TOP 99 Tahun 2016 NYAMAN STOP BABS (BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN) DIBALIK KOCOKAN ARISAN IBU

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya (Sistem Kesehatan Nasional, 2009). Salah satu upaya. program nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN ACEH TIMUR

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 27 A TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN,

INTEGRASI 3 KOMPONEN STBM

BUKU SAKU VERIFIKASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)

BAB 1 : PENDAHULUAN. badan air yang juga digunakan untuk mencuci, mandi dan kebutuhan lainnya.

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 30 TAHUN TENTANG STRATEGI DAERAH SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG

VERIFIKASI ODF Di Komunitas

DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan berpotensial untuk mempengaruhi kesehatan (WHO, 1948)

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran,

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

PERKEMBANGAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN

PANDUAN PELAKSANAAN VERIFIKASI

Pedoman Pelaksanaan Pemicuan Desa

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 852/MENKES/SK/IX/2008 TENTANG STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

PERKEMBANGAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

Gerakan STBM di Kabupaten Ende

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam Milleniun

KEMENTERIAN KESEHATAN PERLUASAN & PENGARUS UTAMAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DALAM PROGRAM PENYEHATAN LINGKUNGAN

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjamin kesejahteraan masyarakat. Dalam Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PROGRAM ODF (OPEN DEFECATION FREE) DENGAN PERILAKU BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN

DRAFT INSTRUMEN MONITORING KOMPONEN PHBS DAN LAYANAN HIGIENE SANITASI (DI MASYARAKAT DAN SEKOLAH)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Tabel Deskripsi Program / Kegiatan

BAB III ISU STRATEGIS & TANTANGAN SEKTOR SANITASI KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

Tugas Akhir- RE091324

PETUNJUK PRAKTIS PEMICUAN

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

RINGKASAN PRASTATI THALIB NIM :

BAB I PENDAHULUAN. secara adil serta merata (Depkes RI, 2009). Masalah penyehatan lingkungan

Peluncuran kompetisi ODF Kabupaten Nganjuk

KERANGKA ACUAN PELATIHAN PROMOSI KESEHATAN TINGKAT MASYARAKAT

bahwa dalam rangka memperkuat upaya perilaku hidup bersih dan sehat, mencegah penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 62 SERI E

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB I PENDAHULUAN. 1,1 milyar orang tidak memiliki fasilitas sanitasi. Hal ini kemudian berpengaruh pada

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Proses pemberdayaan masyarakat dalam akses jamban sehat di Desa

BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi dari ancaman yang merugikannya. perilaku sangat mempengaruhi derajat kesehatan. Termasuk lingkungan

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, serta dapat. menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1. Sub Sektor Air Limbah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

KERANGKA KERJA LOGIS KABUPATEN TANAH DATAR 2015

MENEROBOS KETERBATASAN BERBAGI PENGALAMAN IMPLEMENTASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DI JAKARTA UTARA

Strategi Sanitasi Kabupaten Tahun

STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK)

Terms of Reference Proyek Peningkatan Akses Air Minum dan Sanitasi

PROGRAM PENGUATAN KEBERLANJUTAN UNTUK STBM KABUPATEN/KOTA DAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan

BUPATI TANGERANG PROPINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 102 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG

BAB V Area Beresiko Sanitasi

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT

BAB I PENDAHULUAN` Menurut World Health Organization (WHO,2006); sanitasi merupakan upaya

BAB VII PENUTUP. analisa yang dilakukan peneliti terhadap pelaksanaan Program gerakan seribu

1.2 Telah Terbentuknya Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat Adanya KSM sebagai pengelola IPAL Komunal yang ada di 6 lokasi

DISAMPAIKAN PADA WORKSHOP NASIONAL PEMANTAUAN KENAIKAN REALISASI APBD DAN EVALUASI RAD-AMPL KAB/KOTA

ANALISIS POTENSI KESEHATAN LINGKUNGAN

KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM

Lampiran 1. Kata Kunci : Evaluasi, Program, STBM, Kepemilikan Jamban, Pemanfaatan jamban.

Selayang Pandang Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

GAMBARAN UMUM PROGRAM PAMSIMAS III I. LATAR BELAKANG

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN TASIKMALAYA PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) KABUPATEN TASIKMALAYA 2013

Tanam Satu Tumbuh Seribu

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN TAHUN ANGGARAN 2015 BUPATI BANGKA

Disampaikan oleh: MENTERI KESEHATAN RI pada SEMINAR dan LAUNCHING INDONESIAN WOMEN for WATER, SANITATION and HYGIENE Jakarta, 18 Februari 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. secara sosial dan ekonomis. Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut maka dituangkan

Wonogiri, 11 Pebruari 2014

BUKU PEGANGAN PELATIH MASYARAKAT PENINGKATAN KUALITAS KEGIATAN KESEHATAN DALAM PNPM MANDIRI PERDESAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

