IDEOLOGI DAN PANDANGAN KESUSASTRAAN JEPANG. Oleh: Herniwati, S.Pd.,M.Hum.

dokumen-dokumen yang mirip
SATUAN ACARA PERKULIAHAN SILABUS NIHON BUNGAKU (JP 214) SEMESTER 4 GENAP /TINGKAT II

SILABUS MATA KULIAH NIHON BUNGAKU JP (214)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI PROGRAM PENDIDIKAN BAHASA JEPANG SILABUS

BAB I PENDAHULUAN. Jepang dan Indonesia adalah dua negara yang berbeda. Namun, kedua

Bab 1 Pendahuluan. sekarang. Sifat seperti itu dapat dikatakan sebagai salah satu sifat khas dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. penelitian yang dapat dijadikan acuan, yaitu sebagai berikut:

UNSUR ROMANTISME DALAM PUISI KARYA MATSUO BASHŌ

Bab 1. Pendahuluan. Kebudayaan Jepang merupakan kebudayaan yang sangat erat dengan alam.

Bab 1. Pendahuluan Latar Belakang Untuk dapat memahami makna dari suatu ukiyo-e (seni lukisan kuno Jepang) tidak

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan industri di dunia pada saat ini. Hal ini dapat kita lihat dengan

Bab 3. Analisis Data. Dalam melaksanakan chanoyu dibutuhkan sebuah persipan-persiapan kecil baik dari

Bab 5. Ringkasan. menyajikan teh untuk tamu. Chanoyu dilihat dari karakter huruf kanjinya terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

IV. ANALISIS KARYA. di kota Surakarta. Penulis tertarik memvisualisasikan tradisi upacara minum teh

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena pada dasarnya dalam diri manusia akan selalu muncul rasa ingin

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini berarti melalui karya sastra, seorang pengarang menyampaikan

Bab 5. Ringkasan. dicintai oleh masyarakat Jepang. Ada istilah dalam bahasa Jepang yang mengatakan

BAB 1 PENDAHULUAN. sekedar kata-kata kosong tanpa makna. Walaupun sepanjang zaman puisi selalu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada zaman Heian sangatlah sensitif terhadap perasaan pribadi terutama dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar,

Bab 1. Pendahuluan. (ikebana, origami, ukiyo-e), kerajinan tangan (pahatan, tembikar), persembahan (boneka

BAB I PENDAHULUAN. Asal mula keberadaan lagu di negara Jepang diawali pada zaman Joodai

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. sastra memiliki kekhasan dari pengarangnya masing-masing. Hal inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. mana tanaman dan bunga-bunga tersebut dapat tumbuh dan hidup. Jepang juga disebut

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dalam masyarakat Jepang. Sadō yang disebut juga Cha no yu adalah etika

BAB I PENDAHULUAN. memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya (Coleridge

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB 4 PENUTUP. Mao Zedong( 毛泽东 ) lahir di Shaoshan pada 26 Desember Sejak kecil

BAB IV KESIMPULAN. efikasi diri. Teori struktural digunakan untuk mengetahui unsur-unsur intrinsik cerpen

BAB 1 PENDAHULUAN. antara individu dengan sesamanya. Berawal dari bahasa tersebut manusia dapat

II. LANDASAN TEORI. Salah bentuk karya sastra adalah novel. Novel merupakan bentuk karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi atau

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut sastra. Sastra menurut Fananie (2000:6), Literature is a fiction which is

BAB 1 PENDAHULUAN. definisi serta perbedaan karya sastra sebagai karya seni dan karya sastra sebagai

I. PENDAHULUAN. perempuan menjadi pembicaraan yang sangat menarik. Terlebih lagi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

SMA/MA IPS kelas 11 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 1. MEMAHAMI CERPEN DAN NOVELLatihan Soal 1.3

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2)

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial, dan karya sastra memiliki kaitan yang sangat erat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh seluruh kehidupan. manusia. Karya sastra dalam bentuknya memuat berbagai aspek dimensi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting bagi manusia, sebab

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara yang kaya akan kebudayaan. Kebudayaankebudayaan

