Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN: Kemampuan Berpikir Logis Matematis Mahasiswa Pendidikan Matematika Pada Mata Kuliah Matematika Diskrit

dokumen-dokumen yang mirip
Delta-Pi: Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika ISSN X Vol. 2, No. 1, April 2013

KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR LOGIS, KRITIS, DAN KREATIF MATEMATIK

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Penalaran Matematis. a. Pengertian Penalaran Matematis

PERBANDINGAN HASIL TES KETERAMPILAN PENALARAN FORMAL MAHASISWA SEBELUM DAN SESUDAH PERKULIAHAN PENGANTAR DASAR MATEMATIKA

Tugas Matakuliah Pengembangan Pembelajaran Matematika SD Dosen Pengampu Mohammad Faizal Amir. M.Pd S-1 PGSD Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, antara lain pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas tenaga. pendidik dan peningkatan sarana dan pra sarana.

Pengaruh Model Pembelajaran Koperatif Tipe Think Talk Write Terhadap Kemampuan Komunikasi Dan Penalaran Matematis

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang konsep, kaidah,

PROFIL KEMAMPUAN PENALARAN DEDUKTIF MAHASISWA PADA MATERI RUANG VEKTOR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Project based learning (PjBL) dalam penelitian ini menggunakan. dipresentasikan kepada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan

Hubungan antara Kemampuan Penalaran Matematis dan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

ANALISIS KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH STRUKTUR ALJABAR II (TEORI GELANGGANG)

BAB I PENDAHULUAN. pesat.kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak lepas dari perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang cukup tajam, dan sekaligus menjadi ajang seleksi

Matematika Diskrit. Rudi Susanto

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Matematika dapat membekali siswa untuk memiliki kemampuan

PEMBELAJARAN PENALARAN FORMAL MELALUI BAHAN AJAR MATEMATIKA SISWA SMA DENGAN MATERI ALJABAR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran matematika di perguruan tinggi membutuhkan

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

Kata kunci: Teknik MURDER, Pendekatan Metakognitif, Penalaran Matematis.

BAB III METODE PENELITIAN

PENDEKATAN OPEN-ENDED DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MAHASISWA PGMI

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang dapat menyiapkan peserta didik untuk melek IPA dan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mempunyai peran penting

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu pesat

BAB III METODE PENELITIAN. sekarang (Arikunto, 2010:245). Hal yang digambarkan pada penelitian ini

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Penalaran Matematis. Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arif Abdul Haqq, 2013

BAB II. Kajian Teoretis

DESKRIPSI KEMAMPUAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL-SOAL SISTEM PERSAMAAN LINEAR JURNAL OLEH SITI NURJANNAH NIM

Oleh : OKTIK VIKA SARI A

Pengantar Matematika Diskrit

BAB I PENDAHULUAN. Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah suatu quasi eksperimen, dengan desain kelompok

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus sesuai dengan level kognitif siswa. Dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

P 34 KEEFEKTIFAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH ANALISIS REAL I

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dalam bidang pendidikan matematika beserta tuntutannya tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi. Matematika telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal ini

KECAKAPAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan ide-ide melalui lisan, tulisan,

The Effect of Discovery Learning on Students Logical Thinking Skills of Grade X MIA SMA Muhammadiyah 1 SurakartaAcademic Year 2013/2014

STUDI KORELASI ANTARA KEMAMPUAN MATEMATIKA DENGAN HASIL BELAJAR FISIKA DI SMA PGRI SUMBERREJO BOJONEGORO TAHUN AJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang ini. Sejauh kita memandang maka harus sejauh itulah kita

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif.

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.2, September 2012

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI MAHASISWA PADA PERKULIAHAN EKSPERIMEN FISIKA I MELALUI PENERAPAN MODEL INQUIRY DISCOVERY LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menunjang kemajuan suatu

1. BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan mata pelajaran yang senantiasa hadir pada setiap

DRAFT JURNAL PENELITIAN DOSEN PEMBINA PEMETAAN HIGH ORDER THINGKING (HOT) MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE-KOTA TASIKMALAYA TIM PENGUSUL

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini tergolong pada penelitian Kuasi Eksperimen.Untuk kelas

