BAB I PENDAHULUAN. Secara umum, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia memiliki

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ini dapat terlihat dari banyaknya industri baru yang tumbuh dan berkembang

BAB I PENDAHULUAN. pesat di Indonesia. Sampai dengan tahun 1998, jumlah industri TPT di Indonesia

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi industri-industri secara keseluruhan, baik untuk infrastruktur

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti buku, block note, buku hard cover, writing letter pad, dan lainnya. Industri

BAB I PENDAHULUAN. Industri pertekstilan merupakan industri yang cukup banyak. menghasilkan devisa bagi negara. Tahun 2003 devisa ekspor yang berhasil

BAB I PENDAHULUAN. lebih unggul akan mampu menarik perhatian para konsumen dan dapat bertahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era globalisasi telah muncul sebagai fenomena baru yang

BAB 2 LANDASAN TEORI

MENCERMATI KINERJA TEKSTIL INDONESIA : ANTARA POTENSI DAN PELUANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kondisi ekternal PT. Ishidataiseisha Indonesia. Perusahaan merupakan

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

BAB I PENDAHULUAN. kebangkitan kembali sektor manufaktur, seperti terlihat dari kinerja ekspor maupun

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

Industri tekstil merupakan salah satu iudustri yang berkembang cukup pesat

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H

BAB I PENDAHULUAN. hutang. Aktivitas pasar modal yang merupakan salah satu potensi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri garmen semakin mengglobal. Perkembangan ini dimulai

dan kelembagaan yang kegiatannya saling terkait dan saling mendukung dalam peningkatan efisiensi, sehingga terwujudnya daya saing yang kuat.

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN & IMPLIKASI

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN. sektor properti dan infrastruktur, dengan pertumbuhan Compound Annual

I. PENDAHULUAN. daya saing yang tinggi untuk dapat bersaing dalam pasar global. Untuk itu perlu

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Indonesia, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. Ekonomi merupakan salah satu sektor yang memainkan peranan yang sangat

Teori Perdagangan Internasional

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA PEMBUKAAN PELATIHAN SDM INDUSTRI GARMEN

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. orang yang datang ke skin care ingin melakukan perawatan agar terlihat lebih

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia bisnis dalam era informasi ini sangat kompetitif.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan bisnis di era global saat ini semakin ketat. Fungsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

cukup lama berkembang di Indonesia Industri tersebut mulai berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dan merupakan salah

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Tragedi serangan teroris ke gedung World Trade Center (WTC) Amerika

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan 1997 sampai saat ini

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan dengan permodalan yang masih tergolong tinggi seperti pada CAR yang berada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat telah memberikan dampaknya ke

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perkembangan industri tekstil di Indonesia terus menunjukan

BAB II LANDASAN TEORI

KEBIJAKAN MANAGEMEN RESIKO

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN.. KATA PENGANTAR.. iv DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL.. xi DAFTAR GRAFIK..

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan

Lampiran I. Kuesioner Penelitian Analisis Strategi Bisnis Pada PT Rekadaya Elektrika

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

BAB I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketika dimulainya perdagangan bebas antar negara di ASEAN pada awal tahun ini,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan analisis lingkungan eksternal, internal, analisis posisi

CHAPTER 3: ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL

I. PENDAHULUAN. diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh.

5 Kekuatan Kompetisi Dalam Strategi Industri Menurut Michael E Porter

BAB IV ANALISIS DATA. A. Strategi Kompetitif Porter dalam Menghadapi ACFTA. kompetitif sendiri, agar tidak kalah dalam persaingan global, baik itu

PRESS RELEASE PAPARAN PUBLIK 2015 PT KMI WIRE AND CABLE Tbk 11 AGUSTUS 2015

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. apalagi perekonomian Indonesia bersifat terbuka. Menurut artikel yang ditulis oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

I. PENDAHULUAN. ini adalah industri pulp dan kertas. Ada tiga alasan utama yang melatarbelakangi

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Beberapa Manajer Investasi dan Produk Reksa Dananya

BAB V PENUTUP. Strategi adalah suatu cara untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi bisnis

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan siklus ekonomi menyebabkan dunia usaha terus mengalami perubahan.

