ANALISIS KERAGAMAN DNA TANAMAN DURIAN SUKUN (Durio zibethinus Murr.) BERDASARKAN PENANDA RAPD

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis keragaman tanaman durian sukun (Durio zibethinus) berdasarkan penanda RAPD

KEMIRIPAN GENETIK KELAPA GENJAH HIJAU JOMBANG dan GENJAH HIJAU NIAS BERDASARKAN PENANDA RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA)

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Analisis keragaman dna tanaman durian sukun. (Durio zibethinus Murr.) Berdasarkan penanda RAPD. Tesis. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Hubungan Genetika Populasi Kelapa Dalam Banyuwangi, Lubuk Pakam dan Paslaten berdasarkan Analisis RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA)

ANALISIS KERAGAMAN GENETIK KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) ASAL JAWA BARAT DENGAN PENANDA RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA)

I. PENDAHULUAN. unggulan, baik untuk tujuan ekspor mau pun kebutuhan dalam negeri. Ditinjau

SKRIPSI. Oleh: ROSLINA HULU / AGROEKOTEKNOLOGI-BPP

INDUKSI KERAGAMAN GENETIK DENGAN MUTAGEN SINAR GAMMA PADA NENAS SECARA IN VITRO ERNI SUMINAR

HASIL DAN PEMBAHASAN. (a)

II. BAHAN DAN METODE

ANALISIS POLA PITA ANDALIMAN (Zanthoxylum acanthopodium D.C) BERDASARKAN PRIMER OPC-07, OPD-03, OPD-20, OPM-20, OPN-09

STUDI PENDAHULUAN VARIASI GENETIK JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) LOKAL BERDASARKAN RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHIC DNA

BAB I PENDAHULUAN. eks-karesidenan Surakarta (Sragen, Boyolali, Karanganyar, Sukoharjo) (Prihatman,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 10. Hasil ekstraksi DNA daun

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

KERAGAMAN GENETIK POPULASI INDUK ABALONE (Haliotis diversicolor) ASAL SELAT BALI DENGAN MENGGUNAKAN PENANDA Random Amplified Polimorphic DNA (RAPD)

ANALISIS KERAGAMAN GENETIK TANAMAN JARAK PAGAR LOKAL (Jatropha curcas L.) BERDASARKAN PENANDA MOLEKULER RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHIC DNA.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

ANALISIS KERAGAMAN POLA PITA DNA ANTAR VARIETAS GANYONG (Canna edulis Ker.) DARI DAERAH KARANGANYAR, SOLO DAN BOYOLALI BERDASARKAN PENANDA RAPD

ANALISIS KERAGAMAN GENETIK MUTAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) HASIL PERLAKUAN MUTAGEN KOLKISIN BERDASARKAN PENANDA MOLEKULER RAPD

STUDI KEKERABATAN KULTIVAR KAMBOJA (Plumeria sp.) DENGAN TEKNIK RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHIC DNA (RAPD)

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN PRAKATA DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN INTISARI ABSTRACT BAB I

SKRIPSI OLEH : HERMANYANTO LAIA / PEMULIAAN TANAMAN PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2017

KARAKTERISASI MORFOLOGI VARIETAS LOKAL DURIAN PETRUK DAN BRONGKOL DI JAWA TENGAH

SKRIPSI. ANALISIS POPULASI GENETIK PASAK BUMI (Eurycoma longifolia Jack) BERDASARKAN PENANDA RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara mega biodiversitas karena memiliki

Keragaman Molekuler pada Tanaman Lili Hujan (Zephyranthes spp.) Molecular Variance in Rain Lily (Zephyranthes spp.)

