STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam era millenium saat ini, program unggulan Millenium Development Goals

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo kemudian diteruskan dengan pemeriksaan bakteri Salmonella sp. di

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN

Lembar Observasi. Hygiene dan Sanitasi Pedagang Minuman Teh Susu Telur (TST) yang Dijual di Kecamatan Medan Area di Kota Medan Tahun 2012

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Sungai Bulango. b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Ipilo

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN

Tidak (b) Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012

Lembar Kuesioner Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Siomay di Jl. Dr. Mansyur. Padang Bulan Di Kota Medan Tahun Nama : No.

BAB I PENDAHULUAN. produktifitas manusia merupakan faktor yang mendukung nilai ekonomi dalam

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. dapat melangsungkan kehidupan selain sandang dan perumahan. Makanan, selain mengandung nilai gizi, juga merupakan media untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Makanan jajanan (street food)

4 Telur biasanya juga mengandung semua vitamin yang sangat dibutuhkan kecuali vitamin C. Vitamin larut lemak (A, D, E, dan K), vitamin yang larut air

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga dari hal-hal

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan telur yang tidak mengenal musim, keunggulan gizi dari telur dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah yang ada di Provinsi Gorontalo,

LEMBAR OBSERVASI HYGIENE SANITASI PENGOLAHAN DODOL SALAK Berdasarkan Kepmenkes RI No.942/SK/VII/2003

ACARA III PEMBUATAN PRODUK DAN UJI KUALITAS PRODUK TELUR A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Telur merupakan salah satu dari beberapa produk yang di

Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk

I. PENDAHULUAN. yang dapat menyebabkan kematian, yang disebut sebagai salmonellosis. Habitat

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang cukup, kehidupan manusia akan terganggu sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Letusan penyakit akibat pangan (food borne diseases) dan kejadiankejadian

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan sebagainya (Depkes RI, 2000).

Kontaminasi Pada Pangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyelenggaraan makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu

Karakteristik Responden

ANALISIS COLIFORM PADA MINUMAN ES DAWET YANG DIJUAL DI MALIOBORO YOGYAKARTA

BAB V PRAKTEK PRODUKSI YANG BAIK

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

BISNIS TELOR ASIN DAN KEUNTUNGANYA. Disusun oleh: Sandwi Devi Andri S1 teknik informatika 2F

LEMBAR OBSERVASI ANALISIS

BAB IX SANITASI PABRIK

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice

UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Es batu merupakan air yang dibekukan dan biasanya dijadikan komponen

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atau dikenal dengan kampus induk/pusat, kampus 2 terletak di Jalan Raden Saleh,

HYGIENE SANITASI DAN KANDUNGAN MIKROBA PADA KECAP MANIS YANG DIGUNAKAN DI KANTIN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2012

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan derajat kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman

BAB I PENDAHULUAN. oleh manusia. Sumber protein tersebut dapat berasal dari daging sapi,

SUMMARY ASPEK HYGIENE DAN SANITASI MAKANAN DI PASAR JAJAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012 ABSTRAK

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan daya tahan ikan mentah serta memaksimalkan manfaat hasil tangkapan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Sumantri, 2010).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bumbu bawang merah, bawang putih, jahe, garam halus, tapioka, minyak,

MIKROORGANISME DALAM PENGEMAS ASEPTIK PENGENDALIAN MUTU MIKROORGANISME PANGAN KULIAH MIKROBIOLOGI PANGAN PERTEMUAN KE-12

I. PENDAHULUAN. unggas yang lain. Itik mampu mempertahankan produksi telur lebih lama

KUESIONER PENELITIAN PERBEDAAN SANITASI PENGELOLAAN RUMAH MAKAN DAN RESTORAN BERDASARKAN TINGKAT MUTU (GRADE A,B DAN C) DI KOTA MEDAN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencernaan manusia dan hewan. Bakteri Coliform digunakan sebagai indikator

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia dan juga hewan berdarah panas. Kelompok bakteri Coliform diantaranya

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu sumber protein yang dikonsumsi oleh sebagian besar

ILMU PASCAPANEN PETERNAKAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu sumber protein yang mudah diperoleh dan harganya