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dan juga berfungsi sebagai Financial Intermediaries antara pihak yang

BAB 3 STRATEGI BISNIS ( BUSINESS STRATEGIC )

Integrated Marketing Communication 2

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB II ANALISA DAN PENGEMBANGAN

BAB 3 METODOLOGI. 1. Identifikasi business model saat ini : dimana penulis akan malakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1 Universitas Indonesia Analisis understanding..., Ratu Kania Puspakusumah, FE UI, 2009.

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) diketahui sebagai kekuatan strategis

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Produksi Kendaraan Bermotor dalam Negeri (ribu unit)

Analisa Strategi Manajemen pada Industri Tekstil dan Garment

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian Indonesia yang tidak stabil, diawali dengan krisis

Paparan Publik Tahunan. Jakarta, 11 Agustus 2015

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mengatasi krisis ekonomi, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia telah membuat Ketetapan MPR Nomor

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada Bab IV dan diperoleh hasilnya, maka

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka pengembangan ekonomi daerah yang bertujuan. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka pengembangan ekonomi lokal

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh posisi persaingan..., Rahmitha, FE UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor industri yang dipandang strategis adalah industri manufaktur.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia memiliki daya saing yang relatif baik di pasar internasional. Hal ini disebabkan Indonesia memiliki industri yang terintegrasi mulai dari hulu sampai hilir, yakni dari produk benang (pemintalan), pertenunan, rajutan, dan produk akhir. Indonesia memiliki industri pemintalan yang besar di kawasan Asia dan Oceania. Demikian pula dengan industri pertenunan yang produksinya kedua terbesar setelah China, serta industri pakaian jadi yang dikenal di dunia internasional (Market Intelligence, 2009). Saat ini industri TPT Indonesia masih memainkan peran yang cukup besar terhadap perekonomian nasional. Pada 2011, industri ini memberikan kontribusi sebesar 10,83% terhadap total ekspor nasional yaitu sebesar US$13,2juta (Kemenperin, 2012). Sementara daya serap tenaga kerja di industri ini juga cukup besar mencapai 800 ribu tenaga kerja. Hingga tahun 2010, jumlah industri tekstil Indonesia mencapai 3.950 perusahaan. Jumlah ini hanya mengalami sedikit kenaikan dibanding tahun sebelumnya yang berjumlah 3.905 perusahaan. Lokasi industri TPT terkonsentrasi di Jawa Barat (57%), Jawa Tengah (14%), dan Jakarta (17%). Sisanya (12%) tersebar di Jawa Timur, Bali, Sumatera dan Yogyakarta. 1

Industri tekstil memiliki struktur industri yang terintegrasi dari hulu hingga ke hilir dan memiliki keterkaitan yang sangat erat antara satu industri dengan industri lainnya. Di tingkat hulu Indonesia memiliki industri serat yang terdiri dari industri serat alam, serat buatan dan benang filamen; dan industri pemintalan serta pencelupan. Sedangkan di tingkat tingkat hilir terdapat industri garmen yang kemudian akan turun ke penjual besar atau grosir dan eceran atau ritel. Dari sekian banyak segmen di industri TPT, segmen pemintalan merupakan segmen yang masih berkinerja baik. Sub-sektor pemintalan benang merupakan industri yang relatif padat kapital, kandungan teknologinya tinggi, berskala besar dan menggunakan mesin-mesin otomatis dan nilai tambahnya paling besar. Perusahaan-perusahaan yang bertahan di bidang pemintalan merupakan pemain-pemain yang sudah berkecimpung lama di bidang ini dan sudah sangat menguasai seluk beluk industri. Meski industri pemintalan belum mencapai pertumbuhan optimal, dalam dua tahun terakhir ini mengalami perkembangan. Hal ini terlihat dari nilai utilisasi produksi yang mengalami kenaikan dari 73,59% pada tahun 2010 menjadi 74,99% di tahun 2011. 2