ANALISIS KERAGAMAN GENETIK TANAMAN JARAK PAGAR LOKAL (JATROPHA CURCAS L.) BERDASARKAN PENANDA MOLEKULER RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHIC DNA

Keanekaragaman Infraspesifik Petai (Parkia speciosa Hassk.) Di Kabupaten Indragiri hulu dan Kabupaten Kuantan Singingi Berdasarkan Karakter Morfologi

PERBANDINGAN POLA PITA AMPLIFIKASI DNA DAUN, BUNGA, DAN BUAH KELAPA SAWIT NORMAL DAN ABNORMAL ALFINIA AZIZAH

DASAR BIOTEKNOLOGI TANAMAN

ANALISIS KERAGAMAN GENETIK KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl.) BERDASARKAN PENANDA RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHIC DNA (RAPD) YULISTIA WULANDARI

ABSTRACT. Genetic Relationship offour DwarfCoconut Populations Based on RAPD (Ram/QmA""lijkdPolymoT]Jhic DNA) SALEHA HANNUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI ISOLASI DNA SAWO (ACHRAS ZAPOTA) DENGAN BEBERAPA METODE. Oleh Marshelina Noor Indah Delfianti H

Bandung, Juni Fegaira Almas Saniy

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

Elektroforesis Hasil Amplifikasi Analisis Segregasi Marka SSR Amplifikasi DNA Kelapa Sawit dengan Primer Mikrosatelit HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB. I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KERAGAMAN Musa acuminata Colla LIAR DENGAN PENDEKATAN MORFOLOGI DAN MOLEKULER

BIO306. Prinsip Bioteknologi

METODE PENELITIAN. Tabel 2. Rincian pengambilan contoh uji baik daun maupun kayu jati

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KERAGAMAN GENETIK NILAM (Pogostemon cablin Benth) YANG DIBUDIDAYAKAN DI BALI BERDASARKAN MARKA RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHIC DNA (RAPD)

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth

SKRIPSI. KARAKTERISASI MORFOLOGI DAUN KULTIVAR DURIAN LOKAL (Durio zibethinus Murr.) DI KECAMATAN KUANTAN MUDIK KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

STUDI KERAGAMAN GENETIK NENAS (Ananas comosus (L.) Merr.) HASIL PERSILANGAN BERDASARKAN PENANDA MORFOLOGI DAN RAPD

II. BAHAN DAN METODE. Betina BEST BB NB RB. Nirwana BN NN RN. Red NIFI BR NR RR

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi

PRAKATA. Alhamdulillah syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt., atas

KERAGAMAN GENETIK AREN ASAL SULAWESI TENGGARA BERDASARKAN MARKA RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHIC DNA

Keragaman Genetik Kelapa Dalam Bali (DBI) dan Dalam Sawarna (DSA) Berdasarkan Penanda. Polimorphic DNA (RAPD)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pola Pita DNA Monomorfis Beberapa Tanaman dari Klon yang Sama

7 DETEKSI KERAGAMAN IN VITRO PLANLET LILI (Lilium, L) HASIL MUTASI DENGAN ISOZIM

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN METODE

PENGARUH BATANG BAWAH DAN CARA SAMBUNG TERHADAP. KEBERHASILAN SAMBUNG PUCUK DURIAN (Durio zibethinus Murray) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Mangga merupakan salah satu buah tropis unggulan. Luas panen dan

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR. DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN.

BAB I PENDAHULUAN. Famili Columbidae merupakan kelompok burung dengan ciri umum tubuh

III. MATERI DAN METODE. Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

HASIL DAN PEMBAHASAN

SKRIPSI. KERAGAMAN WERENG COKLAT (Nilaparvata lugens Stall) (HOMOPTERA:DELPHACIDAE) BERDASARKAN MARKA PROTEIN TOTAL

AMPLIFIKASI in vitro GEN PENGKODE PEMSILIN V ASILASE dari Bacillus sp. strain BACS

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: ISSN :

III. HASIL DAN PEMBAHASAN M

BAB I PENDAHULUAN. Burung anggota Famili Columbidae merupakan kelompok burung yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tanaman mangga dengan menggunakan metode CTAB (cetyl trimethylammonium

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria

Profil DNA 10 aksesi tanaman obat sambiloto dari Pulau Kalimantan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%.