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

BAB I PENDAHULUAN. dan mineral yang tinggi dan sangat penting bagi manusia, baik dalam bentuk segar

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa merupakan komoditas penting bagi rakyat Indonesia dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

10/13/2015 HIGIENE KARYAWAN DALAM PENGOLAHAN MAKANAN

TINJAUAN PUSTAKA. melindungi kebersihan tangan. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG

BAKTERI PENCEMAR MAKANAN. Modul 3

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran

BAB I PENDAHULUAN. Hygiene dan sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikanfaktor

HIGIENE SANITASI PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. adanya makanan maka manusia tidak dapat melangsungkan hidupnya. Makanan

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam makanan secara tidak sengaja (Fathonah, 2005). Faktorfaktor

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Untuk menjamin makanan aman

>> PENDAHULUAN >> TUJUAN >> MANFAAT

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh

1 KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN

BAB I PENDAHULUAN. bisa melaksanakan rutinitasnya setiap hari(depkesri,2004).

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN : Tidak Tamat Sekolah.

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL BINA HUBUNGAN KETENAGAKERJAAN DAN PENGAWASAN NORMA KERJA NO. : SE.86/BW/1989

BAB 1 PENDAHULUAN. kelebihan berat badan, anemia, dan sebagainya (Rahal et al., 2014). Sayuran

Lampiran 1. Formulir Persetujuan Partisipasi Dalam Penelitian FORMULIR PERSETUJUAN PARTISIPASI DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) NASKAH PENJELASAN

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal diselenggarakan. makanan dan minuman (UU RI No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

1 Summary STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012 TRI ASTUTI NIM 811408115 Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Telur merupakan salah satu bahan pangan sumber protein yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat yang juga memiliki potensi bisa membahayakan kesehatan dimana telur ayam ini merupakan salah satu kontaminasi bakteri Salmonella sp. yang dapat menyebabkan penyakit melalui makanan/minuman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan bakteri Salmonella sp. pada minuman Susu Telur Madu Jahe (STMJ) yang dijual di warung minuman taman Kota Damay kecamatan Kota Selatan kota Gorontalo. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan populasi 8 orang, sehingga sampel merupakan seluruh dari populasi. Hasil yang diperoleh akan dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi dan dinarasikan dengan kepustakaan yang relevan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 7 sampel (87,5 %) dari 8 sampel yang diperiksa dengan media Salmonella Shigella Agar (SSA) terlihat adanya pertumbuhan bakteri. Setelah diamati lebih teliti lagi dengan melihat ciri dari Salmonella sp. yaitu bening sampai buram dengan bintik hitam di tengah maka hasil akhir seluruh sampel tidak mengandung Salmonella sp., tetapi tidak terbebas sama sekali dari kuman lain yang kemungkinan bisa bersifat patogen. Berdasarkan hasil penelitian di atas maka saran yang dapat diberikan kepada pedagang adalah lebih meningkatkan lagi hygiene dan sanitasi dalam pengolahan minuman Susu Telur Madu Jahe (STMJ) untuk mewaspadai adanya kontaminasi Salmonella sp. Kata kunci : Minuman Susu Telur Madu Jahe (STMJ), Bakteri Salmonella sp.