Transkripsi:

TOP 99 Tahun 2016 NYAMAN STOP BABS (BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN) DIBALIK KOCOKAN ARISAN IBU 22 Jun 2011 Kategori: Mendorong Responsif Gender dalam Pemberian Pelayanan kepada Masyarakat Kriteria: Memperkenalkan pendekatan baru Meningkatkan pelayanan yang responsif gender Dinas Kesehatan Kab. Bangka 082306767303 putrisekar@gmail.com Ringkasan Desa Kapuk merupakan desa yang terletak diujung Kecamatan Bakam dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Bangka Barat. Berdasarkan laporan di Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka hingga Juni 2011,Desa Kapuk merupakan desa endemis diare dan malaria. Data menunjukkan pada bulan Maret terjadi kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit Diare. KLB Diare ini erat hubungannya dengan kondisi cakupan jamban masyarakat di desa Kapuk, hanya 33,02%, dan desa kapuk merupakan desa dengan cakupan jamban terendah di Kabupaten Bangka. Cakupan ini masih jauh dibawah target nasional yaitu 80%. Untuk mengatasi permasalahan, pihak Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan menyusun strategi untuk mengatasi permasalahan jamban di desa Kapuk dengan menerapkan metodecommunity Lead Total Sanitations (CLTS). Dengan kepiawaian fasilitator saat pemicuan CLTS, dengan memancing sumber daya yang ada di masyarakat sehingga muncullah inovasi ARISAN JAMBAN SEDERHANA oleh masyarakat. Jamban sederhana dengan kebutuhan dana hanya Rp. 150.000,- dengan rincian Rp. 50.000,- untuk pembelian kloset dan Rp. 100.000,- untuk pembelian slab. Slab dilakukan pemesanan di Sentra Produksi Sanitasi yang telah dibentuk tahun sebelumnya oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka. Inisiatif pelaksanaan arisan jamban ini dimotori dan dilaksanakan oleh kaum perempuanyang mayoritas berstatus sebagai ibu rumah tangga. Hal ini terjadi karenapara perempuanlah yang merasa dirugikan akibat perilaku BABS yakni selain beresiko tertular penyakit berbasis lingkungan juga sektorprivacy perempuan saat melakukan BABS Inisiatif ini secara perlahan tapi pasti telah memberi sumbangan peningkatan cakupan jamban di desa Kapuk dari 33,02% menjadi 100% di tahun yang sama (tahun 2011) sehingga desa Kapuk merupakan desa pertama yang mendeklarasikan diri sebagai desa Open Defecations Free (ODF) dengan slogan mereka dalam bahasa lokal yaitu KAMI LAH BEBAS DARI BIRAK SEKAPUT yang dalam Bahasa Indonesia berarti kami sudah bebas dari perilaku buang air besar sembarangan di bulan November 2011, tepatnya pada peringatan Hari Kesehatan Nasional ke 47 Desa Kapuk telah mencapai ODF (desa Open Defacation Free).

Proposal Analisis Masalah Kembali ke atas Apa masalah yang dihadapi sebelum dilaksanakannya inisiatif ini? Kecamatan Bakam merupakan satu dari delapan Kecamatan di Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dengan luas wilayah 48,10 km 2, jumlah penduduk 16.650 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 34 Jiwa/km 2. Desa Kapuk merupakan desa yang terletak diujung Kecamatan Bakam dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Bangka Barat. Desa Kapuk memiliki luas wilayah 27,30 km 2 dengan jumlah penduduk 1209 jiwa pada tahun 2011 (307KK). Mayoritas masyarakat Desa Kapuk beragama Islam, dengan penghasilan utamanya bersumber tambang timah rakyat (Tambang Inkonvensional) dan sektor pertanian lada, karet dan sawit. Tingkat pendidikan masyarakat di Desa Kapuk masih rendah, dimana sebanyak 78,99% masyarakat berpendidikan < SLTP/Sederajat. Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka hingga Juni 2011, Desa Kapuk merupakan desa endemis diare dan malaria. Data bulan Maret menunjukkan terjadinya kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit Diare. KLB Diare ini erat hubungannya dengan kondisi cakupan jamban masyarakat di desa Kapuk hanya 33,02%, dan desa kapuk merupakan desa dengan cakupan jamban terendah di Kabupaten Bangka. Cakupan ini masih jauh dibawah target nasional yaitu 80%. Sanitasi lingkungan merupakan salah satu fokus pembangunan kesehatan sebagaimana tercantum dalam indikator MDG s poin 7 C yaitu menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar sampai dengan tahun 2015. Untuk mencapai target MDGs tahun 2015, bila membandingkan target dan cakupan jamban di desa Kapuk, maka cakupan jamban minimal yang harus ditingkatkan sebesar 33,49% untuk mencapai cakupan jamban di desa Kapuk minimal 66,51% pada tahun 2015. Untuk mencapai target minimal yang sudah ditetapkan dalam indikator MDG s maka dibutuhkan usaha yang cukup keras. Kondisi ini menggugah kaum perempuan di Desa Kapuk untuk mencari solusi dalam mengatasi masalah ini, karena kelompok perempuan merupakan kelompokyang paling dirugikan dengan perilaku buang air besar disembarangan tempat. Kelompok lain yang juga akan dirugikan karena kondisi sanitasi ini adalah anak-anak. Kedua kelompok ini berisiko terhadap ancaman penyakit-penyakit yang bersumber dan atau ditularkan oleh tinja secara langsung seperti diare, disentri, typoid, bahkan polio, atau ancaman penyakit secara tidak langsung akibat dari BABS (saat BABS di hutan, sungai dan tempat-tempat tidak seharusnya besar risiko untuk digigit nyamuk vektor penyakit) seperti penyakit malaria, Filariasis (kaki gajah), Demam berdarah dan lain-lain. Ancaman berikutnya yaitu seperti digigit ular, kalajengking dan binatang lainnya.

