PENGARUH PENAMBAHAN OKSIDA CUO TERHADAP KARAKTERISTIK CUO/TS-1 SEBAGAI KATALIS ALTERNATIF PADA REAKSI OKSIDASI BENZENA MENJADI FENOL

dokumen-dokumen yang mirip
REAKSI AMOKSIMASI SIKLOHEKSANON MENGGUNAKAN KATALIS Ag/TS-1

Sintesis ZSM-5 Mesopori menggunakan Prekursor Zeolit Nanocluster : Pengaruh Waktu Hidrotermal

ALFA AKUSTIA WIDATI. DOSEN PEMBIMBING Dr. Didik Prasetyoko, M.Sc

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KATALIS Cu/TS-1

SINTESIS KATALIS ZSM-5 MESOPORI DAN AKTIVITASNYA PADA ESTERIFIKASI MINYAK JELANTAH UNTUK PRODUKSI BIODISEL

Pengaruh Kadar Logam Ni dan Al Terhadap Karakteristik Katalis Ni-Al- MCM-41 Serta Aktivitasnya Pada Reaksi Siklisasi Sitronelal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan

SINTESIS, KARAKTERISASI, DAN EVALUASI KATALITIK Cu-EDTA BERPENDUKUNG MgF 2 UNTUK PRODUKSI VITAMIN E. Oleh: SUS INDRAYANAH

4 Hasil dan Pembahasan

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AKTIVITAS KATALIS K 3 PO 4 /NaZSM-5 MESOPORI PADA TRANSESTERIFIKASI REFINED PALM OIL (RPO) MENJADI BIODIESEL

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging

SINTESIS ZSM-5 SECARA LANGSUNG DARI KAOLIN TANPA TEMPLAT ORGANIK: PENGARUH WAKTU KRISTALISASI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. cahaya matahari.fenol bersifat asam, keasaman fenol ini disebabkan adanya pengaruh

MODIFIKASI ZEOLIT ALAM SEBAGAI KATALIS MELALUI PENGEMBANAN LOGAM TEMBAGA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KATALIS CU/ZEOLIT DENGAN METODE PRESIPITASI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area

ESTERIFIKASI ASAM LEMAK BEBAS DALAM MINYAK JELANTAH MENGGUNAKAN KATALIS H-ZSM-5 MESOPORI DENGAN VARIASI WAKTU AGING

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. LEMBAR PERSEMBAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR LAMPIRAN...

STUDI SPEKTROSKOPI UV-VIS DAN INFRAMERAH SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA Cu-EDTA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas

Oleh: Arifta Henda Kurniatullah Dosen Pembimbing: Dr. Didik Prasetyoko, M.Sc Arif Fadlan, M.Si

KIMIA ANALITIK (Kode : B-05) SINTESIS DAN KARAKTERISASI KATALIS Ag/TS-1

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA)

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan pembahasan

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

Indo. J. Chem. Sci. 4 (2) (2015) Indonesian Journal of Chemical Science

AKTIVITAS KATALIS NiO DAN NiO/MgF 2 PADA SINTESIS VITAMIN E

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. M yang berupa cairan berwarna hijau jernih (Gambar 4.1.(a)) ke permukaan Al 2 O 3

Preparasi Ion Cu Yang Didukung Oleh ZnAl 2 O 4

Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam,

PENGARUH BERBAGAI LOADING NIKEL OKSIDA PADA KARAKTER KATALIS BERPENDUKUNG NiO 2 /MgF 2

PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN

3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis

4. Hasil dan Pembahasan

3. Metodologi Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Pemanfaatan Bentonit Dan Karbon Sebagai Support Katalis NiO-MgO Pada Hidrogenasi Gliserol

Adsorpsi Logam Nikel dan Analisis Kristalinitas H-Faujasit dari Abu Layang Batubara

