BAB I PENDAHULUAN. tertentu yang berkaitan dengan kepentingan negara yang diwakilinya

dokumen-dokumen yang mirip
BAGIAN KEEMPAT AKTIFITAS NEGARA DALAM MASYARAKAT INTERNASIONAL BABXII PERWAKILAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. telah membentuk dunia yang tanpa batas, karena itu negara-negara tidak

BAB I PENDAHULUAN. Negara merupakan sekumpulan orang yang secara permanen. tertentu, memiliki pemerintahan, dan kedaulatan.

BAB I PENDAHULUAN. khususnya menggunakan pendekatan diplomasi atau negosiasi. Pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. Laut Bering lepas pantai Chukotka, Rusia. Juru bicara Kementerian Kelautan

ISTILAH-ISTILAH DIPLOMATIK. Accreditation : Akreditasi. Wilayah negara penerima yang. : suatu persetujuan yang diberikan oleh negara

BAB I PENDAHULUAN. membedakan ideologi, sistem politik, sistem sosialnya. Maksud memberikan

BAB I PENDAHULUAN. satu dengan negara lainnya untuk saling memenuhi kebutuhan masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. negara dapat mengadakan hubungan-hubungan internasional dalam segala bidang

BAB I PENDAHULUAN. kaedah-kaedah dalam suatu kehidupan bersama 1. Berdasarkan ruang

MATERI PERKULIAHAN HUKUM INTERNASIONAL MATCH DAY 9 HUKUM DIPLOMATIK DAN KONSULER

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TINJAUAN HUKUM DIPLOMATIK TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA PRAKTIK SPIONASE YANG DILAKUKAN MELALUI MISI DIPLOMATIK DILUAR PENGGUNAAN PERSONA NON-GRATA

PENANGGALAN KEKEBALAN DIPLOMATIK DI NEGARA PENERIMA MENURUT KONVENSI WINA Oleh : Windy Lasut 2

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

IMPLIKASI TERHADAP HUBUNGAN DIPLOMATIK NEGARA PENGIRIM DAN NEGARA PENERIMA ATAS TINDAKAN PENANGGALAN KEKEBALAN (IMMUNITY WAIVER)

BAHAN KULIAH HUKUM ORGANISASI INTERNASIONAL Match Day 8 HAK-HAK ISTIMEWA DAN KEKEBALAN ORGANISASI INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Namru-2 merupakan unit kesehatan Angkatan Laut Amerika Serikat yang berada

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor I Februari 2016.

TINJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TERHADAP DIPLOMAT YANG MELAKUKAN TINDAKAN MELAWAN HUKUM DIHUBUNGKAN KEKEBALAN DIPLOMATIK

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Fakultas Hukum Unviversitas Andalas. Oleh. Irna Rahmana Putri

Pada waktu sekarang hampir setiap negara. perwakilan diplomatik di negara lain, hal ini. perwakilan dianggap sebagai cara yang paling baik dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi membuat perubahan disegala aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. berkenaan dengan hak-hak, kewajiban-kewajiban dan kepentingankepentingan. negara-negara. Biasanya ketentuan-ketentuan hukum

Oleh. Luh Putu Yeyen Karista Putri Suatra Putrawan Program Kekhususan Hukum Internasional dan Bisnis Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana

JURNAL SKRIPSI PENERAPAN PRINSIP EX GRATIA TERHADAP KERUGIAN YANG DIALAMI PERWAKILAN DIPLOMATIK ASING DI NEGARA PENERIMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut perspektif sebuah negara, diplomasi terdiri dari perumusan,

PENGATURAN MENGENAI PENOLAKAN SURAT KEPERCAYAAN OLEH NEGARA PENERIMA (STUDI KASUS PENOLAKAN DUTA BESAR INDONESIA UNTUK BRASIL)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. rangka berinteraksi dengan negara-negara lain. Pola interaksi hubungan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PELANGGARAN KEDAULATAN NEGARA TERKAIT TINDAKAN SPIONASE DALAM HUBUNGAN DIPLOMASI INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. menjadi istilah diplomat, diplomasi, dan diplomatik. 1 Pada jaman Romawi