Bab 1. Pendahuluan. di negara Jepang. Menurut Sapardi Joko Damono dalam Prasetyo (2012), sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

Bab 1. Pendahuluan. tertua di dunia seperti budaya Mesir, Cina, Babilonia, hingga kebudayaan yang termuda.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia disebut juga Homofabulans yang berarti mahluk bercerita, ini tidak dapat

Bab 1. Pendahuluan. Sastra Jepang dibagi menjadi 5 periode, sastra kuno (zaman Nara), sastra klasik

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kata sastra berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu dari kata sas- yang berarti mengarahkan,

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. seluruh tanah air hingga kini masih tersimpan karya-karya sastra lama. Penggalian

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. modern di Jepang adalah Akutagawa Ryuunosuke. Ryuunosuke sebagai pelopor

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak akan terlepas dari imajinasi pengarang. Karya sastra

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: Ajeng Wulandari A

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra diciptakan berdasarkan gagasan dan pandangan seorang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan kata serapan dari bahasa sanskerta śāstra, yang berarti teks yang

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra selain dapat dikatakan sebuah karya seni dalam bentuk tulisan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Komik dalam bahasa Jepang disebut manga. Menurut Scott McCloud dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah kesusastraan. Kata kesusastraan

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia selalu bersinggungan dengan keindahan-keindahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran

ABSTRAK. Kata Kunci: kritik sosial, bentuk, masalah, syair.

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan

MANFAAT STUDI FILOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam hal kebudayaan, baik kebudayan dalam bentuk adat istiadat maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah penelitian, (3) tujuan penelitian, dan (4) manfaat penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. sastra merupakan penjelasan ilham, perasaan, pikiran, dan angan-angan (cita-cita)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Cerita fantasi banyak disukai oleh penggemar novel. Cerita fantasi sering

3. Karakteristik tari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesusastraan Bali adalah salah satu bagian dari karya sastra yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu

Transkripsi:

IDEOLOGI DAN PANDANGAN KESUSASTRAAN JEPANG Oleh: Herniwati, S.Pd.,M.Hum. Abstrak: Karya sastra tidak pernah lepas dari ideologi dan pandangan. Begitu pun dengan kesusastraan Jepang yang memiliki ciri khas dalam sastranya. Pada jaman klasik tidak sedikit ideologi sastra Jepang yang berkembang. Ideologi mono no aware, masuraoburi dan taoyameburi, wabi dan sabi, mujo dan sebagai adalah contoh yang ada pada karya sastra Jepang. Melalui ideologi tersebut pengarang mencurahkan isi cerita dalam karyanya. Dan sebaliknya pembaca dapat menikmati keindahan, keluwesan, kesedihan, kebahagiaan dari sebuah karya sastra. I. Pendahuluan Sejarah kesusastraan Jepang dalam bentuk tertulis sudah ada sejak abad ke -8. Bila dibandingkan dengan negara-negara lain, sejarah Jepang bukanlah sejarah yang singkat. Dalam sejarah yang begitu panjang itu, genre atau bentuk kesusastraan Jepang ditradisikan dengan keadaan yang hampir tidak mengalami perubahan sampai sekarang. Sifat seperti itu dapat dikatakan sebagai salah satu sifat khas dari kesusastraan Jepang. Tanka (puisi pendek) sebagai salah satu contohnya, yaitu puisi yang telah dahulu kala terbentuk, yang

sampai sekarang masih tetap hidup. Mengapa demikian? Karena puisi adalah bentuk kesusastraan yang paling cocok untuk mengekpresikan emosi dan gerak hati orang Jepang. Tanka (puisi pendek) tetap hidup, walaupun bentuk kesusastraan lain yang sesuai dengan keadaan budaya masing-masing jamannya bermunculan, seperti renga pada jaman pertengahan, haikai pada jaman pramodern, dan haiku pada jaman modern lahir dan berkembang terus. Ideologi kesusastraan yang muncul dalam sastra Jepang, contohnya mono no aware, yugen, dan sui tetap hidup bersama dengan berkembangnya ideologi baru lainnya yang ada pada jaman berikutnya. Walaupun ideologi kesusastraan Jepang klasik dan modern mempunyai perbedaan. Kesusatraan modern tentu saja tidak dapat melepaskan diri dari nilai estetika yang mempunyai kecenderungan lebih menekankan pada filsafat pemikiran, aliran, atau metode. Sebagai contoh adalah dengan digantinya ideologi kesusastraan klasik seperti fuga, wagi dan ushin, dengan alairan kesusastraan modern seperti aliran naturalisme, humanisme, realisme dan sebagainya. Selanjutnya untuk memahami karya sastra Jepang, Ideologi kesusastraan merupakan bahasa kunci atau suatu dasar yang dapat dipergunakan untuk mengapresiasikannya.