Gambar 1.1 Utilisasi Produksi Industri Pemintalan Benang tahun 2007-2011 Utilisasi Produksi Pemintalan 2007-2011 3,500,000 3,000,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000,000 500,000 0 2007 2008 2009 2010 2011 Kapasitas produksi (ton) 2,554,864 2,716,093 2,837,254 2,998,879 3,045,940 Realisasi produksi (ton) 2,129,000 2,199,000 2,123,176 2,207,014 2,284,140 Utilisasi (%) 83.33 80.96 74.83 73.59 74.99 85 80 75 70 65 60 55 50 Sumber: API 2012 Penurunan ekspor yang terjadi semenjak tahun 2008 dipengaruhi oleh krisis global, yang menyebabkan sejumlah negara pengimpor terpaksa mengurangi permintaan terhadap tekstil dan produk tekstil. Gambar 1.2 Ekspor Pemintalan Benang (dalam US$) Nilai Ekspor Pemintalan 2007-2011 800,000 700,000 600,000 500,000 400,000 300,000 200,000 100,000 0 2007 2008 2009 2010 2011 2,000,000 1,800,000 1,600,000 1,400,000 1,200,000 1,000,000 800,000 600,000 400,000 200,000 0 Net ekspor (volume) in ton 690,445 544,378 613,690 673,097 553,794 Net ekspor (value) in 000 US$ 1,656,109 1,271,915 1,266,063 1,780,442 1,848,221 Sumber: API 2012 3

Perlu diketahui bahwa industri pemintalan Indonesia yang bahan bakunya adalah kapas masih sangat bergantung pada impor, yaitu hampir 98% impor dari lebih dari 60 negara. Terlebih lagi saat ini beberapa negara produsen kapas menerapkan pajak ekspor untuk kapas untuk melindungi pemenuhan dalam negerinya. Hal ini mengakibatkan supply kapas dunia berkurang tetapi permintaan meningkat sehingga harga kapas mahal. Selain itu, tarif listrik yang kian melambung tinggi mengakibatkan biaya produksi terus meningkat. Dalam proses produksi penggunaan listrik sebesar 70% dari PT. PLN dan sisanya sebesar 30% memakai pembangkit sendiri dengan solar, batubara, dan gas. Krisis keuangan global semenjak 2008, mengakibatkan permintaan benang di pasar dunia menurun terutama di pasar Amerika Serikat. Hal ini juga berdampak pada industri pemintalan di dalam negeri, beberapa produsen TPT terpaksa menghentikan produksinya, sedangkan sebagian lagi melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawannya akibat kehilangan order dari pembeli di Amerika yang selama ini rutin memesan. Akibat ordernya terhenti, maka modal perusahaan ini terganggu dan akhirnya menghentikan produksi. Salah satu produsen benang yang menghentikan produksinya yaitu PT Malaktex. Sementara itu yang tergolong produsen besar diantaranya PT. Indorama Synthetics Tbk, PT. Sritex Tbk, PT. Apac Inti Corpora, PT. Tifico, PT. Unitex Tbk., PT. Kahatex dan lain-lain. 4

Gambar 1.3 Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja di Industri Pemintalan (unit) Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja di Industri Pemintalan dari tahun 2007-2011 250,000 240,000 230,000 220,000 210,000 200,000 190,000 1 2 3 4 5 Tenaga kerja (orang) 210,044 220,556 228,768 238,745 243,357 Perusahaan (unit) 206 219 225 230 234 Sumber: API 2012 240 235 230 225 220 215 210 205 200 195 190 Berkaitan dengan prospek industri pemintalan, menarik untuk meneliti persaingan di industri tersebut. Semakin ketatnya persaingan, perubahan lingkungan yang tidak dapat diduga dan tuntutan konsumen terhadap kualitas, teknologi, harga dan pelayanan produk membuat perusahaan yang bergerak di industri ini berlomba-lomba untuk membuat strategi bersaing yang lebih unggul dibanding kompetitornya. 1.2. Rumusan Masalah PT Apac Inti Corpora (AIC) merupakan produsen benang dan tekstil yang bergerak di bidang usaha industri Tekstil dan produk Tekstil (TPT) meliputi industri pemintalan, pertenunan kain mentah, dan pertenunan kain denim. AIC merupakan pabrik tekstil terbesar didunia yang berada dalam satu lokasi seluas 247 ha di Bawen, Semarang, Jawa Tengah. AIC mengoperasikan 14 unit pabriknya dengan jumlah karyawan sekitar 14.000 orang. Fasilitas yang tersedia 5