DAFTAR ISI Bab I

PEMBUATAN KATALIS HZSM-5 DENGAN IMPREGNASI LOGAM PALLADIUM UNTUK PERENGKAHAN MINYAK SAWIT

SINTESIS KATALIS Ni-Cr/ZEOLIT DENGAN METODE IMPREGNASI TERPISAH

FOTODEGRADASI METILEN BIRU MENGGUNAKAN KATALIS TiO 2 -MONTMORILONIT DAN SINAR UV

4. Hasil dan Pembahasan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BABrV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

SINTESIS, KARAKTERISASI DAN KINERJA KATALIS Mg 1-x Cu x F 0,66 (OH) 1,34 PADA REAKSI TRIMETILHIDROKUINON DAN ISOFITOL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Jurnal MIPA 37 (2) (2014): Jurnal MIPA.

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pada senyawa berukuran atau berstruktur nano khususnya dalam

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dihasilkan sebanyak 5 gram. Perbandingan ini dipilih karena peneliti ingin

I. PENDAHULUAN. Perkembangan industri tekstil dan industri lainnya di Indonesia menghasilkan

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KRISTAL NANO ZnO

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN

4. Hasil dan Pembahasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

Metodologi Penelitian

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA (%) PLA (%)

Hasil dan Pembahasan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4 Hasil dan pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM

HIDROKSILASI FENOL DENGAN MENGGUNAKAN KATALIS MoO 3 /TS-1 YANG DIKALSINASI PADA SUHU BERVARIASI

HIDRORENGKAH FRAKSI BERAT MINYAK BUMI MENGGUNAKAN KATALIS LEMPUNG TERPILAR ALUMINIUM BERPENGEMBAN NIKEL

Transkripsi:

PENGARUH PENAMBAHAN OKSIDA CUO TERHADAP KARAKTERISTIK CUO/TS-1 SEBAGAI KATALIS ALTERNATIF PADA REAKSI OKSIDASI BENZENA MENJADI FENOL Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang Abstrak. Telah dilakukan sintesis dan karakterisasi katalis CuO/TS-1. Mula-mula TS-1 disintesis dengan proses hidrotemal, dilanjutkan proses impregnasi TS-1 dengan prekursor Cu(NO) 2.3H 2 O menghasilkan katalis CuO/TS-1. Katalis TS-1 dan CuO/TS-1 hasil sintesis dikarakterisasi dengan menggunakan FTIR, XRD, adsorpsi-desorpsi N 2 untuk mengetahui luas permukaan dan adsorpsi piridin untuk mengetahui sisi asamnya. Hasil karakterisasi dengan FTIR dan difraksi sinar-x menunjukkan bahwa kedua katalis hasil sintesis merupakan katalis berstruktur orthorombik dengan tipe MFI. Hasil analisa BET menunjukkan luas permukaan katalis yang semakin menurun dengan naiknya loading CuO Adanya CuO pada TS-1 juga dapat meningkatkan jumlah sisi asam Lewis pada katalis. Kata Kunci: TS-1, CuO/TS-1, BET, keasaman PENDAHULUAN Oksidasi Benzena menjadi fenol dengan proses satu tahap telah berkembang selama sepuluh tahun terakhir (Yan, Hanging, Changjiang, dan Jun, W., 2008). Dalam reaksi tersebut diperlukan oksidan dan katalis. Oksidan yang sering digunakan pada reaksi ini adalah hidrogen peroksida (H 2 ). H 2 merupakan oksidan yang bersifat stabil, memiliki kandungan oksigen aktif lebih tinggi, serta ramah lingkungan, sehingga sangat sesuai digunakan sebagai oksidan dalam penelitian Oksidasi Benzena (Clerici, M.G.,2001). Sedangkan katalis yang digunakan pada awalnya adalah katalis homogen. Katalis homogen seperti paladium asetat-fenantrolin telah digunakan untuk mengkatalisis benzena yang menghasilkan selektivitas terhadap fenol 100 % pada suhu 180 o C (Jin, Li, Wang, Wang,, Zhao, Sun, D., 2008). Namun demikian katalis homogen ini sudah banyak ditinggalkan karena mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya sulit dipisahkan dari produknya yang berada dalam satu fasa, sehingga memerlukan tambahan biaya untuk memisahkan katalis dari reaktan dan produknya. Oleh karena itu para ilmuwan kemudian beralih pada penggunakan katalis heterogen, yang mempunyai beberapa keuntungan yaitu dapat 133