II. Jenis-jenis ideologi sastra klasik Jepang a. Masuraoburi dan Taoyameburi Seorang kokugakusha (ahli kejepangan) yang bernama Kamo Mabuchi mengadakan perbandingan gaya puisi manyoshu dengan memakai terminologi masurao dan taoyome. Untuk membedakan gaya puisi, Mabuchi mencetuskan teori dengan memakai istilah yang menggambarkan dua citra yang bertolak belakang, yakni masurao yang berarti pria yang hebat dan taoyome yang berarti wanita yang lemah lembut. Manyoshu memiliki ciri utama masuraoburi yaitu gaya jantan yang khas, yang menganggap bahwa sifat terus terang, sederhana dan jujur adalah sifat yang patut di junjung tinggi. Sebaliknya kokinshu memiliki sifat taoyameburi karena gaya kewanitaan yang anggun, lembut dan hangat. b. Yugen dan Ushin Estetika yang khas pada jaman Heian adalah aware dan okashi. Aware dan okashi merupakan estetika yang anggun karena berlandaskan pada kehidupan para bangsawan. Kedua estetika ini memiliki persamaan sebagai simbol ideologi, karena pada dasarnya maasing-masing memiliki yojo, yakni

keindahan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata, tetapi hanya dapat dirasakan. Bila mengambil contoh taman, simbol dan yojo (keindahan ) yang telihat dari taman yang merupakan miniatur dari hutan, lembah, dan gunung. Bentuk estetika inilah yang disebut yugen dan ushin. Yugen adalah perpaduan dari aware (keindahan keanggunan dalam kesederhanaan) dan taketakakibi (keindahan yang memiliki kemegahan dan kecemerlangan). Yugen dan Ushin memiliki sifat yang simbolisme. c. Mono no aware Dalam Genji Monogatari bahkan dalam cerita-cerita lainnya, ideologi sastra berkisar pada mono no aware yang berarti rasa iba. Menurut Norinaga seorang negarawan, mengatakan bahwa ideologi genji monogatari adalah mono no aware (rasa iba), dalam arti yang luas menaruh iba dan terdapat gambaran kesedihan terhadap tokoh yang terdapat dalam cerita. Lebih jauh lagi mono no aware dapat diartikan sebagai gambaran suasana kebimbangan yang tersisip melayang-layang, gambaran suasana rasa kesedihan seorang ibu menjelang kematian anaknya Kiritsubo dalam Genji monogatari. Arti kata aware itu sendiri adalah sesuatu yang mengadung unsur kejiwaan yang menyelinap di lubuk hati sanubari yang

dalam. d. Okashi Okashi berarti lucu atau menarik dan dipakai sebagai lawan dari aware (sedih). Kata okashi sebagai ideologi atau tema sastra yang timbul bersama-sama dengan mono no aware. Okashi dalam waka dan haikai renga mengadung unsur okashi (lucu). Dan share yang memiliki unsur kelucuan dan rasa tertarik pada sesuatu yang kurang senonoh seperti pada sharebon. e. Mujo Kata mujo merupakan terjemahan dari anitya (bahasa sansekerta) yang berarti semua isi bumi ini akan lenyap atau berubah bentuk, tidak ada yang kekal.istilah ini khususnya ditujukan pada kehidupan manusia yang tidak kekal dan pada suatu waktu pasti berakhir dengan datangnya ajal yang tidak diketahui waktunya. Ideologi ini masuk ke Jepang bersamaan dengan masuknya agama Budha. Dalam agama Budha sering dikatakan shogyo mujo. Yang artinya semua yang diciptakan memiliki sifat tidak kekal. Karena ketidakkekalan ini merupakan sifat sesungguhnya dari semua yang ada dibumi maka untuk memahaminya diperlukan gemblengan baik secara fisik