merupakan infrastruktur terbesar, terintegrasi serta dilengkapi dengan mesin pertenunan dan pemintalan dengan teknologi modern. Perusahaan ini memiliki kapasitas produksi benang 480.000 bal (1Bal = 181,44 kg) per tahun. Selain itu, AIC juga memproduksi kain mentah lembaran 80.000.000 meter, kain jadi 6.000.000 meter, kain denim 60.000.000 yard per tahun. AIC memasarkan produknya dengan merk APACINTI, hasil produksinya berupa benang, kain mentah lembaran, kain jadi, dan kain denim. AIC telah mengekspor produknya ke 70 negara yaitu sekitar 70% ke pasar Amerika Utara & Selatan, Eropa, Asia, Afrika dan Australia dan sisanya 30% untuk pasar domestik. Nilai ekspor rata-rata US$238 juta per tahun. Gambar 1.4 Ekspor AIC terhadap Ekspor Nasional dari tahun 2007-2011 Ekspor AIC 2007-2011 (dalam 000 rupiah) 20,000,000,000 18,000,000,000 16,000,000,000 14,000,000,000 12,000,000,000 10,000,000,000 8,000,000,000 6,000,000,000 4,000,000,000 2,000,000,000 0 11,43 % 10,94% 8,56% 7,06% 7,72% 2007 2008 2009 2010 2011 Net ekspor Nasional 15,898,646,4 12,210,384,0 12,154,204,8 17,092,243,2 17,742,921,6 net ekspor AIC 1,816,500,00 1,335,600,00 1,040,900,00 1,206,100,00 1,369,900,00 Sumber: API dan AIC 2012 (diolah) Harga bahan baku kapas yang semakin meningkat dan tarif listrik yang terus melambung menjadi salah satu kekhawatiran bagi AIC. Biaya produksi yang semakin meningkat membuat AIC mengalami kerugian dari tahun ke tahun. 6

Puncaknya pada tahun 2008 dimana terjadi krisis global, kerugian perusahaan mencapai Rp233 milyar. Hingga tahun 2011, kerugian perusahaan masih berkisar di angka Rp120 milyar. Hal tersebut mengharuskan perusahaan mengambil langkah-langkah strategis guna menyelamatkan perusahaan dari kerugian. Sejalan dengan strategi bersaing dari AIC yaitu fokus terhadap peningkatan berkelanjutan (continuous improvement) dalam penciptaan nilai tambah bagi pelanggan, maka perusahaan melakukan efisiensi di segala lini bisnis dengan tetap menjunjung tinggi faktor kualitas produk tekstil. Selain itu, guna membuahkan hasil yang maksimal, AIC juga melakukan restrukturisasi mesin-mesin produksi agar tercipta produk tekstil yang berkualitas dunia sehingga menjadi mitra terpercaya bagi konsumen. Sebagai salah satu wujud strategi peningkatan berkelanjutan, perusahaan menggandeng PT Dayaindo Resources International Tbk pada tahun 2008 untuk membangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) guna memberikan solusi dan alternatif bahan bakar, sehingga mampu menekan biaya listrik perusahaan. Dalam merustrukturisasi mesin-mesin produksi, perusahaan menghabiskan dana sekitar US$15juta. Pengeluaran besar tersebut mampu memberikan mesin-mesin baru, serta mampu meningkatkan kecepatan produksi yang secara otomatis meningkatkan jumlah produksi sehingga efisiensi tercapai. Dengan adanya mesinmesin baru pun dapat menekan biaya listrik perusahaan. Hasil penjualan produk AIC pun meningkat dari Rp1,48 triliun pada tahun 2009 menjadi Rp1,72 triliun di tahun 2010 dan Rp1,95 triliun di 2011. 7

Kendati sudah terjadi peningkatan berkelanjutan (continuous improvement), AIC masih mengalami kerugian dari tahun ke tahun semenjak terjadi krisis ekonomi dunia. Dengan kondisi lingkungan bisnis yang selalu berubah dan semakin ketatnya persaingan yang ada tidaklah mudah untuk meningkatkan pendapatan perusahaan. Oleh karena itu, perlu adanya kajian yang melihat seberapa mampukah strategi yang ada menghadapi tantangan perubahan dengan melakukan penelitian lebih lanjut. 1.3. Pertanyaan Penelitian Hal-hal yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini diantaranya adalah: 1. Seperti apa kondisi persaingan di industri dan prospeknya saat ini dan beberapa tahun ke depan? 2. Apa saja potensi dan kelemahan-kelemahan dari perusahaan? 3. Masih efektifkah strategi perusahaan untuk menghadapi lingkungan yang berubah? 4. Apakah strategi alternatif yang sebaiknya dilakukan di dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan industri dan lingkungan internal perusahaan? 5. Apakah keunggulan bersaing yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat bertahan di dalam industri? 8