dipisahkan dari reaktan dan produknya, serta dapat digunakan lagi pada reaksi berikutnya. Titanium silikalit (TS-1) Si 96-x Ti x O 192 merupakan penyaring molekuler berpori mikro dengan struktur MFI. Titanium silikalit 1 (TS-1) merupakan katalis microchannel, sehingga dapat meningkatkan efisiensi kontak antara katalis dan reaktan. Titanium silikalit dapat mengkatalisis reaksi oksidasi berbagai senyawa organik seperti epoksidasi alkena, oksidasi aromatik, Oksidasi fenol, dan Oksidasi Benzena dengan H 2 sebagai oksidan Kemampuan TS-1 dalam mengkatalisis berbagai senyawa aromatik disebabkan karena TS-1 mempunyai sisi aktif Ti 4+ tetrahedral dan terisolasi satu sama lain yang dapat meningkatkan aktivitas katalitiknya. Aktivitas katalitik TS-1 dalam reaksi Oksidasi Benzena dipengaruhi oleh jumlah loading Ti dalam kerangka MFI. Peningkatan konsentrasi titanium dapat meningkatkan aktivitas katalitik TS-1.Titanium yang berada dalam koordinasi tetrahedral merupakan kunci dari reaksi katalisis TS-1 karena bertindak sebagai sisi aktif katalis. Namun demikian, terdapat ketentuan bahwa jumlah titanium yang terinkorporasi dalam kerangka TS-1 tidak boleh lebih dari 3 %. Semakin tinggi konsentrasi titanium maka semakin banyak Ti berada di luar kerangka (extra framework). Keberadaan Ti di luar kerangka mampu mendekomposisi H 2 menjadi air dan oksigen yang mengakibatkan interaksi molekul reaktan dengan situs Ti 4+ dalam kerangka terhalangi sehingga dapat menurunkan aktivitas katalitik TS-1. Upaya peningkatan aktivitas katalitik TS-1 pada produksi fenol dapat dilakukan dengan mengubah sifat TS-1 yang semula hidrofobik menjadi bersifat hidrofilik melalui penambahan oksida logam yang bersifat asam. Sintesis vanadium oksida yang diembankan pada TS-1 dan dan digunakan sebagai katalis Oksidasi Benzena telah dilakukan oleh menghasilkan selektivitas terhadap fenol 95,50%. Aktivitas katalitik TS-1 dapat pula ditingkatkan dengan menambah sisi aktif dari ion logam transisi atau oksida logamnya. Oksida logam mempunyai sifat yang dapat meningkatkan sisi keasaman katalis pendukung, sedangkan ion logamnya dapat menambah sisi aktif katalis melalui pembentukan sisi aktif ganda (double active site). Tembaga telah dikembangkan sebagai katalis dalam Oksidasi Benzena. Beberapa katalis Cu yang telah dilaporkan meliputi Cu/Al 2 O 3 dengan yield fenol sebanyak 1,49 %, dan CuO Al 2 O 3 dengan yield fenol 0,9%. Penggunaaan CuO berpendukung MCM-41 dengan perbandingan rasio katalis 4%, menghasilkan konversi 21 % dan selektivitas terhadap fenol 94 %, dengan waktu reaksi 70 menit pada 70 C. Pada reaksi tersebut Cu berperan sebagai sisi aktif yang mereduksi H 2 menjadi radikal hidroksil OH pada katalis non aktif MCM-41, sehingga dapat mengoksidasi benzena menjadi fenol. Ditunjukkan bahwa katalis Cu berpendukung katalis Al terpilar dapat meningkatkan aktivitas katalitik katalis dengan konversi fenol 55% serta selektivitas terhadap fenol 80%. Dari beberapa penelitian yang telah dilaporkan, tembaga, baik sebagai ion logam maupun sebagai oksida logam, mempunyai peran sebagai sisi aktif pada reaksi katalitik Oksidasi fenol, maupun benzena. Pada penelitian ini upaya peningkatan aktivitas katalitik TS-1 dilakukan 134 Vol. 10 No.2 Desember 2012