maupun mental. Oleh karena itu, mujo diterima di dalam hati orang Jepang sebagai padanan terminologi yaitu, sesuatu yang hidup harus mati dan sesuatu yang mencapai puncak itu harus jatuh, serta sesuatu yang bertemu itu harus berpisah. Yuku kawa no nagare wa taezu shite, shikamo, moto no mizu ni arazu.yo nonaka ni aru, hito to sumika to, mata kaku no gotoshi Sono aruji to sumika to, mujo o arasou sama, iwaba asagao no tsuyu ni kotonaraz :. ( karya: Kamono Chomei) Air sungai mengalir tiada henti, namun airnya tak pernah sama Manusia dan hartanya yang ada di dunia juga tak berbeda Manusia yang saling berperang memperebutkan sesuatu yang tidak kekal, akan sirna juga seperti embun di bunga. Mujo sangat terasa dekat dengan hati orang Jepang karena dikaitkan dengan perubahan empat musim di Jepang yang sangat nyata. f. Sabi Sabi berarti sepi dan tenang dan arti dalam kehidupan manusia ialah ketenangan yang ingin dicapai oleh orang-orang yang sudah meninggalkan

kehidupan dan hal-hal keduniawian. Dasar pemikiran ideologi sabi adalah ketenangan dan kesepian yang diungkapakan dalam bidang kesenian. Sabi banyak diungkapkan dan berkembang di dalam waka, renga, chanoyu dan haikai. Dalam perkembangannya sabi dan wabi dipakai bersama-sama. Sabi yang terkenal terdapat dalam buku Shinkokinshu karya Fujiwara Teika. Sebagai contoh: Miwataseba Hana mo momiji mo nakari Keri ura no Tomoya no uki no yugure Sejauh mata memandang tak keliahatan bunga maupun momiji, Hanya sebuah gubuk di pantai pada waktusenja di musim gugur. g. Wabi Wabi berarti emosi yang lahir dari kekurangan harta dan keadaan yang tidak diinginkan. Wabi sangat diagungkan sebagai ideologi sastra dalam upacara teh (chanoyu). Juko, seorang tokoh Chanoyu mengatakan bahwa chanoyu adalah dasar dari keindahan wabicha. Sejak saat itu wabi dan sabi berkembang dan dapat dilihat sebagai sesuatu yang indah. h. En atau Yoen En mempunyai arti warna keindahan, daya tarik. Keindahan dari seorang wanita dan pria. Sedangkan yoen digunakan untuk mengekspresikan warna

keindahan itu. Yuki ga futte en naru tasogare no toki ni. En mengungkapkan keindahan alam pemandangan ketika salju turun. Keindahan inilah digambarkan pada alam, bukan hanya pada keindahan wanita dan pria saja. Mo itte shimata ka tokuo miokutte mitatokoro. Sono hito no sugata ga nantomo ienai kurai ni en de atta. En pada kalimat diatas mengungkapkan daya tarik keindahan orang yang akan pergi jauh meninggalkan orang-orang terdekatnya dan daya tarik tersebut dirasakan juga oleh orang yang mengantar pergi sampai tubuh orang yang diantar tersebut tidak terlihat lagi. i. Fuga dan Furyu Biasanya fuga dan furyu berada dalam puisi dan prosa. Dalam puisi Matsuo Basho ideologi ini banyak ditemukan. Arti kata fuga adalah anggun, luwes, dan romantik. Fuga merupakan konsep yang sama dengan myabi (elegan). Arti kata kata tersebut mempunyai keistimewaan yang sangat besar, yang berlawanan artinya dengan imaji zoku ( adat, kebiasaan, keduniawian dan sekuler). III. Penutup

Daftar Pustaka Darsimah Mandah, dkk, Pengantar Kesusastraan Jepang, Rasindo Jakarta, 1992 Isoji Asoo, Sejarah Kesusastraan Jepang (Nihon Bungakushi), Penerbit Universitas Indonesia, 1983