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkawinan ini menjadi sebuah ikatan antara seorang laki-laki dan seorang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kata Kunci : Perang, Perwakilan Diplomatik, Perlindungan Hukum, Pertanggungjawaban

KEKEBALAN DIPLOMATIK BAGI PEJABAT NON-DIPLOMATIK DALAM MENJALANKAN TUGAS KENEGARAAN DI LUAR NEGERI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kerja sama dalam berbagai bidang. 1. hubungan luar negeri melalui pelaksanaan politik luar negeri. 4

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Peranan mempunyai arti yaitu tindakan yang

: Public International Law: Contemporary Principles and Perspectives Penulis buku : Gideon Boas Penerbit :

No Laut Kepulauan (archipelagic sea lane passage) dan jalur udara di atasnya untuk keperluan lintas kapal dan Pesawat Udara Asing sesuai denga

Skripsi PERTANGGUNGJAWABAN NEGARA ATAS PELANGGARAN HAK KEKEBALAN DIPLOMATIK DITINJAU DARI ASPEK HUKUM INTERNASIONAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA YANG BERTENTANGAN DENGAN TUGAS DAN FUNGSI DIPLOMAT DI NEGARA PENERIMA

KETENTUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP WARGA NEGARA ASING (KASUS TKW KARTINI DI UNI EMIRAT ARAB DAN RUYATI DI ARAB SAUDI)

nasionalitas Masing-masing negara menganut kaidah yang berbeda-beda mengenai nasionalitas, misal: ius sangunis, ius soli.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak lahirnya negara-negara di dunia, semenjak itu pula berkembang prinsipprinsip

JURNAL PENYALAHGUNAAN HAK KEKEBALAN DAN KEISTIMEWAAN OLEH PEJABAT DIPLOMATIK ARAB SAUDI TERHADAP PELAYAN PRIBADINYA DI JERMAN

BAB III PENUTUP. Konvensi Wina Mengenai Hubungan Diplomatik Tahun wisma maupun kediaman duta pada Pasal 22 dan 30.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

HUKUM INTERNASIONAL TANGGUNG JAWAB NEGARA ATAS PELANGGARAN HUKUM DIPLOMATIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI

BAB IX HUKUM DIPLOMATIK DAN KONSULER TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEMENTERIAN LUAR NEGERI. Dalam sejarah perkembangan Kementerian luar negeri dapat dijelaskan bahwa: 16

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan

SKRIPSI PENYALAHGUNAAN HAK KEKEBALAN DAN KEISTIMEWAAN OLEH PEJABAT DIPLOMATIK ARAB SAUDI TERHADAP PELAYAN PRIBADINYA DI JERMAN

BAB XIV DOKTRIN KEDAULATAN NEGARA DALAM PELAKSANAAN KERJASAMA INTERNASIONAL

2013, No.50 2 Mengingat c. bahwa Indonesia yang telah meratifikasi International Convention for the Suppression of the Financing of Terrorism, 1999 (K

SATU AN AC AR A PERKULIAH AN A. IDENTITAS MAT A KULIAH

HUBUNGAN DIPLOMATIK INDONESIA-RUSIA (DALAM KASUS SPIONASE TAHUN 1982) Abstract. Keywords : Diplomatic Relations, Indonesia, Rusia, Espionage

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi nasional semakin menyatu dengan ekonomi regional dan

Konvensi Munisi Tandan (CCM) tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. warga negaranya atau orang yang berada dalam wilayahnya. Pelanggaran atas

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013Online di

BAB III PENUTUP. Negara Penerima Untuk Memberitahukan Kepada Perwakilan Diplomatik. Asing Tentang Persoalan Hukum Yang Menimpa Warga Negara Pengirim

KEKEBALAN DIPLOMATIK

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia di dalam. kerjasama yang mengikat antara dua individu atau lebih.

