BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dalam dunia industri ini merupakan suatu hal yang sangat penting bagi setiap perusahaan, terutama industri minyak dan gas bumi. Hal ini dikarenakan citra perusahaan dilihat dari kinerja perusahaan dalam hal keselamatan kerja. Keselamatan kerja bukan hanya mencakup keselamatan para pekerjanya melainkan juga masyarakat dan lingkungan disekitar tempat kerja (Baskoro, 2010). Kegagalan terhadap fasilitas bisa mengakibat kecelakaan terhadap pekerja, pencemaran lingkungan yang berdampak terhadap masyarakat sekitar. Selain berdampak terhadap pekerja dan lingkung sekitar, nama baik dari perusahaan juga akan tercemar dengan adanya kegagalan terhadap fasilitas tersebut. Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi semua kegagalan-kegagalan yang akan terjadi di lapangan. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) bertujuan untuk memberikan pengetahuan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan masalah keselamatan dan kesehatan yang terjadi dalam pekerjaan. Dalam keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terdapat tiga pokok masalah terjadinya kecelakaan, yaitu peristiwa yang terjadi secara kebetulan, kondisi pekerja maupun kondisi di lapangan dan tindakan atau perbuatan yang berbahaya sehingga mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja. Selain mengutamakan keselamatan pekerja, PT. Chevron Pacifik Indonesia juga mempertimbangkan keselamatan untuk equipment yang digunakan sebagai penghasil minyak. Alat yang digunakan untuk melindungi equipment yaitu pressure safety valve (PSV) yang bertujuan untuk melindungi equipment apabila adanya tekanan yang berlebihan sewaktu proses produksi terjadi. Apabila PSV tidak digunakan pada setiap equipment yang berpengaruh dalam menghasilkan minyak, maka kegagalan terhadap equipment itu tidak bisa terhindari. Salah satu contoh yaitu pada pump. Apabila tidak dipasang PSV pada pump, sewaktu terjadinya tekanan yang berlebih maka pump tersebut akan

2 No meledak. Penggunaan PSV dilakukan yaitu untuk melindungi equipment ketika terjadi tekanan yang berlebih atau over pressure pada saat proses operasi berlangsung. Data category PSV berdasarkan protected equipment dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut: Category Tabel 1.1 Data Category PSV Berdasarkan Protected Equipment Jumlah (Unit) 1 Air Instrument 126 Atmosfer 2 Line Disch Compressor 3 Waste Brine Pump 8 4 CVC 2 5 Chemical Pump 36 6 Condensate 17 7 Condensate Pump 14 8 Condensate KO Drum 2 Atmosfer 9 Fouled Degasing Boot 2 10 Heater Teater 4 11 Foul Pump 3 Release Equipment s Damage Air 2 Atmosfer Piping/Pipa Air -Line to Waste Brine Surge Tank -Line Feed Tank Line to Vent Stack - Line to Drain - Line to Control Box Line to Enclosed Flare Facility Bypass line Recprocating Pump Line to Flare K.O Drum Line to Flare K.O Drum Recycle Line to Fouled Water Pump Pump/Pompa Brine Casing Gas Erosi PumpPompa Chemical Fouling Pump/Pompa Pump Condensate Liquid Condensate Liquid GFW Fouled Fouled Fouled 12 Cyclone 9 Atmosfer Fuel gas Erosi 13 Fuel Gas Filter 8 Fuel Gas Relief Line Fuel gas Erosi 14 Fuel Gas Line 8 HP. Flare HeaderLine Piping/Pipa Fuel Gas Erosi 15 Water Pipe 14 Line to Water Drain Piping/Pipa Kill Water Fouling 16 Water Pump 28 Line to Water Drain Pump/Pompa Kill Water Fouling 17 Flow Splitter 4 18 Gas Boot Gauging / AWT Separator 38 Line to Vent Stack Line to Vent Stack Line to Vent Stack 20 HE-Produce 121 Atmosfer HE Steam 21 HE-Slop/Foul 22 Oil Pipe Oil Pump Atmosfer HE Fouled Vent Line to Surge Vessel Line recycle to Overflow Tank Piping/Pipa Pump/Pompa Sumurun I-2

3 Tabel 1.1 Data Category PSV Berdasarkan Protected Equipment (Lanjutan) No Category Jumlah (Unit) Release Equipment s Damage 24 Surge Vessel 14 Line to Vent Stack 25 Sump Separator 4 Atmosfer 26 Degasing GLCC 24 Line to Vent Header 27 Filter 50 Line to Back wash Water Water 28 Softener 122 Drain Brine 29 Makeup Water Filter 6 Line to Water Drain Rangau Water Fouling 30 Lact Unit 3 Line to Water Drain LACT Shipping oil Fouling 31 Steam Pipe 15 Atmosfer Piping/pipa Steam 32 Flare KO Drum 10 Line to Vent Header Waste Gas Erosi 33 Slug Catcher 8 Line to Vent Stack Waste Gas Erosi (Sumber: PT. CPI, 2015) Pada Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa ada 33 kategori PSV berdasarkan equipment yang dilindunginya. Jumlah PSV yang dimiliki perusahaan berjumlah 938 unit PSV. Pada Gambar 1.1 dijelaskan proses pengambilan minyak, pengolahan minyak dan penggunaan PSV di station CVC (Casing Vapor Colection). Minyak yang diambil dengan menggunakan sucker rod pump dialiri ke CVC. Pada CVC dilakukan pemisahan vapor dan minyak. Vapor dialiri ke AIR Coolled Hex, vapor yang masuk dilakukan pendinginan setelah proses pendinginan selesai vapor dialiri ke Con Separator dan dikirim ke condensate plant. Vapor yang mengalami kelebihan tekanan akan dialiri ke vent stack. Untuk minyak yang berada dalam CVC akan dikirim ke surge tank. Sewaktu minyak dialiri ke surge tank jika mengalami tekanan yang berlebihan minyak akan melewati PSV untuk dibuang tekanan yang berlebihan. Minyak yang ada pada surge tank akan dikirim ke station selanjutnya dengan menggunakan flow line atau pipa. I-3