Disamping itu privasi perempuan terlindungi dari nilai etika dan agama, serta berpotensi ancaman pencabulan dan pemerkosaan. Untuk mengatasi permasalah yang diuraikan diatas, maka pihak Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan menyusun strategi untuk mengatasi permasalahan jamban di desa Kapuk dengan menerapkan metode Community Lead Total Sanitations (CLTS) yaitu merupakan strategi pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan menyeluruh dengan memfasilitasi masyarakat dalam menganalisis kondisi sanitasi, perilaku buang air besar dan konsekuensi dari kondisi tersebut, dan tujan akhirnya untuk mencapai status ODF (Open Defecations Free) atau Stop Buang Air Besar Sembarangan. Metode CLTS yang diterapkan adalah metode CLTS terintegrasi antara Dinas Kesehatan, Puskesmas Bakam, Kecamatan Bakam serta Forum Komunikasi Kecamatan Sehat dan Pokja Desa Sehat. Dengan kepiawaian fasilitator saat pemicuan CLTS, dengan memancing sumber daya yang ada di masyarakat sehingga muncullah inovasi ARISAN JAMBAN SEDERHANA oleh masyarakat yang dimotori oleh ibu-ibu rumah tangga. Pendekatan Strategis Kembali ke atas Siapa saja yang telah mengusulkan pemecahannya dan bagaimana inisiatif ini telah memecahkan masalah tersebut? Pendekatan strategis diawali dengan kegiatan pemicuan CLTS di Desa Kapuk, karena keberhasilan program akan sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat untuk merubah perilaku BABS ke perilaku BAB ke jamban. Komitmen dan niat kuat masyarakat harus benar-benar telah terbentuk yang nantinya akan mendorong tindakan mereka untuk menyediakan sarana prasarana pendukung perubahan perilakunya. Untuk membentuk komitmen tersebut dapat dengan melakukan tahap-tahap pemicuan CLTS berikut: 1. Pembentukan tim terintegrasi Pembentukan tim terintegrasi sangat penting dilakukan. Salah satu tahap penentu keberhasilan program berada pada tahap ini. Tim terdiri dari seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan, Sanitarian dan Kepala Puskesmas Bakam, Camat Bakam, Kasie Kesra Kecamatan Bakam, Ketua Forum Komunikasi Kecamatan Bakam, Kepala Desa Kapuk dan Ketua Pokja Desa Sehat. 2. Identifikasi masalah dan pemetaan keadaan sanitasi Identifikasi masalah diawali dengan mengumpulkan masyarakat yang tidak memiliki jamban dan perwakilan masyarakat yang telah memiliki dan buang air besar di jamban. Kemudian fasilitator memfasilitasi masyarakat untuk memetakan kondisi sanitasi mereka. Fasilitasi pemetaan dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat seperti ranting, daun, sagu dan lain-lain yang digunakan untuk simbol jamban dan lokasi buang air besar

