BAB II ANALISA DAN PENGEMBANGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II ANALISA DAN PENGEMBANGAN"

Transkripsi

1 20 BAB II ANALISA DAN PENGEMBANGAN 2.1. ANALISA INDUSTRI Industri Fashion Di Indonesia Menurut informasi yang dikutip dari artikel Investor Daily Indonesia yang ditulis tanggal 15 Februari 2013 mengatakan bahwa di Indonesia industri fashion sudah sangat berkembang. Ini dapat dilihat dari kontribusi positif yang diberikan oleh industri fashion di Tanah Air bagi kenaikan produk domestik bruto (PDB). Pada tahun 2012, industri fashion memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar 164 triliun rupiah atau sekitar 28,66%, naik 0,5% dari periode sebelumnya yang mencapai 147 triliun rupiah. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang tahun ekspor fashion Indonesia mengalami tren positif sebesar 12,4%. Adapun negaranegara yang menjadi tujuan ekspor utamanya adalah Amerika Serikat, Singapura, Jerman, Hong Kong, dan Australia. Sementara itu pada periode Januari-November 2012, ekspor fashion mencapai 12,79 miliar dolar AS, tumbuh 0,5% jika dibandingkan dengan nilai ekspor periode sebelumnya. Selain itu, industri ini juga menyerap sebanyak 3,8 juta tenaga kerja. Dan tren positif industri fashion diperkirakan masih akan berlanjut dan memberikan kontribusi lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun

2 21 Fashion adalah pasar global yang memiliki struktur yang cukup kompleks dengan berbagai macam level untuk menjaring keseluruhan pasar baik dari kalangan dengan daya fashion yang tinggi hingga kalangan yang mengkonsumsi fashion untuk keperluan sehari-hari saja untuk digunakan dalam beraktifitas (Posner, 2011). Berikut ini adalah bagan dari sektor-sektor yang berada dalam pasar fashion: Gambar 2.1. Segment Dalam Pasar Fashion Sumber : Posner, Peluang Usaha Fashion di Indonesia Pergantian mode yang cenderung cepat, dan daya beli masyarakat yang semakin meningkat, menjadi salah satu faktor utama kemajuan industri fashion di Indonesia. Tidaklah heran bila peluang tersebut kini banyak dimanfaatkan para pelaku usaha untuk mendatangkan untung besar setiap bulannya. Berdasarkan informasi dikutip dari artikel Bisnis UKM tanggal 13 April 2012, seiring dengan

3 22 membaiknya kondisi perekonomian Indonesia, daya beli masyarakat membuat para pelaku industri fashion mulai dari para desainer, produsen, maupun distributor produk fashion, saling berlomba-lomba untuk memenangkan persaingan pasar yang ada. Dan menurut informasi yang dikutip dari artikel Bisnis Baju Murahku 2012, saat ini industri ini diramaikan oleh pangsa pasar Asia Tenggara, dan pemerintah melalui 4 kementerian, yakni Kementerian Perdagangan (Kemendag), Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), dan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), mencanangkan untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu pusat fashion Asia pada tahun 2018, keempat kementerian akan saling membantu dan saling melengkapi serta memiliki tugas masing-masing untuk memberikan kemajuan bagi dunia dan peluang usaha fashion di Indonesia. Tugas-tugas dan peran kementerian tersebut antara lain penciptaan dan pemahaman tren fashion yang merupakan tugas dan peran Kementrian Perdagangan. Peran dan tugas Kementerian Perindustrian adalah di aspek industri, seperti pencarian bahan baku baru, mata rantai penunjang industri fashion. Peran Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah adalah terkait pelatihan bisnis, memfasilitasi wirausaha yang masih baru, dan pembentukan kelompok kerja agar makin solid dan terarah. Sementara Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag, Gusmardi Bustami menyatakan akan fokus pada bidang pemasaran serta distribusi produk untuk menguasai pasar regional dan mancanegara. Dengan semua perencanaan dalam melihat iklim industri fashion tanah air prospek peluang usaha fashion di Indonesia tentu akan semakin menjanjikan.

4 PORTER S 5 FORCES INDUSTRI FASHION INDONESIA Porter s 5 Forces adalah alat sederhana namun ampuh untuk memahami di mana letak kekuatan pada situasi bisnis. Hal ini berguna, karena akan membantu memahami kedua kekuatan baik posisi kompetitif perusahaan, dan kekuatan dari posisi yang ingin dicapai perusahaan. Dengan pemahaman yang jelas tentang di mana letak kekuatannya, maka perusahaan dapat mengambil keuntungan dari apa yang menjadi kekuatan, mengontrol dan meminimalisir kelemahan, dan menghindari pengambilan langkah yang salah (Porter, 1980). Porter (1980) mengidentifikasi lima kekuatan kompetitif yang membentuk setiap industri tunggal dan pasar. Kekuatan ini membantu perusahaan untuk menganalisis segala sesuatu dari intensitas persaingan terhadap profitabilitas dan daya tarik suatu industri. Berikut ini adalah 5 pembagian kekuatan kompetitif yang tergabung dalam Porter s 5 forces: Gambar 2.2. Porter's 5 Forces Sumber: Mind Tools 2013

5 24 1. Threat of New Entrants : HIGH Semakin berkembangnya industri fashion di Indonesia yang memiliki prospek yang baik ke depannya serta meningkatnya daya beli masyarakat, membuat industri ini menjadi incaran, sehingga banyak pemain baru yang bermunculan, dan dalam industri ini tidak ada entry barriers sehingga sangat mudah bagi para pemain baru masuk dan mengambil pasar. 2. Bargaining Power of Suppliers : MODERATE Saat ini di Indonesia pihak konveksi yang bertindak sebagai pemasok produk untuk industri fashion sudah banyak menjamur dengan penawaran harga yang bersaing, perusahaan dapat bebas memilih mana pemasok yang paling menguntungkan mereka, namun juga mengingat semakin banyaknya perusahaan pesaing dalam industri ini, para supplier pun dapat melihat penawaran dari perusahaan mana yang dapat juga menguntungkan bagi mereka. Sehingga keduanya memiliki kekuatan yang cenderung sama. 3. Bargaining Power of Buyers: HIGH Dengan banyaknya pilihan produk yang sejenis di Indonesia, membuat pembeli bebas menentukan pilihan, dan tidak dapat menjamin akan terus berada dalam pilihan yang sama karena ada kemungkinan untuk berpindah. 4. Threat of Substitution: HIGH Karena dalam industri fashion ini, kebanyakan pemain menyediakan produk yang sejenis dan perbedaan-perbedaannya tidak signifikan, cenderung terlihat sama, sehingga konsumen akan mudah berpindah kepada produk yang memberikan penawaran yang lebih menarik.