4 Gambar 1.1 Proses Pengolahan Minyak di Station CVC (Casing Vapor Colection) PT. Chevron Pacific Indonesia (Sumber PT.CPI) Dalam menghasilkan minyak banyak sekali kendala yang harus dihadapi oleh perusahaan. Salah satu kendala yaitu terjadinya kerusakan pada equipment penting seperti PSV. Kerusakan yang terjadi pada equipment PSV disebut sebagai Damage. Ada beberapa faktor penyebab terjadinya Damage ini, salah satunya adalah corrosion under deposite. Kerusakan yang disebabkan oleh corrosion under deposite ini menjadi dampak besar bagi perusahaan karena pada proses corrosion under deposite terjadi pengendapan korosi akibat dari kotoran yang terbawa oleh fluida pada saat melewati PSV, dimana kotoran ini akan mengakibatkan PSV tidak bisa berfungsi dengan baik, karena kotoran menempel dan mengendap pada nozzle sehingga terjadi kerenggangan pada kedudukan nozzle dan dish pada saat PSV tertutup kembali sehinnga pada saat tekanan normal PSV akan membuka dengan sendirinya. Untuk mencegah hal ini terjadi perusahaan melakukan inspeksi secara berkala terhadap equipment tersebut. Inspeksi berkala yang dilakukan perusahaan saat ini dengan menggunakan metode NDT (Non Destructive Test). I-4

5 Pada metode ini terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan, yaitu: a. Tahap 1 : Visual Test. Visual Test dilakukan untuk mengetahui kondisi permukaan, kelurusan dan kebocoran pada suatu equipment. b. Tahap 2 : Liquid Penetrant Test dilakukan untuk mengetahui cacat yang terbuka sampai kepermukaan dari nonporous metals dan material metal lainnya. c. Tahap 3 : Magnetic Particle Test dilakukan untuk mendeteksi keretakan pada permukaan material yang mengandung magnet. d. Tahap 4 : Ultrasonic Test dilakukan untuk pengecekkan pengelasan pada material dengan menggunakan gelombang ultrasonik. e. Tahap 5 : Radiographic Test dilakukan untuk inspect the inside defect in a material or welded dengan menggunakan sinar-x atau sinar-gamma. Metode NTD ini merupakan metode inspeksi yang umum dilakukan untuk melakukan inspeksi terhadap equipment. Tujuan utama pengujian ini adalah menghitung ketebalan pada equipment. Sistem inspeksi juga dapat dilakukan dengan lebih menyeluruh dengan mematikan atau menghentikan operasi equipment dan memeriksa equipment tersebut secara menyeluruh. Dengan cara ini, selain ketebalan alat tersebut dapat juga mengidentifikasi retak yang terbentuk dan jenis korosi yang terjadi sehingga rekomendasi untuk tindakan pencegahan juga dapat diberikan. Namun, dengan menggunakan metode NDT perusahaan menganggap kurang efektif dan efisien digunakan dikarenakan metode NDT yang dilakukan saat ini tidak dapat mengetahui risk ranking terhadap PSV yang dimiliki. Metode NDT saat ini dilakukan secara random sehingga equipment yang memiliki resiko yang berbahaya tidak teridentifikasi sehingga inspeksi tidak dilakukan sebagaimana mestinya. Contohnya pada equipment piping pada kategori steam pipe. Pada proses steam, suhu panas yang tinggi dapat mengakibat equipment yang digunakan mengalami kegagalan seperti equipment akan meledak dan patah. Kegagalan atau kesalahan yang sering terjadi seperti penyumbatan pada PSV yang diakibat karna kotoran fluida yang terbawa, kegagalan spring pada PSV akibat penggunaan material yang tidak tepat dalam suhu yang tinggi, penanganan I-5

6 yang kasar oleh operator sewaktu dilakukan persiapan pada PSV sebelum PSV dioperasikan, adanya proses korosi yang terjadi pada PSV yang mengakibatkan kerja PSV tidak berjalan dengan baik. Adapun parameter yang digunakan untuk melakukan inspeksi pada PSV dapat dilihat pada Tabel 1.2: Tabel 1.2 Parameter Likelihood PARAMETER LIKELIHOOD Parameter Karekteristik Service Life PSV Physical Characteristic Capacity Overdesign Setting Pressure vs MAWP PSV Operating Characteristic Setting Pressure vs Operating Pressure Type of Characteristic Resetting Testing Last Inspection Maintenance History Inspection Effectiveness Untuk itu dalam penelitian ini penulis mencoba menggunakan metode inspeksi berdasarkan resiko atau RBI ( Risk Based Inspection) yang diharapkan dapat membuat sistem inspeksi yang lebih efektif dan efisien. Sebelumnya perusahaan sudah pernah menerapkan metode RBI pada equipment piping dan vessel, dan sampai saat ini metode tersebut masih digunakan oleh perusahaan. 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana menerapkan metode risk based inspection (RBI) pada pressure safety valves (PSV) di PT. Chevron Pacific Indonesia. 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk menentukan dan menganalisa Risk ranking pada PSV dengan menggunakan metode risk based inspection. I-6

7 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi perusahaan dapat mengetahui tingkat resiko pada pressure safety valves 2. Dapat meningkatkan efisiensi dalam melakukan inspeksi pada PSV 3. Bagi peneliti dapat menerapkan ilmu yang didapat dari bangku kuliah sehingga mendapatkan wawasan didunia industri. 1.5 Batasan Masalah Agar permasalahan yang ada dapat diselesaikan dengan baik dan pembahasan menjadi lebih terarah, maka akan dilakukan beberapa pembatasan masalah sebagai berikut : 1. Analisis resiko yang digunakan menggunakan matrik Riskman2 6x6 2. Penelitian yang dilakaukan hanya pada equipment PSV yang berada di area X. 1.6 Posisi Penelitian Penelitian penerapan metode inspeksi berbasis resiko atau risk based inspection (RBI) pada pressure safety valves (PSV) PT. Chevron Pacific Indonesia dilakukan untuk keperluan tugas akhir. Agar dalam penelitian ini tidak terjadi penyimpangan dan penyalinan ulang maka perlu ditampilkan posisi penelitian, tampilan posisi penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.3 : Tabel 1.3 Posisi Penelitian Nama Adhi Baskoro Dwi Angga Septianto James Tinambunan Al Fadli Habiby Tahun Judul Penerapan Metode Inspeksi Berbasis Resiko Pada Equipment Fasilitas Produksi MIGAS Lepas Pantai PT. X Dengan Srvice Crude Studi RBI (Risk Based Inspection) Floating Hose pada SPM (Single Point Mooring) Analisa Resiko Pressure Vessel dengan Risk Based Inspection API 581 dan Studi Eksperimental Karakteristik Bahan Shell Pressure Vessel Pada Media Gas H 2 S di Hess (Indonesia Pangkah) LTD Penerapan Metode Inspeksi Berbasis Resiko atau Risk Based Inspection (RBI) pada Equipment Pressure Safety Valves (PSV) PT. Chevron Pacific Indonesia Metode RBI RBI RBI RBI Objek PT. Pertamina RU IV HESS (Indonesia PT.X Penelitian Cilacap Pangkah LTD) PT. Chevron Pacific Indonesia I-7

