III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret Agustus 2015 di

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli 2014 sampai dengan bulan September

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei-November 2013 di Laboraturium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-November 2013 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitianini dilaksanakandaribulanagustus - Desember 2015 di

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - April 2015 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari Oktober. penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia Universitas Lampung.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan September 2010 di

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-April 2015 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

III. METODE KERJA. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012,

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di

Air Panas. Isolat Murni Bakteri. Isolat Bakteri Selulolitik. Isolat Terpilih Bakteri Selulolitik. Kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

Sampel air panas. Pengenceran 10-1

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Bacillus subtilis dan Bacillus cereus yang diperoleh di Laboratorium

APPENDIKS A PROSEDUR KERJA DAN ANALISA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini sudah dilaksanakan dari bulan Februari sampai bulan Juli 2013 di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Mei 2015 di Laboratorium

METODE PENELITIAN. Penelitian ini di laksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

LAMPIRAN. Lampiran 1. Foto Lokasi Pengambilan Sampel Air Panas Pacet Mojokerto

BAB III BAHAN, ALAT DAN METODA

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. adalah variasi jenis kapang yaitu Penicillium sp. dan Trichoderma sp. dan

III. METODE PERCOBAAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2014 di

MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada Oktober 2014 sampai dengan Februari

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di

Lampiran 1 Metode pengujian aktivitas protease (Walter 1984)

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014.

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret 2011 sampai dengan bulan

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari:

III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN. dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian deskriptif

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

1 atm selama 15 menit

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Bioindustri, Pusat

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Riset dan Standarisasi Industri Bandar

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

mesh, kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer 500 ml selanjutnya diamkan selama 30 menit

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3

3 Metode Penelitian Alat

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Bahan Penelitian

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

II. METODOLOGI C. BAHAN DAN ALAT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Desember 2014 Mei 2015 di. Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Universitas Lampung.

BABm METODA PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan kemampuan Bacillus mycoides dalam memfermentasi onggok untuk

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Tanaman Industri dan Penyegar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 di Laboratorium

II. METODOLOGI PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana,

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Tepung Empulur Sagu

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu jenis isolat dan sumber fosfat yang digunakan. selama 3 bulan mulai tanggal 1 Februari 31 April 2017.

1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian. bio.unsoed.ac.id. Lengkap (RAL). Perlakuan yang dicobakan terdiri atas 4 macam, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014.

Lampiran 1 Prosedur uji aktivitas protease (Walter 1984, modifikasi)

III. METODOLOGI PENELITIAN

PENGUJIAN DAYA MORTALITAS FUNGISIDA PADA ARSIP KERTAS

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

Transkripsi:

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret Agustus 2015 di Laboraturium Biokimia Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. B. Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah autoclave (model S-90N), laminar air flow (CURMA model 9005-FL), timbangan digital, inkubator, sentrifuga, magnetic stirer, tabung sentrifuga, mikropipet, waterbath, oven, shaker, spektrofotometer UV-Vis, inkubator, kasa, kapas, rak tabung, jarum ose, penangas, dan alat-alat gelas lain seperti tabung reaksi, cawan petri, erlenmeyer, beaker gelas, gelas ukur, labu ukur, pipet tetes, batang pengaduk, serta pemanas bunsen, dan kompor gas. Bahan-bahan yang digunakan adalah Potato Dextrose Agar (PDA), agar bakteri, (NH4)2SO4, KH2PO4 CaCl2, MgSO4 7H2O, urea, FeSO4 7H2O, pepton, yeast ekstrak, dekstrosa, KCl, ekstrak kentang, Carboxymethyl Cellulase (CMC), reagen folin-ciocalteu, akuades, Na(K)- Tartarat, NaH2PO4, Na2HPO4, pereaksi DNS