6 25 5. Competitive Rivalry: HIGH Banyak pemain yang cenderung memiliki ukuran yang sama, dan tidak ada perusahaan perusahaan yang sangat dominan, sedikitnya perbedaan produk yang ditawarkan oleh masing-masing pesaing, serta cepatnya perkembangan industri fashion di Indonesia, munculnya beragam mode, dan penawaran membuat persaingan dalam industri ini cukup berat, karena untuk mampu bertahan dan bersaing, pemain harus dengan jeli melihat dan memanfaatkan perkembangan yang terjadi di pasar agar tidak tergeser oleh pesaingnya. Belum lagi dengan makin berkembangnya toko yang menjual produk fashion secara online yang juga ikut mengambil pasar dalam industri ini. Melalui analisis Porter s 5 Forces dalam industri fashion ini, dapat dilihat bahwa persaingan di dalamnya sangat ketat karena adanya no entry barrier sehingga mereka dapat masuk dengan mudah. Dikarenakan produk dalam industri ini cenderung sama, dan banyak tersedia produk pengganti, sehingga konsumen dapat memilih dengan leluasa mana yang menurut mereka paling menarik, dapat dilihat dari segi penawaran harga, fungsi maupun desain. Melihat situasi persaingan yang ketat seperti ini, sebagai pemain baru yang ingin masuk dalam industri fashion, untuk dapat bertahan dan mampu mengambil pasar hal yang dapat dilakukan adalah pengembangan diferensiasi produk, karena produk-produk dalam industri ini cenderung sama, sehingga penambahan nilai akan membuat produk ini lebih menonjol dibandingkan produk umumnya, misalnya dengan inovasi multifungsi pada pakaian atau sepatu. Selain diferensiasi produk juga dapat dilakukan permainan

7 26 harga, dalam industri fashion ini persaingan harga juga sangat ketat, sehingga perusahaan harus jeli dalam menetapkan harga sesuai dengan target pasarnya, penawaran-penawaran diskon dan semacamnya juga akan menarik minat konsumen. Selanjutnya adalah melalui pemilihan channel yang berbeda dari yang digunakan oleh pesaing juga akan membantu, misalnya pesaing memilih channel langsung berupa outlet, perusahaan dapat memilih channel online atau mobile selling dengan konsep perusahaan yang membawa dan mendekatkan langsung produk ke konsumen. Yang terakhir adalah pemanfaatan hubungan dengan pemasok sehingga memperoleh penawaran harga yang menguntungkan bagi perusahaan, jika perusahaan ingin mendominasi segmen pasar mereka dapat menetapkan standar tertentu untuk spesifikasi produk dan harganya ANALISA KONSUMEN DAN PASAR FASHION Survey Pasar Survey pasar dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh beberapa informasi dari pelanggan potensial, yaitu mengenai: Seberapa penting penampilan untuk aktifitas mereka. Kendala yang dihadapi dalam menjaga penampilan ditengah aktifitas yang padat. Harapan mereka terhadap produk fashion yang dapat memaksimalkan penampilan mereka, meskipun ditengah aktifitas yang padat. Survey ini ditargetkan kepada 40 responden dengan kriteria sebagai berikut:

8 27 Wanita Umur tahun Memiliki aktifitas kerja keseharian yang padat Menaruh perhatian terhadap lifestyle dan fashion Berikut ini adalah hasil analisa dari survey yang dilakukan: 1. Kisaran usia responden Gambar 2.3. Usia Responden 30 % responden berusia 24 tahun, 22.5 % berusia 23 tahun, 17.5% berusia 25 tahun, 12.5 % berusia 22 tahun, 12.5% berusia 26 tahun, dan 5% berusia 27 tahun. 2. Data pekerjaan responden Karyawati: 15 orang (37.5%)

9 28 Creative industry staff: 8 orang ( 20%) Bank staff: 7 orang (17.5%) Marketing: 4 orang (10%) Public Relations: 6 orang (15%) 3. Tingkat kepadatan aktifitas responden Gambar 2.4. Tingkat Kepadatan Aktifitas 62.5% responden memiliki aktifitas yang sangat padat, 25% sedang, dan 12.5% biasa.

10 29 4. Jenis kepadatan aktifitas responden Gambar 2.5. Jenis Kepadatan Aktifitas a= Harus membagi waktu antara kuliah dengan kerja (12.5%) b= Meeting di beberapa tempat yang berbeda dalam sehari (37.5%) c= Bekerja sampai sore lalu menghadiri acara di malam hari misalnya berkumpul dengan teman (47.5%) d= Anda kerap bepergian ke luar kota untuk urusan bisnis/kantor (2.5%)

11 30 5. Kesulitan yang dihadapi dikarenakan oleh aktifitas yang padat Gambar 2.6. Kesulitan yang Dihadapi di Tengah Aktifitas Padat a= Tidak punya waktu untuk mix and match outfit anda hari itu. b= Bila pergi ke luar kota, terkadang bingung menentukan pilihan sehingga baju yang dibawa cukup banyak (2.5%) c= Harus menghadiri beberapa acara dalam satu hari tapi tidak punya waktu untuk pulang ganti baju (kuliah, kerja, meeting, jalan-jalan,dsb). (45%). d= Bila akan menghadiri lebih dari 1 acara, repot jika harus bawa baju atau sepatu lain (52.5%)

12 31 6. Seberapa penting penampilan bagi aktifitas responden Gambar 2.7. Pentingnya Penampilan Dalam Aktifitas 92.5% responden menganggap bahwa penampilan adalah hal yang penting dalam aktifitas keseharian mereka, dan 7.5% menganggap biasa saja. 7. Pertimbangan responden dalam pembelian produk fashion Gambar 2.8. Pertimbangan Konsumen Dalam Pembelian Produk Fashion a= Kegiatan sehari-hari (37.5%) b= Trend terbaru (30%)

13 32 c= Membeli berdasarkan ketertarikan saja (32.5%) 8. Kebiasaan responden dalam berbelanja Tabel 2.1. Kebiasaan Belanja Responden Sangat Tidak Pernyataan Tidak Biasa Setuju Setuju 1 Sering membeli produk Setuju Sangat Setuju fashion secara tidak % 55% 5% terencana. 2 Jika setelah mencoba dan menyukainya, akan langsung membeli produk - 2.5% 40% 52.5% 55 fashion tersebut. 3 Biasanya membeli dulu, kegunaannya nanti % 55% 17.5% - dipikirkan kemudian. 4 Terkadang suka membeli produk fashion karena dorongan moment % 75% - tertentu. 5 Merencanakan secara seksama sebagian produk % 57.5% -