2 1. Pendahuluan Telur merupakan bahan pangan yang bersifat serba guna karena dapat dimanfaatkan berbagai keperluan dan sangat baik untuk anak-anak yang sedang tumbuh dan memerlukan protein dalam jumlah banyak. Telur juga sangat baik dikonsumsi oleh ibu yang sedang hamil maupun ibu yang menyusui. Bahkan, telur juga dianjurkan diberikan kepada orang yang sedang sakit untuk mempercepat proses kesembuhannya (Sudaryani, 2003: 1). Sebagai bahan makanan sumber protein yang banyak dikonsumsi dan dalam pengolahan yang tidak memperhatikan hygiene dan sanitasi yang baik, telur memilki potensi yang dapat membahayakan kesehatan. Pada umumnya, semua makanan dapat dicemari oleh bakteri Salmonella, terutama daging, unggas, telur, dan produk olahan ketiganya. Telur biasanya tercemar baik dari dalam maupun luar. Infeksi dari dalam biasanya terjadi akibat infeksi kronik saluran genital ayam, sedangkan infeksi dari luar terjadi akibat makanan yang terkontaminasi. Telur yang kotor dapat dicuci, tetapi harus hati-hati karena dapat terjadi kontaminasi selama mencuci. Jasad renik seperti Salmonella, yang menempel di bagian luar kulit telur dapat dengan mudah berpindah ke makanan. Oleh sebab itu, setelah memegang telur tangan yang bersentuhan sebaiknya dicuci (Arisman, 2009: 8). Berdasarkan survei data awal yang peneliti lakukan di Kota gorontalo, khususnya di taman kota Damay banyak masyarakat yang mengkonsumsi makanan dan minuman yang berasal dari telur, diantaranya adalah minuman Susu Telur Madu Jahe (STMJ). Minuman STMJ ini merupakan icon dari taman kota Damay tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan bakteri Salmonella sp. pada minuman Susu Telur Madu Jahe (STMJ) di Taman Kota Damay Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo Tahun 2012. 2. Metode Penelitian Lokasi penelitian ini bertempat di taman kota Damay kecamatan Kota Selatan kota Gorontalo kemudian diteruskan dengan pemeriksaan bakteri Salmonella sp. di Laboratorium Kesehatan Masyarakat kota Gorontalo yang dilaksanakan pada bulan Mei 2012, tepatnya dimulai pada tanggal 26 Mei 2012 untuk pengambilan sampelnya selanjutnya untuk pemeriksaan sampelnya dimulai pada tanggal 27 30 Mei 2012. Jenis penelitian ini adalah merupakan penelitian survey yang bersifat deskriptif dengan metode kuantitatif.

3 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan 3.1 Hasil Penelitian 3.1.1 Karakteristik Responden (Pedagang) Umur dan jenis kelamin para pedagang minuman STMJ di taman Kota Damay dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.1 Distribusi Umur Pedagang Minuman Susu Telur Madu Jahe (STMJ) di Warung Minuman Taman Kota Damay Tahun 2012 No Umur F % 1 35 2 25 2 36-40 5 62,5 3 40 1 12,5 Jumlah 8 100 Berdasarkan tabel 4.1 di atas, sebagian besar dari pedagang minuman Susu Telur Madu Jahe (STMJ) berumur 36-40 tahun yaitu sebanyak 5 orang (62,5 %), 35 tahun yaitu sebanyak 2 orang (25 %), dan 40 tahun hanya 1 orang (12,5 %). Tabel 4.2 Distribusi Jenis Kelamin Pedagang Minuman Susu Telur Madu Jahe (STMJ) di Warung Minuman Taman Kota Damay Tahun 2012 No Jenis Kelamin F % 1 Laki-laki 2 25 2 Perempuan 6 75 Jumlah 8 100 Berdasarkan tabel 4.2 di atas, sebagian besar dari pedagang minuman Susu Telur Madu Jahe (STMJ) berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 6 orang (75 %), dan 2 orang (25 %) berjenis kelamin laki-laki.

4 3.1.2 Kondisi Telur a. Kondisi Fisik Telur Hasil observasi tentang kondisi telur ayam yang digunakan dalam pengolahan minuman Susu Telur Madu Jahe (STMJ) dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.3 Distribusi Kondisi Telur Ayam yang Digunakan Untuk Minuman Susu Telur Madu Jahe (STMJ) yang Dijual di Warung Minuman Taman Kota Damay No Kondisi Telur Ayam Jumlah n % Total 1 Telur Tidak Retak 8 100 8 2 Kuning Telur Dalam Keadaan Utuh 8 100 8 3 Putih Telur Tidak Encer 8 100 8 Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa 8 butir (100 %) telur tidak retak, mempunyai kondisi kuning telur dalam keadaan utuh dan putih telur tidak encer. b. Kebersihan Kulit Telur Ayam Hasil observasi tentang kebersihan kulit telur ayam dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.4 Distribusi Keadaan Kulit Telur Ayam yang Digunakan untuk Minuman Susu Telur Madu Jahe (STMJ) yang Dijual di Warung Minuman Taman Kota Damay No Keadaan Kulit Telur Jumlah n % 1 Bersih 6 75 2 Kotor 2 25 Jumlah 8 100 Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa kulit telur ayam dalam keadaan bersih sebanyak 6 butir (75 %), dan terdapat kotoran ayam pada kulit telur ayam sebanyak 2 butir telur (25 %).