23 (dinitrosalisilic acid), fenol, NaOH, Na2SO4, CuSO4 5H2O, Na2CO3, HCl, KI, I2, buffer fosfat, aseton, etanol, asam trikloroasetat, larutan kasein 1%, fenolftalein 1%, minyak zaitun, dan pati. Mikroorganisme yang akan digunakan adalah jamur Trichoderma koningii yang diperoleh dari Laboratorium Hama dan Penyakit Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung. C. Prosedur Penelitian a. Pembuatan Medium 1. Medium Padat Saboroud Agar Prosedur pertama dalam pembuatan medium padat saboroud agar adalah dengan menimbang 40 g/l dektrosa, 20 g/l agar, dan 15 g/ L pepton. Kemudian dimasukkan semua bahan ke dalam Erlenmeyer 250 ml, ditambahkan akuades sebanyak 100 ml dan dipanaskannya di atas kompor gas. Selanjutnya dilakukan sterilisasi dengan menggunakan autoclave pada suhu 121 ºC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit. Setelah itu medium saboroud agar dituangkan ke beberapa tabung reaksi atau dimasukkan ke dalam cawan petri dilakukan di dalam laminar air flaw dan dibiarkan dalam posisi tabung miring hingga memadat pada suhu kamar. 2. Pembuatan Medium Cair Medium cair starter digunakan untuk adaptasi awal pertumbuhan jamur pada medium cair, sedangkan untuk kultur digunakan medium cair dengan volume yang lebih besar. Prosedur pertama pembuatan medium cair dengan menimbang 1,5 g/l KH2PO4 ; 0,5g/L MgSO4 7H2O; 3g/L urea; 0,8 g/l

24 (NH4)2SO4, 0,1 g/l CaCl2, 5 g/l pepton; 5 g/l CMC; dan 5 g/l yeast ekstrak. Kemudian dimasukkan semua bahan ke dalam Erlenmeyer 250 ml, lalu ditambahkan akuades sebanyak 100 ml dan dipanaskannya di atas kompor gas. Selanjutnya disterilisasi dengan menggunakan autoclave pada suhu 121 ºC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit. Didiamkan medium cair di dalam laminar air flaw hingga mencapai suhu kamar kemudian jamur dapat diinkulasi ke media cair. Untuk media cair starter di shaker dengan kecepatan 110 rpm selama 24 jam dan untuk kultur komposisinya sama hanya volumenya lebih besar dan waktunya menyesuaikan dengan kurva pertumbuhannya. b. Pembuatan Pereaksi 1. Pereaksi Lowry. Pereaksi Lowry terdiri atas 4 macam, yang meliputi Pereaksi A, B, C, dan D. Masing-masing pereaksi tersebut dibuat dengan cara sebagai berikut: Pereaksi A: dilarutkan 2 g Na2CO3 dalam 100 ml NaOH 0,1 N; Pereaksi B: ditambahkan 5 ml larutan CuSO4.5H2O 1% (w/v) ke dalam 5 ml larutan Na(K)-tartarat 1% (w/v); Pereaksi C: ditambahakan 2 ml pereaksi B ke dalam 100 ml pereaksi A; dan Pereaksi D: diencerkan reagen Folin-Ciocelteau dengan akuades 1:1. 2. Pereaksi Mandels Pereaksi Mandels merupakan DNS (dinitrosalisilic acid), yang dibuat dengan menimbang 1g DNS, 1 g NaOH, 0,2 g fenol, 0,05 g Na2SO4, dan ditambahkan

25 1 ml Na/ K tartarat 40% dan dimasukkan dalam labu ukur 100 ml kemudian ditambahkan sedikit akuades kocok hingga larut dan ditambahkan akuades sampai batas miniskus. 3. Pereaksi Fuwa Pereaksi Fuwa terdiri dari pembuatan larutan iodine dengan cara 2 g KI dilarutkan dalam 100 ml akuades; pembuatan larutan HCl 0,1 N ; dan pembuatan larutan pati sebagai substrat dengan 0,1 g pati dilarutkan dalam 100 ml akuades kemudian dipanaskan hingga larut. 4. Pereaksi Kunitz Pereaksi kunitz terdiri dari larutan kasein 1% yaitu 1gr kasein dilarutkan dalam buffer fosfat ph 7 dan dipanaskan hingga larut, kemudian larutan TCA 5% yaitu 5 gr asam trikloroasetat (TCA) dilarutkan dalam 100 ml akuades, dan larutan standar yaitu sebanyak 5 ml tirosin dengan kadar 20-250 ppm. 5. Pereaksi Lipase Pereaksi yang digunakan dalam penentuan aktivitas enzim lipase ini adalah buffer fosfat 0,05 M (ph: 8), aseton:etanol (1:1), fenolftalein 1%, NaOH 0,05 N, dan minyak zaitun sebagai substrat. c. Isolasi Jamur Patogen (Phytophthora palmivora) pada Busuk Buah Kakao Jamur patogen diisolasi dari sampel buah kakao yang terkena penyakit. Dan diambil dari Pringsewu yang merupakan salah satu daerah penghasil kakao