dengan menambah sisi aktif ion logam Cu dari oksida logam CuO melalui pembentukan sisi aktif ganda (double active site) Cu dan Ti. METODE TS-1 (1% mol titanium) disintesis dengan menggunakan Tetraetil ortosilikat (TEOS) dan Tetrabutil ortotitanat (TBOT) sebagai sumber titanium. Gel untuk membuat TS-1 (1% mol titanium), dibuat dari 66,86 gram, 1,1 gram TBOT dalam 2-propanol (10 ml) dan 60 g TPAOH. Katalis CuO/TS-1 disiapkan dengan komposisi 0 %; 1 %; 2%; 4; dan 8% berat CuO:TS-1, yang disiapkan dengan metode impregnasi. Impregnasi dilakukan dengan memasukkan padatan TS-1 ke dalam larutan Cu(NO 3 ) 2.3H 2 O sebagai sumber CuO. Campuran diaduk dengan magnetik stirrer pada suhu kamar selama 3 jam, kemudian campuran diuapkan untuk menghilangkan kadar airnya. Padatan katalis kemudian dikeringkan pada suhu 100 o C selama 24 jam dan dikalsinasi pada suhu 550 o C selama 5 jam. Katalis TS-1, dan XCuO/TS-1 dikarakterisasi dengan menggunakan FTIR metode pellet KBr dan spektrum diukur pada bilangan gelombang 4000-400 cm -1. Analisis struktur padatan TS-1 dan CuO/TS-1 dilakukan dengan difraksi sinar X dengan radiasi Cu K α (λ = 1.5405Å) pada 40 kv dan 30 ma, 2θ = 5 50 o dengan kecepatan scan 0,04 o /detik. (0%, 2%, 4% dan 8% CuO/TS-1). Penentuan luas permukaan katalis dilakukan dengan adsorpsi-desorpsi nitrogen. Adsorpsi desorpsi nitrogen dilakukan dengan menggunakan instrumen Quantochrome NovaWin dengan temperatur bath 77,3 K. HASIL DAN PEMBAHASAN Spektroskopi FTIR Spektra inframerah TS-1 dan CuO/TS-1 yang mempunyai pita absorbsi pada daerah bilangan gelombang yang serupa yaitu 1230, 1100, 800, 550 dan 450 cm -1 diperlihatkan pada Gambar 1. Pita-pita tersebut merupakan vibrasi yang berbeda dari struktur tetrahedral yang menjadi ciri khas dari zeolit MFI. Pita absorpsi utama terdapat pada bilangan gelombang sekitar 1100 cm -1 dengan bahu sekitar 1230 cm -1 yang merupakan vibrasi dari regangan asimetri Si O Si, sedangkan daerah 800 cm -1 merupakan vibrasi regangan/tekuk simetri dari jembatan Si O Si. Pita absorpsi sekitar 552 dan 457 cm -1 merupakan vibrasi dari rocking Si O Si. Pita absorbsi yang muncul pada bilangan gelombang sekitar 1230 dan 547 cm -1 merupakan vibrasi karakteristik struktur tetrahedral dalam kerangka zeolit dengan tipe MFI, sedangkan pita serapan yang muncul pada 970 cm -1 merupakan karakteristik TS-1, yang mengindikasikan adanya atom titanium dalam struktur TS-1. Pita absorbsi pada daerah bilangan gelombang sekitar 970 cm -1 merupakan mode vibrasi regang dari gugus Si-O - dari unit [SiO 4 ] yang terikat pada atom Ti IV dengan koordinasi tetrahedral dalam kerangka TS-1. Pita absorbsi pada daerah bilangan 135