Muhamad Soeleman Universitas Suryakancana Cianjur

JURNAL SKRIPSI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (PTK

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SILABUS LOGIKA

SILABUS MATAKULIAH. Indikator Pokok Bahasan/Materi Aktifitas Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

Pengaruh Penggunaan Model Problem Based Learning terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Mahasiswa pada Mata Kuliah Kalkulus III

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di dunia secara. global dan kompetitif memerlukan generasi yang memiliki kemampuan

2 Namun pembelajaran matematika di sekolah memiliki banyak sekali permasalahan. Majid (2007:226) menyatakan bahwa masalah belajar adalah suatu kondisi

KEMAMPUAN PENALARAN ANALOGI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Rasa ingin tahu adalah ibu dari semua ilmu pengetahuan. Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Elita Lismiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. butuhkan dan berguna dalam kehidupan sehari-hari baik dalam sains, teknologi,

PENGARUH KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNIVERSITAS TADULAKO ANGKATAN 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Euis Setiawati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu pengetahuan mendasar yang dapat

DESKRIPSI KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 TILAMUTA PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI JURNAL

BAB II STUDI LITERATUR...

BAB I PENDAHULUAN. karena matematika sebagai ilmu, memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan

BAB III METODE PENELITIAN

2016 KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK

BAB II KAJIAN TEORI. A. Analisis. Analisis diuraikan secara singkat memiliki arti penyederhanaan data.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Taufik Rahman, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sholihatun Azizah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peserta didik merupakan generasi penerus bangsa yang perlu

PEMBUKTIAN, PENALARAN, DAN KOMUNIKASI MATEMATIK. OLEH: DADANG JUANDI JurDikMat FPMIPA UPI 2008

Aditya Rakhmawan 1 dan Mudmainah Vitasari 2. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. keterkaitannya dengan perkembangan ilmu sosial sampai saat ini. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan matematika sebagai pelajaran yang sulit bukanlah hal baru dalam

DAFTAR ISI PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan

BAB III METODE PENELITIAN

MATEMATIKA DISKRIT. Logika

PENERAPAN STRATEGI THINK TALK WRITE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dan tepat. Hal tersebut diperjelas dalam Undang - Undang No 2 Tahun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen (Gall, et al.,

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

Transkripsi:

Kemampuan Berpikir Logis Matematis Mahasiswa Pendidikan Matematika Pada Mata Kuliah Matematika Diskrit Ety Septiati FKIP Universitas PGRI Palembang email: etyseptiati@univpgri-palembang.ac.id Abstrak Kemampuan berpikir logis, adalah kemampuan esensial yang perlu dimiliki dan dikembangkan peserta didik yang belajar matematika. Kemampuan tersebut diperlukan untuk menghadapi suasana bersaing yang semakin ketat serta sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan tujuan pembelajaran matematika sekolah. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan menganalisis atau menggambarkan kemampuan berpikir logis matematika mahasiswa program studi pendidikan matematika pada materi Relasi. Indikator yang digunakan untuk menggambarkan kemampuan berpikir logis adalah a) menarik kesimpulan analogi, generalisasi, dan menyusun konjektur, b) menarik kesimpulan logis berdasarkan aturan inferensi, memeriksa validitas argumen, dan menyusun argumen yang valid, c) menyusun pembuktian langsung, tak langsung, dan dengan induksi matematik. Teknik pengumpulan data terdiri dari tes tertulis, dan wawancara. Subjek penelitian adalah mahasiswa semester IV Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas PGRi Palembang tahun akademik 2015/2016 yang sedang mengikuti perkuliahan Matematika Diskrit. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/ verifikasi. Berdasarkan analisis data diperoleh hasil bahwa kemampuan berpikir logis matematika mahasiswa program studi pendidikan matematika pada mata kuliah Matematika Diskrit materi Relasi tergolong Rendah. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kecermatan dalam mengabstraksi soal, penguasaan konsep-konsep Relasi serta penerapannya dan kecenderungan mahasiswa dalam mengandalkan hafalan. Kata kunci: Kemampuan Berpikir Logis Matematika, Matematika Diskrit, Relasi 1. PENDAHULUAN Matematika merupakan pengetahuan yang memiliki obyek dasar yang abstrak, yang berdasarkan kebenaran konsistensi, tersusun secara hirarkis dan sesuai dengan kaidah penalaran yang logis. Matematika sebagai ilmu pengetahuan dengan penalaran deduktif mengandalkan logika dalam meyakinkan akan kebenaran suatu pernyataan. Matematika diskrit adalah cabang matematika yang mengkaji objek-objek diskrit (Munir, 2005). Perkuliahan matematika diskrit mengajarkan mahasiswa untuk berpikir secara matematis, yakni mengerti argumen matematika dan mampu membuat argumen matematika. Tujuan pembelajaran mata kuliah ini adalah memberikan bekal pengetahuan dasar tentang ruang lingkup matematika Diskrit yang meliputi Relasi, Fungsi, Induksi Matematika, Aljabar Boolean, Algoritma Bilangan Bulat dan Graf dengan berbagai macam 394