26 terbesar di Lampung. Melakukan isolasi patogen dari buah kakao bagian yang sakit kurang lebih dipotong (0,5cm x 0,5cm), kemudian direndam ke dalam alkohol 70% selama ±3 menit, lalu dicuci dengan akuades steril dan diletakkan di atas kertas saring hingga sedikit kering kemudian ditanam atau diisolat di dalam media saboroud agar atau PDA, selanjutnya diletakkan isolat di inkubator selama 7-9 hari, setelah itu dipindahkan hasil isolat ke media saboroud agar yang baru atau dimurnikan. d. Penumbuhan Jamur Antagonis (Trichoderma koningii) Menginokulasi jamur Trichoderma koningii pada media padat saboraud agar. Dilakukan inokulasi dengan metode tusuk ke dalam cawan petri ataupun tabung reaksi. Kemudian diinkubasi dalam inkubator selama ±2-3 hari hingga jamur yang diinginkan tumbuh dan tidak terkontaminasi dengan jamur lain. e. Uji Antagonisitas Trichoderma koningii dalam Menekan Perkembangan Phytophthora palmivora pada Buah Kakao Melakukan uji antagonisitas Trichoderma koningii terhadap Phytophthora palmivora dengan cara menyiapkan medium PDA steril dalam cawan petri (diameter 9 cm), kemudian dua kertas bentuk bulatan masing- masing mempunyai diameter 4 mm (seperti yang dilakukan oleh Tondje, et al., 2007) masing-masing meletakkan di bagian pinggir cawan dengan arah berlawanan. Menginokulasi kertas bulatan yang pinggir sebelah kanan dengan suspensi konidia Trichoderma koningii sebanyak 0,1 ml dan kertas bulatan sebelah kiri dengan suspensi zoospora P. palmivora sebanyak 0,1 ml. Pembuatan kontrol, yakni Phytophthora palmivora tanpa berdampingan dengan Trichoderma koningii (diganti air steril).

27 Selanjutnya menginkubasi selama 5x24 jam, kemudian mengukur diameter koloni Phytophthora palmivora masing-masing yang berdampingan dengan Trichoderma koningii, yang diberi simbol (Pt) dan kontrol (tanpa Trichoderma koningii) diberi simbol (Pk). Persentase antagonisitas Trichoderma koningii ditentukan dengan rumus: Persentase antagonis :{( Pk Pt) / Pk } x 100% Keterangan: Pt : diameter koloni Phytophthora palmivora berdampingan dengan Trichoderma koningii (cm) Pk : diameter kontrol (tanpa Trichoderma koningii) (cm) (Singh, et al., 2002). f. Produksi Enzim Melakukan produksi enzim dengan menyiapkan medium starter dan medium kultur. Starter disiapkan dengan menginokulasikan 2 ose isolat ke dalam 5 ml medium cair, kemudian diinkubasi pada shaker dengan kecepatan 110 rpm selama 24 jam. Starter selanjutnya akan digunakan untuk menginokulasikan ke dalam medium kultur. Medium kultur menggunakan medium yang mengandung CMC, pepton, yeast extract, KH2PO4, MgSO4 7H2O,CaCl2, urea, dan(nh4)2so4. Kemudian diinkubasi media ke dalam media kultur dan shaker dengan kecepatan 110 rpm selama 10 hari kemudian sampel diambil secara berkala 24 jam, 48 jam, sampai 240 jam. Melakukan proses sampling pada media kultur dengan cara sentrifugasi untuk mendapatkan ekstrak kasar enzim yang kemudian dapat menentukan pertumbuhan selnya, dan menguji aktivitasnya.