14 33 fashion yang akan dibeli. 6 Terkadang sedikit lepas kontrol dalam membeli % 37.5% 30% - produk fashion. 7 Cenderung membeli produk fashion di tempat % 17.5% 30% - yang sama. 8 Suka mencoba brand fashion baru yang menarik % 75% - 9. Perilaku responden terhadap produk fashion Tabel 2.2. Perilaku Responden Terhadap Produk Fashion Sangat Tidak Sangat Pernyataan Tidak Biasa Setuju Setuju Setuju Setuju 1. Paling up-to-date dalam % 42.4% - membeli produk fashion terbaru jika dibandingkan dengan teman-teman. 2. Sangat mengetahui merk % 22.5% - dari produk fashion terbaru dan yang paling

15 34 terkenal. 3. Lebih suka membeli - 55% 30% 15% - produk fashion terbaru sebelum orang lain melakukannya. 4. Meskipun tidak terlalu % 37.5% - - nyaman digunakan tapi akan tetap dibeli jika itu produk fashion terbaru. 5. Keseluruhan tampilan % 60% fashion sangatlah penting diperhatikan sebelum keluar untuk beraktivitas. 10. Minat responden terhadap produk fashion yang praktis Gambar 2.9. Minat Responden Untuk Produk Fashion yang Praktis

16 35 100% responden menjawab berminat dengan produk fashion yang praktis, yang dapat mempermudah mereka menjaga penampilan di tengah aktifitas yang padat. 11. Produk fashion seperti apa yang diharapkan responden untuk mempermudah mereka di tengah aktifitas padat Gambar Kepraktisan Produk Fashion yang Diinginkan a= Satu macam pakaian yang dapat dipakai ke acara yang berbeda (27.5%) b= Pakaian dengan model yang bisa dibalik atau dicopot pasang sehingga tidak perlu bawa banyak baju (45%) c= Model sepatu yang praktis untuk menghadiri beberapa acara berbeda (27.5%) d= Lainnya

17 36 Berdasarkan data survey yang telah diolah, hasil yang diperoleh adalah 62.5% dari responden wanita ini memiliki aktivitas keseharian yang padat dimana 47.5% dari mereka biasanya bekerja dari pagi hingga sore hari, kemudian harus menghadiri acara dimalam hari dan 52.5% responden merasa repot karena harus membawa pakaian atau sepatu cadangan jika harus menghadiri beberapa acara sekaligus dalam sehari karena waktu kerja yang padat tidak memungkinkan mereka untuk kembali ke rumah terlebih dahulu, sedangkan 92.5% responden menganggap bahwa penampilan merupakan hal yang penting bagi mereka, dan sebagian besar adalah orang-orang yang peduli dan familiar dengan dunia fashion. Oleh sebab itu mereka tertarik dengan adanya produk fashion yang praktis yang dapat mempermudah untuk menjaga penampilan ditengah kegiatan mereka Segment yang ditargetkan Fashion dipecah menjadi segment tertentu dimana tujuan utamanya adalah agar perusahaan lebih mampu mengalokasikan resourcenya pada pasar yang sesuai dengan produknya sehingga memperoleh keuntungan yang lebih baik. Segmentasi pasar memudahkan analisa data pasar untuk menetapkan strategi dan memantau hasil bisnis mereka dengan lebih efektif. Sektor fashion yang menjadi sasaran adalah penggabungan dari beberapa segment fashion yang dikemukakan oleh Posner (2011), dimana menggabungkan antara pakaian, sepatu dan aksesoris wanita yang bertema formal dengan pakaian, sepatu dan aksesoris wanita yang bertema casual, sehingga menciptakan sektor baru yaitu Fo-Sual (Formal-Casual).

18 37 Accessories & Footwear Womenswear Gambar Sektor Fashion Baru Sumber : Penulis 2.4. ANALISA KOMPETITOR Oleh karena bisnis ini menawarkan jenis produk fashion yang tergolong baru, dan belum ada pemain dalam industri fashion yang menawarkan produk sejenis seperti yang ditawarkan, saat ini belum ada kompetitor atau pesaing langsung dari bisnis ini. Kompetitor dari bisnis ini adalah kompetitor tidak langsung dimana kompetitor ini sama-sama adalah pemain dalam industri fashion, namun produk fashion yang ditawarkan lebih umum, tetapi karena pasar yang disasar adalah bagian dari pasar

19 38 kompetitor ini, sehingga mereka digolongkan sebagai kompetitor tidak langsung. Dan kompetitor tidak langsung dari bisnis ini yaitu Gaudi, Magnolia dan Retail Therapy. Sedangkan untuk kompetitor di masa depan adalah para pemain baru yang nantinya akan mulai mencontoh jenis produk yang ditawarkan jika melihat hasil yang dicapai sangat menguntungkan atau menjanjikan kedepannya, dan kompetitor di masa depan inilah yang akan mendorong inovasi dari bisnis ini sehingga tetap mampu bertahan dan bersaing di masa yang akan datang. Untuk analisa mengenai beberapa kompetitor tidak langsung yang diambil yaitu Gaudi, Magnolia dan Retail Therapy, akan dipaparkan lebih mendalam pada bab VALUE PROPOSITION Pentingnya value proposition jelas dan ringkas menjelaskan akan nilai unik dari produk dan jasa perusahaan. Dalam suatu bisnis atau usaha, value proposition disusun dan diadakan untuk menciptakan produk atau jasa yang benar-benar tepat untuk melayani dan memenuhi kebutuhan serta keinginan pasar, yang pada tujuan akhirnya dirancang untuk memberikan keuntungan finansial bagi bisnis atau usaha tersebut. Dengan mengetahui value proposition tersebut, seluruh proses bisnis yang dirancang akan lebih jelas, dan akan berakhir pada penyampaian tepat, dan keuntungan yang diperoleh melalui penerapan value proposition yang tepat sangatlah penting untuk keberlanjutan setiap usaha dan juga dalam mencapai target pasar yang lebih besar serta menciptakan keseimbangan baru dalam bisnis tersebut (Martin dan Osberg, 2007).