8 1.7 Sistematika Penulisan Adapun sistematika dalam penulisan laporan tugas akhir ini adalah sebagai berikut : BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V BAB VI PENDAHULUAN Berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan laporan, manfaat laporan, posisi penelitian, dan sistematika penulisan. LANDASAN TEORI Menguraikan semua teori dasar serta prinsip dasar yang digunakan untuk membahas masalah yang diangkat. METODOLOGI PENILITIAN Metodologi Penelitian menjelaskan tentang langkah-langkah yang akan dilalui dalam proses penelitian yang dilakukan selama pelaksanaan penelitian. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini merupakan pembahasan dari objek yang akan diteliti yaitu dengan mengumpulkan data-data dan menyelesaikanya dengan suatu materi atau metode. ANALISA Bab ini berisikan tentang analisa dari data-data hasil pengolahan data yang diperoleh. PENUTUP Menguraikan secara singkat mengenai kesimpulan dan saran dari penelitian yang dilakukan I-8

SIDANG P3 JULI 2010 ANALISA RESIKO PADA ELBOW PIPE AKIBAT INTERNAL CORROSION DENGAN METODE RBI. Arif Rahman H ( )

SIDANG P3 JULI 2010 ANALISA RESIKO PADA ELBOW PIPE AKIBAT INTERNAL CORROSION DENGAN METODE RBI. Arif Rahman H ( ) SIDANG P3 JULI 2010 ANALISA RESIKO PADA ELBOW PIPE AKIBAT INTERNAL CORROSION DENGAN METODE RBI Arif Rahman H (4305 100 064) Dosen Pembimbing : 1. Ir. Hasan Ikhwani, M.Sc 2. Ir. Daniel M. Rosyid, Ph.D Materi

Lebih terperinci

18

18 BAB III PROSES PEMISAH MINYAK DAN GAS 3.1 Pengertian proses pemisah minyak dan gas Suatu proses di mana minyak mentah mulai dari sumur masuk ke manifod lalu di alirkan ke separator untuk dipisahan antara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Chevron Corporation merupakan salah satu perusahaan dunia yang bergerak dalam bidang minyak bumi dan gas yang berpusat di California, Amerika Serikat. Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia industri pembuatan peralatan dengan material benda padat baik secara otomatis menggunakan mesin maupun yang masih menggunakan tenaga manusia, tidak bisa

Lebih terperinci

Penilaian Risiko dan Penjadwalan Inspeksi pada Pressure Vessel Gas Separation Unit dengan Metode Risk Based Inspection pada CPPG

Penilaian Risiko dan Penjadwalan Inspeksi pada Pressure Vessel Gas Separation Unit dengan Metode Risk Based Inspection pada CPPG Penilaian Risiko dan Penjadwalan Inspeksi pada Pressure Vessel Gas Separation Unit dengan Metode Risk Based Inspection pada CPPG Aga Audi Permana 1*, Eko Julianto 2, Adi Wirawan Husodo 3 1 Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada jaman sekarang minyak masih menjadi kebutuhan bahan bakar yang utama bagi manusia. Minyak sangat penting untuk menggerakkan kehidupan dan roda perekonomian.

Lebih terperinci

(Badan Geologi Kementrian ESDM, 2010)

(Badan Geologi Kementrian ESDM, 2010) Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) adalah sebuah power generator yang menggunakan panas bumi (geothermal) sebagai sumber energi penggeraknya. Indonesia dikaruniai

Lebih terperinci

STEAM TURBINE. POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai

STEAM TURBINE. POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai STEAM TURBINE POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai PENDAHULUAN Asal kata turbin: turbinis (bahasa Latin) : vortex, whirling Claude Burdin, 1828, dalam kompetisi teknik tentang sumber daya air

Lebih terperinci

BAB 3 DATA DAN PEMBAHASAN

BAB 3 DATA DAN PEMBAHASAN BAB 3 DATA DAN PEMBAHASAN III.1 DATA III.1.1 Pipeline and Instrument Diagram (P&ID) Untuk menggambarkan letak dari probe dan coupon yang akan ditempatkan maka dibutuhkan suatu gambar teknik yang menggambarkan

Lebih terperinci

Gambar 4.1. Diagram Alir Proses Stasiun Pengolahan Gas (PFD)

Gambar 4.1. Diagram Alir Proses Stasiun Pengolahan Gas (PFD) BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Analisa Klasifikasi Awal 4.1.1 Analisa Ruang Lingkup RBI Berdasarkan ruang lingkup yang telah ditentukan di awal bahwa penelitian ini akan dilaksanakan pada suatu stasiun pengolahan

Lebih terperinci

FLOWLINE, MANIFOLD DAN SEPARATOR (1)

FLOWLINE, MANIFOLD DAN SEPARATOR (1) FLOWLINE, MANIFOLD DAN SEPARATOR (1) HP: 085269878796 Email: fadhlist_ui@yahoo.com A. FLOWLINE & MANIFOLD Fluida dari sumur dialirkan melalui flowline, manifold dan header selantjutnya menuju ke stasiun

Lebih terperinci

Analisa Konsekuensi. Pada kasus ini tergolong dalam C6-H8 (Gasoline, Naphta, Light Straight, Heptane), memiliki sifat :

Analisa Konsekuensi. Pada kasus ini tergolong dalam C6-H8 (Gasoline, Naphta, Light Straight, Heptane), memiliki sifat : Metodologi Metodologi Pada kasus ini tergolong dalam C6-H8 (Gasoline, Naphta, Light Straight, Heptane), memiliki sifat : Berat molekular : 100 Berat jenis ( lb/ft3) : 42.7 Titik didih normal ( NBP ) (f)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Plant, Nuclear Plant, Geothermal Plant, Gas Plant, baik di On-Shore maupun di. Offshore, semuanya mempunyai dan membutuhkan Piping.

BAB I PENDAHULUAN. Plant, Nuclear Plant, Geothermal Plant, Gas Plant, baik di On-Shore maupun di. Offshore, semuanya mempunyai dan membutuhkan Piping. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Didalam sebuah Plant, entah itu LNG Plant, Petrochemical Plant, Fertilizer Plant, Nuclear Plant, Geothermal Plant, Gas Plant, baik di On-Shore maupun di Offshore,

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Sistem perpipaan steam 17 bar

Gambar 1.1 Sistem perpipaan steam 17 bar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya bahan bakar minyak dan gas, menjadi kebutuhan utama untuk dunia transportasi, dunia industri, dan rumah tangga. Setiap tahun kebutuhan akan pasokan bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Separator minyak dan pipa-pipa pendukungnya memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu proses pengilangan minyak. Separator berfungsi memisahkan zat-zat termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. T u g a s A k h i r

BAB I PENDAHULUAN. T u g a s A k h i r T u g a s A k h i r BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengujian NDT (Non destructive Testing) adalah pengujian yang sering dilakukan untuk pengujian kualitas suatu produk. Kualitas produk merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGATURAN TEMPERATURE CONTROL VALVE PADA FIN FAN COOLER TERHADAP JUMLAH MINYAK KONDENSAT DI STRATIFIER

PENGARUH PENGATURAN TEMPERATURE CONTROL VALVE PADA FIN FAN COOLER TERHADAP JUMLAH MINYAK KONDENSAT DI STRATIFIER PENGARUH PENGATURAN TEMPERATURE CONTROL VALVE PADA FIN FAN COOLER TERHADAP JUMLAH MINYAK KONDENSAT DI STRATIFIER Febri Ferdian, Samsul Kislam, Elmi Sundari, Elly Desni Rahman Jurusan Teknik Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

TES TERTULIS. 1. Terkait Undang-Undang RI No 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan Bab XI Pasal 2 apa kepanjangan dari K2 dan berikut tujuannya?

