Non Destructive Testing

dokumen-dokumen yang mirip
1 BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Page 1 of 3. Apa itu Risk Based Inspection (RBI)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penilaian Risiko dan Penjadwalan Inspeksi pada Pressure Vessel Gas Separation Unit dengan Metode Risk Based Inspection pada CPPG

SIDANG P3 JULI 2010 ANALISA RESIKO PADA ELBOW PIPE AKIBAT INTERNAL CORROSION DENGAN METODE RBI. Arif Rahman H ( )

Analisis Remaining Life dan Penjadwalan Program Inspeksi pada Pressure Vessel dengan Menggunakan Metode Risk Based Inspection (RBI)

Bab 2 Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. T u g a s A k h i r

SIDANG P3 TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK KELAUTAN 28 JANUARI 2010

Tugas Akhir (MO )

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian

4.1 INDENTIFIKASI SISTEM

ANALISA PERAWATAN BERBASIS RESIKO PADA SISTEM PELUMAS KM. LAMBELU

Pengujian Tak Merusak Penetrant Testing

RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA. *

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI ANALISIS RESIKO PADA PIPELINE OIL DAN GAS DENGAN METODE RISK ASSESMENT KENT MUHLBAUER DAN RISK BASED INSPECTION API REKOMENDASI 581

STUDI ANALISIS RESIKO PADA PIPELINE OIL DAN GAS DENGAN METODE RISK ASSESMENT KENT MUHLBAUER DAN RISK BASED INSPECTION API REKOMENDASI 581.

AKTIVITAS SDM UJI TAK RUSAK-PTRKN UNTUK MENYONGSONG PLTN PERTAMA DI INDONESIA

Muhammad

BAB I PENDAHULUAN 1.2 LATAR BELAKANG

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI PROSEDUR IDENTIFIKASI ASPEK DAN BAHAYA

Penilaian Risiko Dan Perencanaan Inspeksi Pipa Transmisi Gas Alam Cepu-Semarang Menggunakan Metode Risk Based Inspection Semi-Kuantitatif Api 581

ANALISA PENGELASAN DINGIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE HIGH FREQUENCY ELECTRICAL RESISTANCE WELDING PADA PROSES PEMBUATAN PIPA BAJA STKM 13B

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KETENTUAN PERAWATAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

STUDI IMPLEMENTASI RISK BASED INSPECTION (RBI) UNTUK PERENCANAAN BIAYA REPARASI KAPAL

(Badan Geologi Kementrian ESDM, 2010)

Hull Inspection Module

BAB II PENGUJIAN-PENGUJIAN PADA MATERIAL

BAB IV Pengaruh Parameter Desain, Kondisi Operasi dan Pihak Ketiga

Pemantauan belt conveyor

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN TENTANG KETENTUAN PERAWATAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

QUANTITATIVE RISK ASSESSMENT UNTUK EQUIPMENT DALAM GAS PROCESSING UNIT DI TOPSIDE OFFSHORE PLATFORM

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

Pemeriksaan secara visual dengan mata, kadang kadang memakai kaca pembesar. 2.

BAB IV PEMBAHASAN 2 1 A B C D E CONSEQUENCE CATEGORY. Keterangan : = HIGH = MEDIUM = MEDIUM HIGH = LOW

Studi Aplikasi Metode Risk Based Inspection (RBI) Semi-Kuantitatif API 581 pada Production Separator

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I. 1 LATAR BELAKANG

ANALISA RESIKO PADA REDUCER PIPELINE AKIBAT INTERNAL CORROSION DENGAN METODE RBI (RISK BASED INSPECTION)

I. PENDAHULUAN. untuk diperkirakan kapan terjadinya, dan tidak dapat dilihat secara kasat mata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA PERBANDINGAN METODE ASSESSMENT BERBASIS RESIKO DENGAN METODE ASSESSMENT BERBASIS WAKTU PADA STASIUN PENGOLAHAN GAS

Manajemen Resiko Korosi pada Pipa Penyalur Minyak

KELOMPOK 3 ABEDNEGO DESTIO DOLI DORES SIHOMBING ERICK FERNANDEZ

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

INVESTIGASI KEANDALAN STRUKTUR BETON PADA BANGUNAN CEROBONG MENGGUNAKAN DESTRUCTIVE

08/01/2012. Pengujian Visual Las. Pengujian Dye Penetrant. Pengujian Serbuk Magnet PENGUJIAN TIDAK MERUSAK. Pengujian Ultrasonik. Pengujian Arus Eddy

DAFTAR ISTILAH. : Probabilitas suatu sistem beroperasi sesuai fungsinya dalam suatu waktu tertentu dalam kondisi operasi yang telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pakan ternak berbentuk mesh, pellet, dan crumble. PT. Gold Coin memiliki

BAB I PENDAHULUAN. digunakan secara kontinu karena mesin memiliki batas umur dalam

UNIVERSITAS DIPONEGORO

Studi Implementasi Risk Based Inspection (RBI) Untuk Perencanaan Biaya Reparasi Kapal

Gambar 4.1. Diagram Alir Proses Stasiun Pengolahan Gas (PFD)