sembarangan. Peta digambarkan di tanah kemudian disalin ke kertas flip cart untuk didokumentasikan sebagai kondisi awal pra pemicuan dan sebagai alat monitoring pasca triggering. (Dokumentasi terdapat dalam lampiran) Dari hasil pemetaan, selanjutnya masyarakat difasilitasi untuk menghitung jumlah tinja yang dihasilkan masyarakat per hari, per bulan dan per tahun. Hal ini bertujuan untuk memberikan gambaran besarnya tingkat pencemaran lingkungan, besarnya risiko sakit masyarakat yang disebabkan oleh tinja setiap harinya. 3. Transeck Walk dan Focus group discussion (FGD) terutama kepada para perempuan Transeck Walk dilakukan bersama masyarakat untuk mengexplore pelaku open defecation. Transeck Walk bertujuan untuk melihat dan mengetahui tempat yang paling sering dijadikan tempat BAB. Dengan mengajak masyarakat berjalan ke sana dan berdiskusi di tempat tersebut, diharapkan masyarakat akan merasa jijik dan bagi orang yang biasa BAB di tempat tersebut diharapkan akan terpicu rasa malunya. Kegiatan pemicuan selanjutnya dengan memfasilitasi masyarakat untuk melihat bagaimana proses tinja mereka mencemari sumber air minum, dihinggapi lalat yang selanjutnya dapat menyebabkan manusia sakit. Ancaman penyakit-penyakit yang bersumber dan atau ditularkan oleh tinja secara langsung seperti diare, disentri, typoid, bahkan polio, atau ancaman penyakit secara tidak langsung akibat dari BABS (saat BABS di hutan, sungai dan tempat-tempat tidak seharusnya besar risiko untuk digigit nyamuk vektor penyakit) seperti penyakit malaria, Filariasis (kaki gajah), Demam berdarah dan lain-lain, ancaman berikutnya yaitu seperti digigit ular, kalajengking dan binatang lainnya. 4. Inovasi pemecahan masalah Kepiawaian seorang pemicu CLTS sangat diperlukan, karena harus mampu memancing kemampuan berpikir masyarakat bahwa untuk membangun satu unit jamban ternyata terdapat opsi-opsi biaya yang dapat dipilih. Mulai dari yang tanpa biaya yakni hanya dengan menggali lubang, menutup dengan bambu atau kayu. Selanjutnya fasilitator mengenalkan kepada masyarakat tentang keberadaan SENTRA PRODUKSI SANITASI yang telah dibentuk Dinas Kesehatan bertempat di desa Puding Besar. Lokasi sentra produksi tersebut dapat dijangkau dalam 15 menit dari desa Kapuk. Di sentra produksi ini menjual kloset dari semen dengan harga murah yaitu Rp. 50.000,- dan slab (tempat mendudukan closet) seharga Rp. 70.000,- semen ½ sak seharga Rp. 30.000; sehingga dengan dana Rp. 150.000,- masyarakat sudah dapat memiliki jamban. Kesepakatan dari masyarakat jika ada masyarakat yang tidak bersedia menggunakan slab dana Rp.70.000 dibelikan semen dan kebutuhan lainnya untuk membuat dudukan kloset. Kloset ada yang dipesan ke sentra produksi sanitasi berupa closet semen atau dengan membeli kloset keramik sederhana seharga Rp. 50.000,- di toko bangunan yang telah menjadi mitra dalam kegiatan ini sehingga harga dapat ditekan seminimal mungkin untuk rumah jamban diserahkan kepada kemandirian penduduk masing-masing, yang mampu dapat dibuat secara permanen

sedang yang tidak mampu untuk sementara boleh menggunakan karung bekas, papan, bambu, plastik dan lain-lain. Sistem cubluk sederhana ini minimal telah memenuhi syarat MDGs yaitu tinja tidak mengkontaminasi badan air dan tidak dibuang sembarangan. Kocokan arisan mengeluarkan 2 orang/minggu/kelompok arisan. Jumlah kelompok arisan 3 kelompok sehingga penambahan cakupan jamban sederhana di desa Kapuk dari arisan sebanyak 6 buah jamban/minggu. Dalam hal apa inisiatif ini kreatif dan inovatif Inisiatif pelaksanaan arisan jamban di desa Kapuk ini asli merupakan ide masyarakat secara mandiri dan diinisiasi oeh para ibu rumah tangga. Inisiatif ini secara perlahan tapi pasti telah memberi sumbangan cakupan jamban di desa Kapuk dari 33,02% menjadi 100% di tahun yang sama (tahun 2011). Pencapaian target MDGs tidak harus menunggu hingga 2015 dan target dalam RPJMN telah tercapai 3 tahun sebelum tahun 2014. Inisiatif ini dimotori oleh para ibu rumah tangga, dimana sumbangsih kaum perempuan dimulai dari perencanaan hingga pelaksanaan pembangunan jamban. Hal ini sebagai wujud emansipasi wanita di Desa Kapuk dalam pembangunan kesehatan berbasis masyarakat dan membantu peran suami. Masyarakat telah mendeklarasikan ODF yang dalam bahasa lokal KAMI LAH BEBAS DARI BIRAK SEKAPUT yang berarti kami sudah bebas dari perilaku buang air besar sembarangan di bulan November 2011 tepatnya pada peringatan Hari Kesehatan Nasional ke 47 Desa Kapuk telah mencapai ODF (desa Open Defacation Free) Keunikan inovasi ini karena muncul dari masyarakat terutama kaum ibu dengan proses pemberdayaan masyarakat, jamban yang dihasilkan adalah jamban keluarga bukan jamban umum sehingga masayarakat ada rasa memiliki. Pada tahap monitoringnya hingga saat ini, Desa Kapuk masih berstatus Desa ODF dan masayarakat mampu mempertahankan budaya perilaku buang air besar di jamban. Pelaksanaan dan Penerapan Kembali ke atas Bagaimana strategi ini dilaksanakan? Unsur-unsur rencana aksi yang telah dikembangkan untuk pelaksanaan strategi ini adalah: 1. Memperkuat tim koordinasi pemicuan CLTS dengan cara mensosialisasikan CLTS kepada Lintas sektor terkait selaku anggota pokja AMPL Kabupaten Bangka seperti Bappeda, Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan Desa, Dinas Pekerjaan Umum, Badan Lingkungan Hidup dan Camat se-kabupaten Bangka. 2. Sehubungan pemicuan CLTS dalam rangka perubahan perilaku memerlukan waktu dan pelaksanaan yang berulang-ulang maka Kabupaten Bangka semakin memperbanyak tim pemicu dengan cara memberi pelatihan CLTS kepada Kepala Puskesmas dan sanitarian Sekabupaten Bangka, Ketua Forum Komunikasi Kecamatan Sekabupaten Bangka, Ketua Pokja Desa Sehat sekabupaten Bangka dan kepada kader posyandu.