5 c. Suhu Minuman Susu Telur Madu Jahe (STMJ) Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap suhu minuman Susu Telur Madu Jahe (STMJ) dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.5 Distribusi Suhu Minuman Susu Telur Madu Jahe (STMJ) yang Dijual di Warung Minuman Taman Kota Damay Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo No Suhu Minuman Susu Telur Madu Jahe (STMJ) C Jumlah % 1 51-60 2 25 2 61-70 3 37,5 3 71-80 3 37,5 Total 8 100 Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa 2 sampel (25 %) suhu minuman STMJ berada antara 51 0 C - 60 0 C, 3 sampel (37.5 %) berada antara suhu 61 0 C - 70 0 C, dan 3 sampelnya (37.5 %) lagi berada antara suhu 71 0 C - 80 0 C. Pengukuran suhu dengan menggunakan thermometer dengan mengukur suhu tertinggi sampai terjadi penurunan suhu. 3.1.3 Hasil Pemeriksaan Salmonella sp. pada Minuman Susu Telur Madu Jahe (STMJ) Pemeriksaan bakteri Salmonella sp. pada minuman STMJ dilakukan di Laboraturium Kesehatan Masyarakat FIKK UNG Propinsi Gorontalo selama 5 hari. Waktu pengambilan sampel antara pukul 18.00 20.00 WIB yang dilakukan pada tanggal 26 Mei 2012. Proses pemeriksaan Salmonella sp. ini dilakukan dengan tahap yaitu penanaman bakteri pada Salmonella Shigella Agar. Penanaman bakteri pada media Salmonella Shigella Agar dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.6 Hasil Pemeriksaan Bakteri Salmonella sp. pada Minuman Susu Telur Madu Jahe (STMJ) pada Media Salmonella Shigella Agar No Warung Kandungan Bakteri Nama Bakteri 1 Warung I - - 2 Warung II + Shigella sp. 3 Warung III + Shigella sp. 4 Warung IV + Shigella sp. 5 Warung V + Shigella sp. 6 Warung VI + Shigella sp. 7 Warung VII + Shigella sp. 8 Warung VIII + Shigella sp.

6 Berdasarkan tabel 4.6 diatas pada tahap proses pemeriksaan Salmonella sp. pada media Salmonella Shigella Agar (SSA) terlihat adanya pertumbuhan bakteri sebanyak 7 sampel dari 8 sampel. 1 sampelnya lagi tidak terdapat bakteri. Indikasi adanya pertumbuhan bakteri pada media Salmonella Shigella Agar (SSA) dapat dilihat adanya bakteri ini dengan warna merah muda. Setelah diamati lebih teliti lagi dengan melihat ciri dari Salmonella sp. yaitu bening sampai buram dengan bintik hitam di tengah maka semua sampel (8 sampel) tidak mengandung Salmonella sp. melainkan mengandung bakteri Shigella sp. (7 sampel). 3.1.4 Hygiene dan Sanitasi Pedagang Minuman Susu Telur Madu Jahe (STMJ) Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan tentang hygiene dan sanitasi pedagang minuman Susu Telur Madu Jahe (STMJ) dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.7 Pedagang Minuman Susu Telur Madu Jahe (STMJ) di Taman Kota Damay Berdasarkan Hygiene dan Sanitasi Jumlah No Keadaan Hygiene Sanitasi Ya Tidak n % n % 1 Penjamah berpakaian bersih 8 100 0 0 2 Penjamah memakai celemek 0 0 8 100 3 Memakai tutup kepala 0 0 8 100 4 Kuku bersih dan pendek 6 75 2 25 5 Selalu pakai alat bantu menjamah minuman 8 100 0 0 6 Tidak mengobrol saat menangani minuman 4 50 4 50 7 Tidak merokok saat menangani minuman 8 100 0 0 8 Tidak mengunyah saat menangani minuman 8 100 0 0 9 Pencucian peralatan memakai sabun/deterjen 8 100 0 0 10 Air pencuci tidak dipakai berulang-ulang 0 0 8 100 11 Penyimpanan alat terhindar dari pencemaran 2 25 6 75 12 Tempat penampungan air bersih tertutup 0 0 8 100 13 Air secara fisik memenuhi syarat 8 100 0 0 14 Tempat sampah baik/memenuhi syarat 0 0 8 100 15 Pembuangan air limbah cair ke saluran tertutup 0 0 8 100 Dari tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa aspek-aspek yang dinilai adalah penjamah berpakaian bersih, penjamah memakai celemek, memakai tutup kepala, kuku bersih dan pendek, selalu pakai alat bantu menjamah minuman, tidak mengobrol saat menangani minuman, tidak merokok saat menangani minuman, tidak mengunyah saat menangani minuman, pencucian peralatan memakai sabun/deterjen, air pencuci tidak dipakai berulang-ulang, penyimpanan alat terhindar dari pencemaran, tempat penampungan air bersih tertutup, air secara