terapannya. Dengan harapan agar mahasiswa mempunyai dasar pemikiran dan logika yang kuat untuk menghadapi materi lanjut lainnya. Dalam pembelajaran matematika, kemampuan berpikir logis memerankan peranan penting dalam pemahaman untuk menyelesaikan soal matematika. Pemahaman konsep yang tidak didukung oleh kemampuan berpikir logis akan mengakibatkan siswa mempunyai intuisi yang baik tentang suatu konsep tapi tidak mampu menyelesaikan suatu masalah (Syafmen & Marbun). Berfikir secara logis adalah suatu proses berfikir secara konsisten untuk mengambil sebuah kesimpulan. Dalam beberapa pembahasan istilah berfikir logis (logical thinking) sering kali dipertukarkan dengan istilah bernalar logis (logical reasoning), karena keduanya memuat beberapa kegiatan yang serupa. Sesungguhnya, istilah berfikir logis mempunyai cakupan yang lebih luas dari bernalar logis. Berpikir logis memuat kegiatan penalaran logis dan kegiatan matematika lainnya yaitu: pemahaman, koneksi, komunikasi, dan penyelesaian masalah secara logis (Sumarmo, 2012). Berdasarkan tujuan pendidikan nasional dan tujuan pembelajaran matematika sekolah, kemampuan berpikir logis, adalah kemampuan esensial yang perlu dimiliki dan dikembangkan peserta didik yang belajar matematika. Kemampuan berpikir logis juga telah teridentifikasi sebagai kemampuan yang sangat esensial untuk menunjang perkembangan pembelajaran sains dan matematika. Hal ini didukung oleh penelitianpenelitian yang menghubungkan kemampuan berpikir logis dengan variabel-variabel lain. Sumarmo (2012), menyatakan bahwa tidak terdapat asosiasi antara kemampuan berpikir logis dan kemampuan berpikir kreatif, dan antara kemampuan berpikir logis dan kemampuan berpikir kreatif, serta antara ketiga kemampuan dan disposisi berpikir matematik, namun terdapat asosiasi antara kemampuan berpikir logis dan kemampuan berpikir kritis. Swestyani (2015) menyatakan bahwa penerapan discovery learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir logis. Penelitian Fitriana (2015) memperlihatkan bahwa kemampuan berpikir logis dalam matematika dengan kategori sedang dan hasil belajar matematika dengan kategori sedang, sehingga kemampuan berpikir logis berpengaruh tidak signifikan secara langsung terhadap hasil belajar dengan tingkat kepercayaan 52%. Dari uraian tersebut, penting kiranya dalam penelitian ini untuk menganalisis atau menggambarkan kemampuan berpikir logis matematis mahasiswa program studi pendidikan matematika pada mata kuliah Matematika Diskrit, khususnya materi Relasi yang merupakan materi awal. 395