3. Tahun 2012, 2013, 2014 Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka selalu menganggarkan dana untuk pemicuan CLTS baik di desa-desa maupun dusun-dusun lain di Kabupaten Bangka 4. Mereplikasikan metode arisan jamban sederhana di desa-desa/dusun sasaran pemicuan CLTS selanjutnya, dusun yang mereplikasi arisan jamban sederhana yaitu lingkungan Sinar Baru Kelurahan Sinar Baru, desa Air Duren, dusun Keceper dan desa Pemali. 5. Sampai tahun 2014 jumlah desa/dusun ODF yang mereflikasi arisan jamban sederhana dan telah mendeklarasi menjadi desa/dusun ODF adalah dusun Keceper, desa Air Duren Kecamatan Pemali dan desa Tiang Tarah Kecamatan Bakam. 6. Implementasi MOU Bupati Bangka dengan Dandim 0413/Bangka, yang telah dimulai sejak bulan September 2015. Untuk tahap awal berupa pengajuan proposal Bupati Bangka ke Pimpinan/Pengurus Perusahaan di Kabupaten Bangka prihal permohonan bantuan dana CSR untuk pembangunan jamban keluarga. Data jamban yang telah dibangun melalui dana CSR Perusahaan-perusahaan di Kabupaten Bangka dari September sampai dengan Desember 2015 telah dibangun 200 unit jamban keluarga 7. Monitoring dan evaluasi terus dilakukan di desa/dusun yang telah mendeklarasikan sebagai desa/dusun Open Defecation Free (ODF), dari hasil monitoring desa dan dusun ini masih dalam komitmen dengan deklarasi ODF mereka. 8. Pada tahun 2015 dilakukan pengembangan yaitu dengan membuat MOU antara Pemerintah Kabupaten Bangka dengan Dandim 0413 Pangkalpinang dalam rangka percepatan pencapaian target 100-0-100. Target ini menetapkan rencana pencapaian 100% untuk akses jamban, 0% Permukiman Kumuh dan 100% akses air minum. MOU dengan Dandim 0413 ini diutamakan di sektor jamban keluarga, dengan kolaborasi antara Pemerintah Daerah, Dandim 0413 dan Masyarakat ini Kabupaten Bangka menargetkan Kabupaten Bangka akan bebas dari masyarakat yang melakukan BABS pada tahun 2017 (Kabupaten ODF Tahun 2017), 2 tahun lebih awal dari taget dalam Nawa Cita Presiden RI. Siapa saja pemangku kepentingan yang terlibat dalam pelaksanaan? Ide dasar Arisan Jamban Sederhana ini berasal dari kaum perempuan di Masyarakat yang didukung oleh Pemerintah Daerah mulai dari level desa hingga Kabupaten Bangka, yaitu Kepala Desa, Ketua Pokja Desa Sehat, Camat, Kasie Kesra Kecamatan, Forum Komunikasi Kecamatan Sehat, Kepala Bappeda, BPMPemdes, Dinas Kesehatan dan lain-lain Pelaku utamanya adalah Masyarakat dan munculnya Natural Leader dari masyarakat. Natural Leader di desa Kapuk yaitu Ketua Forum Komunikasi Kecamatan Sehat yang terus memantau dan memotivasi kegiatan ariasan jamban sederhana dan gotong royong pembangunan jamban. Sumber daya apa saja yang digunakan untuk inisiatif ini dan bagaimana sumber daya itu dimobilisasi? SUMBER DAYA KEUANGAN. Biaya pelaksanaan pemicuan CLTS, monitoring dan verifikasi ODF murni dari APBD Kabupaten Bangka yang dianggarkan di Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka di tiap tahunnya, kemudian anggaran pemicuan CLTS dari PAMSIMAS pada tahun 2014 dan 2015. Untuk biaya pemicuan, pemantauan dan monitoring tingkat Kecamatan berasal dari dana BOK Puskesmas.