20 39 Value Proposition yang diangkat dari produk yang ditawarkan adalah Lego Chameleon. Seperti yang kita tahu, lego merupakan mainan yang dapat dibongkar pasang sesuai dengan keinginan kita. Sedangkan chameleon atau bunglon dapat mengubah warna kulitnya sesuai dengan habitat dia berada. Mengacu pada kedua konsep tersebut, Lego Chameleon merupakan gambaran yang sesuai untuk merk AM for PM, karena produknya dapat disesuaikan dengan kebutuhan atau jenis aktifitas dan event yang akan dihadiri. Produk AM for PM terdiri dari : 1. Pakaian Memakai konsep self-custom and reversible dimana pakaian tersebut dapat dicopot pasang maupun dibolak balik dalam pemakaiannya sehingga mudah disesuaikan dengan acara yang akan dihadiri. Misalnya jikapagi harus menghadiri acara yang formal, dan malam hari harus menghadiri acara yang lebih santai, pelanggan tidak perlu membawa pakaian lebih atau tidak perlu membuang waktu untuk kembali ke rumah dan ganti baju, karena produk ini memiliki fitur bolak-balik dan copot pasang yang dapat disesuaikan dengan konten acara yang harus dihadiri. Produk ini juga tentunya dirancang dengan bahan dasar yang cepat kering dan tidak mudah kusut, mengingat udara kota Jakarta yang cukup panas, sehingga dapat tetap nyaman untuk digunakan. Bahan kain yang akan digunakan adalah perpaduan viscose, cotton, polyester dan nylon, dimana bahan tekstil ini cepat menjadi kering, tidak mudah kusut, kuat dan tahan lama digunakan. Bahan-bahan ini juga lebih tahan terhadap suhu panas.

21 40 Gambar Sketsa Pakaian Lepas-Pasang dan Bolak-Balik 2. Sepatu Adjust heels, dimana produk sepatu ini memiliki 1 model dasar dengan beberapa jenis alas yang dikemas dalam satu paket. Tersedia beberapa jenis sepatu, seperti flat shoes yaitu sepatu dengan alas rendah yang rata, yang biasanya digunakan untuk kegiatan santai atau untuk kegiatan di lapangan, wedges shoes yaitu sepatu dengan alas tinggi namun rata,

22 41 yang dapat digunakan untuk aktifitas kerja di kantor, dan stiletto shoes yang biasanya dikenakan ke acara-acara formal atau pesta. Gambar Sketsa Sepatu Adjust Heels 3. Aksesoris Aksesoris kalung dan gelang dari AM for PM mempunyai konsep layered sehingga dapat dicopot pasang agar dapat disesuaikan model dan panjangnya tergantung dengan outfit atau acara hari itu. Gambar Sketsa Layered Aksesoris

23 42 Sehubungan dengan konsep di atas, yang juga dapat ditonjolkan dari produk ini adalah dari segi ekomisnya, karena dengan satu produk yang dapat diubah-ubah menjadi beberapa model, tentunya akan lebih menghemat pengeluaran. Dan diharapkan fitur ini dapat menjadi daya tarik lebih bagi calon pembeli AM For PM.

BAB I BUSINESS ENVIRONMENT ANALYSIS

BAB I BUSINESS ENVIRONMENT ANALYSIS BAB I BUSINESS ENVIRONMENT ANALYSIS 1.1 Latar Belakang Di era modern sekarang ini, berbelanja barang-barang fashion untuk menunjang penampilan menjadi kebutuhan rutin setiap orang baik pria maupun wanita.

Lebih terperinci

BAB III EVALUASI BISNIS

BAB III EVALUASI BISNIS BAB III EVALUASI BISNIS 3.1. Evaluasi Pencapaian Bisnis Konveksi Pakaian KVKU Pola gaya hidup konsumtif masyarakat Indonesia sangat berpengaruh terhadap performa penjualan KVKU dari tahun ke tahunnya.

Lebih terperinci

BAB III BUSINESS MODEL CREATION

BAB III BUSINESS MODEL CREATION 43 BAB III BUSINESS MODEL CREATION 3.1. COMPETITORS 9 BUILDING BLOCKS Kompetitor dari bisnis ini adalah kompetitor tidak langsung karena belum ada brand atau kompetitor yang menjual produk yang sama persis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaman sekarang yang dimana telah mengalami perkembangan dalam dunia usaha

BAB I PENDAHULUAN. jaman sekarang yang dimana telah mengalami perkembangan dalam dunia usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia bisnis yang tumbuh dengan pesat menjadi tantangan maupun ancaman bagi para pelaku usaha agar dapat memenangkan persaingan dan mempertahankan kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia memiliki daya saing yang relatif baik di pasar internasional. Hal ini disebabkan Indonesia memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ancaman bagi para pelaku usaha agar dapat memenangkan persaingan dan

BAB I PENDAHULUAN. ancaman bagi para pelaku usaha agar dapat memenangkan persaingan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia bisnis yang tumbuh dengan pesat menjadi tantangan maupun ancaman bagi para pelaku usaha agar dapat memenangkan persaingan dan mempertahankan kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dituntut untuk dapat menciptakan keunggulan kompetitif yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dituntut untuk dapat menciptakan keunggulan kompetitif yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan pasar yang semakin ketat secara tidak langsung akan mempengaruhi usaha suatu perusahaan dalam mempertahankan pangsa pasar. Setiap perusahaan dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produknya. Produk tekstil pada umumnya ditujukan untuk mendukung industri mode. Artinya

BAB I PENDAHULUAN. produknya. Produk tekstil pada umumnya ditujukan untuk mendukung industri mode. Artinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pasar bebas tekstil dan produk tekstil (TPT) telah dimulai seiring dihapuskannya aturan kuota tekstil. Hal ini menuntut industri TPT untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini persaingan antar perusahaan semakin begitu ketat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini persaingan antar perusahaan semakin begitu ketat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini persaingan antar perusahaan semakin begitu ketat. Seperti halnya terjadi pada perkembangan industri bisnis sepatu yang saat ini tingkat

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor industri sepatu di era globalisasi seperti sekarang ini berada dalam persaingan yang semakin ketat. Terlebih lagi sejak tahun 2010 implementasi zona perdagangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, industri kreatif dibagi menjadi 15 subsektor, diantaranya: mode,

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, industri kreatif dibagi menjadi 15 subsektor, diantaranya: mode, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri kreatif merupakan salah satu faktor yang menjadi penggerak perekonomian nasional. Industri kreatif Indonesia semakin berkembang dan diminati pasar global. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dari kemajuan peradapan suatu masyarakat. Hal itu dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dari kemajuan peradapan suatu masyarakat. Hal itu dikarenakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dari dahulu hingga sekarang, fashion merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kemajuan peradapan suatu masyarakat. Hal itu dikarenakan fashion sering kali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. operasional perusahaan, serta modal awal usaha. Pasar yang sangat besar ini