TES TERTULIS. 1. Terkait Undang-Undang RI No 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan Bab XI Pasal 2 apa kepanjangan dari K2 dan berikut tujuannya? TES TERTULIS KODE UNIT : KTL.PO.20.111.02 JUDUL UNIT : Mengoperasikan Peralatan Air Condensate (1) NAMA : JABATAN : UNIT KERJA : TANDA TANGAN : Tes tertulis ini berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. 1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I. 1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I. 1 LATAR BELAKANG Pada lingkungan industri modern saat ini, kegagalan sistem (failure) akibat korosi adalah hal yang tidak ditolerir, terutama ketika hal tersebut melibatkan penghentian

Lebih terperinci

BAB III DATA DESAIN DAN HASIL INSPEKSI

BAB III DATA DESAIN DAN HASIL INSPEKSI BAB III DATA DESAIN DAN HASIL INSPEKSI III. 1 DATA DESAIN Data yang digunakan pada penelitian ini adalah merupakan data dari sebuah offshore platform yang terletak pada perairan Laut Jawa, di utara Propinsi

Lebih terperinci

ANALISIS TERJADINYA HIGH OIL CONSUMPTION PADA LUBRICATION SYSTEM PESAWAT BOEING PK-GGF

ANALISIS TERJADINYA HIGH OIL CONSUMPTION PADA LUBRICATION SYSTEM PESAWAT BOEING PK-GGF ANALISIS TERJADINYA HIGH OIL CONSUMPTION PADA LUBRICATION SYSTEM PESAWAT BOEING 737-500 PK-GGF Eko Yuli Widianto 1, Herry Hartopo 2 Program Studi Motor Pesawat Fakultas Teknik Universitas Nurtanio Bandung

Lebih terperinci

Non Destructive Testing

Non Destructive Testing Prinsip dan Metode dari NDT dan Risk Based Inspeksi Non Destructive Testing Pengujian tak merusak (NDT) adalah aktivitas pengujian atau inspeksi terhadap suatu benda/material untuk mengetahui adanya cacat,

Lebih terperinci

Analisis Remaining Life dan Penjadwalan Program Inspeksi pada Pressure Vessel dengan Menggunakan Metode Risk Based Inspection (RBI)

Analisis Remaining Life dan Penjadwalan Program Inspeksi pada Pressure Vessel dengan Menggunakan Metode Risk Based Inspection (RBI) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-356 Analisis Remaining Life dan Penjadwalan Program Inspeksi pada Pressure Vessel dengan Menggunakan Metode Risk Based Inspection

Lebih terperinci

1 BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Korosi merupakan salah satu masalah utama dalam dunia industri. Tentunya karena korosi menyebabkan kegagalan pada material yang berujung pada kerusakan pada peralatan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Pada dasarnya Boiler adalah suatu wadah yang berfungsi sebagai pemanas air, panas pembakaran dialirkan ke air sampai terbentuk air panas atau steam. Steam pada tekanan

Lebih terperinci

Studi Aplikasi Metode Risk Based Inspection (RBI) Semi-Kuantitatif API 581 pada Production Separator

Studi Aplikasi Metode Risk Based Inspection (RBI) Semi-Kuantitatif API 581 pada Production Separator JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-89 Studi Aplikasi Metode Risk Based Inspection (RBI) Semi-Kuantitatif API 581 pada Production Separator Moamar Al Qathafi dan

Lebih terperinci

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI NO. ISK/PKS-PRS/08 Status Dokumen No. Distribusi DISAHKAN Pada tanggal 15 Februari 2013 Dimpos Giarto Valentino Tampubolon Direktur Utama Dilarang memperbanyak dokumen ini tanpa izin Wakil Manajemen /Pengendali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan tugas akhir ini terinspirasi berawal dari terjadinya kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan tugas akhir ini terinspirasi berawal dari terjadinya kerusakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyusunan tugas akhir ini terinspirasi berawal dari terjadinya kerusakan pada mesin boiler satu burner dengan dua bahan bakar natural gas dan solar bekapasitas

Lebih terperinci

Oleh : Achmad Sebastian Ristianto

Oleh : Achmad Sebastian Ristianto IDENTIFIKASI BAHAYA MENGGUNAKAN METODE HAZOP DAN FTA PADA DISTRIBUSI BAHAN BAKAR MINYAK JENIS PERTAMAX DAN PREMIUM (STUDI KASUS : PT. PERTAMINA (PERSERO) UPMS V SURABAYA) Oleh : Achmad Sebastian Ristianto

Lebih terperinci

Oleh Fortries Aurelia Samahi

Oleh Fortries Aurelia Samahi Oleh Fortries Aurelia Samahi 6506 040 016 BAB I PENDAHULUAN Adanya potensi bahaya terjadinya kecelakaan blowout pada drilling proses dan efeknya dapat berujung bencana Kemungkinan terjadinya kegagalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minyak dan gas bumi merupakan suatu fluida yang komposisinya

BAB I PENDAHULUAN. Minyak dan gas bumi merupakan suatu fluida yang komposisinya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Minyak dan gas bumi merupakan suatu fluida yang komposisinya tergantung pada sumbernya di dalam bumi, yang pada umumnya merupakan campuran senyawa kimia dengan

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Sesuai dengan tujuan utama dari penelitian ini yaitu mengurangi dan mengendalikan resiko maka dalam penelitian ini tentunya salah satu bagian utamanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahan bakar fosil merupakan salah satu sumber energi yang membutuhkan proses hingga dapat dikonsumsi oleh masyarakat. Salah satu bahan bakar fosil yaitu minyak.