Sumberdaya manusia. Tim Pemicu CLTS dikoordinir oleh Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka bersama dengan Kepala dan Sanitarian Puskesmas, didukung dan dibantu dari pihak kecamatan terutama Kasie Kesra serta Ketua Forum Komunikasi Kecamatan dan Kepala Desa Setempat. Pelaku arisan jamban sederhana adalah ibu-ibu yang telah terpicu sedangkan pelaksana pembangunan jamban adalah dilakukan secara bergotong royong. Sumberdaya Teknis. Sumber daya teknis yang terlibat dalam kegiatan ini adalah SENTRA PRODUKSI SANITASI di desa Puding Besar, desa Pemali dan desa Gunung Muda. Sentra Produksi berperan dalam pencetakan slab dan kloset semen. Sumber daya lainnya yaitu toko bangunan yang telah bekerja sama sehingga bisa memberikan closet dengan harga yang murah. Sumber daya alam pendukung kegiatan ini adalah pasir, bambu dan kayu yang sangat mudah didapat di desa-desa. Apa saja keluaran(output) yang paling berhasil? Beberapa keluaran kongkret ARISAN JAMBAN SEDERHANA dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Instruksi Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka No. 443.5/287/Kes.2011 tentang pembentukan Tim Pemicu CLTS di Kabupaten Bangka. 2. Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka No. 443.5/326/Kes. 2011 tentang pembentukan Tim Pemicu CLTS di Kabupaten Bangka. 3. Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Nomor: 188.41/1117/Kes/2015 tentang Susunan Tim Kerja STBM Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Tahun 2015 4. Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka No. 443.5/3132/Kes.2015 tentang penetapan desa ODF di Kabupaten Bangka hingga tahun 2015 5. MOU antara Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka dengan Dandim 0413/Bangka Nomor: 600/879/DPUP/2015, Nomor: B/529/III/2015 tentang Program Kerjasama dalam mendukung peningkatan cakupan sanitasi lingkungan. 6. Sertifikat Deklarasi Desa ODF untuk desa Kapuk, desa Air Duren, Dusun Keceper. 7. Surat Edaran Bupati Bangka Nomor: 443.5/1290/SE/KES/2015 tentang Percepatan Pencapaian Desa/Kelurahan ODF (Open Defecations Free) 8. Raperda Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang pembahasan telah mencapai pihak legislatif. 9. Proposal Bupati Bangka kepada Pimpinan/Pengurus Perusahaan di Kabupaten Bangka Nomor: 500/1775/VI/2015 tentang permohonan dukungan dana CSR Perusahaan untuk kegiatan Pengembangan Lingkungan Sehat (Pembangunan jamban keluarga) Sistem apa saja yang diterapkan untuk memantau kemajuan dan mengevaluasi kegiatan? Aspek Kegiatan. Monitoring dan Evaluasi kegiatan dilakukan secara terintegrasi. Monitoring secara terus menerus oleh sanitarian Puskesmas, Natural Leader dan Kepala Desa Setempat. Monitoring di Tingkat Kabupaten dilakukan oleh Dinas Kesehatan dan Tim Pokja AMPL (Air Minum Penyehatan Lingkungan) Kabupaten Bangka.