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak terpisahkan, sehingga apabila kita substitusikan kepada

KEKUASAAN HUBUNGAN LUAR NEGERI PRESIDEN (FOREIGN POWER OF THE PRESIDENT) Jumat, 16 April 2004

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME

2013, No.50 2 Mengingat c. bahwa Indonesia yang telah meratifikasi International Convention for the Suppression of the Financing of Terrorism, 1999 (K

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INDONESIA DALAM KASUS PENYADAPAN OLEH AUSTRALIA

Lex et Societatis, Vol. I/No. 5/September/2013. Peranan dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global), Alumni, Bandung, 2005, Hal 513

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. sosial, tidak akan lepas dari apa yang dinamakan dengan tanggung jawab.

SUAKA DIPLOMATIK DALAM KAJIAN HUKUM INTERNASIONAL. Oleh : Lucia Ch. O. Tahamata

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

ABSTRACT. Keywords: State, Diplomatic Relation, Vienna Convention 1961, United Nation

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dunia untuk melakukan hubungan internasional.

HUKUM INTERNASIONAL. Oleh : Nynda Fatmawati, S.H.,M.H.

KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA

Kata diplomasi berasal dari Yunani, diploun. yang berarti melipat.

2 tersebut dilihat dengan adanya Peraturan Mahkamah agung terkait penentuan pidana penjara sebagai pengganti uang pengganti yang tidak dibayarkan terp

HUKUM DIPLOMATIK MP 024/2

Lex Privatum Vol. V/No. 8/Okt/2017

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA

KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. Konsul (diambil dari bahasa inggris consulate yang diartikan diplomatic building

BAB VI PENUTUP. 1. Imunitas Kepala Negara dalam Hukum Internasional. Meski telah diatur dalam hukum internasional dan hukum kebiasaan

: Diplomasi dan Negosiasi : Andrias Darmayadi, M.Si. Memahami Diplomasi

I. PENDAHULUAN. dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Prajurit TNI adalah warga

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat bagi pihak awam hukum, baik jasa untuk mewakili klien

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan diplomatik merupakan hal yang penting untuk dijalin oleh sebuah negara dengan negara lain dalam rangka menjalankan peran antar negara dalam pergaulan internasional. Untuk menjalin hubungan diplomatik ini, sebuah negara akan mengirimkan utusannya untuk menjalankan fungsifungsi tertentu yang berkaitan dengan kepentingan negara yang diwakilinya dengan negara mana ia ditempatkan. Utusan negara yang kemudian disebut sebagai pejabat diplomatik (diplomatic agent) terdiri dari kepala perwakilan diplomatik dan staf diplomatik. Berdasarkan Pasal 14 ayat (1) Vienna Convention on the Diplomatic Relations 1961, klasifikasi dari kepala perwakilan diplomatik antara lain: 1. Ambassador atau Nuncio 2. Envoy, Minister Plenipotentiory, atau Internuncio 3. Charges de Affaires sedangkan untuk kategori staf diplomatik dijabat oleh seseorang yang berstatus sebagai: Minister, Conselor, First Secretary, Secound Secretary, Third Secretary, dan Attache. Di dalam hukum internasional telah diatur pengaturan mengenai hubungan negara satu dengan negara lain yang menempatkan perwakilan dari negara mereka dalam rangka menjalankan tugas dan fungsinya. Segala ketentuan tersebut tertuang dalam Vienna 1

Convention on the Diplomatic Relations 1961, Vienna Convention on the Conselor Relations 1963, dan Convention on Special Missions 1969. Namun dalam pembahasan tulisan ini hanya akan dikhususkan untuk membahas mengenai pejabat diplomatik sebagaimana yang diatur dalam Vienna Convention on the Diplomatic Relations 1961. Salah satu fasilitas yang diberikan kepada pejabat diplomatik menurut Vienna Convention on the Diplomatic Relations 1961 adalah pemberian hak kekebalan dan keistimewaan. Hak kekebalan patutnya dibedakan dari keistimewaan yang nanti akan dibahas lebih lanjut pada bab selanjutnya, namun yang menjadi fokus dalam tulisan ini hanya terbatas pada hak kekebalan saja. Hak kekebalan bagi pejabat diplomatik tidak hanya diberikan pada diri pejabat diplomatik namun juga diberikan pada anggota keluarga yang tinggal bersamanya dan bahkan pada staf pembantu rumah tangganya seperti sopir, pelayan, atau juru masak. Sejarah pemberian hak kekebalan sebagaimana dikemukakan oleh Narinder Mehta dalam tulisannya yang berjudul International Organization and Diplomacy (1976), muncul pada abad ke 17 sebagai kebiasaan internasional dan berlandaskan asas resiprositas atau timbal balik. Pada tahun 1706, pernah terjadi satu kasus dimana duta besar Rusia di Britania Raya telah ditangkap dengan tuduhan suatu penipuan. Segera setelah terjadi peristiwa itu, Kaisar Rusia telah mengirimkan ultimatum kepada Ratu Anne dari Inggris bahwa Rusia akan mengumumkan perang terhadap Britania Raya kecuali jika pemerintah Inggris mengajukan permintaan maaf. Namun 2