28 g. Penentuan Pertumbuhan Sel Penentuan pertumbuhan sel digunakan untuk mengetahui pertumbuhan dari sel bakteri dengan cara mengencerkan sampel kultur. Sebanyak 0,3 ml kultur dimasukan ke tabung reaksi, lalu menambahkan 2,7 ml akuades, dan mengukur serapannya menggunakan spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang 600 nm. h. Uji Aktivitas Ekstrak Kasar Enzim 1. Uji Kadar Protein Enzim Menambahkan sebanyak 100 µl larutan enzim ke dalam 0,9 ml akuades dan ditambah 0,5 ml pereaksi D, kemudian diaduk dan didiamkan selama 30 menit pada suhu kamar, lalu absorbansinya diukur pada λmaks 750 nm. Untuk kontrol, mengganti enzim dengan akuades. Selanjutnya diperlakukan sama seperti sampel. 2. Uji Aktivitas Enzim Selulase Metode ini berdasarkan glukosa yang terbentuk (Mandels et al., 1976). Dimasukkan sebanyak 0,25 ml enzim, 0,25 ml larutan CMC 0,5% dalam akuades lalu menginkubasi selama 60 menit pada suhu 50 o C. Kemudian menambahkan 1 ml pereaksi DNS (dinitrosalisilic acid) dan mendidihkan selama 10 menit pada penangas air. Selanjutnya menambahkan 1,5 ml akuades lalu didinginkan. Setelah dingin, serapannya diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada λ 510 nm. Menentukan kadar glukosa yang terbentuk dengan menggunakan kurva standar glukosa.

29 3. Uji Aktivitas Enzim Amilase Sebanyak 0,25 ml enzim, 0,25 ml pati kemudian diiinkubasi selama 10 menit dengan suhu 60 o C lalu ditambahkan 0,25 ml HCl 0,1 N, 0,25 ml I2 tambah 4 ml akuades diaduk dan diukur pada λ 600 nm ini untuk perlakuan pada sampel, sedangkan untuk kontrol sebanyak 0,25 ml enzim, 0,25 ml HCl 0,1 N kemudian diinkubasi selama 10 menit dengan suhu 60 o C lalu ditambahkan 0,25 ml pati, 0,25 ml I2 ditambahkan 4 ml akuades diaduk dan diukur pada λ 600 nm. 4. Uji Aktivitas Enzim Protease dengan Metode Kunitz Larutan kasein (substrat) sebanyak 1 ml dengan 1 ml larutan enzim dalam tabung reaksi dan diinkubasi pada suhu 60 o C selama 30 menit. Kemudian tabung reaksi dikeluarkan dan ditambahkan 3 ml TCA, lalu diaduk dan didiamkan selama 30 menit pada suhu kamar hingga mengendap sempurna. Setelah itu dilakukan penyaringan atau sentrifugasi untuk memisahkan endapan. Filtrat diukur pada λ 280 nm. Membuat kontrol dengan menambahkan larutan TCA sebelum enzim, kemudian diinkubasi. 5. Uji Aktivitas Enzim Lipase Pengukuran aktivitas enzim ekstrak kasar dilakukan dengan metode titrimetri (Tunggala, 2010). Sebanyak 2 ml minyak zaitun dalam Erlenmeyer 100 ml, ditambah 1 ml buffer fosfat 0,05 M (ph 8) dan 1 ml larutan enzim. Campuran substrat enzim ini kemudian dikocok menggunakan shaker inkubator pada 30 C selama30 menit. Setelah 30 menit substrat enzim diinaktifkan dengan