Lebih terperinci

Kondisi Abnormal pada Proses Produksi Migas

Kondisi Abnormal pada Proses Produksi Migas Di dalam proses produksi migas (minyak dan gas), ada beberapa kejadiaan merugikan yang tidak diinginkan yang bisa mengancam keselamatan. Jika tidak ditangani dengan baik, kejadian tersebut bisa mengarah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Liquid Cylindrical Cyclone (LLCC), LLCC menggunakan prinsip Aliran

BAB 1 PENDAHULUAN. Liquid Cylindrical Cyclone (LLCC), LLCC menggunakan prinsip Aliran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berkembangnya teknologi, penelitian mengenai pemisahan minyak dan air pun juga semakin berkembang, salah satunya adalah Liquid- Liquid Cylindrical Cyclone (LLCC),

Lebih terperinci

Penilaian Risiko Dan Perencanaan Inspeksi Pipa Transmisi Gas Alam Cepu-Semarang Menggunakan Metode Risk Based Inspection Semi-Kuantitatif Api 581

Penilaian Risiko Dan Perencanaan Inspeksi Pipa Transmisi Gas Alam Cepu-Semarang Menggunakan Metode Risk Based Inspection Semi-Kuantitatif Api 581 MESIN, Vol. 25, No. 1, 2016, 18-28 18 Penilaian Risiko Dan Perencanaan Inspeksi Pipa Transmisi Gas Alam Cepu-Semarang Menggunakan Metode Risk Based Inspection Semi-Kuantitatif Api 581 Gunawan Dwi Haryadi

Lebih terperinci

SKRIPSI PURBADI PUTRANTO DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GENAP 2007/2008 OLEH

SKRIPSI PURBADI PUTRANTO DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GENAP 2007/2008 OLEH PENILAIAN KELAYAKAN PAKAI (FFS ASSESSMENTS) DENGAN METODE REMAINING WALL THICKNESS PADA PIPING SYSTEM DI FLOW SECTION DAN COMPRESSION SECTION FASILITAS PRODUKSI LEPAS PANTAI M2 SKRIPSI OLEH PURBADI PUTRANTO

Lebih terperinci

Studi RBI (Risk Based Inspection) Floating Hose pada SPM (Single Point Mooring)

Studi RBI (Risk Based Inspection) Floating Hose pada SPM (Single Point Mooring) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 G-218 Studi RBI (Risk Based Inspection) Floating Hose pada SPM (Single Point Mooring) Dwi Angga Septianto, Daniel M. Rosyid, dan Wisnu Wardhana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Dalam industri minyak dan gas bumi, peningkatan pemanfaatan gas bumi domestik membutuhkan terobosan nasional dalam sinkronisasi perencanaan produksi, pengembangan

Lebih terperinci

Pengoperasian pltu. Simple, Inspiring, Performing,

Pengoperasian pltu. Simple, Inspiring, Performing, Pengoperasian pltu PERSIAPAN COLD START PLTU 1. SISTEM AUXILIARY STEAM (UAP BANTU) FUNGSI : a. Menyuplai uap ke sistem bahan bakar minyak pada igniter untuk mengabutkan bahan bakar minyak (Atomizing sistem).

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN 3.1.Diagram Alir Penelitian BAB III METODOLOGI PENGUJIAN Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian 35 Tugas Akhir 2 1.2 Bahan dan Alat Berikut ini adalah bahan dan alat yang digunakan dalam proses pengujian

Lebih terperinci

Pengumuman Pelelangan Umum

Pengumuman Pelelangan Umum Pengumuman Pelelangan Umum PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java ("PHE ONWJ"), beralamat di PHE Tower Lantai 3, Jl. TB Simatupang Kav. 99 Jakarta 12520, mengundang Calon Peserta Tender untuk

Lebih terperinci

(Studi Kasus PT. Samator Gas Gresik) Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya. Oleh : Niki Nakula Nuri

(Studi Kasus PT. Samator Gas Gresik) Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya. Oleh : Niki Nakula Nuri PENENTUAN SKENARIO DAN ANALISIS RESIKO KEGAGALAN PADA INSTALASI PENYIMPANAN GAS HIDROGEN DENGAN MENGGUNAKAN CHEMICAL PROCESS QUANTITATIVE RISK ANALYSIS (Studi Kasus PT. Samator Gas Gresik) Oleh : Niki

Lebih terperinci

BAB III. DESKRIPSI SOLVENT EXTRACTION PILOT PLANT, ALAT PENY ANGRAI DAN BOILER

BAB III. DESKRIPSI SOLVENT EXTRACTION PILOT PLANT, ALAT PENY ANGRAI DAN BOILER BAB III. DESKRIPSI SOLVENT EXTRACTION PILOT PLANT, ALAT PENY ANGRAI DAN BOILER Alat-alat dipergunakan pada penelitian terdiri dari solvent extraction pilot plant, alat penyangrai dan boiler. ~. SOLVENT

Lebih terperinci

SIDANG P3 TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK KELAUTAN 28 JANUARI 2010

SIDANG P3 TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK KELAUTAN 28 JANUARI 2010 SIDANG P3 TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK KELAUTAN 28 JANUARI 2010 Analisa Resiko pada Reducer Pipeline Akibat Internal Corrosion dengan Metode RBI (Risk Based Inspection) Oleh: Zulfikar A. H. Lubis 4305 100

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Di dunia industri terutama dibidang petrokimia dan perminyakan banyak proses perubahan satu fluida ke fluida yang lain yang lain baik secara kimia maupun non kimia.

Lebih terperinci

Analisis Keandalan Pada Boiler PLTU dengan Menggunakan Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA)

Analisis Keandalan Pada Boiler PLTU dengan Menggunakan Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Analisis Keandalan Pada Boiler PLTU dengan Menggunakan Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Weta Hary Wahyunugraha 2209100037 Teknik Sistem Pengaturan Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam tugas akhir ini akan dilakukan perancangan bejana tekan vertikal dan simulasi pembebanan eksentrik pada nozzle dengan studi kasus pada separator kluster 4 Fluid

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES Adapun kegiatan yang dilakukan pada proses perawatan dan pemeliharaan cooling tower pada kerja praktik ini dapat diuraikan pada diagram alir berikut. Gambar

Lebih terperinci

PROSES PRODUKSI MIGAS Hak Cipta 2013 pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dilindungi Undang-Undang

PROSES PRODUKSI MIGAS Hak Cipta 2013 pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dilindungi Undang-Undang PROSES PRODUKSI MIGAS Hak Cipta 2013 pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dilindungi Undang-Undang DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PEMANFAATAN GAS BUANG TERPRODUKSI UNTUK MENAIKKAN TEMPERATUR DI RANTAU BAIS GATHERING STATION

PEMANFAATAN GAS BUANG TERPRODUKSI UNTUK MENAIKKAN TEMPERATUR DI RANTAU BAIS GATHERING STATION PEMANFAATAN GAS BUANG TERPRODUKSI UNTUK MENAIKKAN TEMPERATUR DI RANTAU BAIS GATHERING STATION Patriot, Ependi, Elly Desni Rahman, Maria Ulfah Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang memiliki sumber panas bumi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang memiliki sumber panas bumi yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang memiliki sumber panas bumi yang sangat besar. Hampir 27.000 MWe potensi panas bumi tersimpan di perut bumi Indonesia. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

Tugas Akhir (MO )

Tugas Akhir (MO ) Company Logo Tugas Akhir (MO 091336) Aplikasi Metode Pipeline Integrity Management System pada Pipa Bawah Laut Maxi Yoel Renda 4306.100.019 Dosen Pembimbing : 1. Prof. Ir. Daniel M. Rosyid, Ph.D. 2. Ir.

