BAB 1 PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat telah memberikan dampaknya ke

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat telah memberikan dampaknya ke seluruh dunia di hampir seluruh sektor. Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia pun turut merasakan akibatnya. Melemahnya pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat (AS), Uni Eropa (UE), dan Jepang, telah menurunkan daya beli masyarakatnya dan sebagai akibatnya permintaan untuk TPT pun mengalami penurunan. Padahal AS, UE, dan Jepang adalah pasar ekspor utama produk TPT dunia termasuk dari Indonesia. Penurunan permintaan TPT dunia, khususnya dari pasar AS, UE, dan Jepang, tidak hanya dirasakan oleh eksportir dari Indonesia melainkan juga dirasakan eksportir-eksportir TPT dari seluruh dunia. Seperti tahun 2008 dibandingkan dengan tahun 2007 pada periode Januari-Agustus 2008, impor TPT AS dari dunia minus, baik itu nilainya (-3,68% dari USD 64,05 milyar) maupun volumenya (-5,24% dari SME 35,50 milyar). Begitu pula yang terjadi dengan Jepang, untuk impor TPT nya turun yang secara nilai -7,80% (dari 2,24 trilyun YEN) dan volume -1.14% (dari 1,56 milyar Kg). Selain berdampak pada menurunnya permintaan ekspor, krisis tersebut juga telah memberikan dampak kepada pasar dalam negeri (domestik) TPT Indonesia, yaitu pasar domestik dijadikan target pemasaran produk-produk TPT yang tidak bisa diserap oleh pasar dunia. Dan ini diperkirakan sudah terjadi sejak 6 (enam) tahun terakhir, dimana konsumsi TPT di pasar domestik selalu naik, dari 888 ribu ton pada tahun 2001 hingga menjadi 1,220 ribu ton tahun Sementara impor juga meningkat, dari 43 ribu ton (2001) menjadi 88 1

2 ribu ton (2007). Sedangkan share penjualan produk dalam negeri di pasar domestik malah turun, dari 844 ribu ton (2001) menjadi 271 ribu ton (2007). Padahal pasar domestik sesungguhnya merupakan pasar potensial bagi industri garmen kecil dan menengah. Sehingga apabila pasar domestik yang 100% nya milik industri garmen kecil dan menengah ini terganggu, maka dampak kerugiannya adalah mematikan industri tersebut dan berlanjut ke PHK, kredit macet, dan pendapatan pajak menurun.(egismy, 2008) Sedangkan beberapa tahun terakhir industri tekstil dan produk tekstil pertumbuhannya mengalami perlambatan karena faktor internal & eksternal, terutama munculnya negara-negara pesaing baru seperti Bangladesh, Vietnam dan Srilanka, lalu berbagai isu perdagangan global yaitu HAM, lingkungan dan social Accontability. Untuk itu pemerintah telah melakukan beberapa kegiatan dalam rangka menaikkan pertumbuhan sektor riil yang dalam anggarannya memakai 73% dari total anggaran Deperin, yaitu diantaranya dengan melakukan pelatihan SDM, fasulitasi pusat-pusat pelatihan SDM dan merevisi keputusan Menhub tentang THC (Terminal Handling Charge). Ada tiga faktor permasalahan di sektor industri tekstil dan garment yaitu mesin produksi, karena saat ini masih banyak perusahaan yang menggunakan mesin-mesin tua atau tidak layak pakai. Kemudian kendala kedua adalah bahan baku, karena sebagian besar produk yang dibuat memakai bahan baku di bawah standard dan persediaan yang kurang. Lalu terakhir adalah sumber daya manusia. (Aryanto Sagala, 2008) Kinerja ekspor industri tekstil nasional dapat sesuai dengan target walaupun krisis ekonomi global sudah di depan mata ( Ernovian G Ismy, 2008). API memprediksi kinerja ekspor TPT 2008 dibanding tahun sebelumnya, akan mengalami kenaikan 8,33 persen atau naik menjadi US$ 10,48 miliar, sedangkan dari sisi volume juga mengalami kenaikan 7,45 persen atau juta ton. Walaupun di penghujung Desember 2008, kinerja ekspor masih 2