1.4. Tujuan dan Manfaat Peneltian 1.4.1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian adalah: 1. Menganalisis faktor eksternal untuk menjelaskan persaingan dalam industri TPT subsektor pemintalan benang di Indonesia. 2. Menganalisis faktor internal untuk mengevaluasi potensi dan kelemahan AIC dalam menghadapi persaingan pada industri TPT subsektor pemintalan benang di Indonesia. 3. Menganalisis strategi perusahaan untuk menghadapi lingkungan yang berubah. 4. Menganalisis strategi alternatif yang sebaiknya dilakukan di dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan industri dan lingkungan internal perusahaan. 5. Menganalisis keunggulan bersaing yang dimiliki perusahaan. 1.4.2. Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini maka diharapkan dapat memberikan pertimbangan bagi perusahaan dalam membentuk strategi untuk bersaing dalam industri TPT subsektor pemintalan benang di Indonesia. 1.5. Metode Penelitian 1.5.1. Metode Pengumpulan Data Untuk keperluan penelitian ini, bentuk penelitian yang dipilih merupakan penelitian deskriptif (descriptive research), yaitu berusaha memperoleh gambaran 9

lengkap mengenai hal-hal yang berkaitan dengan strategi bersaing yang dimiliki perusahaan serta potensial keunggulan bersaing yang dapat dikembangkan oleh AIC. Sumber data dibagi menjadi 2 yaitu : a) Data Primer Diperoleh dengan melakukan penelitian secara langsung ke objek penelitian. Antara lain dengan cara: 1. Wawancara dengan pimpinan dan manajemen AIC a. Direktur Topik yang dibicarakan untuk memperoleh informasi mengenai gambaran global strategi AIC yang ada saat ini dan rencananya ke depannya untuk pengembangan. b. Marketing Manager Topik yang dibicarakan untuk memperoleh keterangan terkait strategi marketing dan pengembangan produk yang ada di dalam AIC serta kondisi kompetisi dengan kompetitor di dalam bisnis TPT. c. Finance Manager Topik yang dibicarakan untuk memperoleh informasi terkait performa keuangan AIC. d. HR Manager Topik yang dibicarakan untuk memperoleh informasi terkait struktur organisasi, dan kepegawaian terkait strategi AIC ke depannya. 10

2. Observasi, yaitu penyelidikan dan pengamatan langsung mengenai kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, yaitu dengan cara mengamati dan menganalisis proses bisnis internal yang ada pada AIC. b) Data Sekunder Data Sekunder, yaitu berupa data jumlah produksi TPT dan pangsa pasar TPT yang akan diperoleh melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin), dan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), baik yang diperoleh secara langsung maupun melalui media cetak dan Internet. 1.5.2. Metode Analisis Metode analisis yang digunakan merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan bagaimana menjawab permasalahan yang diteliti dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan eksternal dan internal perusahaan, dengan kerangka analisis yang jelas yang dapat merumuskan sebuah alternatif strategi yang dapat disesuaikan dalam persaingan di industri TPT subsektor pemintalan benang di Indonesia. 1.5.2.1. Analisis Eksternal a. Analisis Karakteristik Industri Analisis Karakteristik Industri dilakukan untuk mengetahui apakah industri tersebut menawarkan peluang menarik untuk pertumbuhan. Pertumbuhan merupakan indikator seberapa besar pelanggan menghargai barang atau jasa di 11

industri tersebut, dan apakah permintaan di industri tersebut cukup kuat untuk mendukung keuntungan pertumbuhan penjualan. Hal yang akan dianalisis dalam karakteristik industri adalah: 1. Ukuran pasar dan laju pertumbuhan industri 2. Jumlah Pesaing 3. Ruang Lingkup Persaingan 4. Demografi 5. Tingkat Diferensiasi Produk 6. Inovasi Produk 7. Kondisi Permintaan Penawaran 8. Integrasi Vertikal 9. Skala Ekonomi 10. Efek kurva pembelajaran b. Analisis Porter s Five Forces Analisis Porter s Five Forces digunakan untuk mengetahui kekuatan persaingan yang terdapat dalam industri dan seberapa besar kekuatan tersebut. Hal yang akan dianalisis adalah: 1. Tekanan persaingan dari ancaman pendatang baru (potential new entrant): dilihat dari persyaratan modal, brand preferences and customer loyalty, distribusi, kebijakan/peraturan pemerintah. 2. Tekanan persaingan dari kekuatan tawar-menawar pembeli (bargaining power of buyers): dilihat dari permintaan pembelian, 12