BAB I PENDAHULUAN. operasional perusahaan, serta modal awal usaha. Pasar yang sangat besar ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. E-Commerce Berbagai macam bisnis model telah banyak diterapkan di Indonesia, dalam proses perkembangan teknologi informasi saat ini, salahs atu bisnis model

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pakaian tidak hanya berguna sebagai alat yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. pakaian tidak hanya berguna sebagai alat yang digunakan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Tingkat pertumbuhan penduduk yang terus naik berdampak terhadap tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belakangan ini usaha pakaian semakin menjanjikan keuntungan yang

BAB I PENDAHULUAN. Belakangan ini usaha pakaian semakin menjanjikan keuntungan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belakangan ini usaha pakaian semakin menjanjikan keuntungan yang besar, hal ini dapat dibuktikan melalui semakin banyaknya permintaan akan pakaian dan semakin banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini industri tumbuh dan berkembang dengan pesat. Salah satunya adalah industri fashion yang kini telah berkembang pesat dibanyak daerah di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dapat menciptakan keunikan dari sebuah produk, salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dapat menciptakan keunikan dari sebuah produk, salah satu cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keunikan suatu produk, merupakan salah satu cara yang sering digunakan perusahaan untuk meningkatkan daya saing produknya, karena semakin unik suatu produk, maka konsumen

Lebih terperinci

BISNIS PLAN JILBAB SHOP

BISNIS PLAN JILBAB SHOP BISNIS PLAN JILBAB SHOP Oleh : Citra Mulia 1110011211190 Dosen : Yuhelmi, S.E, M.M Mata Kuliah : Kewirausahaan 1 I. LATAR BELAKANG Bukittinggi merupakan sebuah kota yang berada di Sumatera Barat yang dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri Fashion kini telah berkembang pesat di hampir seluruh Negara maju dan berkembang. Tidak hanya industry kecil menengah baju dan celana, namun sepatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini perkembangan bisnis pakaian fashion telah

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini perkembangan bisnis pakaian fashion telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini perkembangan bisnis pakaian fashion telah mengalami peningkatan yang pesat yang terjadi di berbagai Negara, dengan adanya perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hongkong, dan Australia. Selama periode Januari-November 2012, data

BAB I PENDAHULUAN. Hongkong, dan Australia. Selama periode Januari-November 2012, data 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri fashion di Indonesia saat ini berkembang dengan sangat pesat. Kondisi tersebut sejalan dengan semakin berkembangnya kesadaran masyarakat akan fashion yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gaya hidup merupakan gambaran bagi setiap orang yang mengenakannya dan menggambarkan seberapa besar nilai moral dalam masyarakat disekitarnya, menurut Suratno dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terus mengenalkan produknya kepada masyarakat seluas mungkin dan

BAB 1 PENDAHULUAN. terus mengenalkan produknya kepada masyarakat seluas mungkin dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan di dunia usaha fashion saat ini sudah sangatlah pesat. Apapun jenis dan bentuk dari produk dan jasanya, para wirausaha tentu ingin terus mengenalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dewasa ini yang menuju era globalisasi dan perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dewasa ini yang menuju era globalisasi dan perdagangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perekonomian dewasa ini yang menuju era globalisasi dan perdagangan bebas, merupakan perekonomian yang menuju kepada persaingan ketat. Kemajuan itu perlu

Lebih terperinci

PEMASARAN JAM TANGAN Roswita A. Putri saffran

PEMASARAN JAM TANGAN Roswita A. Putri saffran PEMASARAN JAM TANGAN Roswita A. Putri saffran - 33230 Pada saat ini aksesoris untuk pria maupun wanita yang sangat beragam jenis dan varian nya ada yang hanya sekedar untuk pelengkap atau untuk mempermanis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik di mata konsumennya.

BAB I PENDAHULUAN. berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik di mata konsumennya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan yang terjadi di dalam aspek ilmu pengetahuan dan juga teknologi memberikan dampak juga kepada aspek bisnis. Globalisasi juga dapat dikatakan sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peringkat ekonomi Indonesia yang menempati urutan sepuluh besar menurut

BAB I PENDAHULUAN. peringkat ekonomi Indonesia yang menempati urutan sepuluh besar menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi nasional yang menunjukan hasil positif ditandai dengan peringkat ekonomi Indonesia yang menempati urutan sepuluh besar menurut data Bank Dunia.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Marketing 2.1.1 Barang Konsumsi Barang Konsumsi (consumer goods) adalah produk yang ditujukan untuk pengguna akhir. Dasar klasifikasi barang konsumsi yang biasa digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri properti di Indonesia walaupun mengalami guncangan pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Industri properti di Indonesia walaupun mengalami guncangan pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri properti di Indonesia walaupun mengalami guncangan pada tahun 2015, tahun 2016 ini diproyeksikan bisa bertumbuh sekitar 6-7%. Menurut Eddy (2016), perwakilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring waktu berlalu, kondisi dunia bisnis yang kian kompetitif membuat banyak perusahaan harus mengatasi beratnya kondisi tersebut dengan membuat strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 merupakan momen yang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 merupakan momen yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 merupakan momen yang menakutkan bagi perekonomian Indonesia. Krisis pada saat itu telah mengganggu seluruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta. Sebagai ibukota dari provinsi Jawa Timur, kota Surabaya juga

BAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta. Sebagai ibukota dari provinsi Jawa Timur, kota Surabaya juga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Surabaya adalah kota terbesar kedua se Indonesia setelah kota Jakarta. Sebagai ibukota dari provinsi Jawa Timur, kota Surabaya juga menjadi sasaran para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selera konsumen dan perubahan yang terjadi pada lingkungan sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. selera konsumen dan perubahan yang terjadi pada lingkungan sekitarnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi, dunia perdagangan dewasa ini terjadi persaingan didalam memasarkan produk atau jasa. Kegiatan pemasaran memiliki peran yang sangat penting dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin berkembangnya zaman di era modern kebutuhan akan dunia fashion

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin berkembangnya zaman di era modern kebutuhan akan dunia fashion BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya zaman di era modern kebutuhan akan dunia fashion kini merambah begitu besar. Para pelaku bisnis dan perancang busana berlombalomba untuk menciptakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi sebab naik turunnya harga barang-barang yang ada di pasar sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi sebab naik turunnya harga barang-barang yang ada di pasar sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika yang sering berfluktuasi tidak jarang menjadi sebab naik turunnya harga barang-barang yang ada di pasar sehingga menyebabkan