CURRICULUM VITAE. : Dr. Ir. Endang Yuniastuti, MSi. Kepakaran: Bioteknologi Pertanian

TINJAUAN PUSTAKA. berikut: Kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mahoni dan mimba. Hasil seleksi primer yang dilakukan terhadap 13 primer spesifik dari

PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas

IMPLIKASI GENETIK SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (TPTJ) PADA JENIS

(A) 530C-550C; (B) 560C, 570C, 580C, 600C; (C) 590C, 610C, 620C; (D)

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI KERAGAMAN GENETIK TANAMAN SIRSAK (Annona muricata L.) DI JAWA BERDASARKAN PENANDA MOLEKULER RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHIC DNA (RAPD) Skripsi

I. PENDAHULUAN. Jenis kelamin menjadi salah satu studi genetik yang menarik pada tanaman

KOMPARASI UJI KARBOHIDRAT PADA PRODUK OLAHAN MAKANAN DARI TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr)

BAB. IV. Simulasi Analisis Marka Mikrosatelit Untuk Penduga Heterosis Pada Populasi Inbrida

JMHT Vol. XV, (3): , Desember 2009 Artikel Ilmiah ISSN:


AMPLIFIKASI GEN CYTOCHROME OXIDASE SUBUNIT I (COI) DARI SAMPEL SIRIP IKAN HIU DENGAN MENGGUNAKAN BEBERAPA PASANGAN PRIMER

BAB I PENDAHULUAN. flora yang dapat ditemukan adalah anggrek. Berdasarkan eksplorasi dan

Pengujian DNA, Prinsip Umum

SELEKSI PRIMER UNTUK ANALISIS KERAGAMAN GENETIK JENIS BITTI (Vitex coffassus)

I. PEMBAHASAN. Hasil Uji Kuantitatif dan Kualitatif DNA. menggunakan teknik elektroforesis gel agarosa konsentrasi 1% pada tangki berisi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SKRIPSI. KEBERHASILAN OKULASI BIBIT DURIAN (Durio zibethinus Murr.) PADA MODEL MATA TEMPEL DAN STADIA ENTRES YANG BERBEDA

KERAGAMAN GENETIK KAMBING BOER BERDASARKAN ANALISIS SEKUEN DNA MITOKONDRIA BAGIAN D-LOOP. Skripsi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

ANALISIS KERAGAMAN DNA TANAMAN DURIAN SUKUN (Durio zibethinus Murr.) BERDASARKAN PENANDA RAPD Endang Yuniastuti, Supriyadi, Ismi Puji Ruwaida Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian UNS Email: is_me_cute@yahoo.co.id ABSTRAK Durian (Durio zibenthinus Murr.) merupakan buah-buahan tropis dari Asia Tenggara. Beberapa genotipe durian lokal telah dilepas menjadi varietas unggul, yaitu durian sukun, sunan, kani, monthong dan petruk, namun sampai saat ini belum diketahui keragaman DNA. Alternatif untuk mengkaji keragaman DNA durian adalah dengan menggunakan penanda RAPD. Tujuan penelitian adalah mengkaji keragaman DNA pada varietas durian sukun, sunan, kani, monthong, dan petruk serta mengkaji keragaman DNA durian sukun yang ditanam pada wilayah yang berbeda berdasarkan penanda RAPD. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan di Yogyakarta mulai bulan November 2008 sampai bulan Januari 2009. Bahan penelitian analisis keragaman DNA antar varietas durian adalah daun tanaman durian sukun, sunan, kani, monthong dan petruk yang ada di kebun benih Ranukitri Karanganyar. Bahan penelitian analisis keragaman DNA durian sukun pada wilayah penanaman berbeda adalah daun tanaman durian sukun dari Gempolan Karanganyar, durian sukun dari Kebun Benih Ranukitri Karanganyar, durian sukun dari Jepara dan durian sukun dari Salatiga. Selanjutnya dilakakukan analisis DNA terhadap sampel daun yang diawali dengan isolasi DNA, uji kuantitas dan kualitas DNA, seleksi primer, dan amplifikasi dengan PCR. Visualisasi hasil PCR dilakukan dengan elektroforesis menggunakan etidium bromide yang menghasilkan pita DNA. Pita DNA selanjutnya dianalisis dengan program NTSYS untuk mendapatkan keragaman DNA antar varietas durian dan keragaman DNA durian sukun pada wilayah penanaman berbeda. Seleksi primer menghasilkan 6 primer polimorfik yang digunakan, yaitu primer OPA-01, OPA-02, OPA-07, OPA-16, OPA-18 dan OPA-19. Pola pita DNA hasil amplifikasi menunjukkan adanya keragaman antar varietas durian sukun, sunan, kani, monthong dan petruk serta menunjukkan keragaman durian sukun yang ditanam di wilayah yang berbeda. Dendrogram pengelompokkan pada lima varietas durian cenderung memisah, yaitu durian sukun, sunan, monthong dan petruk merupakan satu kelompok yang memisah dengan durian kani. Dendrogram pengelompokkan durian sukun yang ditanam pada wilayah berbeda menghasilkan dua kelompok, yaitu kelompok I terdiri dari durian sukun dari Gempolan Karanganyar dan durian sukun dari Salatiga. Kelompok II terdiri dari durian sukun dari Kebun Benih Ranukitri Karanganyar dan durian sukun dari Jepara. Kata kunci : Analisis keragaman, DNA, Durio zibethinus Murr, RAPD Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010 49

