungsi sebagai catatan kegiatan imajinatif dari sebuah cerita. Jika dirangkum menjadi satu, semua elemen ini dinamakan struktur faktual atau tingkatan faktual cerita (Stanton, 2007:22). Karakter adalah individu-individu dan penokohan adalah karakter yang muncul dalam cerita. Karakter dipakai dalam dua konteks. Konteks pertama, karakter mengacu pada individu-individu yang muncul dalam cerita. Konteks kedua, karakter mengacu pada percampuran dari berbagai kepentingan, emosi, dan prinsip moral dari individu-individu yang mengacu pada watak atau penokohan (Stanton, 2007:33). Menurut Stanton (2007:26-28) alur merupakan rangkaian peristiwaperistiwa dalam sebuah cerita. Alur dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian tengah, dan bagian akhir. Akan tetapi, Stanton tidak menjelaskan secara terperinci. Untuk mengetahui urutan peristiwa itu akan digunakan konsep lain yang mendukung konsep Stanton, yaitu Tasrif (dalam Nurgiyantoro, 2010:149-150) yang membedakan tahapan alur menjadi lima bagian, yaitu tahap pertama, penyituasian ialah pembukaan cerita, pemberian informasi awal berfungsi untuk melandastumpui cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya. Tahap kedua, pemuculan konflik, yaitu ketika masalah dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan. Tahap ketiga, peningkatan konflik, yakni

7 dalam tahap ini konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang. Tahap keempat, klimaks ialah pertentangan pertentangan yang dilakui para tokoh cerita mencapai titik intensitas puncak. Tahap kelima adalah tahap penyelesaian yang dalam tahap ini ketegangan dikendorkan dan cerita diakhiri. Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa- peristiwa yang sedang berlangsung (Stanton, 2007:35). Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu pertama latar tempat adalah latar yang menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Kedua latar waktu adalah latar yang berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Ketiga latar sosial adalah latar yang menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi (Nurgiyantoro, 2010:227). Akan tetapi, cerita yang diteliti dalam cerpen ini menggambarkan latar yang terbatas sehingga latar yang akan diteliti dalam penelitian cerpen ini hanya latar tempat dan latar waktu. Tema adalah makna yang dapat merangkum semua elemen dalam cerita dengan cara yang paling sederhana. Cara yang paling efektif mengenali tema sebuah karya adalah dengan mengamati secara teliti setiap konflik yang ada di dalamnya. Setiap aspek cerita turut mendukung kehadiran tema. Oleh karena itu, pengamatan harus dilakukan pada semua hal seperti peristiwa-peristiwa, karakter-

8 karakter, atau bahkan objek-objek yang sekilas tampak tidak relevan dengan alur utama (Stanton, 2007:41-43). Sarana sastra dapat diartikan sebagaimana metode pengarang memilih dan menyusun detail cerita agar tercapai pola-pola bermakna. Judul dan sudut pandang merupakan sarana-sarana sastra. Metode semacam ini perlu karena dengannya, pembaca dapat melihat berbagai fakta melalui kacamata pengarang, memahami apa maksud fakta-fakta tersebut sehingga pengalaman dapat dibagi (Stanton, 2007:46-47). Judul selalu relevan terhadap karya sastra yang diampunya sehingga keduanya membentuk satu kesatuan ketika judul mengacu pada tokoh utama, latar, dan tema (Stanton, 2007:51). Sudut pandang adalah posisi pusat kesadaran tempat kita dapat memahami sesuatu (Stanton, 2007:53). Keterkaitan antarunsur merupakan keterkaitan yang membuktikan bahwa setiap unsur intrinsik dalam cerita saling berkaitan dan tidak berdiri sendiri. Analisis struktural tersusun dari unsur-unsur, unsur-unsur tersebut berbentuk satu kesatuan yang utuh, dalam sebuah cerpen unsur-unsur tersebut berupa tokoh dan penokohan, latar, kemudian sarana sastra. Tokoh memainkan sebuah cerita menggunakan latar dengan sarana-sarana sastra. Hal ini ditujukan untuk menyimpulkan tema. 1.6 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode struktural, yaitu membongkar dan memaparkan secara cermat, teliti, detail, dan semendalam

9 mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua unsur, dan aspek karya sastra yang menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 1984:135). Cerpen ini akan diidentifikasi dan dideskripsikan unsur-unsur intristiknya yang terdiri atas fakta cerita, tema, dan sarana sastra. Fakta cerita yang akan dideskripsikan terdiri atas karakter, alur, dan latar, sedangkan sarana sastra yang akan dideskripsikan terdiri atas sudut judul dan pandang pengarang. Selain itu juga akan dideskripsikan hubungan antarunsur-unsur tersebut. Dalam penulisan argumen suatu ungkapan pada penelitian ini akan dituliskan beberapa kali, hal itu dilakukan untuk menghindari hilangnya nuansa cerita. 1.7 Sistematika Penulisan Penelitian ini akan disajikan dalam empat bab. Bab I berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, sistematika penulisan, dan pedoman transliterasi Arab-Latin. Bab II mencakup biografi Maḥmūd Taimūr dan sinopsis cerpen Qublatun Marhūnatun. Bab III memuat analisis strukural yang meliputi tema, fakta cerita (tokoh dan penokohan, alur, latar), dan sarana sastra (judul dan sudut pandang) serta keterkaitan antarunsur yang terdapat dalam cerpen Qublatun Marhūnatun. Bab IV menjelaskan kesimpulan. 1.8 Pedoman Transliterasi Arab-Latin Transliterasi huruf Arab-Latin yang digunakan dalam penelitian ini dikutip dari buku pedoman transliterasi Arab-Latin yang diterbitkan berdasarkan keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI no: 158 Th 1987 dan no: 0543b/U/1987.