Lebih terperinci

Analisis Competitive Forces and Competitive Strategy pada Sistem Informasi Zalora.co.id

Analisis Competitive Forces and Competitive Strategy pada Sistem Informasi Zalora.co.id Analisis Competitive Forces and Competitive Strategy pada Sistem Informasi Zalora.co.id Fitria Ekarini Pendidikan Teknik Elektronika dan Informatikation Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta Email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inovasi desainer muda yang semakin potensial, tingkat perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. inovasi desainer muda yang semakin potensial, tingkat perekonomian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia fashion di Indonesia bisa dikatakan berkembang sangat pesat dalam beberapa dekade terakhir. Hal ini didukung berbagai segi baik kreativitas dan inovasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang yang datang ke skin care ingin melakukan perawatan agar terlihat lebih

BAB I PENDAHULUAN. orang yang datang ke skin care ingin melakukan perawatan agar terlihat lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri skin care termasuk industri yang menjanjikan saat ini. Industri ini tidak luput dari kecantikan dan kosmetik. Karena sudah bisa dipastikan bawah orang yang

Lebih terperinci

BAB 3 STRATEGI BISNIS ( BUSINESS STRATEGIC )

BAB 3 STRATEGI BISNIS ( BUSINESS STRATEGIC ) BAB 3 STRATEGI BISNIS ( BUSINESS STRATEGIC ) Beberapa waktu terakhir ini di saat era persaingan bisnis semakin hari semakin ketat para pelaku bisnis atau dalam hal ini bisa dikatakan suatu perusahaan harus

Lebih terperinci

Kreasi Jilbab, Bisnisnya Mudah Omsetnya Jutaan Rupiah

Kreasi Jilbab, Bisnisnya Mudah Omsetnya Jutaan Rupiah Kreasi Jilbab, Bisnisnya Mudah Omsetnya Jutaan Rupiah Perkembangan bisnis fashion yang semakin bervariatif, ternyata mendorong para muslimah di Indonesia untuk berkarya menciptakan kreasi jilbab baru dengan

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Logo Rumah Warna

Gambar 1.1 Logo Rumah Warna BAB I PENDAHULUAN Setiap bisnis baru atau pengembangan bisnis membutuhkan penanaman modal yang disesuaikan dengan tujuan bisnis dan bentuk badan bisnisnya. Salah satu tujuan didirikannya bisnis adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. usaha pada tahun 2006 menjadi usaha pada tahun 2007 (Tabel 1).

I. PENDAHULUAN. usaha pada tahun 2006 menjadi usaha pada tahun 2007 (Tabel 1). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2006 BPS mencatat jumlah penduduk Indonesia mencapai 222 juta jiwa dengan laju pertumbuhan

Lebih terperinci

JELI MELIHAT PELUANG BISNIS MENGGUNAKAN SITUS JEJARING SOSIAL FACEBOOK

JELI MELIHAT PELUANG BISNIS MENGGUNAKAN SITUS JEJARING SOSIAL FACEBOOK JELI MELIHAT PELUANG BISNIS MENGGUNAKAN SITUS JEJARING SOSIAL FACEBOOK KARYA ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Lingkungan Bisnis Disusun Oleh : Triana Hadi Kusuma 10.02.7717 /

Lebih terperinci

BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF. khususnya fashion wanita. Berawal dari hobi dan minat pemilik di bidang fashion wanita,

BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF. khususnya fashion wanita. Berawal dari hobi dan minat pemilik di bidang fashion wanita, BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF 1.1 KONSEP BISNIS Ael Fashion merupakan sebuah unit usaha yang bergerak di bidang fashion, khususnya fashion wanita. Berawal dari hobi dan minat pemilik di bidang fashion wanita,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. butik, serta menjamurnya bisnis eceran yang bermunculan di berbagai kota

BAB I PENDAHULUAN. butik, serta menjamurnya bisnis eceran yang bermunculan di berbagai kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi yang ditandai dengan perubahan dan perkembangan pada setiap aspek kehidupan telah ikut mempengaruhi terbentuknya pola pikir manusia akan keinginannya sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan melakukan inovasi untuk pengembangan produknya dan. mempertahankan konsumennya. Perusahaan yang tidak mampu bersaing akan

BAB I PENDAHULUAN. dengan melakukan inovasi untuk pengembangan produknya dan. mempertahankan konsumennya. Perusahaan yang tidak mampu bersaing akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Kebutuhan dan selera pasar terus berkembang seiring waktu dan perkembangan jaman. Hal inilah yang mendasari perusahaan untuk bersaing dengan melakukan inovasi untuk pengembangan

Lebih terperinci

KULIAH 7 MANAJEMEN STRATEGIS

KULIAH 7 MANAJEMEN STRATEGIS KULIAH 7 MANAJEMEN STRATEGIS Prentice Hall, 2002 8-1 PENTINGNYA MANAJEMEN STRATEGIS APA YANG DIMAKSUD MANAJEMEN STRATEGIS? Sekumpulnan keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek penelitian Sejarah Resto Rumah Soto Padang Gambar 1. 1 Logo Resto Rumah Soto Padang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek penelitian Sejarah Resto Rumah Soto Padang Gambar 1. 1 Logo Resto Rumah Soto Padang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek penelitian 1.1.1 Sejarah Resto Rumah Soto Padang Resto Rumah Soto Padang merupakan sebuah restoran dengan menu khas soto yang berdiri pada 20 November 2013 di

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB I GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1.1 Latar belakang pemilihan usaha Pada dasarnya pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Seiring dengan perkembangan zaman pakaian berubah menjadi bagian dari

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia memproduksi banyak ragam alas kaki. Tingkat produksi domestik diperkirakan mencapai lebih dari 135 juta pasang dengan jumlah pekerja manufaktur alas

Lebih terperinci

5 Kekuatan Kompetisi Dalam Strategi Industri Menurut Michael E Porter

5 Kekuatan Kompetisi Dalam Strategi Industri Menurut Michael E Porter 5 Kekuatan Kompetisi Dalam Strategi Industri Menurut Michael E Porter 8:34 PM No comments dada Dalam buku " Competitive Strategy " disebutkan bahwa terdapat 5 kekuatan strateri bisnis yang merupakan kerangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu perusahaan untuk mencapai tujuan dalam era

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu perusahaan untuk mencapai tujuan dalam era BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan suatu perusahaan untuk mencapai tujuan dalam era globalisasi pada saat ini sangat berpengaruh pada kemampuan untuk bersaing secara kompetitif. Persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ides Sundari, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ides Sundari, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia sebagaimana bangsa-bangsa lain di berbagai belahan dunia menghadapi gelombang besar berupa meningkatnya tuntutan demokratisasi, desentralisasi,