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Analisis Risk (Resiko) dan Risk Assessment Risk (resiko) tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari manusia. Sebagai contoh apabila seseorang ingin melakukan suatu kegiatan

Lebih terperinci

SESSION 14 STEAM TURBINE MAINTENANCE

SESSION 14 STEAM TURBINE MAINTENANCE SESSION 14 STEAM TURBINE MAINTENANCE 1. Tujuan Pemeliharaan Mempertahankan efisiensi Mempertahankan keandalan Mempertahankan umur ekonomis 2. JENIS-JENIS PEMELIHARAAN Preventive Maintenance Periodic Maintenance

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1.1 Boiler. Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran tentang boiler secara umum serta fungsi komponen - komponen utama dan fungsi komponen - komponen pendukung bahan boiler.boiler

Lebih terperinci

APA SAJA PEKERJAAN PROCESS DESIGN ENGINEER? Oleh: Fadhli Halim Anggota Milis Migas Indonesia

APA SAJA PEKERJAAN PROCESS DESIGN ENGINEER? Oleh: Fadhli Halim Anggota Milis Migas Indonesia APA SAJA PEKERJAAN PROCESS DESIGN ENGINEER? Oleh: Fadhli Halim Anggota Milis Migas Indonesia PENDAHULUAN Menurut saya, seorang Process Design Engineer haruslah dan dituntut untuk mengetahui scope pekerjaan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SOFTWARE INTERGRAPH CADWorx UNTUK DESAIN STASIUN GAS PADA PROYEK PIPA TRANSMISI GAS DARI GRESIK SEMARANG PT.

PENGGUNAAN SOFTWARE INTERGRAPH CADWorx UNTUK DESAIN STASIUN GAS PADA PROYEK PIPA TRANSMISI GAS DARI GRESIK SEMARANG PT. PENGGUNAAN SOFTWARE INTERGRAPH CADWorx UNTUK DESAIN STASIUN GAS PADA PROYEK PIPA TRANSMISI GAS DARI GRESIK SEMARANG PT. WIJAYA KARYA FARID HANAFI NIM: 41313110089 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modern ini, Indonesia sudah banyak mengembangkan kegiatan pendirian unit -

BAB I PENDAHULUAN. modern ini, Indonesia sudah banyak mengembangkan kegiatan pendirian unit - BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bertambahnya perindustrian di Indonesia menyebabkan peningkatan kebutuhan listrik. Untuk mengatasi hal ini, maka pemerintah Indonesia melaksanakan kegiatan percepatan

Lebih terperinci

ANALISA DAN PERKIRAAN KEBUTUHAN DAYA MENGGUNAKAN KOMBINASI PENDEKATAN JUMLAH FLUIDA DAN PENAMBAHAN FASILITAS PADA HEAVY OIL OPERATION UNIT

ANALISA DAN PERKIRAAN KEBUTUHAN DAYA MENGGUNAKAN KOMBINASI PENDEKATAN JUMLAH FLUIDA DAN PENAMBAHAN FASILITAS PADA HEAVY OIL OPERATION UNIT Makalah Seminar Kerja Praktek ANALISA DAN PERKIRAAN KEBUTUHAN DAYA MENGGUNAKAN KOMBINASI PENDEKATAN JUMLAH FLUIDA DAN PENAMBAHAN FASILITAS PADA HEAVY OIL OPERATION UNIT Rismanto Arif Nugroho (216111228)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada Bab berikut ini akan dijabarkan mengenai latar belakang, permasalahan, pendekatan masalah yang diambil, tujuan dan manfaat yang akan dicapai,beserta sistematika laporan dari penelitian

Lebih terperinci

Instrumentasi dan Pengendalian Proses

Instrumentasi dan Pengendalian Proses 01 PENDAHULUAN Instrumentasi dan Pengendalian Proses - 121171673 salah satu ilmu terapan dalam teknik kimia dengan tujuan utama memberikan dasar pengetahuan tentang: a) dasar-dasar instrumentasi proses

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Polipropilen Proses El Paso Fase Liquid Bulk Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES. Kode T-01 A/B T-05

Prarancangan Pabrik Polipropilen Proses El Paso Fase Liquid Bulk Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES. Kode T-01 A/B T-05 51 BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 3.1 Tangki Penyimpanan Tabel 3.1 Spesifikasi Tangki T-01 A/B T-05 Menyimpan bahan Menyimpan propilen baku propilen selama purging selama 6 hari tiga hari Spherical

Lebih terperinci

FOTO PENELITIAN. Kegiatan Pengelasan. Central Gas Turbine Area. Universitas Sumatera Utara

FOTO PENELITIAN. Kegiatan Pengelasan. Central Gas Turbine Area. Universitas Sumatera Utara FOTO PENELITIAN Kegiatan Pengelasan Central Gas Turbine Area Inlet House Waste Tank (Tempat pembuangan limbah bahan kimia) Peneliti observasi di lapangan Rambu peringatan bahaya di Central Gas Turbine

Lebih terperinci

Plot Plan. Plot Plan definition & an understanding of process flow diagram. By Jefry Hutagalung Piping Engineering Department

Plot Plan. Plot Plan definition & an understanding of process flow diagram. By Jefry Hutagalung Piping Engineering Department Plot Plan Training & Sharing Session 3 rd meeting - March 2013 Plot Plan definition & an understanding of process flow diagram By Jefry Hutagalung Piping Engineering Department Previously Overview untuk

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1

ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1 EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol No. 2 Mei 214; 65-71 ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1 Anggun Sukarno 1) Bono 2), Budhi Prasetyo 2) 1)

Lebih terperinci

Session 13 STEAM TURBINE OPERATION

Session 13 STEAM TURBINE OPERATION Session 13 STEAM TURBINE OPERATION SISTEM OPERASI Operasi plant yang baik harus didukung oleh hal-hal berikut: Kelengkapan buku manual dari pabrikan Prosedur operasi standar yang meliputi instruksi untuk

Lebih terperinci

Tujuan Pembelajaran. Saat kuselesaikan bab ini, kuingin dapat melakukan hal-hal berikut.