30 menggunakan campuran aseton: etanol (1:1) sebanyak 1 ml. Campuran tersebut ditambahkan 5 tetes fenolftalein 1% sebagai indikator dan dititrasi dengan menggunakan larutan NaOH 0,05 N. Titrasi dihentikan setelah campuran berubah menjadi merah muda (Nurhasanah dan Herasari, 2008). Aktivitas enzim lipase ditunjukkan dengan perubahan warna saat titrasi dari tidak berwarna menjadi berwarna merah muda. Perlakuan untuk kontrol dilakukan sama seperti perlakukan untuk uji aktivitas enzim dimana enzim digantikan oleh akuades. Aktivasi lipase dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: Aktivitas lipase (U/mL) Keterangan : A = Volume (ml) NaOH untuk titrasi sampel B = Volume (ml) NaOH untuk titrasi blanko 1000 = Konversi dari mmol ke µmol 30 = Waktu inkubasi VE = Volume enzim i. Pemurnian enzim Pemurnian enzim dilakukan dengan fraksinasi menggunakan ammonium sulfat. Fraksinasi dengan ammonium sulfat [(NH4)2SO4] yaitu ekstrak kasar enzim yang diperoleh dimurnikan dengan metode fraksinasi menggunakan garam ammonium sulfat pada berbagai derajat kejenuhan yaitu 0-15%; 15-30%; 30-45%; 45-60% dan 60-80%. Skema proses pengendapan protein enzim dengan penambahan ammonium sulfat ditunjukkan pada Gambar 11. Adapun proses pengerjaannya yaitu ekstrak kasar enzim yang diperoleh diukur volume, selanjutnya dilakukan penambahan garam ammonium sulfat yang telah dihaluskan secara perlahan

31 sambil diaduk dengan magnetik stirer pada suhu 4 o C. Endapan protein enzim yang didapatkan pada tiap fraksi kejenuhan amonium sulfat selanjutnya dipisahkan dari filtratnya dengan sentrifugasi dingin pada kecepatan 5000 rpm selama 20 menit. Kemudian endapan yang diperoleh dilarutkan dengan buffer fosfat 0,1 M ph 6,0 dan diuji aktivitasnya dengan metode Mandels, serta diukur kadar proteinnya dengan metode Lowry untuk mengetahui fraksi-fraksi yang mengandung enzim selulase dengan aktivitas spesifik yang tinggi. Filtrat yang didapat dari fraksi 0-15% digunakan untuk diendapkan kembali dengan fraksi kejenuhan 15-30% dengan prosedur yang sama dan seterusnya sampai fraksi 60-80%. Setelah diketahui fraksi-fraksi yang mengandung enzim selulase dengan aktivitas spesifik tertinggi, maka langkah selanjutnya adalah melakukan fraksinasi ulang pada tingkat fraksi tersebut, sehingga enzim dapat terendapkan secara maksimal (Yandri et al., 2010).

32 Ekstrak Kasar Enzim + (NH 4) 2SO 4 (0-15%) Endapan (F1) Filtrat + (NH 4) 2SO 4 (15-30%) Endapan (F2) Filtrat + (NH 4) 2SO 4 (30-45%) Endapan (F3) Filtrat + (NH 4) 2SO 4 (45-60%) Endapan (F4) Filtrat + (NH 4) 2SO 4 (60-75%) Endapan (F5) Filtrat + (NH 4) 2SO 4 (75-90%) Endapan (F6) Filtrat Gambar 7. Skema pengendapan protein enzim dengan ammonium sulfat. j. Uji Antagonisitas Enzim yang Dihasilkan Trichoderma koningii dalam Menekan Perkembangan Phytophthora palmivora pada Buah Kakao Uji ini dilakukan dengan menggunakan media cawan petri yang sudah ada jamur patogen penyebab busuk buah kakao kemudian di sebalah kiri dan kanan diberi kertas whartman yang mempunyai diameter 4 mm kemudian ditetesi ekstrak kasar enzim kemudian diamati dan usahakan kertasnya tidak boleh kering jadi harus selalu basah dengan ekstrak kasar enzim. Diamati pertumbuhan jamur patogen.

33 Diagram Alir Prosedur Penelitian Isolasi jamur p.palmivora dari busuk buah kakao Peremajaan isolat jamur Trichoderma koningii Uji jamur antagonis terhadap jamur patogen Penanaman jamur antagonis ke dalam media cair (starter) Uji antagonis ekstrak kasar 316 enzim Inokulasi dari media starter ke medium kultur Uji akt.enzim lipase Uji akt. Enzim protease Produksi Enzim Uji akt. Enzim amilase Uji akt. Enzim selulase Permurnian dengan fraksinasi Uji kadar protein Data