biaya untuk berpindah ke penjual lain (switching cost), informasi yang dimiliki pembeli mengenai produk dan harga jual, 3. Tekanan persaingan dari kekuatan tawar-menawar pemasok (bargaining power of supplier): dilihat dari biaya peralihan (switching cost) bagi pelanggan apabila membeli dari pemasok lainnya, ketersediaan produk pemasok sangat langka sehingga memberikan keleluasaan bagi pemasok dalam menetapkan harga, jumlah pemasok utama untuk produk tersebut. 4. Tekanan persaingan dari ketersediaan produk pengganti (availibility of substitutes) dilihat dari struktur harga dan biaya peralihan. 5. Tekanan persaingan dari intensitas persaingan industri (intensity of industry rivalry) dilihat dari pertumbuhan pasar, jumlah pesaing, ukuran, serta kapabilitas pesaing, switching cost di pihak pembeli. c. Analisis Driving Forces Analisis Driving Forces, yaitu analisis faktor-faktor penting yang memiliki pengaruh besar dalam industri TPT subsektor pemintalan mampu mengubah struktur industri tersebut secara keseluruhan. Faktor pendorong yang akan dianalisis yang mempunyai pengaruh dalam industri ini adalah kemajuan teknologi, peraturan pemerintah, perjanjian internasional, perubahan gaya hidup dan tren fashion. 13

d. Analisis Key Success Factors Faktor kunci keberhasilan adalah faktor kompetitif yang mempengaruhi kemampuan pelaku bisnis di industri untuk bertahan dan tumbuh kembang di pasar, yaitu elemen strategi, atribut produk dan layanan, pendekatan operasional, sumber daya, dan kemampuan kompetitif lainnya yang mampu membedakan antara menjadi kompetitor kuat dan kompetitor lemah, antara untung dan rugi. Adapun yang dianalisis adalah sebagai berikut : a. Standar kualitas barang dan jasa, termasuk didalamnya kecepatan dan akurasi distribusi, b. Teknologi yang dimiliki, dan c. Pelayanan pelanggan (costumer service) dan hubungan dengan pelanggan. 1.5.2.2. Analisis Internal Mengidentifikasikan dan menentukan faktor internal perusahaan melalui analisis lingkungan internal, bertujuan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan faktor-faktor internal, sumber daya dan kapabilitas perusahaan, yang diperoleh berdasarkan data-data dan gambaran umum AIC, melalui analisis kapabilitas fungsional yang meliputi fungsi-fungsi, antara lain: 1. Aspek pemasaran, dengan melakukan analisis terhadap: a. Strategi pemasaran b. Target pasar. c. Riset dan Pengembangan 14

2. Aspek keuangan, dengan menganalisis antara lain: a. Pendapatan b. Rugi / Laba. 3. Aspek operasional, dengan melakukan analisis atas: a. Teknologi dan infrastruktur b. Produk. 4. Aspek sumber daya manusia, dengan melakukan analisis terhadap: a. Jumlah karyawan menurut status pendidikan b. Jumlah karyawan menurut masa kerja c. Jumlah karyawan menurut kelompok usia d. Jumlah karyawan menurut bagian/departemen. 15

Secara umum, metodologi analisis penelitian ini dapat dikemukakan dengan menggunakan diagram berikut: Gambar 1.5. Model Analisis Penelitian Analisis Strategi PT Apac Inti Corpora di Industri TPT Analisis Lingkungan Eksternal : 1. Analisis karakteristik industri 2. Analisis Porter s Five Forces 3. Analisis Driving Forces 4. Analisis Key Success Factors Analisis Lingkungan Internal : 1. Analisis aspek pemasaran 2. Analisis aspek keuangan 3. Analisis aspek operasional 4. Analisis aspek sumber daya manusia Peluang Ancaman Kekuatan Kelemahan Usulan rekomendasi dan perbaikan strategi berdasarkan analisis lingkungan eksternal dan lingkungan internal Strategi saat ini kesimpulan 16

1.6. Batasan Penelitian Penelitian dilakukan pada lingkungan industri TPT subsektor pemintalan dengan perusahaan AIC dengan amatan sejak AIC mulai beroperasi. 17