2. KAJIAN LITERATUR Berpikir logis dapat diartikan sebagai suatu kegiatan berpikir untuk memperoleh suatu pengetahuan menurut suatu pola tertentu atau logika tertentu (Fitriana, 2015). Pengertian berpikir logis juga dikemukakan oleh beberapa pakar lainnya (Albrecht, 1984, Minderovic, 2001, Ioveureyes, 2008, Sonias, 2011, Strydom, 2000, Suryasumantri, 1996, dalam Aminah, 2011). Berpikir logis atau berpikir runtun didefinisikan sebagai: proses mencapai kesimpulan menggunakan penalaran secara konsisten (Albrecht, 1984), berpikir sebab akibat (Strydom, 2000), berpikir menurut pola tertentu atau aturan inferensi logis atau prinsip-prisnsip logika untuk memperoleh kesimpulan (Suryasumantri, 1996, Minderovic, 2001, Sponias, 2011), dan berpikir yang meliputi induksi, deduksi, analisis, dan sintesis (Ioveureyes, 2008), (dalam Sumarmo (2012). Sehingga bisa disimpulkan bahwa kemampuan berpikir logis merupakan kemampuan untuk mengambil kesimpulan berdasarkan pola atau aturan tertentu secara konsisten. Kemampuan berpikir logis meliputi kemampuan: 1) menarik kesimpulan atau membuat, perkiraan dan interpretasi berdasarkan proporsi yang sesuai, 2)menarik kesimpulan atau membuat perkiraan dan prediksi berdasarkan peluang, 3) Menarik kesimpulan atau membuat perkiraan atau prediksi berdasarkan korelasi antara dua variable, 4) Menetapkan kombinasi beberapa variable, 5) Analogi adalah menarik kesimpulan berdasarkan keserupaan dua proses, 6) Melakukan pembuktian, 7) Menyusun analisa dan sintesa beberapa kasus. Kemampuan berpikir logis diperlukan individu, pada saat beraktivitas dalam mengambil keputusan, menarik kesimpulan, dan melakukan pemecahan masalah. Bentuk aktivitas yang dilakukan dapat berkaitan dengan masalah matematis maupun masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Aktivitas lain yang dilakukan individu dalam berpikir logis adalah ketika menjelaskan mengapa dan bagaimana suatu hasil diperoleh, bagaimana cara menarik kesimpulan dari premis yang tersedia, dan menarik kesimpulan berdasarkan aturan inferensi tertentu. Bentuk aktivitas yang lebih luas dari kemampuan berpikir logis adalah menyelesaikan masalah secara masuk akal. Capie dan Tobin (dalam Sumarmo, 2012) mengukur kemampuan berfikir logis berdasarkan teori perkembangan mental dari Piaget melalui Test of Logical Thinking (TOLT) yang meliputi lima komponen yaitu: mengontrol variabel (controling variable), penalaran proporsional (proportional reasoning), penalaran probabilistik (probalistics reasoning), penalaran korelasional (correlational reasoning), dan penalaran kombinatorik 396

(combinatorial thinking). Penalaran proporsional penting dalam aspek pengembangan dan interpretasi data tabulasi dan grafik. Penalaran korelasional berperan dalam perumusan hipotesis dan interpretasi data yang perlu mempertimbangkan hubungan antarvariabel. Pengontrolan variabel penting dalam perencanaan, pelaksanaan dan interpretasi. Interpretasi data dari temuan, pengamatan, atau percobaan sering membutuhkan penalaran probabilistik. Penalaran kombinatorial terjadi dalam perumusan hipotesis alternatif untuk menguji efek variabel yang dipilih. Sumarmo (dalam Hidayat, 2014) merinci indikator penalaran matematik sebagai berikut: a) menarik kesimpulan analogi, generalisasi, dan menyusun konjektur, b) menarik kesimpulan logis berdasarkan aturan inferensi, memeriksa validitas argumen, dan menyusun argumen yang valid, c) menyusun pembuktian langsung, tak langsung, dan dengan induksi matematik. 3. METODE PENELITIAN Penelitian jenis ini termasuk jenis penelitian kuantitatif yang menggunakan metodologi penelitian deskriptif. Hal yang dideskripsikan dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir logis matematis. Kemampuan berpikir logis mahasiswa dilihat dari nilai tes yang diperoleh dalam penyelesaian soal yang telah disusun dengan mengacu pada indikator kemampuan berpikir logis matematis menurut Sumarmo (dalam Hidayat, 2014). Teknik pengumpulan data terdiri dari tes tertulis, dan wawancara untuk memperdalam infomasi mengenai kemampuan berpikir logis matematika mahasiswa. Pada Tabel 1 disajikan pertanyaan tes beserta indikator yang diukur. Subjek penelitian adalah mahasiswa semester IV Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas PGRI Palembang tahun akademik 2015/2016 yang sedang mengikuti perkuliahan Matematika Diskrit, berjumlah 104 orang. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/ verifikasi. Tabel 1. Soal Tes Kemampuan Berpikir Logis No. INDIKATOR SOAL 1 menarik kesimpulan analogi, generalisasi, dan menyusun konjektur, Diketahui A himpunan Buku-buku yang dijual di toko buku. R adalah relasi pada A. x berelasi dengan y jika dan hanya jika harga x lebih mahal dari harga y. periksa apakah R relasi ekivalen! 397