gelombang sekitar 970 cm -1 merupakan mode vibrasi regang asimetri dari jembatan Si-O-Ti. CuO TS-1 1 CuO/TS-1 %T 2 CuO/TS-1 4 CuO/TS-1 1100 8 CuO/TS-1 1230 970 800 550 451 1400 1200 1000 800 600 400 Bilangan Gelombang Gambar 1. Spektra Inframerah dari CuO, TS-1dan CuO/TS-1 Spektra inframerah yang ditunjukkan oleh semua sampel CuO/TS-1 menunjukkan spektra yang serupa dengan TS-1. Puncak karakteristik TS-1 yang ditunjukkan dengan puncak kecil pada sekitar 970 cm -1 adalah tetap. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah mol titanium yang relatif tetap sekitar 1,64 1,69 % mol. Jumlah % mol Ti yang terdapat dalam TS-1 dan XCuO/TS-1 dapat diketahui dengan membandingkan nilai intensitas relatif pada bilangan gelombang 970 dan 800 cm -1 serta memasukkan nilai perbandingan tersebut ke dalam persamaan regresi linear. Jumlah mol Titanium yang relatif tetap pada TS-1 dan xcuo/ts-1 menunjukkan bahwa struktur TS-1 tidak terpengaruh oleh adanya tembaga oksida yang berada pada permukaannya. Dengan demikian jumlah Ti yang terdapat dalam TS-1 tidak melebihi ketentuan ring maksimum Ti yang ditentukan yaitu 3 mol (%). Karakterisasi Difraksi Sinar-X Pola difraksi sinar-x TS-1, dan CuO/TS-1 hasil sintesis yang ditunjukkan pada Gambar 2, mempunyai puncak yang tinggi pada 2θ = 7,92; 8,82; 23,09; 23,29; 23,68; dan 23,92 o. Puncakpuncak ini sesuai dengan hasil yang dipublikasikan oleh International Zeolite Association untuk pola difraksi ZSM-5 dengan tipe struktur MFI dan bentuk simetri orthorombik. Pada TS-1 juga mempunyai puncak difraksi tunggal pada 2θ = 23,09; 23,29; 23,68; dan 23,92 o yang merupakan puncak khas bentuk simetri orthorombik dari TS-1, puncak-puncak ini terbentuk karena titanium 136 Vol. 10 No.2 Desember 2012

telah berada dalam kerangka struktur TS-1. Keberadaan titanium yang terkoordinasi tetrahedral dalam kerangka struktur TS-1 inilah yang berperan sebagai sisi aktif katalis. Sebagai sisi aktif katalis, titanium yang terkoordinasi secara tetrahedral dalam kerangka TS-1 berada dalam keadaan terisolasi dengan matriks [ Si-O-Ti-(OSi) 3 ], dan tidak berada dalam keadaan matriks Ti-O-Ti. Puncak difraksi CuO kristalin hasil kalsinasi prekursor Cu(NO 3 ) 2.H 2 O pada suhu 550 o C selama 5 jam terdapat pada 2θ = 35,4, dan 38,6 (Gambar 2), sedangkan pola difraksi sinar X dari CuO/TS-1 pada menunjukkan pola difraksi gabungan diantara CuO dan TS-1. Puncak difraksi CuO kristalin ditunjukkan oleh puncak difraksi pada 2θ = 35,4 dan 38,6 o mulai terlihat pada penambahan CuO 1 %. Hal ini menunjukkan bahwa tembaga oksida telah menutupi seluruh permukaan TS-1. Adanya CuO yang terimpregnasi pada TS-1 mengakibatkan berkurangnya kristalinitas TS-1, yang terlihat dari menurunnya intensitas puncak difragtogram pada 2θ=23,09 (Tabel 1). Penurunan puncak ini dapat disebabkan karena kandungan tembaga oksida (CuO), telah terdispersi pada permukaan dan menutupi seluruh permukaan TS-1. CuO 8% CuO/TS-1 4% CuO/TS-1 Intensitas (a.u) 2% CuO/TS-1 1% CuO/TS-1 TS-1 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 2 theta CuO Gambar 2. Difraktogram sinar-x CuO, TS-1, 1%CuO/TS-1, 2%CuO/TS-1, 4% CuO/TS-1 dan 8% CuO/TS-1 Tabel 1 menunjukkan pola difraksi dari keseluruhan katalis, pada katalis TS-1, dan x CuO/ TS-1 yang masih menunjukkan karakteristik TS-1 berstruktur MFI yang tidak terpengaruh oleh adanya tembaga oksida pada permukaannya. Banyaknya loading CuO pada TS-1 hanya berpengaruh pada kristalinitas TS-1 yang semakin turun secara signifikan seiring dengan peningkatan jumlah CuO yang ditambahkan. 137

