12 METODE PEELITIA Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan April 2010, bertempat di Bagian Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah sampel darah dan DA sapi madura, sapi limousin dan sapi FH koleksi Laboratorium Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan IPB. Jumlah keseluruhan sampel yang digunakan adalah 81 sampel, terdiri atas 40 sampel sapi madura, 10 sampel sapi FH, dan 31 sampel sapi limousin (Tabel 1). Sampel darah sapi madura diawetkan dalam alkohol absolut, sampel berasal dari peternakan rakyat di kabupaten Sampang dan Bangkalan, Madura. Koleksi sampel sapi limousin dan sapi FH dalam bentuk DA. Sampel sapi FH berasal dari Koperasi Peternakan Susu (KPS) Kunak Bogor, sedangkan sampel sapi limousin berasal dari Balai Embrio Ternak (BET) Cipelang, Jawa Barat. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian Sapi madura Asal Sampel Jumlah Sampel Tahun Koleksi Jenis Kelamin 30 10 31 2008 10 Sampang Bangkalan BET Cipelang KPS Kunak Bogor Sapi limousin Sapi FH Total 81 = Jantan; = Betina. Metode Ekstraksi dan Isolasi DA Ekstraksi dan isolasi DA dari sampel darah sapi menggunakan DA Extraction Kit for Fresh Blood (GeneAid Canada) yang dimodifikasi. Empat tahapan ekstraksi dan isolasi DA telah dilakukan sebagaimana tertera pada manual kit, yaitu pelisisan, pengikatan, pencucian dan pengendapan DA. Modifikasi dilakukan pada tahap pelisisan sel darah yang disimpan dalam alkohol. Alkohol sebagai media penyimpan dibuang dengan sentrifugasi 1000 g selama 10
13 menit. Sel-sel darah kemudian direndam dalam akuades selama 20 menit dan dilanjutkan dengan sentrifugasi 1000 g selama 10 menit. Sel-sel darah yang sudah bebas dari alkohol disuspensikan dalam bufer 1x STE (0.5 M Sodium chloride; Tris-HCl 0.2 M; EDTA 0.02 M; ph 8.0) kemudian dilisis menggunakan proteinase K 0.125 mg/ml dan sodium dodesil sulfat 1% sambil dikocok pelan dalam suhu 56 o C selama 1 jam. Tahap pemisahan dan pemurnian molekul DA mengikuti petunjuk DA Extraction Kit for Fresh Blood. Amplifikasi BoLA DRB 3.2 Amplifikasi lokus BoLA DRB 3.2 dilakukan secara in vitro menggunakan metode polymerase chain reaction (PCR). Primer forward yang digunakan adalah AF135: 5 ATCCTCTCTCTGCAGCACATTTCC 3 dan primer reverse AF137: 5 TCGCCGCTGCACAGTGAAACTCTC 3. Kedua primer diatas didisain oleh Van Eijk et al. (1992) sebagai HLO30 dan HLO32 dengan target DA hasil amplifikasi berukuran 284 bp. Pereaksi PCR terdiri atas 10-100 ng sampel DA, primer forward dan reverse masing-masing 1 µm, dtp mix 120 µm, MgCl 2 100 µm, dan Taq polymerase RBC 1 unit beserta bufernya. Total volume pereaksi adalah 25 μl dalam tabung 0.2 ml. Reaksi PCR dilakukan menggunakan mesin thermocycler TaKaRa yang telah diprogram untuk kondisi predenaturasi pada suhu 94 o C selama 5 menit, 30 siklus denaturasi 94 o C selama 1 menit, penempelan (annealing) pada suhu 57 o C selama 1 menit, pemanjangan 64 o C selama 1 menit. Pemanjangan akhir dilakukan pada suhu 72 o C selama 2 menit. Pemotongan dengan Enzim Restriksi Identifikasi variasi alel BoLA-DRB 3.2 menggunakan metode PCR-RFLP yang dikembangkan oleh Van Eijk (1992). Produk PCR dipotong menggunakan enzim restriksi endonuklease RsaI, HaeIII (EB biolabs, ew England-USA), dan BstYI (Fermentas). Produk PCR yang menunjukkan pita tunggal di atas gel kemudian dipotong dengan enzim restriksi. Sebanyak 2 μl produk PCR dipotong dengan enzim restriksi 3 unit. Unit aktifitas enzim restriksi yang digunakan berlebih untuk memastikan tidak ada incomplete digestion. Proses pemotongan