MENGUJI KEHANDALAN ROTARY LIME KILN DENGAN MELAKUKAN VISUAL INSPECTION DAN EDDY CURRENT TEST PADA GIRTH GEAR

APLIKASI FORMAL SAFETY ASSESSMENT (FSA) UNTUK PENILAIAN RISIKO KECELAKAAN PADA HELIPAD FSO: STUDI KASUS FSO KAKAP NATUNA

Oleh : Achmad Sebastian Ristianto

PENENTUAN WAKTU DAN LINGKUP PEMERIKSAAN BERKALA ANJUNGAN LEPAS PANTAI DI PT XYZ MENGGUNAKAN INTEGRASI METODE AHP DAN RISK BASED INSPECTION

SOLUSI PENURUNAN PRODUKSI MIGAS DENGAN MENGGUNAKAN METODA RISK BASED INSPECTION (RBI) Muh.Yudi MS, Johni wahyuadi S.,

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Muhammad (NRP )

Analisa Konsekuensi. Pada kasus ini tergolong dalam C6-H8 (Gasoline, Naphta, Light Straight, Heptane), memiliki sifat :

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Tabel I. 1 Data Kecelakaan Kereta Api

BAB III LANDASAN TEORI

Manajemen Resiko Korosi Internal pada Pipa Penyalur Minyak

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1. PENGERTIAN METODE NDT (NON DESTRUCTIVE TESTING)

I. AKTUARIA (A.1) MANAJEMEN RESIKO DALAM STRATEGI PERAWATAN ASET. Erni D. Sumaryatie Fakultas Sains, Institut Teknologi Telkom Bandung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UJI TAK RUSAK DAN PROGRAM PERAWATAN ALAT DALAM JAMINAN KUALIT AS PRODUK

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

Trainer Agri Group Tier-2

Maintenance and Reliability Decisions

PENGARUH FAKTOR DESAIN, OPERASI DAN PIHAK KETIGA TERHADAP KATEGORI RESIKO PIPELINE. Dodi Novianus Kurniawan

BAB II LANDASAN TEORI

LAB KOROSI JPTM FPTK UPI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Definisi pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Normen) adalah ikatan

TINGKAT KEHANDALAN PIPELINE PADA TRANSPORTASI MINYAK DAN GAS DENGAN MENGGUNAKAN METODA PIPELINE INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEM (PIMS)

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

Bab III Penilaian Kondisi

HIRA DAN JSA HAZARD IDENTIFICATION, RISK ASSESSMENT AND DITERMINATION CONTROL (HIRAC) DAN JOB SAFETY ANALYSIS (JSA)

INSPEKSI BERBASIS RISIKO DAN PENENTUAN UMUR SISA JALUR PIPA KURAU DAN SEPARATOR V-201 EMP MALACCA STRAIT. Oleh : ALRIZAL DIYATNO NIM

Disusun Oleh : Firman Nurrakhmad NRP Pembimbing : Totok Ruki Biyanto, PhD. NIP

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada tahun 2000-an berkembang isu didunia internasional akan dampak

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V ANALISA HASIL. terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut :

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 TUGAS AKHIR TM091486

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Ratna Wardani. Department of Electronic Engineering Yogyakarta State University

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN PERUMUSAN MASALAH. Bagaimana pengaruh interaksi antar korosi terhadap tegangan pada pipa?

Analisa Risiko dan Langkah Mitigasi pada Offshore Pipeline

BAB V HASIL DAN ANALISIS. Penyebab dari kegagalan yang dialami oleh APU unable to start atau tak bisa

BAB II RUANG LINGKUP B4T

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

Prinsip dan Metode dari NDT dan Risk Based Inspeksi Non Destructive Testing Pengujian tak merusak (NDT) adalah aktivitas pengujian atau inspeksi terhadap suatu benda/material untuk mengetahui adanya cacat, retak atau discontinuity lain tanpa merusak benda yang kita uji. Karena NDT secara permanen mengubah material yang sedang diperiksa. Teknik yang dapat menghemat uang dan waktu dalam evaluasi produk, pemecahan masalah, dan penelitian. NDT umumnya memiliki metode termasuk ultrasonik, magnetikpartikel, penetran cair, radiografi, dan pengujian eddy. Saat ini NDT adalah alat yang sering digunakan dalam rekayasa forensik, teknik mesin, teknik elektro, teknik sipil, teknik sistem, teknik aeronautika, obat-obatan, dan seni Pada dasarnya, tes ini dilakukan untuk menjamin bahwa material yang kita gunakan masih aman dan

belum melewati damage tolerance. Material alat diusahakan semaksimal mungkin tidak mengalami kegagalan (failure) selama masa penggunaannya.ndt dilakukan paling tidak sebanyak dua kali. Pertama, selama dan diakhir proses fabrikasi, untuk menentukan suatu komponen dapat diterima setelah melalui tahap-tahap fabrikasi. NDT ini dijadikan sebagai bagian dari kendali mutu komponen. Kedua, NDT dilakukan setelah komponen digunakan dalam jangka waktu tertentu. Tujuannya adalah menemukan kegagalan parsial sebelum melampaui damage tolerance-nya. Metode NDT dapat mengandalkan pada penggunaan radiasi elektromagnetik, suara, dan sifat bahan untuk memeriksa sampel. Ini mencakup beberapa jenis mikroskop untuk memeriksa permukaan eksternal dalam detail, meskipun teknik persiapan sampel untuk metalografi, mikroskopi optik dan mikroskop elektron umumnya destruktif sebagai permukaan harus dibuat halus melalui sampel atau polesan. 2