7 fisik memenuhi syarat, tempat sampah baik/memenuhi syarat, serta pembuangan air limbah cair ke saluran tertutup. 3.2 Pembahasan 3.2.1 Kondisi Telur Ayam Penelitian ini menggunakan sebanyak 8 butir telur ayam yang dijadikan bahan minuman Susu Telur Madu Jahe (STMJ). Dari 8 butir telur ini dijadikan 8 sampel untuk pemeriksaan selanjutnya. Hasil pemeriksaan terhadap bakteri Salmonella sp. pada minuman Susu Telur Madu Jahe (STMJ) yang dilakukan di Laboraturium Kesehatan Masyarakat FIKK UNG di Gorontalo ternyata seluruh sampel (100 o / o ) memberikan hasil negatif. Dari 8 sampel yang diperiksa dengan media Salmonella Shigella Agar (SSA), 7 sampel diantaranya terlihat adanya pertumbuhan bakteri sedangkan 1 sampel tidak ditemui bakteri. Indikasi adanya pertumbuhan bakteri pada media Salmonella Shigella Agar (SSA) dapat dilihat adanya bakteri ini dengan warna merah muda. Dari 8 sampel yang hasilnya negative pada minuman Susu Telur Madu Jahe (STMJ) sehingga dapat disimpulkan bahwa minuman Susu Telur Madu Jahe (STMJ) ini masih terbebas dari bakteri Salmonella sp. tetapi tidak terbebas sama sekali dari bakteri lain yang kemungkinan pathogen karena ditemukan bakteri lain (Shigella sp.) dalam proses pemeriksaan Salmonella sp. pada minuman Susu Telur Madu Jahe (STMJ). Berdasarkan hasil pemeriksaan laboraturium maka minuman Susu Telur Madu Jahe (STMJ) memenuhi syarat untuk dikonsumsi bila dilihat dari kandungan bakteri Salmonella sp. Berdasarkan peraturan BPOM RI tahun 2009 tentang penetapan batas maksimum cemaran mikroba dan kimia dalam makanan, produk telur dalam minuman mempunyai batas minimum Salmonella sp adalah negative/25 gr (BPOM RI, 2009). Adapun telur yang diteliti adalah telur yang digunakan sebagai bahan campuran minuman STMJ, yang diteliti dari kondisi telur adalah bentuk fisiknya diantaranya kebersihan telur, kulit telur tidak retak, kuning telur dalam keadaan utuh dan putih telur tidak encer. Dari delapan sampel semua telur ayam dalam sampel penelitian ini (100 %) tidak retak, kuning telur dalam keadaan utuh dan putih telur tidak encer. Hal ini dapat menunjukkan bahwa telur ayam yang digunakan untuk minuman Susu Telur Madu Jahe (STMJ) masih dalam keadaan baik. Kualitas telur berkurang selama penyimpanan, baik oleh proses fisiologis maupun oleh bakteri pembusukan. Tanda-tanda telur yang masih segar atau yang belum mengalami proses fisiologis maupun oleh bakteri dapat dilihat dari luar telur dan setelah telur ayam pecah. Dilihat dari luar, kulit telur ayam tidak retak, rongga udara hampir tak kelihatan, terlihat jernih bila dilihat dengan sinar terang, tenggelam bila dimasukkan ke dalam air dan tidak ada suara bila digoyangkan. Bila dilihat dari dalam, batas-batas dari bagian telur masih terlihat jelas, kuning telur masih bulat utuh, putih telur tidak encer dan tidak berbau busuk (Tarwotjo, 1998: 44). Selanjutnya 6 butir telur (75 % ) tidak terdapat kotoran ayam pada kulit telur ayam dan 2 (25 % ) terdapat kotoran pada kulit telur ayam. Sebagian besar