Lebih terperinci

2015 PENGARUH WORD OF MOUTH TERHADAP MINAT BELI ATTIS JEANS

2015 PENGARUH WORD OF MOUTH TERHADAP MINAT BELI ATTIS JEANS BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Beberapa tahun terakhir, sektor ekonomi kreatif di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Hal tersebut terungkap dari kontribusi yang diberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kebutuhan sandang. Kehidupan sehari hari manusia tidaklah pernah terlepas

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kebutuhan sandang. Kehidupan sehari hari manusia tidaklah pernah terlepas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alas kaki adalah kebutuhan primer dalam kehidupan manusia. Dari tiga kategori kebutuhan primer, sandang, pangan, papan. Alas kaki termasuk salah satu bentuk kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan situasi global dan lokal bagi dunia bisnis, perusahaanperusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan situasi global dan lokal bagi dunia bisnis, perusahaanperusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan situasi global dan lokal bagi dunia bisnis, perusahaanperusahaan dewasa ini dituntut agar lebih inovatif dan kreatif dalam bersaing agar mampu memenangkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 RUMAH Rumah adalah salah satu kebutuhan pokok manusia selain sandang dan pangan. Rumah biasanya digunakan manusia sebagai tempat berlindung dari panas matahari dan hujan. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini, tingkat persaingan usaha sangatlah tinggi. Hal ini secara otomatis memaksa para pelaku usaha untuk terus mengembangkan diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bandung merupakan kota yang terkenal dengan industri kreatif di bidang fashion, dengan desain yang unik dan mengikuti trend masa kini. Bandung sebagai kota mode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi, sosial dan budaya, dan lain-lain. Sebagai contoh, lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi, sosial dan budaya, dan lain-lain. Sebagai contoh, lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Lingkungan Eksternal Perusahaan Lingkungan bisnis meliputi lingkungan eksternal perusahaan dan internal perusahaan. Perusahaan tidak boleh hanya mempertimbangkan lingkungan internal

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia masih terus berupaya untuk meningkatkan kegiatan perekonomian. Hal ini dapat berdampak bagi kemajuan ekonomi Indonesia yang dapat dilihat dari semakin berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia pada 2010, total penduduk Indonesia mencapai 238 juta jiwa dan jumlah penganut agama Islam mencapai 87

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tesis, ruang lingkup, tujuan dan manfaat dari penulisan tesis serta sistematika

BAB I PENDAHULUAN. tesis, ruang lingkup, tujuan dan manfaat dari penulisan tesis serta sistematika BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini dijelaskan secara garis besar tentang latar belakang pembuatan tesis, ruang lingkup, tujuan dan manfaat dari penulisan tesis serta sistematika penulisan tesis ini dilakukan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Porter Wachjuni 2014) (Departemen Perdagangan 2007). (Suaramerdeka, 2013)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Porter Wachjuni 2014) (Departemen Perdagangan 2007). (Suaramerdeka, 2013) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam industri apapun, industri nasional ataupun internasional yang menghasilkan barang dan jasa, aturan persaingan tercakup dalam lima kekuatan bersaing

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tingkat perekonomian yang tiap tahunnya meningkat membuat individu di dunia harus mencari sumber penghasilan sebanyak-banyaknya agar mampu memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya berbagai kebebasan dan kemudahan yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya berbagai kebebasan dan kemudahan yang diberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan adanya berbagai kebebasan dan kemudahan yang diberikan kepada para pelaku bisnis untuk memulai usahanya, menimbulkan banyak sekali bermunculan industri-industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja kalah cepat dengan kenaikan jumlah lulusan. Sangat ironis bila kita

BAB I PENDAHULUAN. kerja kalah cepat dengan kenaikan jumlah lulusan. Sangat ironis bila kita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan kita telah berhasil menghasilkan lulusan dengan tanda lulus belajar untuk masuk ke pasar kerja namun sayangnya kenaikan jumlah lapangan kerja kalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. M-DAG / PER / 3 /2016 tentang ketentuan Umum Pasal 1, perdagangan adalah

BAB I PENDAHULUAN. M-DAG / PER / 3 /2016 tentang ketentuan Umum Pasal 1, perdagangan adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 22 / M-DAG / PER / 3 /2016 tentang ketentuan Umum Pasal 1, perdagangan adalah tatanan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia saat ini semakin komplek untuk dipenuhi. Sepatu atau tas merupakan salah satu kebutuhan manusia. Pentingnya sepatu dan tas bagi wanita,

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. besar bagi perkembangan UMKM. UMKM merupakan tulang punggung

BAB I LATAR BELAKANG. besar bagi perkembangan UMKM. UMKM merupakan tulang punggung BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Lingkungan Eksternal Perusahaan Yogyakarta sebagai kota pendidikan dan tujuan pariwisata memiliki peran besar bagi perkembangan UMKM. UMKM merupakan tulang punggung perekonomian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. HOMÉ merupakan sebuah e-commerce produk home & living yang berfokus pada

BAB V KESIMPULAN. HOMÉ merupakan sebuah e-commerce produk home & living yang berfokus pada BAB V KESIMPULAN HOMÉ merupakan sebuah e-commerce produk home & living yang berfokus pada penyediaan produk furniture multifungsi. Bisnis ini memberikan solusi bagi masyarakat yang membutuhkan produk furniture

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini industri tumbuh dan berkembang dengan pesat. Salah satunya adalah industri fashion yang kini telah berkembang pesat dibanyak daerah di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia selama 10 tahun terakhir. Data Badan Pusat Statistik

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia selama 10 tahun terakhir. Data Badan Pusat Statistik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan sektor utama dalam perekonomian Indonesia. Sektor ini sebagai penyumbang terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun di luar negeri sangatlah besar dilihat dari semakin banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. maupun di luar negeri sangatlah besar dilihat dari semakin banyaknya BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana kita ketahui kebutuhan akan sandang di Indonesia maupun di luar negeri sangatlah besar dilihat dari semakin banyaknya populasi orang di

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 PERENCANAAN PENELITIAN DAN TINJAUAN PUSTAKA Langkah pertama dalam melakukan penelitan adalah dengan mengidentifikasi masalah yang ada dan menentukan tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistematika penelitian yang akan menggambarkan beberapa informasi awal tentang

BAB I PENDAHULUAN. sistematika penelitian yang akan menggambarkan beberapa informasi awal tentang BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan bab pendahuluan yang akan memaparkan tentang latar belakang penulisan, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian yang akan