ABSTRACT Durio (Durio zibenthinus Murr.) is a tropical fruit from Southeast Asia. Several genotipes of durio have been released as the superior varieties, namely durio of sukun, sunan, kani, monthong and petruk that its need study about their DNA variability. An alternative way to study the DNA variability of durio is by using RAPD markers. The aim of research is to study the DNA variability durio of sukun, sunan, kani, monthong, petruk and to study the DNA variability of sukun durio in different areas planted based on RAPD markers. The research has conducted in Biotechnology Laboratory in Yogyakarta on November 2008 until January 2009. Material of this research is leaves of sukun, sunan, kani, monthong and petruk durio from Ranukitri seed garden, Karanganyar. The material of DNA variability of sukun durio in different areas planted is leaves of sukun durio from Gempolan, Karanganyar, sukun durio from seed garden Ranukitri, Karanganyar, sukun durio from Jepara dan durio of sukun from Salatiga. DNA analysis of leaves sample is begin DNA isolation, quantity and quality test of DNA, primer selected, and amplification with PCR. Then, electroforesis stage for visualitation of PCR product with etidium bromide. Software of NTSYS is used to analyzed a DNA band for DNA variability of durio. The result of primer selected is six primer used in this research, that is OPA-01, OPA-02, OPA-07, OPA-16, OPA-18 and OPA-19 primers. Amplification product is a DNA band show that DNA variability of sukun, sunan, kani, monthong and petruk durio and show DNA variability of sukun durio in different areas planted. Clustering dendrogram of five durio varieties based on DNA band with 6 primer is separate inclined. The first group consisted of sunan, monthong, petruk and sukun durio, that separate from durio of kani. Clustering of sukun durio into two groups. The first group consisted of sukun durio from Gempolan, Karanganyar and sukun durio from Salatiga, while the second group consisted of sukun durio from Ranukitri seed garden Karanganyar and the one from Jepara. Key word : variability analysis, DNA, Durio zibethinus Murr, RAPD PENDAHULUAN Durian (Durio zibenthinus Murr.) merupakan buah-buahan tropis yang berasal dari Asia Tenggara. Durian ditemukan oleh Murray dan disebut The King of the Fruit oleh Wallace. Durian lokal disukai konsumen dalam negeri karena rasa yang manis, beraroma sedang hingga kuat, warna kuning menarik, daging tebal dan produktivitas buah tinggi (Baswarsiati et al., 2007). Pusat keragaman genetik durian di Indonesia berada di Kalimantan (Sarwono, 1995 dalam Sumarsono et al., 2002) dan sebanyak 27 kultivar durian lokal telah dilepas menjadi varietas dan diakui keunggulannya, namun masih diperlukan kajian terhadap keragamannya. Beberapa penelitian durian yang sudah dilakukan diantaranya identifikasi dan keragaman genetik pohon induk durian di Jawa Tengah berdasarkan penanda morfologi dan isozim (Sriyono, 2006) dan identifikasi morfologi durian sukun 50 Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