3 mengalami pertumbuhan walaupun kemungkinan orientasi pasar ekspor tekstil ke depan akan makin terpuruk. Sedangkan forecast 2009, API memprediksi tingkat pertumbuhan ekspor hanya mengalami peningkatan 2,18 persen (US$ 11,07 miliar) dan volume naik 2,6 persen (2.064 juta ton) akibat melemahnya permintaan dunia. Pengalihan pasar ekspor menuju pasar domestik juga merupakan strategi pelaku usaha guna menekan dampak krisis ekonomi dunia. Jadi di pasar domestik peluang pasar baru masih terlihat terutama jika Permendag no.44 tahun 2008 segera diterapkan, sebab bea masuk sudah pasti lebih murah. Permendag tersebut mengatur masuknya lima produk impor (mainan anak-anak, tekstil, alas kaki, makanan dan minuman serta elektronik) di lima pelabuhan (Belawan, Tanjung Emas, Tanjung Perak, Tanjung Priok dan Soekarno-Hatta) dan tiga bandara Internasional (Soekarno-Hatta, Hang Nadin dan Ngurah Rai) guna memperketat masuknya produk impor kelima barang tersebut. Industri Pertekstilan merupakan industri penghasil devisa terbesar pada 2007 dengan kontribusi sekitar 12,84 persen dari total nilai ekspor nasional sebesar US$76,4 miliar disusul industri elektronika (2,57%) dan baja/automotif (13,7%). Data API 2007 mencatat, terdapat perusahaan yang bergerak dalam industri yang memiliki struktur terintegrasi dari hulu sampai hilir ini, serta saling berkaitan dengan distribusi antar subsektor. Berdasarkan permasalahan yang ada, maka perlu diadakan analisa sehat atau tidaknya sebuah perusahaan tekstil & garment agar dapat di deteksi lebih awal dan dicari jalan keluarnya. Sehingga judul dari penellitian ini adalah : Analisis Diskriminan Model Altman Untuk Memprediksi Kemungkinan Kebangkrutan pada Sepuluh Perusahaan Tekstil & Garmen di Bursa Efek Indonesia. 3

4 1.2 Identifikasi Masalah Masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini dapat diuraikan sebagai berikut: 1 Bagaimana hasil kinerja PT Argo Pantes Tbk, PT Eratex Djaja Tbk, PT Century Textile Industry (Centex) Tbk, PT Ever Shine Inds. Tbk, PT Panasia Filament Inti Tbk, PT Pan Brothers Tbk, PT Roda Vivatex Tbk, PT Hanson International Tbk, PT Polysindo Eka Perkasa Tbk, PT Panasia Indosyntec Tbk. dari tahun 2003 sampai 2009? 2 Dikaitkan dengan analisis diskriminan model Altman, pada posisi manakah PT Argo Pantes Tbk, PT Eratex Djaja Tbk, PT Century Textile Industry (Centex) Tbk, PT Ever Shine Inds. Tbk, PT Panasia Filament Inti Tbk, PT Pan Brothers Tbk, PT Roda Vivatex Tbk, PT Hanson International Tbk, PT Polysindo Eka Perkasa Tbk, PT Panasia Indosyntec Tbk.? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang diharapkan dari penyusunan skripsi ini adalah: 1. Untuk mengetahui kinerja perusahaan dalam kriteria kebangkrutan dilihat dari analisa diskriminan model Altman selama 5 tahun berturut-turut. 2. Untuk memprediksi tingkat kebangkrutan yang mungkin terjadi pada perusahaan dengan menggunakan analisis diskriminan model Altman. 3. Untuk mengelompokkan perusahaan ke dalam suatu kategori bangkrut atau tidak bangkrut berdasarkan hasil perhitungan analisis diskriminan model altman. 4

5 1.4 Manfaat penelitian Dengan adanya informasi ini, efisiensi dan efektivitas dapat ditingkatkan secara ekonomis. Adapun kegunaan atau manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, terutama bagi : 1 Bagi para investor dan kreditor, untuk mengetahui apakah perusahaan penerima pinjaman mampu mengembalikan pinjaman mereka. Investor berkepentingan untuk mengetahui apakah perusahaan yang menerima dana mereka adalah perusahaan yang sehat dan dapat memberikan return optimal dari investasi yang mereka tanam. Kreditor dan investor dapat menggunakan hasil penelitian sebagai informasi untuk melakukan tindakan investasi mereka sehingga potensi kerugian yang mereka hadapi dapat diminimalisir. 2 Bagi perusahaan diharapkan agar hasil penelitian ini dapat memberikan masukanmasukan yang bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dan penetapan kebijakan perusahaan yang berhubungan dengan kinerja keuangan. 3 Bagi penulis, merupakan salah satu cara dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama masa perkuliahan. Di samping, sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai gelar sarjana. 4 Bagi masyarakat, untuk memperoleh pengetahuan dalam bidang manajemen keuangan khususnya analisis diskriminan Altman. 5