Lebih terperinci

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM. Mengoptimalkan Peluang Bisnis Online Shop di Tengah Perkembangan Trend Fashion di Indonesia

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM. Mengoptimalkan Peluang Bisnis Online Shop di Tengah Perkembangan Trend Fashion di Indonesia PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM Mengoptimalkan Peluang Bisnis Online Shop di Tengah Perkembangan Trend Fashion di Indonesia BIDANG KEGIATAN: PKM Kewirausahaan Diusulkan oleh: Hana

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam kondisi persaingan dunia bisnis yang semakin ketat

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam kondisi persaingan dunia bisnis yang semakin ketat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kondisi persaingan dunia bisnis yang semakin ketat terutama persaingan yang berasal dari perusahaan sejenis, perusahaan semakin dituntut agar bergerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik di pasar domestik (nasional) maupun di pasar internasional/global. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. baik di pasar domestik (nasional) maupun di pasar internasional/global. Banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini persaingan bisnis menjadi sangat tajam, baik di pasar domestik (nasional) maupun di pasar internasional/global. Banyak perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Umum Produk Dompet Wallts

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Umum Produk Dompet Wallts BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1. Profil Umum Produk Dompet Wallts Wallts adalah sebuah brand dari produk dompet, nama brand ini diambil dari permainan kata Wallet dari bahasa

Lebih terperinci

BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF. Kebutuhan manusia dapat dibagi sesuai tingkat kepentingan atau prioritas

BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF. Kebutuhan manusia dapat dibagi sesuai tingkat kepentingan atau prioritas BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF 1.1 Deskripsi Konsep Bisnis Kebutuhan manusia dapat dibagi sesuai tingkat kepentingan atau prioritas yaitu kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Kebutuhan primer adalah kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis telah berkembang pesat saat ini baik dalam pasar domestik

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis telah berkembang pesat saat ini baik dalam pasar domestik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis telah berkembang pesat saat ini baik dalam pasar domestik (nasional) maupun dimasa internasional, dimana untuk memenangkan persaingan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Perusahaan dalam menjalankan usahanya dihadapkan pada 2 macam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Perusahaan dalam menjalankan usahanya dihadapkan pada 2 macam BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perusahaan dalam menjalankan usahanya dihadapkan pada 2 macam lingkungan yaitu lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Perusahaan yang semakin membesar akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Fenomena persaingan yang ada telah membuat para pengusaha

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Fenomena persaingan yang ada telah membuat para pengusaha 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena persaingan yang ada telah membuat para pengusaha menyadari suatu kebutuhan untuk mengeksploitasi sepenuhnya aset-aset mereka demi memaksimalkan kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk Indonesia sampai tahun 2013 mencapai kurang lebih 250 juta jiwa dengan pertumbuhan penduduk mencapai 1,49 persen (http://www.republika.co.id,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kacang tanah. Ketela pohon merupakan tanaman yang mudah ditanam, dapat tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. kacang tanah. Ketela pohon merupakan tanaman yang mudah ditanam, dapat tumbuh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ketela pohon (Manihot utilissima) adalah salah satu komoditas pangan yang termasuk tanaman penting di Indonesia selain tanaman padi, jagung, kedelai, dan kacang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Struktur perekonomian suatu negara dapat dikelompokkan menjadi 3 sektor, yaitu sektor primer, sektor sekunder, dan sektor tertier. Sektor primer yaitu sektor

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N

B A B I P E N D A H U L U A N B A B I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar belakang Penelitian Krisis ekonomi yang berkepanjangan di Indonesia dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2001 menyebabkan perekonomian Indonesia menjadi tidak stabil.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Business Model Menurut Alan Afuah business model adalah kumpulan aktivitas yang telah dilakukan sebuah perusahaan, bagaimana hal tersebut dilakukan, dan

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian Industri ritel memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara., terutama berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Seiring dengan pesatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seperti halnya pada skala nasional, pertumbuhan ekonomi provinsi DI. Yogyakarta juga mengalami pertumbuhan positif.

BAB I PENDAHULUAN. Seperti halnya pada skala nasional, pertumbuhan ekonomi provinsi DI. Yogyakarta juga mengalami pertumbuhan positif. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seperti halnya pada skala nasional, pertumbuhan ekonomi provinsi DI Yogyakarta juga mengalami pertumbuhan positif. Sumber: BPS DIY Gambar 1.1 Grafik Pertumbuhan Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelian dan cenderung mudah berpindah saluran dan retailer yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN. pembelian dan cenderung mudah berpindah saluran dan retailer yang berbeda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri ritel dihadapkan dengan perubahan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Gejolak ekonomi dan kemajuan teknologi tergabung membentuk kembali lanskap

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pemain ritel yang cukup banyak di Indonesia membuat persaingan di industri ini menjadi sangat ketat. Potensi pasar yang sangat besar dan sifat konsumtif masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 56 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa STP (Segmentasi, Target, Positioning) Dalam melakukan manajemen pemasaran diperlukan suatu analisa untuk mengetahui hal hal mengenai segmentasi konsumen, target

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Logo UNKL347

Gambar 1.1 Logo UNKL347 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 UNKL347 UNKL347 adalah sebuah bisnis ritel pakaian yang berdiri sekitar tahun 1996. UNKL347 didirikan oleh empat orang pemuda yang memiliki latar

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENELITIAN MANFAAT HASIL BELAJAR FASHION MERCHANDISING SEBAGAI KESIAPAN MENJADI PENGELOLA BISNIS FASHION DI DEPARTMENT STORE.

INSTRUMEN PENELITIAN MANFAAT HASIL BELAJAR FASHION MERCHANDISING SEBAGAI KESIAPAN MENJADI PENGELOLA BISNIS FASHION DI DEPARTMENT STORE. 122 INSTRUMEN PENELITIAN MANFAAT HASIL BELAJAR FASHION MERCHANDISING SEBAGAI KESIAPAN MENJADI PENGELOLA BISNIS FASHION DI DEPARTMENT STORE Skripsi Oleh Ema Wijayanti 0900627 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Penulis yakin bahwa Wedding Journal merupakan sebuah model bisnis yang

BAB V PENUTUP. Penulis yakin bahwa Wedding Journal merupakan sebuah model bisnis yang BAB V PENUTUP 5.1. Kelayakan Model Bisnis Penulis yakin bahwa Wedding Journal merupakan sebuah model bisnis yang layak dan dapat dilaksanakan. Berikut ini pemaparan mengenai beberapa alasannya. 1. Perspektif

Lebih terperinci