(Yuniastuti, 2008). Penggunaan karakter morfologi merupakan metode yang mudah dan cepat, namun terdapat kendala karena pengaruh faktor lingkungan (Khanuja et al., 2005 dalam Nandariyah, 2007). Alternatif untuk mengkaji keragaman durian adalah dengan penanda RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA) yang mudah dilakukan dan memerlukan sedikit DNA cetakan. Penelitian ini mengungkapkan informasi tentang keragaman DNA antar varietas durian sukun, kani, monthong, sunan, petruk dan keragaman DNA pada durian sukun yang ditanam pada wilayah berbeda berdasakan penanda RAPD. Manfaat penelitian ini adalah mendapatkan informasi keragaman DNA pada durian varietas sukun, sunan, kani, monthong dan petruk berdasarkan penanda RAPD dan mendapatkan penanda untuk membedakan karakter-karakter tertentu pada tanaman durian sukun, sunan, kani, monthong dan petruk METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan di Sleman, Yogyakarta pada bulan November 2008 sampai Januari 2009. Bahan penelitian adalah daun tanaman durian varietas sukun, sunan, kani, monthong, dan petruk di kebun benih Ranukitri, Karanganyar, daun durian sukun dari desa Gempolan, Kerjo, Karanganyar, daun durian sukun dari desa Tahunan, Jepara, dan daun durian sukun dari desa Brongkol, Salatiga. Pelaksanaan penelitian meliputi: 1) isolasi DNA yang meliputi ekstraksi DNA dengan metode CTAB dan pemurnian DNA dengan metode Gene Clean Kit III, 2) Uji Kualitas Dan Kuantitas DNA, 3) Seleksi primer, 4) Reaksi Amplifikasi dengan menggunakan mesin PCR Applied Biosystem GeneAmp PCR System 9700 sebanyak 45 siklus yang terdiri denaturasi, annealing dan ekstension, dan 5) Reaksi Elektroforesis dengan 1% gel agarose yang mengandung etidium bromide. Analisis keragaman DNA didasarkan pada ada atau tidaknya pita DNA dengan ketentuan nilai 0 untuk tidak ada pita dan 1 untuk adanya pita DNA. Analisis dilakukan menggunakan program NTSYSpc versi 2.02i. HASIL DAN PEMBAHASAN Seleksi Primer Seleksi primer didasarkan pada kemampuan primer menghasilkan produk amplifikasi. Seleksi 20 primer ini menghasilkan 6 primer (Tabel 1.). Tabel 1. Tingkat polimorfisme 6 primer berdasarkan pola pita DNA Primer Urutan basa nukleotida (5-3 ) Jumlah pita polimorfik Jumlah pita monomorfik Prosentase polimorfisme OPA-01 CAGGCCCTTC 16 2 88,89% OPA-02 TGCCGAGCTG 11 4 73,33% OPA-07 GAAACGGGTG 12 4 75% OPA-16 AGCCAGCGAA 14 2 85,5% OPA-18 AGGTGACCGT 11 3 78,5% OPA-19 CAAACGTCGG 10 1 90,1% Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010 51