telur ayam bebas bakteri di dalamnya. Jika indung telur teinfeksi oleh bakteri penimbul penyakit, maka telur menjadi terinfeksi sebelum ia ditelurkan. Kulit telur merupakan wadah dari telur itu sendiri. Kebersihan kulit telur sangat penting untuk diperhatikan, kulit telur yang kotor dapat menjadi sarang bakteri Salmonella sp. Dibagian dalam dari kulit telur terdapat lapisan tipis yang disebut Shell Membranes. Masuknya bakteri Salmonella sp. ke dalam telur apabila Shell Membranes dapat ditembus oleh bakteri tersebut. Benda-benda kotoran induk ayam sangat penting sebagai sumber Salmonella enteriditis dan Salmonella typhimurium serta jasad renik penyebab demam lainnya. Bangsa ayam ini sangat tahan terhadap Salmonella sp. dan bisa membangun dirinya di dalam perut ayam tanpa menunjukkan tanda sakit pada ayam (Saksono, 1986: 35). Untuk suhu dari minuman STMJ sebanyak 8 sampel menghasilkan pada warung 1 mempunyai suhu 60 C, warung 2 mempunyai suhu 61 C, warung 3 mempunyai suhu 74 C, warung 4 mempunyai suhu 70 C, warung 5 mempunyai suhu 72 C, warung 6 mempunyai suhu 51 C, warung 7 mempunyai suhu 71 C dan warung 8 mempunyai suhu 69 C. Dari 8 sampel ada 4 sampel minuman yang mencapai suhu minuman STMJ 70 C 74 C. Suhu ini dapat membunuh Salmonella sp. apabila dalam minuman STMJ mengandung Salmonella sp. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri adalah suhu. Bakteri mempunyai tingkat suhu tertentu untuk pertumbuhan bagi dirinya. Pada suhu yang tepat, sebuah sel memperbanyak dirinya dan tumbuh begitu sanagt cepatnya, sedangkan pada suhu rendah bakteri masih bias memperbanyak dirinya tetapi dalam jumlah yang lebih kecil jika dibandingkan pada suhu yang tepat untuk pertumbuhannya. Berdasarkan suhu pertumbuhan bakteri, Salmonella sp. adalah bakteri mesofilik yaitu tumbuh antara suhu 25 0 C 37 0 C dengan temperature minimum 15 0 C dan maksimum antara 45 0 C 55 0 C. bakteri ini dapat mati pada suhu 70 0 C selama 2 menit. Panas yang mematikan Salmonella sp. bergantung pada banyak factor yaitu : 1. Ketahanan panas dari jenis bakteri 2. Jumlah sel yang ada pada zat antara yang terkena panas 3. Suhu 4. Waktu yang digunakan selama pemanasan (Saksono, 1986: 32). Menurut Ali Khamsan, bahwa makan telur matang lebih dianjurkan daripada telur mentah atau telur setengah matang, karena telur mentah atau setengah matang dapat mendatangkan resiko kesehatan yang tidak dikehendaki karena adanya kontaminasi Salmonella sp. Disamping itu telur matang lebih siap untuk dicerna oleh tubuh karena proteinnya telah mengalami denaturasi sehingga ikatannya menjadi longgar. Hal ini memudahkan enzim pencernaan untuk segera memecahnya menjadi bagian-bagian kecil yang kemudian disalurkan ke sel-sel tubuh (2003: 24). Menurut peneliti, tidak terdapatnya Salmonella sp. pada minuman STMJ karena telur yang digunakan sebagai bahan campuran minuman STMJ ini mempunyai kondisi telur yang bentuk fisiknya diantaranya telur yang bersih, kulit 8