Aspek program. Monev program dilakukan oleh Seksie Penyehatan Lingkungan pada program penyehatan air dan sanitasi dasar kepada sanitarian Puskesmas. Hasil monev program dievaluasi kemudian diinformasikan kepada Tim Pokja AMPL sebagai acuan penyusunan perencanaaan untuk reflikasi dan penyempurnaan program ke depan, seperti memasukkan program lain di desa pelaksanaan program arisan jamban seperti PNPM untuk menyempurnakan jamban sederhana yang diinisiasi dengan arisan jamban oleh masyarakat ataupun berupa penyediaan sarana air minum. Untuk mendukung monitoring dan evaluasi program di back up dengan Sim-Data AMPL berupa Sistem informasi manajemen Air Minum dan Penyehatan Lingkungan berbasis Web dengan sistem intranet sehingga progres program dapat dipantau secara online baik di Puskesmas, Dinas Kesehatan maupun di Bappeda Kabupaten Bangka. Apa saja kendala utama yang dihadapi dan bagaimana kendala tersebut dapat diatasi? Kendala yang dihadapi dapat digolongkan menjadi: SATU, Kendala utama yang paling sulit adalah merubah perilaku masyarakat, merubah mind set masyarakat untuk merubah kebiasaan mereka dari BABS ke BAB ke jamban. Jika niat untuk berubah perilaku belum kuat maka masyarakat tidak akan mau melaksanakan arisan jamban. Upaya yang dilakukan adalah kembali memicu masyarakat menggunakan elemen-elemen pemicu terutama dari aspek keagamaan dan privacy masyarakat. DUA, Kebiasaan masyarakat terhadap subsidi, bersembunyi dibalik kemiskinan. Padahal jika ditinjau dari penghasilan masyarakat di Kabupaten Bangka sedikit cukup baik dibandingkan daerah lainnya. Pada tahun 2011 penghasilan masyarakat dari sektor pertambangan dalam hal ini tambang rakyat (Tambang Inkonvensional) cukup tinggi, per Kepala Keluarga dapat menghasilkan Rp. 50.000,- s/d Rp. 250.000,- per hari, sehingga jika masyarakat berkelit tidak memiliki biaya adalah hanya merupakan sebuah alasan belum mau berubah perilaku. Upaya yang dilakukan adalah dengan menampilkan keberhasilan program CLTS di negara-negara miskin seperti India dan Bangladesh kemudian membandingkan penghasilan daerah lain dengan penghasilan mereka per hari. KETIGA, Sebagian masyarakat punya niat membuat jamban tapi ingin mengumpulkan dana dulu, dikarenakan mereka menginginkan memiliki jamban yang bagus yang membutuhkan biaya > Rp. 3.000.000,- sehingga mereka terkesan menunda membuat jamban dan tetap melakukan BABS. Upaya yang dilakukan adalah menyampaikan opsi-opsi jamban beserta biayanya dan masyarakat dapat melakukan perbaikan agar jamban dapat semakin baik/permanen. Dampak Inovasi Kembali ke atas Apa saja manfaat utama yang dihasilkan inisiatif ini?

Beberapa dampak positif: 1. Meningkatnya cakupan jamban di Kabupaten Bangka 2012: 79,84%, 2013: 83,75% 2014: 85,73% 2. Menurunnya angka kejadian Diare di Kabupaten Bangka yaitu pada tahun 2011: 2.253 kasus menjadi 1.373 kasus di tahun 2014 3. Menurunnya angka kejadian malaria di Kabupaten Bangka yaitu pada tahun 2011: 2.253 kasus menurun menjadi 193 kasus dan pada tahun 2014 Kabupaten Bangka telah mencapai ELIMINASI MALARIA. 4. Meningkatnya Usia Harapan Hidup (UHH) dari 67,64 pada tahun 2010 menjadi 68,33 di tahun 2014. 5. Meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia(IPM) dari 72,50 pada tahun 2010 menjadi 74,54 pada tahun 2014 6. Meningkatnya kumulatif jumlah desa Open Defecation Free (ODF) di Kabupaten Bangka, yaitu: 2012: 2 desa, 2013: 5 Desa dan 2014: 10 Desa, yaitu desa Pagar Awan, Air Duren, Dwi Makmur, Karya Makmur, Kace Timur, Marasenang, Kelurahan Bukit Betung, Kelurahan Srimenanti, Air Ruai dan Kapuk. 7. Masyarakat merasakan nyaman dan sehat buang air besar di jamban. Contoh kongkrit, Nenek Nisa yang sebelum memiliki jamban jika ingin buang air besar maka beliau harus menyiapkan 1 ember air beserta gayung ke dalam semak-semak di belakang rumahnya, jarak semak-semak dari rumahnya sekitar 50 meter. Saat berjalan ke semak-semak ada risiko terjatuh atau digigit binatang seperti kalajengking dan lain-lain dikarenakan kondisi jalan dari rumah nenek Nisa ke semak-semak sangat kotor banyak sampah berserakan. Saat buang air besar di hutan tentunya nenek akan membuka auratnya sehingga beresiko untuk digigit nyamuk dan bisa saja nyamuk tersebut adalah nyamik infekted malaria sehingga bisa menularkan penyakit malaria kepada nenek Nisa. Semak-semak tempat nenek Nisa Buang air besar sangat bau dan menjijikkan, lalat bertebaran dimana-mana. Tinja nenek jika hari hujan maka akan menyebar kemana-kemana sehingga beresiko mencemari sumber air dan dibawa lalat ke makanan yang jika dimakan maka akan menimbulkan penyakit diare, typoid atau penyakit yang bersumber dari tinja lainnya. Saat dilaksanakan pemicuan CLTS nenek Nisa sangat terpicu dan mau mengikuti arisan jamban karena sebenarnya beliau sudah merasakan susahnya ke semak-semak untuk BABS apalagi dengan usianya yang telah renta, terlebih jika ingin BAB di malam hari nenek Nisa takut keluar rumah sehingga beliau menggunakan kantong kresek untuk menampung tinjanya kemudian dibuang pada keesokan harinya (dalam bahasa lokal dikenal dengan WC Helikopter). Setelah mengikuti arisan jamban dan jamban di rumah nenek Nisa dibangun secara bergotong royong dengan jarak yang tidak terlalu jauh dari rumah, jalan menuju jamban bersih, nenek Nisa sangat merasa nyaman dan merawat jambannya agar selalu bersih. Apa bedanya sebelum dan sesudah Inovasi? Sebelum Inovasi Arisan Jamban 1. Cakupan jamban di desa Kapuk pada tahun 2011 sebesar 33,02%