Tujuan Pembelajaran. Saat kuselesaikan bab ini, kuingin dapat melakukan hal-hal berikut. Tujuan Pembelajaran Saat kuselesaikan bab ini, kuingin dapat melakukan hal-hal berikut. Mengenal contoh-contoh dari tujuh (7) obyektif pengendalian pada proses-proses kimia Menghitung indikator dari variabilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. PT.Chevron Pacific Indonesia (PT. CPI) merupakan perusahaan minyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. PT.Chevron Pacific Indonesia (PT. CPI) merupakan perusahaan minyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT.Chevron Pacific Indonesia (PT. CPI) merupakan perusahaan minyak terbesar di Indonesia. PT. CPI memperhatikan kebutuhan masyarakatyang tinggal di lingkungan PT.

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 31 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES PELAKSANAAN Mulai perawatan Pemeriksaan dan penyetelan pada mesin oil sealed rotary vacuum pump model P450 Membongkar dan memperbaiki komponen tersebut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. cutting turbocharger. Berikut adalah beberapa langkah yang dilakukan : Proses pengerjaan cutting Turbocharger

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. cutting turbocharger. Berikut adalah beberapa langkah yang dilakukan : Proses pengerjaan cutting Turbocharger BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses cutting Turbocharger Dalam pengerjaan media pembelajaran dalam sistim Turbocharger, adapun langkah yang dilakukan dalam pengerjaan proses cutting turbocharger. Berikut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Setiap perusahaan menginginkan suatu bentuk pengoperasian fasilitas tanpa kecelakaan dan berupaya agar tidak ada yang terluka (zero accident and no body gets hurt). Hal tersebut dapat

Lebih terperinci

Sistem Hidrolik. Trainer Agri Group Tier-2

Sistem Hidrolik. Trainer Agri Group Tier-2 Sistem Hidrolik No HP : 082183802878 Tujuan Training Peserta dapat : Mengerti komponen utama dari sistem hidrolik Menguji system hidrolik Melakukan perawatan pada sistem hidrolik Hidrolik hydro = air &

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Diagram skematis proses eksplorasi dalam industri perminyakan

Gambar 1.1 Diagram skematis proses eksplorasi dalam industri perminyakan 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri perminyakan di Indonesia semakin berkembang pesat, begitu juga perkembangan teknologi yang digunakan dalam rangkaian eksplorasi. Penggunaan teknologi-teknologi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Minyak bumi adalah suatu senyawa hydrocarbon yang terdiri dari karbon (83-87%),

BAB I. PENDAHULUAN. Minyak bumi adalah suatu senyawa hydrocarbon yang terdiri dari karbon (83-87%), BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Minyak bumi adalah suatu senyawa hydrocarbon yang terdiri dari karbon (83-87%), Hydrogen (11-14%), Nitrogen (0.2 0.5%), Sulfur (0-6%), dan Oksigen (0-5%).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kerja, menyesuaikan kemampuan dengan pekerjaan, dan merehabilitasi pekerja

BAB I PENDAHULUAN. dari kerja, menyesuaikan kemampuan dengan pekerjaan, dan merehabilitasi pekerja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja yaitu bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam melakukan pekerjaan,

Lebih terperinci

Selvi Eka Puspitasari Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Totok Soehartanto, DEA.

Selvi Eka Puspitasari Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Totok Soehartanto, DEA. Analisis Sistem Pengendalian Level Air pada Liquid Separator dan Coalescer untuk Mengantisipasi Terjadinya Fenomena Oil Spill, HESS (Indonesia-Pangkah) Limited, Gresik Selvi Eka Puspitasari 2407 100 027

Lebih terperinci

OLEH: RIZKY HIJRAH PERMANA DOSEN PEMBIMBING : Ir. Witantyo. M.Eng. Sc

OLEH: RIZKY HIJRAH PERMANA DOSEN PEMBIMBING : Ir. Witantyo. M.Eng. Sc OLEH: RIZKY HIJRAH PERMANA 2107100074 DOSEN PEMBIMBING : Ir. Witantyo. M.Eng. Sc Pentingnya boiler sebagai penghasil produksi uap untuk kebutuhan Utilities dan Process Train dalam pabrik Beberapa kali

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA. *

RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA. * RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA Riswanda 1*, Lenny Iryani 2 1,2 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Bandung, Bandung 40012 *E-mail

Lebih terperinci

STUDI SENSOR PNEUMATIK PADA SISTEM PENGENDALIAN WELLHEAD

STUDI SENSOR PNEUMATIK PADA SISTEM PENGENDALIAN WELLHEAD STUDI SENSOR PNEUMATIK PADA SISTEM PENGENDALIAN WELLHEAD Oleh : Irfan Choiruddin, ST.,MT. *) ABSTRAK Sistem pengendalian wellhead di gunakan untuk memonitor kondisi aliran di flowline sumur dan untuk memulai

Lebih terperinci

BAB VI PENATAAN PIPA BAHAN BAKAR MFO UNTUK MAIN DIESEL

BAB VI PENATAAN PIPA BAHAN BAKAR MFO UNTUK MAIN DIESEL BAB VI PENATAAN PIPA BAHAN BAKAR MFO UNTUK MAIN DIESEL 1. Pendahuluan Untuk bahan bakar diesel perkapalan kita mengenal a. Marine Gas Oil (MGO) b. Marine Diesel Oil (MDO) c. Marine Fuel Oil (MFO) d. Marine

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya perindustrian di Indonesia menyebabkan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya perindustrian di Indonesia menyebabkan meningkatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bertambahnya perindustrian di Indonesia menyebabkan meningkatnya kebutuhan listrik. Untuk mengatasi hal ini, maka pemerintah melaksanakan kegiatan percepatan pembangunan

Lebih terperinci

LUBRICATING SYSTEM. Fungsi Pelumas Pada Engine: 1. Sebagai Pelumas ( Lubricant )

LUBRICATING SYSTEM. Fungsi Pelumas Pada Engine: 1. Sebagai Pelumas ( Lubricant ) LUBRICATING SYSTEM Adalah sistim pada engine diesel yang dapat merawat kerja diesel engine agar dapat berumur panjang, dengan memberikan pelumasan pada bagian-bagian engine yang saling bergerak/mengalami

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS BAB V ANALISIS. 5.1 Analisis History

BAB V ANALISIS BAB V ANALISIS. 5.1 Analisis History BAB V ANALISIS 5.1 Analisis History Seperti telah diuraikan di Bab III bahwa hasil perkiraan tingkat risiko yang dijadikan dasar untuk membuat Corrosion Mapping disandingkan dengan data historis yang dapat

Lebih terperinci

RSU KASIH IBU - EXTENSION STRUKTUR : BAB - 06 DAFTAR ISI PEKERJAAN KONSTRUKSI BAJA 01. LINGKUP PEKERJAAN BAHAN - BAHAN..