9 telur tidak retak, kuning telur dalam keadaan utuh dan putih telur yang tidak encer. Selanjutnya untuk suhu pada minuman STMJ tersebut berada mulai dari 51 C sampai dengan 74 C. Dari 8 sampel ada 4 sampel minuman yang mencapai suhu minuman STMJ 70 C 74 C. Suhu ini dapat membunuh Salmonella sp. apabila dalam minuman STMJ mengandung Salmonella sp. Selain itu dari aspek hygiene dan sanitasi yang diterapkan oleh pedagang sudah baik hanya saja lebih ditingkatkan lagi khususnya dalam hal memakai celemek, memakai tutup kepala, air pencuci yang tidak dipakai berulang-ulang, menggunakan tempat penampungan air bersih yang tertutup, menggunakan tempat sampah yang baik/memenuhi syarat, pembuangan air limbah cair ke saluran tertutup. Penelitian ini hampir sama dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Salmi pada tahun 2006 tentang pemeriksaan teh telur menghasilkan bahwa semua sampel yang diteliti hasilnya negatif dengan kata lain tidak mengandung Salmonella sp. tetapi tidak terbebas sama sekali dari bakteri lain. 3.2.2 Hygiene dan Sanitasi Pedagang Minuman Susu Telur Madu Jahe (STMJ) Berdasarkan tabel 4.7 di atas diketahui bahwa seluruh pedagang minuman STMJ berpakaian bersih saat menangani minuman. Semua pedagang minuman STMJ tidak ada yang menggunakan celemek dan tidak memakai tutup kepala. Sebagian besar kuku pedagang (6 pedagang) tampak bersih dan pendek, dan 2 pedagang kukunya tidak bersih dan tidak pendek (terlihat panjang dan agak hitam). Semua pedagang menggunakan alat bantu dalam menangani minuman. Empat pedagang mengobrol saat menangani minuman. Semua pedagang minuman tidak sambil mengunyah dan merokok dalam menangani minuman. Berdasarkan tabel 4.7 juga diketahui bahwa semua pedagang mencuci peralatan minuman memakai sabun/deterjen dan menggunakan air pencuci secara berulang, mereka baru menggantinya setelah air pencuci benar-benar kelihatan kotor. Diketahui bahwa hanya 2 pedagang menyimpan peralatan minuman dalam tempat yang tertutup, sedangkan 6 pedagang menyimpan peralatan minuman di tempat terbuka. Seluruh pedagang tidak menggunakan tempat penampungan air yang tertutup, semua pedagang menggunakan air bersih PAM dan secara fisik memenuhi syarat. Tempat penampungan sampah belum baik, tidak tertutup dan tidak kedap air dan semua pedagang membuang air limbah ke saluran terbuka yang berada di sekitar tempat mereka berdagang. Dari pernyataan di atas dapat dijelaskan bahwa semua aspek hygiene sanitasi pedagang minuman STMJ yang tidak baik akan sangat mempengaruhi adanya kandungan bakteri yang terkontaminasi pada minuman tersebut serta kualitas minuman STMJ itu sendiri yang akan berdampak pada kesehatan kita.

4. Simpulan 1. Pada penelitian ini didapatkan semua kondisi telur dalamm keadaan baik yaitu tidak retak, kuning telur dalam keadaan utuh dan putih telur tidak encer. 2. Pada penelitian ini ditemukan 25 % telur dalam keadaan kotor dan 75 % dalam keadaan bersih. 3. Semua minuman Susu Telur Madu Jahe (STMJ) yang dijual di warung minuman taman Kota Damay mempunyai suhu dari 51 o C 74 o C. Kemudian ada 4 sampel yang mempunyai suhu di 70 o C 74 o C yang mana suhu tersebut dapat mematikan bakteri Salmonella sp. 4. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboraturium, tidak terdapat kandungan bakteri Salmonella sp. pada minuman Susu Telur Madu Jahe (STMJ) yang dijual di warung minuman taman Kota Damay kecamatan Kota Selatan kota Gorontalo. 10