Tabel 1. Kristalinitas sampel TS-1, ZSM-5, dan XCuO/TS-1 (X = 1, 2, 4 dan 8% ) Kode Sampel Kode Sampel Intensitas pada r 2θ = 23.092 o, Cps Kristalinitas (%) Fase TS-1 1414 100 MFI 1% CuO/TS-1 1406 99,43 MFI 2% CuO/TS-1 1362 96,32 MFI 4% CuO/TS-1 1274 90,10 MFI 8% CuO/TS-1 1218 86,14 MFI Adsorpsi Nitrogen Isoterm adsorpsi-desorpsi nitrogen dari semua sampel katalis TS-1 dan xcuo/ts-1 (x = 1, 2, 4 dan 8 ( % massa)) ditunjukkan pada Gambar 3, menunjukkan pola adsorpsi-desorpsi N 2 yang serupa antara TS-1 dengan xcuo/ts-1. Pola ini menunjukkan adsorpsi nitrogen yang besar pada P/P0 = 0,0 hingga tekanan 0,05. Kurva adsorpsi-desorpsi N 2 pada Gambar 3 juga menunjukkan kurva adsorpsi tipe I, yang merupakan tipe khas untuk padatan mikropori dan adsorpsi isoterm kimia. Adsorpsi nitrogen yang besar pada tekanan parsial 0-0,05 serta bentuk kurva tipe I pada TS-1 dan CuO/TS-1 menunjukkan bahwa material katalis hasil sintesis termasuk dalam ukuran mikropori. Tabel 2. Luas permukaan spesifik BET pada sampel TS-1, dan x CuO/TS-1 ( x = 1, 2, 4, dan 8 %) Sampel Luas permukaan (BET) m 2 /g TS-1 374 1% CuO/TS-1 354 2% CuO/TS-1 348 4% CuO/TS-1 328 8% CuO/TS-1 284 Tabel 2 menunjukkan luas permukaan katalis TS-1, dan xcuo/ts-1, yang diukur berdasarkan metode BET. Tabel tersebut menunjukkan bahwa luas permukaan katalis TS-1 antara 310-463 m 2 /g sesuai dengan [9] yang menunjukkan luas permukaan zeolit pada umumnya. Adanya CuO yang terimpregnasi pada permukaan TS-1 sangat berpengaruh terhadap luas permukaan katalis, dengan penurunan luas permukaan antara 1,69% - 13,41%. Penurunan luas permukaan pada xcuo/ts-1 disebabkan permukaan pori dari TS-1 telah diblokir oleh CuO. 138 Vol. 10 No.2 Desember 2012