2. Cakupan jamban di Kabupaten Bangka Tahun 2011 baru mencapai 76,07% 3. Jumlah desa Open Defecation Free (ODF) Kabupaten Bangka hingga tahun 2011 masih 0 (Nol) 4. Angka kejadian diare Kabupaten Bangka Tahun 2011 sebanyak 3.552 Kasus 5. Angka kejadian malaria di Kabupaten Bangka Tahun 2011 sebanyak 2.253 kasus 6. Usia Harapan Hidup (UHH) tahun 2010 : 67,64 7. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Bangka tahun 2010: 72,50 Setelah Inovasi Arisan Jamban 1. Cakupan jamban di desa Kapuk meningkat hingga 100% pada tahun yang sama (2011) 2. Cakupan jamban di Kabupaten Bangka Tahun 2014 meningkat cukup signifikan hingga mencapai 85,73% 3. Jumlah desa Open Defecation Free (ODF) Kabupaten Bangka Tahun 2014 meningkat cukup signifikan yaitu 2 Kelurahan ODF dan 8 Desa ODF. 4. Angka kejadian diare Kabupaten Bangka Tahun 2014 menurun cukup signifikan hingga mencapai angka 1.373 Kasus, sebelumnya 3.552 Kasus di tahun 2011. 5. Angka kejadian malaria Kabupaten Bangka Tahun 2014 menurun cukup signifikan hingga mencapai angka 193 Kasus 6. Tahun 2014 Kabupaten Bangka mencapai ELIMINASI MALARIA 7. Usia Harapan Hidup (UHH) tahun 2014 meningkat hingga ke angka 68,33 8. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Bangka Tahun 2014 meningkat menjadi 74,54 Keberlanjutan Kembali ke atas Apakah inisiatif ini berkelanjutan dan direplikasi? 1. Segi keuangan, disediakan sumber dana yang berkelanjutan. Jumlah anggaran pemicuan CLTS terus meningkat jumlahnya. Anggaran Pelatihan CLTS tahun 2012: Rp. 39.140.000,-, 2013: Rp. 44.877.500,-, 2014: 109.967.000,- Anggaran pemicuan (RKA Intensifikasi STBM) tahun 2012: Rp 113.727.500,- 2013: Rp.109.967.000,-, 2014: 96.360.000,- 2. Segi peraturan, menindaklanjuti terbentuknya Peraturan Daerah Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Saat ini masih dalam bentuk raperda tinggal menunggu persetujuan legislatif. Perda STBS salah satu isinya adalah Kabupaten Bangka Stop BABS di tahun 2017 jika diatas tahun 2017 masih ada yang ditemukan BABS maka akan dikenakan sanksi.

3. Segi kelembagaan, Pemkab Bangka telah memiliki Pokja AMPL yang cukup solid sejak tahun 2008, kegiatan arisan jamban di desa Kapuk sederhana ini akan dijadikan model untuk direplikasikan di desa-desa lainnya di Kabupaten Bangka. Peluang replikasi: Inovasi ini sudah bisa direplikasi di 4 desa lainnya pada tahun 2012, 2013, 2014, 2015 sehingga hingga tahun 2015 kabupaten Bangka memiliki 10 desa ODF. Semua desa yang sudah ODF melakukan deklarasi secara terbuka pada saat peresmian RS. Pratama DR. Eko Maulana Ali Kabupaten Bangka. Beberapa replikasi tetap berbasis gender, tujuan desa ODF sudah bisa tercapai. Kabupaten Bangka juga telah menandatangani dan mulai melaksanakan MOU antara Dandim 0413/Bangka Nomor: 600/879/DPUP/2015 dan Nomor: B/529/III/2015 tentang Program Kerja Sama dalam mendukung peningkatan Cakupan Sanitasi Lingkungan. Apa saja pembelajaran yang dapat dipetik? Syarat Mutlak: Pentingnya Pelaksanaan Program secara Terintegrasi dan berkoordinasi. Inisiatif tidak akan berhasil tanpa bekerjasama, bekerja secara terintegrasi sesuai perannya masing-masing. Pentingnya dukungan Legislatif. Untuk menyetujui Raperda STBM sehingga Kabupaten Bangka akan benar-benar steril dari Perilaku BABS dan target MDGs 2015 dan RPJMN dapat tercapai.