Risk-Based Inspection Risk-Based Inspection (RBI) merupakan Risk assessment dan proses manajemen yang terfokus pada kegagalan equipment akibat kerusakan material. (API Recommended Practice 580).RBI adalah suatu metode yang digunakan untuk menentukan rencana atau program inspeksi (inspection ) berdasarkan resiko (risk) kegagalan serta akibat/konsekunsi kegagalan suatu equipment. RBI umumnya digunakan pada peralatan statis seperti sistem perpipaan. Modus kegagalan/kerusakan yang umum dianalisis adalah korosi, crack, dan fatigue. Untuk rotating equipment seperti sensor, alarm, dsb dengan modus kegagalan yang berbeda. 3

Konsep RBI Menurut konsep RBI, Resiko (Risk) = PoF x CoF PoF (Probability of failure) adalah kemungkinan terjadinya kegagalan pada suatu periode tertentu. CoF (consequence of failure) adalah konsekuensi apabila suatu equipment gagal. CoF ada 4 macam yaitu: =Konsekuensi safety (jumlah personel yang cedera/meninggal), =Ekonomi (jumlah uang yang hilang akibat berhentinya produski), 4

=Lingkungan (polutan yang mencemari lingkungan), dan =Hukum/politik Tahap I dari RBI disebut screening atau qualitative RBI. Tujuannya untuk memilah-milah equipment mana saja yang diprioritaskan untuk diinspeksi. Dalam tahap ini, PoF dan CoF dinyatakan secara kualitatif yaitu rendah dan tinggi. PoF rendah x CoF rendah = Risk rendah, maka pada equipment dengan risk ini cocok diterapkan corrective maintenance. PoF tinggi x CoF rendah = Risk menengah, maka cocok diterapkan corrective maintenance. PoF rendah x CoF tinggi = Risk menengah, maka cocok diterapkan preventive maintenance. PoF tinggi x CoF tinggi = Risk tinggi, maka harus dilakukan analisis detail untuk menentukan rencana inspeksi atau mitigation action. Equipment dengan Risk tinggi ini dibawa ke tahap II untuk detailed analysis. 5

Dalam tahap II ini dilakukan evaluasi PoF dan CoF secara detil, kemudian dapat ditentukan kapan waktu tercapainya Limit Risk sebagai dasar penentuan waktu inspeksi. Selain itu, juga ditentukan metode inspeksi yang sesuai. Adapun equipment dengan risk rendah dan menengah tetap diperhatikan (tidak boleh dilupakan). Pada equipment tersebut, monitoring perlu dilakukan untuk meyakinkan bahwa risk-nya tidak menjadi tinggi. Misalkan pipa yang memiliki coating baru. Pada kondisi sekarang, pipa ini memiliki PoF rendah karena coating-nya baru. Katakanlah pipa ini memiliki konsekuensi ekonomi yang besar, jadi CoFnya tinggi. PoF rendah x CoF tinggi = Risk menengah. Umumnya, area yang dapat di-cover oleh coating akan turun seiring umur coating (biasanya lebih dari 5 tahun). Jika area yang di-cover coating ini turun maka PoF-nya menjadi naik sehingga Risk menjadi tinggi. Jika Risk-nya tinggi maka perlu dilakukan RBI Tahap II Detailed Analysis. 6

2.3 Analisa RBI Analisa RBI biasanya dijalankan dalam tiga model perhitungan : 1. Perhitungan resiko current / pada saat ini / dianalisa; 2. Model perhitungan resiko pada saat mendatang tanpa inspeksi; dan 3. Model perhitungan resiko pada saat mendatang setelah recommended inspeksi dilaksanakan. Output dari RBI, selain remaining life adalah target reach date, sehingga dapat diketahui kapan inspeksi berikutnya harus dilakukan sekaligus dengan metodenya. Ada juga modul yang bisa memberi gambaran resiko peralatan pada waktu next Turn Around harus dilakukan. Jadi pada saat TA, kita tahu mana saja peralatan yang resikonya tinggi, sehingga nantinya kita bisa fokus pada peralatan tersebut. 7

Salah satu metode yang di gunakan untuk pengelolaan inspeksi yaitu metode Risk Based Inspection berdasarkan API 581, tujuannya adalah untuk membuat inspection program berdasarkan nilai resiko. Dengan kata lain Risk Based nspection adalah metode untuk menentukan rencana inspeksi (equipment mana saja yang perlu diinspeksi, kapan diinspeksi) berdasarkan resiko kegagalan suatu peralatan. Metode Risk Based Inspection memakai pendekatan kombinasi dua parameter, yaitu: kategori kemungkinan kegagalan dan kategori konsekuensi kegagalan. 8