RSU KASIH IBU - EXTENSION STRUKTUR : BAB - 06 DAFTAR ISI PEKERJAAN KONSTRUKSI BAJA 01. LINGKUP PEKERJAAN BAHAN - BAHAN.. DAFTAR ISI 01. LINGKUP PEKERJAAN.. 127 02. BAHAN - BAHAN.. 127 03. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN...... 127 PT. Jasa Ferrie Pratama 126 01. Lingkup Pekerjaan Pekerjaan ini meliputi seluruh pekerjaan Konstruksi

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE RISK BASED INSPECTION (RBI) PADA EQUIPMENT PRESSURE SAFETY VALVES (PSV) PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA TUGAS AKHIR.

PENERAPAN METODE RISK BASED INSPECTION (RBI) PADA EQUIPMENT PRESSURE SAFETY VALVES (PSV) PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA TUGAS AKHIR. PENERAPAN METODE RISK BASED INSPECTION (RBI) PADA EQUIPMENT PRESSURE SAFETY VALVES (PSV) PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek ANALISA SISTEM FLOW CONTROL amdea DI CO 2 REMOVAL PLANT SUBANG

Makalah Seminar Kerja Praktek ANALISA SISTEM FLOW CONTROL amdea DI CO 2 REMOVAL PLANT SUBANG Makalah Seminar Kerja Praktek ANALISA SISTEM FLOW CONTROL amdea DI CO 2 REMOVAL PLANT SUBANG Bambang Nur Cahyono (L2F008013) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang Jln.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Dalam kegiatan operasional industri minyak banyak ditemukan berbagai macam alat pengoperasian untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam wujud peralatan

Lebih terperinci

Pengujian Tak Merusak Penetrant Testing

Pengujian Tak Merusak Penetrant Testing Pengujian Tak Merusak Penetrant Testing Disusun oleh : Ariseno Adhi Saputra (3331121968) Kelas A JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON BANTEN 2014 Latar belakang

Lebih terperinci

1. Bagian Utama Boiler

1. Bagian Utama Boiler 1. Bagian Utama Boiler Boiler atau ketel uap terdiri dari berbagai komponen yang membentuk satu kesatuan sehingga dapat menjalankan operasinya, diantaranya: 1. Furnace Komponen ini merupakan tempat pembakaran

Lebih terperinci

ANALISA KEBOCORAN PIPA PADA HYDRAULIC GATE BEAM SHEARING MACHINE di PT. INKA

ANALISA KEBOCORAN PIPA PADA HYDRAULIC GATE BEAM SHEARING MACHINE di PT. INKA ANALISA KEBOCORAN PIPA PADA HYDRAULIC GATE BEAM SHEARING MACHINE di PT. INKA Oleh : MOHAMMAD ILHAM NRP : 6308.030.018 Jurusan : Teknik Permesinan Kapal Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya Institut Teknologi

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS RESIKO PADA PIPELINE OIL DAN GAS DENGAN METODE RISK ASSESMENT KENT MUHLBAUER DAN RISK BASED INSPECTION API REKOMENDASI 581

STUDI ANALISIS RESIKO PADA PIPELINE OIL DAN GAS DENGAN METODE RISK ASSESMENT KENT MUHLBAUER DAN RISK BASED INSPECTION API REKOMENDASI 581 SIDANG TUGAS AKHIR - RL 1585 JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI FTI-ITS STUDI ANALISIS RESIKO PADA PIPELINE OIL DAN GAS DENGAN METODE RISK ASSESMENT KENT MUHLBAUER DAN RISK BASED INSPECTION API REKOMENDASI

Lebih terperinci

PROSES KERJA GAS COMPRESSOR DIDALAM PENGOLAHAN GAS ALAM DI PT. CNOOC SES Ltd.

PROSES KERJA GAS COMPRESSOR DIDALAM PENGOLAHAN GAS ALAM DI PT. CNOOC SES Ltd. PROSES KERJA GAS COMPRESSOR DIDALAM PENGOLAHAN GAS ALAM DI PT. CNOOC SES Ltd. Nama : Eirene Marten S. NPM : 22411340 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Ir. Arifuddin, MM. MSC Abstraksi Gas compressor

Lebih terperinci

DAFTAR SNI PRODUK/PERALATAN SUB BIDANG MINYAK DAN GAS BUMI

DAFTAR SNI PRODUK/PERALATAN SUB BIDANG MINYAK DAN GAS BUMI DAFTAR SNI PRODUK/PERALATAN SUB BIDANG MINYAK DAN GAS BUMI 1. 2. 3. / / / Pipa-pipa baja pengujian tinggi untuk saluran pada industry minyak dan gas bumi 07-0728- 1989 High tested steel pipes for petroleum

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PEMANTAUAN KOROSI PADA FASILITAS PROSES PRODUKSI MINYAK DAN GAS LEPAS PANTAI SKRIPSI

EVALUASI SISTEM PEMANTAUAN KOROSI PADA FASILITAS PROSES PRODUKSI MINYAK DAN GAS LEPAS PANTAI SKRIPSI EVALUASI SISTEM PEMANTAUAN KOROSI PADA FASILITAS PROSES PRODUKSI MINYAK DAN GAS LEPAS PANTAI SKRIPSI Oleh BARA MAHENDRA SUKATON 04 04 04 013 5 SKRIPSI INI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SEBAGIAN PERSYARATAN

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN BAB III PROSEDUR PENELITIAN Penelitian yang di gunakan oleh penulis dengan metode deskritif kuantitatif. Yang dimaksud dengan deskritif kuantitatif adalah jenis penelitian terhadap masalah masalah berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan oleh industri harus memenuhi standar kualitas yang

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan oleh industri harus memenuhi standar kualitas yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era-globalisasi dengan pesatnya kemajuan di bidang teknologi, telekomunikasi dan transportasi, dunia seakan tanpa batas dan jarak. Dengan demikian pembangunan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sistem pemanas dengan prinsip perpindahan panas konveksi, konduksi dan radiasi adalah teknologi yang umum kita jumpai dalam kehidupan seharihari, baik alat pemanas

Lebih terperinci

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 4 HEAT ECHANGER

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 4 HEAT ECHANGER PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 4 HEAT ECHANGER LABORATORIUM RISET DAN OPERASI TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI TEKNIK KIMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UPN VETERAN JAWA TIMUR SURABAYA HEAT EXCHANGER

Lebih terperinci

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG 1. SIKLUS PLTGU 1.1. Siklus PLTG Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG Proses yang terjadi pada PLTG adalah sebagai berikut : Pertama, turbin gas berfungsi

Lebih terperinci