M 1 2 3 4 1 2 3 4 1000 bp 500 bp Gambar 1. Amplifikasi pada Seleksi Primer OPA-16 dan OPA-17 menggunakan sampel DNA durian sukun (1), sunan (2), monthong (3) dan petruk (4) Keragaman DNA Varietas Durian Berdasarkan Enam Primer Operon Hasil amplifikasi pada lima varietas durian menunjukkan terdapat keragaman antar varietas durian sukun, sunan, kani, monthong dan petruk. Dendrogram pengelompokkan berdasarkan matriks kemiripan genetik menujukkan dua kelompok, yaitu kelompok I terdiri dari durian sukun, sunan, monthong, dan petruk, sedangkan kelompok II hanya durian varietas kani. Dendrogram menunjukkan bahwa durian varietas sunan dan monthong mempunyai tingkat kemiripan 84 %, kemudian mengelompok dengan durian petruk pada koefisien kemiripan 0,83 dan mengelompok dengan durian sukun dan durian kani pada koefisien kemiripan 0,52 dan 0,36. SUKUN SUNAN MONTHONG PETRUK KANI 0.36 0.48 0.60 0.72 0.84 Gambar 2. Dendrogram pengelompokkan lima varietas durian berdasarkan matriks kemiripan genetik dengan primer OPA-01, OPA-02, OPA-07, OPA-16, OPA-18, OPA-19 Interpretasi data hasil amplifikasi primer OPA-01 menunjukkan keragaman pola pita DNA lima varietas durian sukun, sunan, kani, monthong dan petruk. Keragaman tersebut dapat dilihat pada pita pada 180 bp yang dimiliki oleh durian sukun, kani dan monthong. Dendrogram pengelompokkan lima varietas durian menunjukkan pada koefisien kemiripan 0,49 terdapat dua kelompok, yaitu 52 Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

kelompok I terdiri durian sukun, dan kelompok II terdiri durian sunan, petruk, kani dan monthong. Amplifikasi menggunakan primer OPA-02 menghasilkan interpretasi data yang menunjukkan keragaman pola pita DNA yaitu pita DNA yang berbeda pada ukuran 1100 dan 350 bp yang dimiliki oleh durian sunan, dan ukuran 900 bp yang dimiliki oleh durian monthong. Sedangkan pita DNA yang membedakan durian sukun dan durian petruk yaitu ukuran 750, 800, 900 dan 1100 bp yang hanya dimiliki oleh durian petruk. Dendrogram pengelompokkan menunjukkan ada dua kelompok, yaitu kelompok I terdiri dari durian kani, sedangkan kelompok II terdiri dari durian sukun, sunan, monthong dan petruk. Sementara itu amplifikasi dengan primer OPA-07 menunjukkan keragaman antar varietas durian sukun, sunan, kani, monthong dan petruk. Pita DNA pada ukuran 300 bp merupakan pita DNA yang membedakan durian varietas sukun dengan varietas lain. Hasil pengelompokkan lima varietas durian menunjukkan terdapat dua kelompok, yaitu kelompok I terdiri dari durian sukun dan kani, sedangkan kelompok II terdiri dari durian sunan, petruk dan monthong. SUKUN KANI SUNAN PETRUK MONTHONG 0.60 0.68 0.77 0.86 0.95 Gambar 3. Dendrogram pengelompokkan lima varietas durian berdasarkan matriks kemiripan genetik dengan primer OPA-07 Pita pada ukuran 1400 bp, 380 bp dan 300 bp hasil amplifikasi dengan menggunakan primer OPA-16 dapat digunakan untuk membedakan durian varietas sukun, sunan, kani, monthong dan petruk. Pita pada ukuran 600 bp merupakan pita pembeda durian varietas monthong dengan varietas lain. Berdasarkan dendrogram pengelompokkan, diperoleh dua kelompok. Kelompok I terdiri dari durian sukun, sunan, petruk, dan monthong, sedangkan kelompok II terdiri dari durian kani. Sedangkan dendrogram pengelompokkan lima varietas durian berdasarkan matriks kemiripan genetik dengan primer OPA-18 juga menunjukkan pengelompokkan yang sama dengan pengelompokkan berdasarkan primer OPA-16. Hasil amplifikasi dengan primer OPA-19 menunjukkan bahwa durian sunan dan monthong mempunyai pola pita yang hampir sama. Dendrogram pengelompokkan lima varietas durian juga menunjukkan durian sunan dan monthong mempunyai tingkat kemiripan 95 %. Selain itu, diperoleh dua Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010 53