Adsorpsi Nitrogen Desorpsi Nitrogen 8%CuO/TS-1 4%CuO/TS-1 2%CuO/TS-1 Volume pori (ml/g) a.u 1%CuO/TS-1 TS-1 0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 Tekanan relatif P/Po Gambar 3. Grafik isoterm adsorpsi-desorpsi N 2 dari TS-1 dan X CuO/TS-1 Uji Keasaman Spektrum FTIR-piridin TS-1 dan xcuo/ts-1 yang memperlihatkan pita absorpsi pada bilangan gelombang di sekitar 1446 cm -1 dan 1490 cm -1 ditunjukkan pada Gambar 4. Pita serapan pada 1446-1450 cm -1 menunjukkan adanya sisi asam Lewis, sedangkan pita serapan sekitar 1490 cm -1 merupakan jumlah gabungan antara sisi asam Lewis dan sisi asam Brønsted Berdasarkan hasil analisis dengan FTIR menunjukkan TS-1 hanya mempunyai sisi asam Lewis dan tidak mempunyai sisi asam Brønsted, karena hanya memberikan serapan pada bilangan gelombang 1450 cm -1 dan 1490 cm -1, sedangkan pita serapan yang menunjukkan adanya asam Bronsted pada bilangan gelombang 1540 cm -1 tidak diperoleh puncak. Puncak FTIR-piridin untuk TS-1 dan SO 4 /TS-1 hanya muncul pada sisi asam Lewis. Sisi asam Lewis pada TS-1 muncul karena adanya atom titanium yang terkoordinasi secara tetrahedral dalam struktur kisi TS-1. Penambahan tembaga oksida (CuO) pada permukaan TS-1 tidak menyebabkan munculnya asam Bronsted pada TS-1 tetapi meningkatkan sisi asam Lewis. Hal ini terlihat pada absorbansi sisi asam Lewis yang terus meningkat seriring dengan peningkatan jumlah loading CuO pada TS-1. Peningkatan sisi asam Lewis ini disebabkan karena CuO merupakan oksida logam yang hanya mempunyai sisi asam Lewis. 139

11 1450 cm -1 10 9 1490 cm -1 8 8%CuO/TS-1 Absorbansi, a.u. 7 6 5 4 3 2 4%CuO/TS-1 2%CuO/TS-1 1%CuO/TS-1 1 0 1550 cm -1 TS-1 ZSM-5-1 1600 1580 1560 1540 1520 1500 1480 1460 1440 1420 1400 Bilangan Gelombang Gambar 4. Spektra inframerah adsorpsi piridin untuk sampel ZSM-5, TS-1 dan XCuO/TS-1 (X = 1, 2, 4 dan 8). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa TS-1 dan CuO/ TS-1 hasil sintesis dengan karakterisasi FTIR dan XRD menunjukkan krakteristik yang sama yaitu mempunyai struktur orthoromik dan brtipe MFI. Berdasarkan analisa BET diperoleh Luas permukaan yang semakin menurun dengan bertambahnya loading CuO pada TS-1. Berdasarkan analisis keasaman dengan adsorbsi piridin sisi asam lewis katalis TS-1 meningkat dengan bertambahnya loading CuO pada TS-1 DAFTAR PUSTAKA Yan, L., Hanging, Ge., Changjiang, Z., Jun, W.,2008, Direct hydroxylation of benzene with hydrogen peroxide over pyridine heteropoly compounds Chemical Engineering Journal, Vol. 145, hal 335 339 Clerici, M.G.,2001, Aromatic Ring Hydroxylation Oxidation, in: Sheldon, R. A., Bekkum, H. V. (Eds.), Fine Chemichals Through Heterogeneous Catalysis, Wiley-VCH, Weinheim, hal. 538-549, Federal Republic of Germany. Jin, C., Li, G., Wang, X., Wang, Y., Zhao, L., Sun, D., 2008. A Titanium Containing Micro/ Mesoporous Composite and its catalytic Performance in Oxidative Desulfurization, Microporous and Mesoporous Materials, Vol. 111, hal. 236-242. 140 Vol. 10 No.2 Desember 2012