14 produk PCR oleh ketiga enzim dilakukan dalam inkubator pada suhu 37 o C selama 3 jam hingga satu malam (± 18 jam). Visualisasi Produk PCR dan PCR-RFLP Pemisahan produk PCR dilakukan menggunakan polyacrilamide gel electrophoresis (PAGE) 8% dan produk PCR-RFLP menggunakan PAGE 8% yang dilanjutkan dengan pewarnaan sensitif perak menurut Tegelström (1986). Elektroforesis dijalankan pada tegangan 100 V sampai pewarna bromtimol blue dari loading bufer mencapai tepi katoda gel. Konfirmasi Tipe Alel BoLA DRB 3.2 Pola hasil pemotongan PCR-RFLP dikonfirmasikan dengan pola pemotongan yang telah diidentifikasi oleh Van Eijk et al. (1992), Gelhaus et al. (1995) dan Maillard et al. (1999) (Lampiran 1). Identifikasi alel BoLA DRB 3.2 menggunakan kombinasi pola pemotongan enzim RsaI, BstYI, dan HaeIII (Lampiran 2). Analisis Data Frekuensi tipe pola pemotongan dihitung dengan rumus sebagai berikut: x i = n i / x i n i = Frekuensi tipe i = Jumlah tipe i dalam populasi = Jumlah total tipe dalam populasi Frekuensi genotipe dihitung berdasarkan rumus ei (1987) sebagai berikut: X ii = n ii / X ii n ii = Frekuensi genotipe ii = Jumlah individu bergenotip ii = Jumlah total individu
15 Frekuensi alel dihitung berdasarkan jumlah individu bergenotipe homozigot dan heterozigot dengan menggunakan rumus ei (1987) sebagai berikut: X i = (2n ii + Σ n ij )/2 x 100% X i = Frekuensi alel i (%) n ii n ij = Jumlah individu bergenotipe ii = Jumlah individu bergenotipe ij = Jumlah total individu Analisis keragaman genetik pada populasi dilakukan dengan cara membandingkan nilai hetrozigositas hasil penelitian (Ho) dengan nilai heterozigositas yang diharapkan (He) (ei 1973 diacu dalam Freeland 2005). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: 2 Ho = Ʃn ij / He = 1 ƩX i n ij X i = jumlah individu bergenotipe ij = jumlah total individu = frekuensi Alel i Analisis kesetimbangan populasi menggunakan Uji Chi-squared dengan cara membandingkan frekuensi genotipe hasil pengamatan dengan frekuensi genotipe pada populasi setimbang Hardy-Weinberg. Uji Chi-squared menggunakan rumus sebagai berikut: χ 2 = Ʃ(O E) 2 / E O = jumlah individu bergenotip ii, ij,...jj hasil pengamatan E = jumlah individu bergenotip ii, ij,...jj yang diharapkan, Kriteria Uji yang digunakan adalah: jika angka sigifikansi atau p-value lebih besar dari 0.01 atau χ 2 hitung χ 2 tabel, maka populasi dalam keadaan
16 setimbang, jika p-value lebih kecil dari 0.01 atau χ 2 hitung χ 2 tabel, maka populasi tidak setimbang. Derajat bebas pengujian adalah k 2, karena dalam analisis dilakukan dua kali pendugaan, yaitu pendugaan frekuensi alel dan frekuensi genotipe. Sedangkan k adalah kombinasi yang mungkin terbentuk dari banyaknya alel.