No. INDIKATOR SOAL 2 menarik kesimpulan logis berdasarkan aturan inferensi, memeriksa validitas argumen, dan menyusun argumen yang valid, 3 menyusun pembuktian langsung, tak langsung, dan dengan induksi matematik Diketahui: B = { 2, 4, 8, 12, 16}. R adalah relasi pada B, dimana x berelasi dengan y jika dan hanya jika x faktor dari y. a) Periksa apakah (B, R) membentuk Poset! B) Jika (B,R) poset, gambarkan Diagram Hassenya! Berikan satu contoh letis distributif dan berikan buktinya! Pedoman penilaian penskoran rubrik kemampuan berpikir logis yang digunakan adalah pedoman penskoran yang dikeluarkan oleh Indiana University East School of Natural Sciences and Math Assessment Rubric (https://sumarlinmankonda.files.wordpress.com), sebagai berikut: Tabel 2. Penskoran untuk kemampuan berpikir logis REAKSI TERHADAP SOAL/MASALAH SKOR Jawaban menunjukkan logika tidak ada atau sangat tidak lengkap untuk 0 mengevaluasi. Jawaban mencerminkan solusi '1-langkah '; tidak memiliki argumen tengah. 1 Langkah individu secara logis benar sebagian, tetapi argumen keseluruhan 2 tidak memiliki urutan logis atau langkah-langkah tidak didukung. Jawaban memiliki logika yang baik dan penalaran secara keseluruhan, tapi ada 3 beberapa langkah kecil atau satu langkah besar yang salah atau hilang. Jawaban logis dan lengkap tapi terlalu prosedur dalam rincian atau membuat 4 beberapa kesalahan kecil. Jawaban benar, efisien dan menunjukkan detail yang tepat di semua bagian. 5 Pendeskripsian ini ditelusuri melalui pengamatan langsung dalam proses menyelesaikan soal yaitu menganalisis pekerjaan siswa dalam merumuskan soal, menyelesaikan soal tersebut dan dengan cara wawancara semi terstruktur kepada subjek penelitian. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan pengumpulan data kemampuan berpikir logis mahasiswa, berikut disajikan deskripsinya: Tabel 3. Statistika Deskriptif Nilai Tes Kemampuan Berpikir Logis STATISTIK NILAI Rerata Nilai 55.6 Standar Deviasi 14.72 Nilai Maks 100 398

Nilai Min 35 Modus 55 Tabel 4. Distribusi Frekwensi Nilai Tes Kemampuan Berpikir Logis RENTANG NILAI FREKWENSI % KATEGORI 90-100 4 4% Sangat Tinggi 80-89 5 5% Tinggi 65-79 17 16% Sedang 55-64 54 52% Rendah 0 54 24 23% Sangat rendah Jumlah 104 100% Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa rerata nilai kemampuan berpikir logis yang diperoleh oleh mahasiswa yang mengikuti matakuliah Matematika Diskrit adalah 55,56. Dengan mengacu pada pengkategorian yang dilakukan Fitrianah (2015), maka kemampuan berpikir logis mahasiswa secara keseluruhan masih dikategorikan Rendah. Hal inipun selaras dengan distribusi frekwensi data, dimana 52% data berada dalam kategori Rendah. Jika dilihat dari Tabel 5, diketahui bahwa rerata nilai terendah berada pada indikator menarik kesimpulan analogi, generalisasi dan meyusun konjektur. Sebagian besar mahasiswa tidak mampu menjawab soal yang mengukur indikator 1 ini. Keadaan ini justru berbanding terbalik dengan indikator kedua yang mencapai nilai rerata tertinggi. Padahal, konsep yang digunakan untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 1 (indikator 1) dan soal nomor 2 (indikator 2) adalah konsep yang sama, yaitu sifat-sifat Relasi Biner. Setelah dilakukan wawancara kepada beberapa mahasiswa, ditemukan penyebabnya adalah ketidakmampuan mereka meng-analog-kan atau menerapkan konsep sifat-sifat Relasi biner tersebut ke dalam soal-soal yang bersifat aplikasi konsep Relasi dalam kehidupan sehari-hari. Tabel 5. Rata-rata Nilai Kemampuan berpikir Logis Tiap Indikator No. INDIKATOR Rata-Rata 1 menarik kesimpulan analogi, generalisasi, dan menyusun konjektur, 35 2 menarik kesimpulan logis berdasarkan aturan inferensi, memeriksa validitas argumen, dan menyusun argumen yang valid, 78 3 menyusun pembuktian langsung, tak langsung, dan dengan induksi matematik 56 Temuan lainnya yang menarik dari pengamatan terhadap jawaban mahasiswa terjadi pada indikator 3. Sebagian besar mahasiswa yang mampu menjawab soal nomor 399