10 1. Konsonan Fonem kosonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, dalam transliterasi ini, sebagian dilambangkan dengan huruf, sebagian dengan tanda, dan sebagian dilambangkan dengan huruf dan tanda sekaligus. Di bawah ini daftar huruf Arab dan trasliterasinya dengan huruf latin.

11 Huruf Nama Huruf Latin Nama Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan Ba B Be Ta T Te Sa ṡ Es (dengan titik di atas) Jim J Je A ḥ Ha (Dengan titik di bawah) Kha Kh Ka dan Ha Dal D De Zal Ż Zet (dengan titik di atas) Ra R Er Zai Z Zet Sin S Es Syin Sy Es dn Ye Sad ṣ Es (dengan titik di bawah) Ad ḍ De (dengan titik di bawah) Ta ṭ Te (dengan titik di bawah) Za ẓ Zet (dengan titik di bawah) Ain Koma terbalik di atas Gain G Ge Fa F Ef Qaf Q Ki Kaf K Ka Lam L El Mim M Em Nun N En Wau W We Ha H Ha Hamzah ` Apostrof (koma di atas) Ya Y Ye

12 2. Vokal Vokal bahasa Arab seperti vokal Indonesia. Vokal terdiri atas vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya adalah: Tanda Nama Huruf Latin Nama _ Fatḥah a A Kasrah i I Ḍammah u U Contoh: = kataba = żukira Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya sebagai berikut. Tanda dan Huruf Nama Gabungan Huruf Nama Fatḥah dan Ya Ai a dan i Fatḥah dan Wau Au a dan u Contoh: = kaifa = qaulun 3. Maddah Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu: Harakat dan huruf Nama Huruf dan Tanda Nama fatḥah dan alif atau ya ā a dengan garis atas

13 Kasrah dan ya ī i dengan garis atas ḍammah dan wau ū u dengan garis atas Contoh: = qāla = qīla = yaqūlu 4. Ta Marbūṭah Transliterasi ta marbūtah ada dua, ta marbūtah hidup atau mendapat harakat fatḥah, kasrah, atau ḍammah transliterasinya adalah /t/ dan marbūtah mati atau mendapat harakat sukun transliterasinya adalah /h/. Apabila ada kata yang berakhir dengan ta marbūtah dikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata tersebut terpisah maka ta marbūtah tersebut ditransliterasikan /h/. contoh: -rauḍah al-aṭfāl - al-madīnah al-munawwarah - ṭalḥah 5. Syaddah Syaddah atau tasydid dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda syaddah atau tasydid. Dalam transliterasinya, tanda syaddah itu dilambangkan dengan huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah tersebut. Contoh: rabbanā al-ḥajju

14 6. Kata Sandang Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf al. Kata sandang tersebut dalam transliterasi dibedakan menjadi kata sandang yang diikuti huruf syamsiyah dan huruf qamariyah. Kata sandang yang diikuti huruf syamsiyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya yaitu /l/ diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang tersebut. Contoh: ar-rajulu asy-syamsu Kata sandang yang diikuti huruf qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda simpang (-). Contoh: al-qalamu al-kitābu 7. Hamzah Hamzah yang ditransliterasikan dengan apostrof hanya berlaku untuk hamzah yang terletak di tengah dan belakang. Hamzah yang terletak di depan tidak dilambangkan dengan koma di atas karena dalam tulisan Arab berupa alif. Contoh: syai un inna

15 8. Penulisan Kata Pada dasarnya, setiap kata, baik fi il, isim, maupun harf, ditulis terpisah. Bagi kata-kata tertentu yag penulisannya dengan huruf Arab yang sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan, maka dalam transliterasi ini, penulisan kata tersebut bisa dilakukan dengan dua penulisan kata tersebut dirangkaikan juga dengan kata lain yang mengikutinya. Contoh: Wa innallāha lahuwa khair ar-rāziqīn 9. Huruf Kapital Wa innallāha lahuwa khairur-rāziqīna Meskipun dalam sistem tulisan Arab, huruf kapital tidak dikenal, dalam transliterasi ini, huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf kapital seperti yang berlaku dalam EYD, di antaranya adalah huruf kapital digunakan untuk menulis huruf awal, nama diri, dan permulaan kalimat. Jika nama diri itu didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya.