MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI MAHASISWA PADA PERKULIAHAN EKSPERIMEN FISIKA I MELALUI PENERAPAN MODEL INQUIRY DISCOVERY LEARNING
|
|
- Yuliana Jayadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI MAHASISWA PADA PERKULIAHAN EKSPERIMEN FISIKA I MELALUI PENERAPAN MODEL INQUIRY DISCOVERY LEARNING Seminar Nasional Pendidikan IPA Zainuddin zinuddin_pfis@unlam.ac.id Pendidikan Fisika Universitas Lambung Mangkurat Abstrak Tujuan umum dari penelitian tindakan ini adalah untuk mendeskripsikan efektivitas penerapan model Inquiry Discovery Learning dalam meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi mahasiswa pada perkuliahan Eksperimen Fisika I. Untuk mempelajari materi kuliah ini, diperlukan kompetensi dasar keilmuan fisika berupa kemampuan menganalisis cara berpikir fisika, merancang eksperimen fisika, dan melaksanakan eksperimen fisika. Sub-sub kompetensi yang diperlukan tersebut disebut sebagai keterampilan proses sains fisika yang dalam pelaksanaannya memerlukan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas penerapan pembelajaran dalam meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah sebesar 75,5% dalam kategori efektif. Disarankan bahwa dalam perkuliahan Eksperimen Fisika I, sebaiknya dosen menerapkan model Inquiry Discovery Learning dalam rangka meningkatkan kemampuan menganalisis cara berpikir fisika, merancang eksperimen fisika, dan melaksanakan eksperimen fisika bagi mahasiswa dengan memperhatikan hasil refleksi perkuliahan. Kata kunci: kompetensi dasar keilmuan, eksperimen fisika I, inquiry discovery learning. I. PENDAHULUAN Kompetensi mahasiswa pendidikan fisika yang diharapkan berdasarkan Permen diantaranya adalah mampu memahami proses berpikir fisika, mampu merancang, dan melaksanakan eksperimen fisika dalam mempelajari gejala alam. Kompetensi-kompetensi yang dimaksud secara keseluruhan biasa disebut keterampilan proses sains fisika (KPSF) dan merupakan bagian dari kompetensi dasar keilmuan fisika (KDKIF) yang dalam pelaksanaannya memerlukan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Hasil analisis terhadap lembar jawaban uji kompetensi awal bagi mahasiswa program studi pendidikan fisika PMIPA FKIP Unlam, ditemukan bahwa kompetensi KPSF mahasiswa masih sangat rendah, padahal mereka telah kuliah fisika selama 5 semester. Persentase rata-rata skor penguasaan mahasiswa pada tiap aspek KPSF yang belum tuntas adalah baru sebesar 24,7%. Analisis terhadap hasil tes penguasaan materi menunjukkan bahwa kompetensi dasar keilmuan fisika yang dimiliki mahasiswa terutama dalam hal merancang dan melaksanakan eksperimen fisika, masih sangat rendah. Skor tertinggi yang diperoleh adalah 36 dari skor 100 yang mungkin dapat dicapai. Hal ini menunjukkan kompetensi pada indikator merancang dan melaksanakan eksperimen fisika belum tercpai. Fakta tersebut mengindikasikan rendahnya KDKIF KPSF yang dikuasi mahasiswa dan efektivitas perkuliahan yang diterapkan dosen selama ini. Perlu diterapkan suatu strategi perkuliahan yang memperhatikan karakteristik materi kuliah dan karakteristik mahasiswa 361
2 agar dapat memberikan kemudahan dan meningkatkan kompetensi mahasiswa dalam mempelajarinya. Hal ini penting terutama bagi mahasiswa calon guru fisika sebagai bekal dan pengalaman mereka sebelum terjun ke tempat tugas di mana kurikulum yang mereka akan kembangkan menitikberatkan pada penguasaan sains dan teknologi (KTSP 2006) dan sebelum mereka mengambil kuliah yang lebih lanjut. Model Inquiri Discovery Learning adalah pembelajaran penemuan yang berdasarkan pada masalah akademik, merupakan model pengajaran yang sangat cocok terutama dalam melatihkan keterampilan proses sains dan pemecahan masalah akademik (Nur, 2000). Materi kuliah Eksperimen Fisika I merupakan hasil perpaduan hasil analisis matematis (deduktif) dengan hasil analisis eksperimen (induktif). Mahasiswa perlu mengetahui keterampilan dalam merancang dan melaksanakan eksperimen fisika, yang dapat dikembangkan menjadi keterampilan proses sains fisika, serta dapat dilatihkan melalui model Inquiry Discovery Learning. Materi ajar perlu memperhatikan kesesuaian model pembelajaran inquirydiscovery sebagai salah satu alternatif solusi dari permasalahan yang dihadapi dosen dan mahasiswa dalam perkuliahan Eksperimen Fisika I. Namun, di Prodi Pendidikan Fisika JPMIPA FKIP Unlam baru sebatas konsep, dan perlu ditindaklanjuti dengan penerapannya secara nyata di kelas sebagai upaya mengatasi rendahnya KDKIF mahasiswa. Langkah nyata yang telah dilakukan berpua penelitian mengenai efektivitas penerapan model Inquiry Discovery Learning dalam meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi mahasiswa pada perkuliahan Eksperimen Fisika I yang kemudian dianalisis prospek penggunaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas penerapan model Inquiry Discovery Learning dalam meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi mahasiswa terutama dalam hal menganalisis cara berpikir fisika, merancang eksperimen fisika, dan melaksanakan eksperimen fisika yang termasuk dalam sub kompetensi dasar keilmuan mahasiswa pada perkuliahan Eksperimen Fisika I. Manfaat dari hasil penelitian ini adalah memberi masukan kepada dosen pengajar Eksperimen Fisika I dan Praktikum Fisika Dasar dalam rangka merancang strategi atau skenario perkuliahan, serta bermanfaat dalam meningkatkan pengalaman belajar dan keterampilan proses sains fisika bagi mahasiswa. Target Kurikulum Pendidikan Fisika Kurikulum nasional Pendidikan Fisika yang dikembangkan mempunyai tujuan yang diantaranya adalah mahasiswa mampu: memahami konsep, prinsip, dan teori fisika dan saling keterkaitannya, mengembangkan daya penalaran untuk memecahkan masalah fisika, dan menerapkan konsep dan prinsip fisika untuk menghasilkan karya teknologi sederhana yang berkaitan dengan kebutuhan manusia, serta memiliki persiapan yang cukup untuk melanjutkan studi ke pendidikan yang lebih tinggi. Kompetensi guru fisika berdasarkan Permen Diknas nomor 16 tahun 2007, menurut Zainuddin (2008) dapat dijabarkan kedalam kompetensi dasar keilmuan fisika (KDKIF) yang diharapkan dimiliki oleh mahasiswa pendidikan fisika sebagai calon guru antara lain adalah: (1) memiliki pemahaman yang mendalam tentang fakta, konsep, prinsip, dan teori dasar fisika, (2) memiliki kemampuan dalam menformulasikan secara matematik gejala fisika, (3) memiliki kemampuan dalam merancang dan melakukan eksperimen fisika, (4) mampu memahami dan menjelaskan gejala pristiwa fisika dan teknologinya dalam kehidupan sehari-hari, dan (5) mampu mengaplikasikan ilmu fisika yang dimilikinya untuk mengatasi masalah nyata dalam kehidupan dan masayarakat. Menurut Prabowo (2000), fisika merupakan bagian dari sains yang mempunyai peran strategis dalam pengembangan sains dan teknologi. Perkembangan fisika tidak terlepas Mengembangkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Melalui Pembelajaran IPA 362
3 dari pendidikan fisika, sehingga upaya pengembangan sains harus disertai pula dengan usaha peningkatan mutu pendidikan fisika. Karakteristik Materi Ajar Eksperimen Fisika I Eksperimen Fisika I sebagai salah satu mata kuliah metode keilmuan fisika berfungsi sebagai wahana untuk melatihkan keterampilan proses sains dan keterampilan pemecahan masalah akademik, dan berfungsi sebagai wahana bagi pengembangan sikap ilmiah serta pembinaan cara-cara belajar di perguruan tinggi. Eksperimen Fisika I diberikan dengan maksud untuk memberikan landasan dan penguasaan metode keilmuan fisika yang bertolak dari kompetensi yang telah di peroleh mahasiswa melalui kuliah Pengantar Laboratorium Fisika, Praktikum Fisika Dasar I, dan Praktikum Fisika Dasar II. Tujuan umum yang ingin dicapai melalui perkuliahan Eksperimen Fisika I ini adalah agar mahasiswa memiliki kemampuan untuk memahami dan menerapkan berbagai keterampilan proses sains fisika berdasarkan topik masalah akademik fisika yang dikaji untuk memecahkan masalah yang menyangkut sistem fisika yang lebih umum (Dirjendikti, 1991). Materi kuliah Eksperimen Fisika I ini merupakan hasil analisis eksperimen (induktif). Materi kuliah ini memerlukan kompetensi tentang kemampuan menganalisis cara berpikir fisika, merancang eksperimen fisika, dan melaksanakan eksperimen fisika yang dapat dijabarkan kedalam sejumlah sub kompetensi berupa keterampilan proses sains fisika. Karakteristik Mahasiswa Mahasiswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Pendidikan Fisika PMIPA FKIP Unlam yang memperogramkan mata kuliah Eksperimen Fisika I pada semester genap 2010/2011. Peserta kuliah ini berjumlah 48 orang, terdiri atas 15 laki-laki dan 33 perempuan. Rata-rata usia mereka 20 tahun, termasuk kategori operasional formal, dan menurut teori perkembangan kognitif pada usia seperti ini telah mampu berpikir abstrak, mampu menggunakan bahasa simbolik, dan mampu bernalar secara kuantitatif. Kemampuan awal KDKIF mereka tentang KPSF ditemukan oleh Zainuddin (2010) untuk 10 sub kompetensi sebagai berikut: merumuskan masalah (37,5%), mengkaji teori (12,5%), merumuskan hipotesis (37,8%, mengidentifikasi variabel (45,0%), mendefinisikan variabel secara operasional (20,8%), menentukan alat dan bahan (45,0%), menyusun prosedur (41,3), menentukan ketakpastian pengukuran (31,3%), menentukan ketelitian percobaan (0,0%), dan menentukan ketepatan percobaan fisika (0,0%). Kompetensi Dasar Keilmuan Fisika Kompetensi guru fisika yang diharapkan berdasarkan Permen Diknas nomor 16 tahun 2007, menurut Zainuddin (2008) dapat dijabarkan ke dalam berbagai kompetensi dasar keilmuan fisika (KDKIF) yang diharapkan dimiliki oleh mahasiswa pendidikan fisika sebagai calon guru, diantaranya adalah memiliki kemampuan dalam: (1) memahami secara mendalam tentang fakta, konsep, prinsip, dan teori fisika, (2) menjelaskan arti fisis formula fisika, (3) menggambarkan gejala fisika, (4) menformulasikan gejala fisika secara deduksi, (5) memformulasikan gejala fisika secara induksi, (6) merancang eksperimen fisika, (7) melakukan eksperimen fisika, (8) menjelaskan gejala pristiwa fisika, (9) menjelaskan prinsip kerja produk teknologi fisika, dan (10) mengaplikasikan ilmu fisika untuk mengatasi masalah nyata dalam kehidupan dan masayarakat. Berdasarkan perkuliahan Eksperimen Fisika I KDKIF yang akan dilatihkan adalah cara berpikir fisika, merancang, dan melaksanakan eksperimen fisika. KDKIF ini dapat dijabarkan kedalam sub-sub kompetensi yang biasa disebut keterampilan proses Seminar Nasional Pendidikan IPA 363
4 sains fisika (KPSF). Sub-sub kompetensi yang dimaksud diantaranya adalah: merumuskan masalah, mengkaji teori, merumuskan hipotesis, mengidentifikasi variabel, mendefinisikan variabel secara operasional, menentukan alat dan bahan, menyusun prosedur, menentukan ketakpastian pengukuran, menentukan ketelitian percobaan, dan menentukan ketepatan percobaan fisika (Zainuddin 2008). Model Pembelajaran Inquiry Discovery Learning Model pembelajaran Inquiry Discovery Learning (pembelajaran penemuan yang berdasarkan pada masalah akademik) adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok penyelidikan untuk melatih mahasiswa keterampilan proses sains dan pemecahan masalah akademik. Model Inquiry Discovery Learning ini berakar pada teori belajar penemuan konstruktivis yang menekankan pada hakikat science inquiry dari suatu pembelajaran. Menurut teori ini, seseorang dikatakan belajar jika ia menemukan sesuatu, sehingga pembelajaran semakin bermakna. Model Inquiry Discovery Learning (IDL) memiliki lima fase dalam sintaksnya, yaitu: (1) Mengorientasikan mahasiswa pada masalah akademik, (2) Membimbing mahasiswa dalam merancang eksperimen, (3) Membimbing mahasiswa dalam melaksanakan eksperimen, (4) Membimbing mahasiswa dalam melakukan inferensi / prediksi, dan (5) Merefleksi proses pemecahan masalah (Zainuddin, 2008). Efektivitas Pembelajaran Menurut Atjo (2002), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas pembelajaran sains, diantaranya adalah: (1) aktivitas siswa yang bergantung pada aktivitas guru dan bekal awal siswa, (2) aktivitas guru yang bergantung pada penguasan materi dan strategi pembelajaran, (3) strategi belajar yang bergantung pada pengetahuan dan keterampilan siswa, (4) kesesuaian materi pelajaran denagan peserta didik, dan (4) perangkat pembelajaran yang tersedia. II. METODE Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif karena mendeskripsikan sejumlah karakteristik yang diamati; dan penelitian tindakan karena berupaya mengatasi rendahnya kompetensi dasar keilmuan mahasiswa yang termasuk keterampilan berpikir tingkat tinggi pada perkuliahan untuk tiap siklus dan direfleksi pada akhir siklus. Subjek dari penelitian ini adalah mahasiswa Pendidikan Fisika PMIPA-FKIP Unlam yang memperogramkan matakuliah Telaah Fisika I pada semester genap 2010/2011. Penelitian ini dilaksanakan di Banjarmasin selama 4 (empat) bulan. Rancangan penelitian yang digunakan untuk melihat efek-efek tindakan/pembelajaran yang diterapkan adalah One Group Pre-test and Post-test Design. Karakteristik yang diamati dalam penelitian ini adalah keterampilan berpikir tingkat tinggi berupa kompetensi dasar keilmuan mahasiswa yang dijabarkan dan didefinisikan secara operasional sebagai berikut: (1) Kemampuan menganalisis cara berpikir fisika adalah persentase skor yang diperoleh seluruh mahasiswa dalam melakukan induksi, deduksi, infrensi, dan prediksi terhadap gejala fisika, direkam dengan tes kinerja essay, dikoreksi dengan mengacu pada rubrik penskoran, dan dinilai dengan menggunakan sistim penilaian acuan patokan; (2) Kemampuan merancang eksperimen fisika adalah persentase skor yang diperoleh seluruh mahasiswa dalam merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengidentifikasi variabel, dan mendefinisikan variabel secara operasional, direkam dengan tes kinerja esai, dikoreksi dengan mengacu pada rubrik penskoran, dan dinilai dengan menggunakan sistem penilaian acuan patokan; (3) Kemampuan melaksanakan eksperimen fisika adalah persentase skor yang diperoleh Mengembangkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Melalui Pembelajaran IPA 364
5 seluruh mahasiswa dalam menentukan alat dan bahan, melaksanakan prosedur, mengolah data, dan menarik kesimpulan, direkam dengan lembar pengamatan dan laporan eksperimen, dikoreksi dengan mengacu pada rubrik penskoran, dan dinilai dengan menggunakan sistem penilaian acuan patokan; dan (4) Efektivitas perkuliahan adalah total selisih persentase skor yang diperoleh mahasiswa pada uji akhir (U2) dengan uji awal (U1), kemudian dikategorikan dalam: tidak efektif, kurang efektif, cukup efektif, efektif, dan sangat efektif Instrumen penelitian yang digunakan adalah Lembar pengamatan keterlaksanaan RPP (LP-KRPP) yang disertai dengan saran untuk perbaikan perkuliahan. Tes kompetensi yang digunakan meliputi kompetensi: (1) memahami cara pikir fisika (TK- Pcpf), (2) merancang eksperimen fisika (TK-Ref), dan (3) melaksanakan eksperimen fisika (TK-Lef) yang telah teruji dengan validitas baik, reliabilitas baik, dan tingkat kesukaran baik. Prosedur penelitian tindakan yang digunakan dalam upaya mengatasi rendahnya kompetensi dasar keilmuan mahasiswa adalah prosedur penelitian tindakan dimana pada setiap Siklus dilakukan: (1) Perencanaan, yaitu melaksanakan penyusunan dan validasi terhadap RPP, TK-Pcpf, TK-Ref, dan TK-Lef, beserta rubriknya, yang mengacu pada hasil uji awal; (2) Pelaksanaan, yaitu melaksanakan penerapan RPP sebagai pelaksanaan tindakan, sekaligus dilakukan implementasi LP-KRPP; (3) Observasi, yaitu melaksanakan tes kompetensi dengan mengimplementasikan instrumen TK-Pcpf, TK- Ref, dan TK-Lef pada akhir setiap siklus; dan (4) Refleksi, yaitu melaksanakan analisis serta pemaknaan terhadap hasil tindakan/perkuliahan yang telah dilakukan dengan memperhatikan catatan rekaman perkuliahan dosen dan saran perbaikan yang dikemukakan pengamat. Hasil refleksi ini selanjutnya dijadikan sebagai dasar perbaikan untuk siklus-siklus berikutnya. Efektivitas (E) perkuliahan tiap aspek atau seluruh aspek kompetensi dihitung menggunakan rumus: U2 U 1 E x100% U tot dimana adalah skor total seluruh mahasiswa pada uji akhir, adalah skor total seluruh mahasiswa pada uji awal, dan adalah skor total maksimum yang dapat dicapai oleh seluruh mahasiswa. Ketuntasan klasikal (K) mahasiswa dalam menguasai kompetensi yang dilatihkan dihitung menggunakan rumus: t K x100% T dimana t adalah banyaknya mahasiswa yang telah tuntas menguasai kompetensi dan T adalah total banyaknya mahasiswa dalam kelas. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I menganalisis cara berpikir fisika pada Siklus I ini adalah sebesar 56,6% (berkategori kurang efektif). Pengamat menyarankan bahwa masih kurang efektifnya pembelajaran ini disebabkan oleh karena dosen tidak menjelaskan cara melakukan induksi, deduksi, infrensi, dan prediksi pada awal perkuliahan. Hasil dari lembar jawaban mahasiswa terungkap bahwa hanya (28,8%) mahasiswa yang tuntas menguasai cara berpikir fisika. merancang eksperimen fisika pada Siklus I ini adalah sebesar 50,2% (berkategori kurang efektif). Seminar Nasional Pendidikan IPA 365
6 Pengamat menyarankan bahwa masih kurang efektifnya pembelajaran ini disebabkan oleh karena dosen tidak menyampaikan cara merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengidentifikasi variabel, dan mendefinisikan variabel secara operasional. Hasil dari lembar jawaban mahasiswa terungkap bahwa hanya (23,6%) mahasiswa yang tuntas menguasai cara merancang eksperimen fisika. melaksanakan eksperimen fisika pada Siklus I ini adalah sebesar 57,4%, (berkategori kurang efektif). Pengamat menyarankan bahwa masih kurang efektifnya pembelajaran ini disebabkan oleh karena dosen tidak menyampaikan terlebih dahulu tentang cara menentukan alat dan bahan, melaksanakan prosedur, mengolah data, dan menarik kesimpulan. Hasil dari lembar jawaban mahasiswa terungkap bahwa hanya (35,2%) mahasiswa yang tuntas menguasai cara melaksanakan eksperimen fisika. Siklus II menganalisis cara berpikir fisika pada Siklus II ini adalah sebesar 63,4% (berkategori cukup efektif). Dari saran pengamat diketahui bahwa masih cukup efektifnya pembelajaran ini disebabkan oleh karena dosen masih kurang jelas dalam mencontohkan cara melakukan induksi, deduksi, infrensi. Hasil dari lembar jawaban mahasiswa terungkap bahwa baru (58,6%) mahasiswa yang tuntas menguasai cara berpikir fisika. merancang eksperimen fisika pada Siklus II ini adalah sebesar 60,8% (berkategori cukup efektif). Dari saran pengamat diketahui bahwa masih cukup efektifnya pembelajaran ini disebabkan oleh karena dosen masih kurang jelas dalam mencontohkan cara merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengidentifikasi variabel, dan mendefinisikan variable secara operasional. Hasil dari lembar jawaban mahasiswa terungkap bahwa baru (44,8%) mahasiswa yang tuntas menguasai cara merancang eksperimen fisika. melaksanakan eksperimen fisika pada Siklus II ini adalah sebesar 68,2% (berkategori cukup efektif). Pengamat menyarankan bahwa masih cukup efektifnya pembelajaran ini disebabkan oleh karena dosen masih kurang jelas dalam mencontohkan cara menentukan alat dan bahan, melaksanakan prosedur, mengolah data, dan menarik kesimpulan. Hasil dari lembar jawaban mahasiswa terungkap bahwa baru (56,4%) mahasiswa yang tuntas menguasai cara melaksanakan eksperimen fisika. Siklus III menganalisis cara berpikir fisika pada Siklus III ini adalah sebesar 76,5% (berkategori efektif). Efektifnya pembelajaran ini disebabkan oleh karena dosen telah jelas dalam mencontohkan cara melakukan induksi, deduksi, infrensi, dan prediksi pada awal perkuliahan. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya saran perbaikan pengamat yang signifikan dengan situasi perkuliahan. Hasil dari lembar jawaban mahasiswa juga terungkap bahwa (81,2%) mahasiswa telah tuntas menguasai cara berpikir fisika. merancang eksperimen fisika pada Siklus III ini adalah sebesar 70,8% (berkategori efektif). Efektifnya pembelajaran ini disebabkan oleh karena dosen telah jelas dalam mencontohkan cara merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengidentifikasi variabel, dan mendefinisikan variabel secara operasional. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya saran perbaikan pengamat yang signifikan dengan situasi perkuliahan. Dan dari Mengembangkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Melalui Pembelajaran IPA 366
7 lembar jawaban mahasiswa terungkap bahwa (75,2%) mahasiswa telah tuntas menguasai cara merancang eksperimen fisika. melaksanakan eksperimen fisika pada Siklus III ini adalah sebesar 79,2% (berkategori efektif). Efektifnya pembelajaran ini disebabkan oleh karena dosen telah jelas dalam mencontohkan cara menentukan alat dan bahan, melaksanakan prosedur, mengolah data, dan menarik kesimpulan. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya saran perbaikan pengamat yang signifikan dengan situasi perkuliahan. Hasil dari lembar jawaban mahasiswa terungkap bahwa (72,8%) mahasiswa telah tuntas menguasai cara melaksanakan eksperimen fisika. Refleksi Efektivitas perkuliahan yang menerapkan model Inquiry Discovery Learning (IDL) dalam meningkatkan kemampuan menganalisis formula fisika, merancang eksperimen fisika, dan melaksanakan eksperimen fisika sebagai bagian dari kompetensi dasar keilmuan mahasiswa dapat berkategori efektif, jika: 1) Pada fase-i IDL, yaitu Mengorientasikan mahasiswa pada masalah akademik, dosen terlebih dahulu mencontohkan secara jelas tentang cara melakukan induksi dan deduksi pada awal perkuliahan. 2) Pada fase-ii IDL, yaitu Membimbing persiapan eksperimen, dosen memberi contoh yang jelas tentang cara merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengidentifikasi variabel, dan mendefinisikan variabel secara operasional. 3) Pada fase-iii IDL, yaitu Membimbing pelaksanaan eksperimen, dosen memberi contoh yang jelas tentang cara menentukan alat dan bahan, melaksanakan prosedur, menganalisis data, dan menarik kesimpulan. 4) Pada fase-iv IDL, yaitu Membimbing Infrensi dan Prediksi, dosen terlebih dahulu memberi contoh yang jelas tentang cara melakukan infrensi dan prediksi berdasarkan hasil eksperimen. 5) Pada fase-v IDL, yaitu Merefleksi proses pemecahan masalah, dosen menyampaikan rubrik penskoran produk dan proses persentasi/ laporan, memberikan kesempatan kepada setiap kelompok memberi skor terhadap proses dan hasil kinerja kelompok yang sedang presentasi, serta memberi waktu untuk klarifikasi bagi kelompok yang mendapat sanggahan. Dosen di awal perkuliahan harus menyampaikan terlebih dahulu pengetahuan dan keterampilan prasayarat, dan prosedur strategi perkuliahan IDL yang akan diterapkan, agar mahasiswa siap dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan, hal ini sejalan dengan teori zona perkembangan terdekat. Mahasiswa memperhatikan masalah yang akan dipecahkan, kompleksnya masalah, dan menyampaikan logistik yang diperlukan saat dosen membagi kelompok, agar mahasiswa dapat melaksanakan tugas secara berimbang dan tidak terlalu memberatkan, hal ini sejalan dengan teori scaffolding, bahwa pada tahap awal bimbingan diberikan secara maksimal, kemudian dikurangi secara bertahap sampai dapat menimbulkan kemandirian. Dosen proaktif mencari kesulitan mahasiswa dan segera mencarikan jalan keluar saat membimbing penyelidikan dan pelaksanaan infrensi dan prediksi, agar mahasiswa merasa mendapat perhatian. Hal ini sejalan dengan teori pemotivasian untuk berprestasi dalam belajar. Sebelum dosen meminta mahasiswa mempresentasikan laporannya, dosen sebaiknya menyampaikan rubrik penskoran dan menyepakati aturan main presentasi, agar mahasiswa dapat mempersiapkan point-point penting yang dipersyaratkan, hal ini sejalan dengan teori belajar sosial konstruktivis. Dosen menyiapkan seperangkat contoh rancangan eksperimen fisika, contoh panduan eksperimen fisika, dan contoh laporan Seminar Nasional Pendidikan IPA 367
8 eksperimen fisika, yang disertai contoh rubrik penskoran tentang rancangan, pelaksanaan, dan laporan eksperimen fisika agar mahasiswa lebih mudah memahami materi ajar dan kompetensi dasar keilmuan fisika berupa keterampilan proses sains. IV. PENUTUP Kesimpulan dari penelitian ini adalah efektivitas penerapan model Inquiry Discovery Learning dalam meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi berupa menganalisis cara berpikir fisika, merancang eksperimen fisika, dan melaksanakan eksperimen fisika pada perkuliahan Eksperimen Fisika I adalah rata-rata sebesar 75,5% dalam kategori efektif. Disarankan agar dosen dapat menerapkan model pembelajaran Inquiry Discovery Learning pada perkuliahan Eksperimen Fisika I dalam rangka upaya untuk meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi mahasiswa terutama dalam hal menganalisis cara berpikir fisika, merancang eksperimen fisika, dan melaksanakan eksperimen fisika dengan memperhatikan hasil refleksi ahir. DAFTAR PUSTAKA Atjo, Nuliani, Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPA di SLTP. Tesis Magister tidak dipublikasikan. Prodi S2 Pendidikan Sains PPs Unesa Surabaya. Dirjendikti Depdikbud Kurikulum Pendidikan MIPA-LPTK. Jakarta. Nur, Mohamad Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: Unesa. Prabowo Pendidikan Fisika Dalam Mengantisipasi Tantangan Abad XXI. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar, Universitas Negeri Surabaya. Zainuddin Kebutuhan mahasiswa pada Perkuliahan Eksperimen Fisika I. Laporan hasil Need Assessments tidak dipublikasikan. Program Studi Pendidikan Fisika PMIPA-FKIP Unlam. Zainuddin Keterampilan Proses Sains Fisika. Makalah disampaikan pada seminar pendidikan fisika. Himapsika. Zainuddin Kompetensi Dasar Keilmuan Fisika berdasarkan Permen Diknas No. 16 tahun Makalah disampaikan pada seminar pendidikan fisika. Himapsika. Mengembangkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Melalui Pembelajaran IPA 368
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI DASAR KEILMUAN MAHASISWA PADA PERKULIAHAN FISIKA TERAPAN
QUANTUM, Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, Vol.2, No.1, April 2011, hlm. 33-38 33 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI DASAR KEILMUAN MAHASISWA PADA PERKULIAHAN FISIKA TERAPAN
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL DIRECT INSTRUCTION DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI DASAR KEILMUAN MAHASISWA PADA PERKULIAHAN FISIKA DASAR II
EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL DIRECT INSTRUCTION DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI DASAR KEILMUAN MAHASISWA PADA PERKULIAHAN FISIKA DASAR II Zainuddin Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Unlam Banjarmasin zainuddin.unlam@gmail.com
Lebih terperinciMENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL INQUIRY-DISCOVERY LEARNING (IDL) TERBIMBING
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL INQUIRY-DISCOVERY LEARNING (IDL) TERBIMBING Bahrudin, Zainuddin, dan Suyidno Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Unlam Banjarmasin
Lebih terperinciMENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS X PMIA 3 DI SMAN 3 BANJARMASIN
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS X PMIA 3 DI SMAN 3 BANJARMASIN Ika Widya Elnada, Mastuang, dan Abdul Salam Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas
Lebih terperinciMENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS X IPA 1 SMA NEGERI 1 MARABAHAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS X IPA 1 SMA NEGERI 1 MARABAHAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY Berlinda Agustina AS, Muhammad Arifuddin Jamal, Sarah Miriam Program Studi
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA SMA UNTUK TOPIK SUHU DAN KALOR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DENGAN METODE PICTORIAL RIDDLE
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA SMA UNTUK TOPIK SUHU DAN KALOR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DENGAN METODE PICTORIAL RIDDLE Nurul Hidayah, Zainuddin, Andi Ichsan Mahardika Program Studi
Lebih terperinciMENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 10 BANJARMASIN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 10 BANJARMASIN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING Muhammad Abdul Karim, Zainuddin, dan Mastuang Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciNina Selvizia, Zainuddin, dan Abdul Salam Program Studi Pendidikan Fisika FKIP ULM Banjarmasin
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERORIENTASI KECERDASAN LOGIS-MATEMATIS PADA POKOK BAHASAN IMPULS DAN MOMENTUM DENGAN MENGGUNAKAN MODEL DIRECT INSTRUCTION DI SMA MUHAMMADIYAH 1 BANJARMASIN Nina Selvizia,
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GETARAN DAN GELOMBANG DENGAN MODEL INKUIRI TERSTRUKTUR UNTUK SISWA KELAS VIIIA SMPN 31 BANJARMASIN
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GETARAN DAN GELOMBANG DENGAN MODEL INKUIRI TERSTRUKTUR UNTUK SISWA KELAS VIIIA SMPN 31 BANJARMASIN Anisah, Mustika Wati, dan Andi Ichsan Mahardika Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciPengembangan Modul Fisika pada Pokok Bahasan Listrik Dinamis dengan Menggunakan Model Discovery Learning di SMAN 5 Banjarmasin
Jurnal Fisika FLUX Volume 13, Nomor 2, Agustus 2016 ISSN : 1829-796X (print); 2514-1713(online) http://ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php/f/ Pengembangan Modul Fisika pada Pokok Bahasan Listrik Dinamis
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII 4 RSBI SMPN 1 Bandar
28 III. METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII 4 RSBI SMPN 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011. Jumlah siswa adalah 24 siswa yang terdiri dari 9 siswa
Lebih terperinciPENERAPAN TIPE LEARNING CYCLE MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PENERAPAN TIPE LEARNING CYCLE MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Rakhmatun Nisa, Zainuddin, Suriasa Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Rakhmatunnisa@yahoo.co.id
Lebih terperinciPENERAPAN TIPE LEARNING CYCLE MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PENERAPAN TIPE LEARNING CYCLE MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Rakhmatun Nisa, Zainuddin, Suriasa Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Rakhmatunnisa@yahoo.co.id
Lebih terperinciBerkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 4 no 2 Juni 2016
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSEDURAL SISWA MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI KELAS X 3 SMA NEGERI 10 BANJARMASIN Dessy Laila Kamsinah, M. Arifuddin Jamal,
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERORIENTASI PEMAHAMAN KONSEP PADA MATERI ENERGI DAN PERUBAHANNYA MENGGUNAKAN MODEL DIRECT INTRUCTION
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERORIENTASI PEMAHAMAN KONSEP PADA MATERI ENERGI DAN PERUBAHANNYA MENGGUNAKAN MODEL DIRECT INTRUCTION (DI) DI SMP NEGERI 27 BANJARMASIN Lestari Indra Sari Z, Zainuddin,
Lebih terperinciABSTRAK. Oleh: Risma Zuraida, Muhammad Zaini, Bunda Halang
ABSTRAK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR KONSEP PENCEMARAN LINGKUNGAN PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 BANJARBARU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH Oleh: Risma Zuraida, Muhammad Zaini, Bunda
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi
42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Penelitian kuasi eksperimen dapat diartikan sebagai penelitian
Lebih terperinciJIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah
JIPFRI, Vol. 1 No. 2 Halaman: 83-87 November 2017 JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK
Lebih terperinciUNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No. 2, pp , May 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK ASAM BASA KELAS XI MIA SMAN 2 MAGETAN IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE
Lebih terperinciMENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS FISIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 JUAI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS FISIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 JUAI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING Hendra Setiawan, M. Arifuddin Jamal, Abdul Salam M Program Studi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Menurut Panggabean (1996:27) penelitian ini bertujuan untuk memperoleh
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMP
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMP ARTIKEL PENELITIAN Oleh : ULLY FAKHRUNI NIM : F15111023 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan besar yang dialami siswa dalam proses pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif dalam proses belajar
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan model
30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menghindari berbagai penafsiran terhadap definisi yang digunakan dalam penelitian ini, maka diberikan penjelasan beberapa defenisi operasional
Lebih terperinciMENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING Mariani Setiawati, Zainuddin, dan Suyidno Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Unlam Banjarmasin Abstrak:
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada Bab III mendeskripsikan metode, model, subjek penelitian, prosedur, alat instrumen, dan analisis data pada penerapan model cooperative learning tipe Numbered Heads Together
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PADA MODEL PROBLEM BASED LEARNING DI SMPN 24 BANJARMASIN
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PADA MODEL PROBLEM BASED LEARNING DI SMPN 24 BANJARMASIN Syamsul Alam Suriazdin, Zainuddin, dan Andi Ichsan Mahardika Program Studi Pendidikan Fisika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam (Holil, 2009).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
Lebih terperinciAidha Yuliandary, Zainuddin, dan Mustika Wati Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Unlam Banjarmasin
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 1 TAMBAN PADA MATERI AJAR KALOR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) Aidha Yuliandary, Zainuddin,
Lebih terperinciPenerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA
Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA Linda Aprilia, Sri Mulyaningsih Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains sangat penting
BAB III METODE PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains sangat penting dimiliki oleh setiap calon guru agar dapat berhasil melaksanakan pembelajaran di laboratorium.
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA PADA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA PADA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING Muhammad Wahyu Hidayat, Zainuddin, Abdul Salam M. Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATERI BUNYI UNTUK SISWA SMP MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATERI BUNYI UNTUK SISWA SMP MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF Siti Saidah, M. Arifuddin Jamal, dan Abdul Salam M. Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNLAM
Lebih terperinciMENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING Mariani Setiawati, Zainuddin, dan Suyidno Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Unlam Banjarmasin Abstrak:
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Biologi sebagai bagian dari sains terdiri dari tiga aspek yang tidak terpisahkan yaitu proses, produk, dan sikap. Aspek produk terdiri dari fakta, konsep,
Lebih terperinciMENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN MELALUI INKUIRI TERBIMBING DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN MELALUI INKUIRI TERBIMBING DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 9 Banjarbaru Tahun Pelajaran 2010/2011)
Lebih terperinciSri Susilogati Sumarti. Jurusan Kimia FMIPA UNNES, Semarang, Indonesia ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VI Pemantapan Riset Kimia dan Asesmen Dalam Pembelajaran Berbasis Pendekatan Saintifik Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 21 Juni
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII F SMP Negeri 19 Bandar
19 III. METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII F SMP Negeri 19 Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 32 siswa, terdiri dari
Lebih terperinciJasmanyah76.wordpress.com
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Model yang dikembangkan oleh Kurt Lewin didasarkan atas konsep pokok bahwa penelitian tindakan
Lebih terperinciBerkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 3 no.2, Juni
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL GENERATIF LEARNING (GL) PADA MATERI AJAR WUJUD ZAT DAN PERUBAHANNYA Winda Ariani, Zainuddin, dan Mustika Wati Program Studi Pendidikan Fisika FKIP
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KETERAMPILAN BERPIKIR MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA DALAM PERKULIAHAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH
PENGEMBANGAN KETERAMPILAN BERPIKIR MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA DALAM PERKULIAHAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH Nyoman Rohadi Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DI SMPN 13 BANJARMASIN
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DI SMPN 13 BANJARMASIN Latifah Kurnia, Zainuddin, dan Andi Ichsan Mahardika
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Pengembangan yang dilakukan adalah pengembangan media pembelajaran berupa
III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Pengembangan yang dilakukan adalah pengembangan media pembelajaran berupa LKS dan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains pada materi pokok termokimia
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. dapat terjadi, untuk menghindari hal tersebut maka diberikan penjelasan beberapa
34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Berbagai penafsiran terhadap definisi yang digunakan dalam penelitian ini dapat terjadi, untuk menghindari hal tersebut maka diberikan penjelasan
Lebih terperinciBerkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol. 1, No 2, Juni Noorhidayati, Zainuddin, dan Suyidno Prodi Pendidikan Fisika FKIP UNLAM Banjarmasin
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII-A SMP MUHAMMADIYAH 1 BANJARMASIN PADA MATERI AJAR KONSEP ZAT DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, DAN SATISFACTION) Noorhidayati,
Lebih terperinciYuniar Fikriani Amalia, Zainuddin, dan Misbah Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA FISIKA BERORIENTASI KETERAMPILAN GENERIK SAINS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DI SMP NEGERI 13 BANJARMASIN Yuniar Fikriani Amalia, Zainuddin, dan Misbah Program
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI GERAK DI SMP NEGERI 27 BANJARMASIN
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI GERAK DI SMP NEGERI 27 BANJARMASIN Mauizatil Rusjiah, M. Arifuddin J, dan Andi Ichsan M Program Studi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan bersifat kuantitatif yaitu metode Pre Experiment (Quasi Experiment). Penelitian kuantitatif adalah suatu metode penelitian
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD PADA SISWA KELAS IV SD INPRES 2 PARIGIMPUU
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD PADA SISWA KELAS IV SD INPRES 2 PARIGIMPUU Saatima
Lebih terperinciProsiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Penerapan Pendekatan Kontekstual Melalui Model Problem Based Intruction (PBI) Untuk Meningkatkan Mutu Perkuliahan Dasar-Dasar Pendidikan MIPA Pada Mahasiswa
Lebih terperinciKata kunci: Perangkat pembelajaran, keterampilan berkomunikasi, pembelajaran diskusi kelas
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA FISIKA BERORIENTASI KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN DISKUSI KELAS DI SMP NEGERI 13 BANJARMASIN Pipit Puspita Mayangsari, Zainuddin, dan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi
49 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan desain One Group Pretest-Posttest Design (Nazir, 2003)
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas atau biasa disingkat PTK. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan (action research)
Lebih terperinciMENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS SINTESIS SISWA MELALUI PENERAPAN PENGAJARAN LANGSUNG DENGAN METODE PROBLEM SOLVING
MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS SINTESIS SISWA MELALUI PENERAPAN PENGAJARAN LANGSUNG DENGAN METODE PROBLEM SOLVING Surya Haryandi, Zainuddin, dan Suyidno Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Unlam Banjarmasin
Lebih terperinciMENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT)
MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) Muhammad Muslim, Zainuddin, dan Syubhan An nur Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Unlam Banjarmasin Uchiem007@yahoo.co.id
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui. pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan
Lebih terperinciMENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT Hadiyanti Ulfah, M. Arifuddin Jamal, dan Mustika Wati Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Unlam
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Pengembangan yang dilakukan adalah pengembangan media pembelajaran berupa
III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Pengembangan yang dilakukan adalah pengembangan media pembelajaran berupa LKS berbasis keterampilan generik sains pada materi hukum-hukum dasar kimia untuk
Lebih terperinciMENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS PADA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS PADA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS Rezeki Apriliana Puteri, M. Arifuddin Jamal, dan Mustika Wati Prodi Pend. Fisika FKIP
Lebih terperinciSiti Nurkhayani, Zainuddin, dan Syubhan Annur Prodi Pendidikan Fisika FKIP Unlam Banjarmasin,
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 31 BANJARMASIN PADA POKOK BAHASAN GETARAN DAN GELOMBANG MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN GENERATIF Siti Nurkhayani, Zainuddin, dan Syubhan Annur Prodi
Lebih terperinciPENGEMBANGAN BUKU PANDUAN PRAKTIKUM TEKNIK LABORATORIUM II UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BEREKSPERIMEN
PENGEMBANGAN BUKU PANDUAN PRAKTIKUM TEKNIK LABORATORIUM II UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BEREKSPERIMEN Sri Wahyuni 1) Abstrak: Praktikum Teknik Laboratorium II merupakan mata kuliah yang terintegrasi
Lebih terperinciRamona Safitri, M. Arifuddin Jamal, dan Abdul Salam M. Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNLAM Banjarmasin
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA SMP BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA POKOK BAHASAN GETARAN DAN GELOMBANG DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING Ramona Safitri, M. Arifuddin
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENGGUNAAN METODE EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS V C SDN 002 RATU SIMA, DUMAI BARAT, RIAU TAHUN PELAJARAN
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENGGUNAAN METODE EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS V C SDN 002 RATU SIMA, DUMAI BARAT, RIAU TAHUN PELAJARAN 2007/2008 Asnimar 1* 1 SD Negeri 41 Pekanbaru, Riau, Indonesia
Lebih terperinciEmiliani Indah Safputri, Zainuddin, dan Mastuang Program Studi Pendidikan Fisika FKIP ULM Banjarmasin
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA PADA MATERI AJAR USAHA DAN ENERGI DENGAN METODE PROBLEM POSING DALAM SETTING MODEL PENGAJARAN LANGSUNG PADA SISWA KELAS XI SMAN 4 BANJARMASIN Emiliani Indah Safputri,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Sintaks model pembelajaran fisika konsep kapasitor keping sejajar
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Sintaks model pembelajaran fisika konsep kapasitor keping sejajar merupakan salah satu bagian dari payung penelitian rancangan pengembangan model pembelajaran
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian Lokasi penelitian yang dipilih adalah salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) Swasta di Kota Bandung. Pemilihan sekolah tersebut dikarenakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu pembelajaran harus
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu pembelajaran harus menggunakan model,
Lebih terperinciNoorhidayati, Zainuddin, dan Suyidno Prodi Pendidikan Fisika FKIP UNLAM Banjarmasin. Kata kunci: Hasil belajar, model pembelajaran ARIAS, konsep zat.
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII-A SMP MUHAMMADIYAH 1 BANJARMASIN PADA MATERI AJAR KONSEP ZAT DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, DAN SATISFACTION) Noorhidayati,
Lebih terperinciMENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT Hadiyanti Ulfah, M. Arifuddin Jamal, dan Mustika Wati Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Unlam
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan metode penelitian weak eksperimen dengan
52 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Pada penelitian ini digunakan metode penelitian weak eksperimen dengan desain The One-Group Pretest-Postes Design (Fraenkel, J. R. & Wallen, N.
Lebih terperinciPENINGKATAN AKTIVITAS INKUIRI DAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN INKUIRI BERBASIS KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS XA SMA NEGERI PASIRIAN LUMAJANG Intan Fitriani 1, Dewi Iriana 2,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini, memiliki definisi
BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini, memiliki definisi secara operasional, diantaranya: 1. Kemampuan berpikir kritis yang akan diukur
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan sistem yang dikembangkan oleh Dick dan Carrey (2003), yang berlangsung
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain dan Paradigma Penelitian Desain dan paradigma penelitian yang digunakan diadaptasi dari model pendekatan sistem yang dikembangkan oleh Dick dan Carrey (2003), yang
Lebih terperinciBerkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol. 1, No 2, Juni 2013
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 1 TAMBAN PADA MATERI AJAR KALOR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) Aidha Yuliandary, Zainuddin,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas XI IPA1 SMA PGRI 1
19 III. METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas XI IPA1 SMA PGRI 1 Tumijajar semester ganjil pada pokok bahasan Impuls dan Momentum tahun pelajaran
Lebih terperinciHASIL BELAJAR SAINS FISIKA DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 UKUI.
8 HASIL BELAJAR SAINS FISIKA DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 UKUI Azizahwati Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan PMIPA FKIP Universitas
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan tindakan kelas ini dilakukan di kelas VIIIc SMP Negeri 7
26 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan kelas ini dilakukan di kelas VIIIc SMP Negeri 7 Kota Gorontalo, untuk mata pelajaran
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode quasi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode quasi eksperiment (eksperimen semu). Metode ini digunakan karena pada penelitian ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
Lebih terperinciPENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA PEMBELAJARAN MEDAN MAGNET UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS MAHASISWA
PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA PEMBELAJARAN MEDAN MAGNET UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS MAHASISWA Sutarno Program Studi Pendidikan Fisika JPMIPA FKIP UNIB msutarno_unib@yahoo.com,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting 3.1.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Surabaya yang terletak di jalan Danau Towuti Kecamatan Kedaton Kota Bandar Lampung.
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MELATIH KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA TULIS SISWA DI KELAS VIII
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MELATIH KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA TULIS SISWA DI KELAS VIII Rahma Dwi Khoirunnisa 1), Tatag Yuli Eko Siswono 2) 1) Mahasiswa Program
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen awal atau pre-experiment. Metode ini dipilih sesuai dengan tujuan peneliti yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Menguneng 01 Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang pada siswa kelas IV semester 2 tahun
Lebih terperinciMeningkatkan Hasil Belajar IPA Konsep Cahaya Melalui Pembelajaran Science-Edutainment Berbantuan Media Animasi
Meningkatkan Hasil Belajar IPA Konsep Cahaya Melalui Pembelajaran Science-Edutainment Berbantuan Media Animasi Abdan SMP Negeri 2 Poso Pesisir, Kab. Poso ABSTRAK Penelitian tindakan kelas ini bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu dan teknologi dewasa ini berkembang sangat cepat,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu dan teknologi dewasa ini berkembang sangat cepat, hal ini tentunya memerlukan daya dukung sumber daya manusia yang berkualitas agar dihasilkan
Lebih terperinciBerkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 4 no.1 Februari 2016
MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS SISWA KELAS X MS3 SMAN 2 BANJARMASIN PADA MATERI GERAK MELINGKAR MELALUI PENGAJARAN LANGSUNG BERMETODE PEMECAHAN MASALAH Rina Refiana, M. Arifuddin Jamal, Sri Hartini Program
Lebih terperinciSEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN 2016
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DISERTAI PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITASDAN HASIL BELAJAR FISIKA DI KELAS X IPA MA UNGGULAN NURIS Lailatul Ma rifah Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciSiti Nurkhayani, Zainuddin, dan Syubhan Annur Prodi Pendidikan Fisika FKIP Unlam Banjarmasin
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 31 BANJARMASIN PADA POKOK BAHASAN GETARAN DAN GELOMBANG MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN GENERATIF Siti Nurkhayani, Zainuddin, dan Syubhan Annur Prodi
Lebih terperinciBAB. III METODOLOGI PENELITIAN. program pembelajaran berbasis masalah disertai pelaksanaan praktikum yang juga
BAB. III METODOLOGI PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Kegiatan penelitian yang akan dilakukan adalah pengujian pengembangan program pembelajaran berbasis masalah disertai pelaksanaan praktikum yang juga
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. LKS berbasis keterampilan generik sains pada materi laju reaksi untuk SMA
III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Pengembangan yang dilakukan adalah pengembangan media pembelajaran berupa LKS berbasis keterampilan generik sains pada materi laju reaksi untuk SMA sesuai dengan
Lebih terperinciDaenah. Kata Kunci: Tujuan Pembelajatan, Kooperatif, Model Jigsaw, Minat, Hasil Belajar PENDAHULUAN
PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE KOOPERATIF (JIGSAW) PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG ENERGI DAN PENGGUNAANNYA DI KELAS IV SD NEGERI SEPANJANG JAYA II TAHUN 2015 Daenah ABSTRAK
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA POKOK BAHASAN ZAT DAN WUJUDNYA DI SMP NEGERI 15 BANJARMASIN
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA POKOK BAHASAN ZAT DAN WUJUDNYA DI SMP NEGERI 15 BANJARMASIN Indah Mentari, Zainuddin, dan Andi Ichsan Mahardika Program
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL SIKLUS BELAJAR DENGAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BERPIKIR MELALUI PERTANYAAN (PBMP) PADA PEMBELAJARAN KIMIA
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL SIKLUS BELAJAR DENGAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BERPIKIR MELALUI PERTANYAAN (PBMP) PADA PEMBELAJARAN KIMIA Yuti Rahinawati Guru SMA Negeri 6 Surabaya ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciPENGARUH LATIHAN MEMBANGUN KONSEP TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH TOPIK KALOR PADA SISWA SMAN 1 SUKODADI KABUPATEN LAMONGAN
PENGARUH LATIHAN MEMBANGUN KONSEP TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH TOPIK KALOR PADA SISWA SMAN 1 SUKODADI KABUPATEN LAMONGAN Puput Putri Manitasari dan Nadi Suprapto Jurusan Fisika, Universitas Negeri
Lebih terperinciSuci Puspa Melati, M. Arifuddin Jamal, dan Suyidno Prodi Pendidikan Fisika FKIP Unlam Banjarmasin,
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII A DI SMP NEGERI 31 BANJARMASIN PADA MATERI AJAR ZAT DAN WUJUDNYA MELALUI PENERAPAN MODEL EXPLICIT INSTRUCTION Suci Puspa Melati, M. Arifuddin Jamal, dan Suyidno
Lebih terperinciKomang Gde Suastika, Hj. Titik Utami, Meriana Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Palangka Raya
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS (LEARNING CYCLE) PADA PEMBELAJARAN
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tindakan kelas ini diadakan di SDN 48 Hulonthalangi Kota
1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Setting Penelitian Penelitian tindakan kelas ini diadakan di SDN 48 Hulonthalangi Kota Gorontalo pada bulan April tahun
Lebih terperinciPROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN Inovasi Pembelajaran untuk Pendidikan Berkemajuan FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 7 November 2015
PERBEDAAN RERATA HASIL BELAJAR BASIS DATA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPLICIT INSTRUCTION DAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA JURUSAN TEKNIK KOMPUTER JARINGAN KELAS XII SMK PGRI 4 NGAWI Khusnul
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini dijelaskan mengenai metode penelitian yang meliputi pemilihan lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen
Lebih terperinci