3, mampu memberikan contoh letis distributif dan menuliskan definisinya dengan benar. Skor maksimal tidak bisa dicapai mahasiswa, karena mereka belum mampu membuktikan dengan benar, artinya menguraikan makna dari definisi tersebut. Dapat disimpulkan bahwa mahasiswa hanya menghafal definisnya saja tapi belum mampu memahaminya. Selain daripada itu, bisa dipastikan mahasiswa yang tidak dapat menuliskan definisi letis distributif, tidak akan dapat menggambarkan contoh letis distributif, atau dengan kata lain tidak menjawab soal. Pada Gambar 1 berikut ditampilkan cuplikan jawaban beberapa mahasiswa untuk mengukur indikator 3. Gambar 1. Beberapa Cuplikan Jawaban Indikator 3 5. SIMPULAN Berdasarkan analisis data diperoleh hasil bahwa kemampuan berpikir logis matematika mahasiswa program studi pendidikan matematika pada mata kuliah 400

Matematika Diskrit materi Relasi tergolong Rendah. Indikator menarik kesimpulan logis berdasarkan aturan inferensi, memeriksa validitas argumen, dan menyusun argumen yang valid, merupakan indikator yang mendapat rerata nilai tertinggi, sedangkan nilai indikator terendah adalah menarik kesimpulan analogi, generalisasi, dan menyusun konjektur, Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kecermatan dalam mengabstraksi soal, penguasaan konsep-konsep Relasi serta penerapannya dan kecenderungan mahasiswa dalam mengandalkan hafalan. 6. REFERENSI Fitriana, Sitti, Hisyam Ihsan dan Suwardi Annas. (2015). Pengaruh Efikasi Diri, Aktivitas, Kemandirian Belajar dan Kemampuan Berpikir Logis Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas VIII SMP. Journal of EST, Volume 1, (Nomor 2, September 2015). halaman 86 101 Hidayat, Wahyu. (2014). Kemampuan Berpikir Logis Matematik. Retrieved 5 Mei 2016 from http://wahyu-hidayat.dosen.stkipsiliwangi.ac.id/2014/07/kemampuanberpikir-logis-matematik/ Munir, Rinaldi. (2005). Matematika Diskrit. Bandung: Informatika Sumarmo, Utari, dkk. (2012). Kemampuan dan Disposisi Berpikir Logis, Kritis dan Kreatif Matematik (Eksperimen Terhadap Siswa SMA Menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah dan Stratge Think Talk Write). Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 17 (Nomor 1, April 2012). halaman.17-33 Syafmen, Wardi & R.H. Marbun. (2014). Analisis Kemampuan Berpikir Logis Siswa Gaya Belajar Tipe Thinking Dalam Memecahkan Masalah Matematika. Retrieved 19 Mei 2016 from http://journal.unbari.ac.id/index.php/jip/article/view/127 Swestyani, Sondra. (2015).Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Melalui Penerapan Discovery Learning pada Materi Sistem Reproduksi di Kelas XI MIA 1 SMA Batik 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015. Jurnal Pendidikan Biologi, Volume 7 (Nomor 3 Oktober 2015). Halaman 78-87 Analisis Tes Kemampuan Berpikir Logis dan Pembuktian (Logika dan Bukti) Matematika SMP Negeri 11 Kendari (n.d) retrieved 21 Mei 2016 from https://sumarlinmankonda.files.wordpress.com 401