kelompok yaitu kelompok I terdiri dari durian sukun, sunan, monthong dan petruk. Kelompok II terdiri dari durian kani. SUKUN SUNAN MONTHONG PETRUK KANI 0.00 0.24 0.48 0.71 0.95 Gambar 4. Dendrogram pengelompokkan lima varietas durian berdasarkan matriks kemiripan genetik dengan primer OPA-19 Keragaman Varietas Durian Sukun Pada Wilayah Penanaman Berbeda Berdasarkan Enam Primer Operon Dendrogram pengelompokkan berdasarkan matriks kemiripan genetik menunjukkan dua kelompok, kelompok I terdiri dari durian sukun dari Gempolan dan durian sukun dari Salatiga. Hal ini menunjukkan bahwa durian dari Salatiga yang berdasarkan keterangan BPSB merupakan durian sukun diduga memang durian varietas sukun seperti yang ada di Kebun Benih Ranukitri. Selain itu, pengelompokkan ini juga menunjukkan meskipun ditanam pada daerah yang berbeda tidak ada pengaruh faktor lingkungan. Kelompok II terdiri durian sukun dari Kebun Benih Ranukitri dan durian sukun dari Jepara. SK1 SK4 SK2 SK3 0.46 0.52 0.58 0.64 0.71 Gambar 5. Dendrogram pengelompokkan durian sukun berdasarkan matriks kemiripan genetik dengan primer OPA-01, OPA- 02, OPA-07, OPA-16, OPA-18, OPA-19 Amplifikasi dengan primer OPA-01 menunjukkan bahwa pita pada ukuran 750 bp hanya dimiliki durian sukun dari Gempolan dan pita pada ukuran 150 bp dan 700 bp yang dimiliki oleh durian sukun dari Salatiga.. Pita pada ukuran 400 bp lebih tebal daripada pita-pita DNA lainnya. Hal ini kemungkinan disebabkan 54 Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

kompetisi tempat penempelan primer pada DNA cetakan yang menyebabkan salah satu fragmen diamplifikasi dalam jumlah banyak dan fragmen lain dalam jumlah sedikit, sehingga hanya beberapa saja yang terdeteksi (Grattapaglia et al., 1992). Dendrogram menunjukkan dua kelompok, yaitu kelompok I terdiri dari durian sukun dari Gempolan, durian sukun dari Ranukitri, dan durian sukun dari Salatiga. Kelompok II terdiri dari durian sukun dari Jepara. Pengelompokkan tersebut sama dengan pengelompokkan berdasarkan primer OPA-02. M 1 2 3 4 M 1 2 3 4 Gambar 6. Pola pita DNA Durian Sukun berdasarkan primer OPA-07 Gambar 7. Pola pita DNA Durian Sukun berdasarkan primer OPA-16 Gambar 6. menunjukkan hasil amplifikasi dengan primer OPA-07, dimana pita ukuran 1200 bp, 1100 bp dan 750 bp dihasilkan oleh durian sukun dari Salatiga. Pita-pita inilah yang membedakan dengan durian sukun yang lain. Dendrogram pengelompokkan berdasarkan metode UPGMA menghasilkan dua kelompok, yaitu kelompok I terdiri dari durian sukun dari Gempolan, durian sukun dari Jepara dan durian sukun dari Kebun benih Ranukitri. Kelompok II terdiri dari durian sukun dari Salatiga. Sedangkan dendrogram pengelompokkan berdasarkan primer OPA-16 mengelompokkan empat sampel durian sukun menjadi dua, yaitu kelompok I terdiri dari durian sukun dari gempolan, durian sukun dari Salatiga dan durian sukun dari kebun benih Ranukitri. Kelompok II terdiri dari durian sukun dari Jepara. Pada amplifikasi dengan primer OPA-16 ini semua sampel mampu menghasilkan produk amplifikasi. Menurut Grattapaglia et al. (1992), amplifikasi DNA terjadi jika primer menempel pada dua situs komplementer yang jaraknya berdekatan dan orientasinya saling terbalik. Jarak antar situs amplifikasi ini menghasilkan fragmen DNA dengan berbagai ukuran pasang basa. Berdasarkan dendrogram pengelompokkan durian sukun hasil amplifikasi dengan primer OPA-18 diperoleh dua kelompok, yaitu kelompok I terdiri dari durian sukun dari Gempolan, durian sukun dari Ranukitri dan durian sukun dari Jepara. Kelompok II terdiri dari durian sukun dari Salatiga. Durian sukun dari Ranukitri mengelompok dengan durian sukun dari Jepara pada koefisien 0,91. Hal ini menunjukkan bahwa bibit durian sukun dari Jepara yang berasal dari kebun benih Ranukitri setelah ditanam di daerah lain, yaitu Jepara masih tetap mempunyai kemiripan dengan durian sukun dari Ranukitri. Hal ini diasumsikan bahwa faktor lingkungan tidak berpengaruh. Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010 55

Reaksi amplifikasi dengan primer OPA-19 menghasilkan pita DNA ukuran 200-1400 bp dengan jumlah total pita DNA yang dihasilkan sebanyak 20 pita. Pita pada ukuran 200 bp membedakan durian sukun dari Salatiga dengan durian sukun dari Gempolan, sedangkan pita ukuran 250 bp dimiliki oleh durian sukun dari Ranukitri. Dendrogram pengelompokkan menunjukkan terdapat dua kelompok, yaitu kelompok I terdiri dari durian sukun dari Gempolan dan durian sukun dari Salatiga. Kelompok II terdiri durian sukun dari Ranukitri dengan durian sukun dari Jepara. SK1 SK4 SK2 SK3 0.30 0.48 0.65 0.82 1.00 Gambar 8. Dendrogram pengelompokkan durian sukun berdasarkan matriks kemiripan genetik dengan primer OPA-19 KESIMPULAN 1. Amplifikasi menggunakan primer OPA-01, OPA-02, OPA-07, OPA-16, OPA-18, dan OPA-19 menghasilkan pola pita DNA yang menunjukkan keragaman antar varietas durian sukun, sunan, kani, monthong dan petruk, serta keragaman pada durian sukun yang ditanam pada wilayah berbeda. Dendrogram pengelompokkan dengan metode UPGMA pada lima varietas durian cenderung memisah, yaitu durian sukun, sunan, monthong dan petruk merupakan satu kelompok yang memisah dengan durian kani. Dendrogram pengelompokkan dengan metode UPGMA pada durian sukun yang ditanam pada wilayah berbeda menghasilkan dua kelompok, yaitu kelompok I terdiri dari durian sukun dari Gempolan, Karanganyar dan durian sukun dari Salatiga. Kelompok II terdiri dari durian sukun dari Kebun Benih Ranukitri, Karanganyar dan durian sukun dari Jepara. DAFTAR PUSTAKA Baswarsiati, Yuniarti, Suhardi, Harwanto, D. Rahmawati dan M. Soegiyarto. 2007. Karakterisasi Beberapa Sifat Plasma Nutfah Durian Di Kabupaten Kediri.http://jatim.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_content&ta sk=view&id=96&itemid=107. Diakses tanggal 9 Agustus 2008. Grattapaglia, D., Chaparro, J., Wilcox, P., McCord, S., Werner, D., Amerson, H., McKeand S., Bridgwater, F., Whetten, R., O Malley, D. & Sederoff, R. 1992. Mapping in Woody Plants with RAPD Markers: Application to Breeding in Forestry and Holticulture. Application of RAPD Technology 56 Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

to Plant Breeding. Joint Plant Breeding Symposia Series CSSA/ASHS/AGA. Minneapolis. 1 November 1992. Nandariyah. 2007a. Identifikasi Keragaman Genetik Kultivar Salak Jawa Berdasarkan Analisis RAPD. Agrosains. Vol 9 (2) : 70-76. Sriyono. 2006. Identifikasi dan Keragaman Genetik Pohon Induk Durian (Durio zibethinus Murr.) Lokal di Jawa Tengah Berdasarkan Penanda Morfologi dan Pola Pita Isoenzim. Tesis. Program Pascasarjana Program Studi Agronomi. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Yuniastuti, E. 2008. Karakterisasi Fenotipik dan Genotipik Serta Perbanyakan in vitro Tanaman Durian Sukun (Durio zibethinus Murr.) di Karanganyar. Laporan Akhir Penelitian Hibah Bersaing Tahun Anggaran 2008. LPPM. Dikti. Surakarta. Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010 57