kemudian, pemerintah Inggris telah mengajukan RUU di kedua majelis parlemen yang menyatakan : bahwa setiap wakil asing haruslah dianggap suci dan tidak dapat diganggu gugat. Di samping itu undang-undang juga memuat ketentuan bahwa para diplomat asing dibebaskan dari yurisdiksi perdata dan pidana. Undang-undang tersebut kemudian terkenal sebagai 7 Anne, Cap.12.2/706, yang ternyata dokumen tersebut menjadi dasar bagi kekebalan dan keistimewaan para diplomat masa kini. 1 Pemberian hak kekebalan ini pada dasarnya bersifat mutlak dan eksklusif sehingga tidak dapat disimpangi. Misalnya saja pemberian hak kekebalan yang menyebabkan pejabat diplomatik tidak dapat dituntut dalam lingkup perkara pidana atau perkara civil dan administration (dengan beberapa pengecualian) berdasarkan hukum nasional negara mana ia ditempatkan. 2 Hal ini akan menimbulkan suatu permasalahan yang cukup penting mengingat untuk perkara pidana, yang mana sangat menjunjung tinggi asas keadilan untuk penegakan hukumnya. Lantas bagaimanakah penyelesaian terhadap kasus pelanggaran pidana yang dilakukan oleh pejabat diplomatik di wilayah yurisdiksi negara penerima apabila ia tidak dapat dituntut berdasarkan hukum nasional negara penerima? Sebenarnya dalam ketentuan Vienna Convention on the Diplomatic Relations 1961 terdapat beberapa alternatif penyelesaian yang dapat ditempuh jika terjadi kasus seperti di atas, seperti pemberian deklarasi persona non grata, penanggalan hak kekebalan, dan pemutusan hubungan diplomatik. 1 2 Sumaryo Suryokusumo, 2005, Hukum Diplomatik Teori dan Kasus, PT Alumni, Bandung, hlm 51. Lihat Pasal 31 ayat 1 Vienna Convention on the Diplomatic Relations 1961. 3

Akan tetapi fokus penulisan ini hanya akan ditekankan pada masalah penanggalan hak kekebalan saja, sedangkan untuk pemberian deklarasi persona non grata dan pemutusan hubungan diplomatik hanya akan dibahas sekilas sebagai tambahan informasi belaka. Penanggalan hak kekebalan diatur dalam Pasal 32 ayat (1): The immunity from jurisdiction of diplomatic agents and of persons enjoying immunity under Article 37 may be waived by the sending state., yang berarti bahwa hak kekebalan atau hak immunity terhadap yurisdiksi negara penerima yang dimiliki oleh pejabat diplomatik dan orang-orang yang juga menikmati hak serupa sebaimana diatur dalam Pasal 37 Vienna Convention on the Diplomatic Relations 1961 dapat ditanggalkan oleh negara pengirim. Namun hal ini perlu dikaji lebih dalam lagi mengingat sebagaimana telah disebut di atas bahwa pemberian hak kekebalan bagi pejabat diplomatik ini pada dasarnya bersifat mutlak dan ekslusif, sehingga apabila suatu ketika hak kekebalan tersebut ditanggalkan, apakah hal ini akan mengurangi esensi dari mutlak dan eksklusif itu? Penanggalan hak kekebalan ini juga dapat berpengaruh terhadap hubungan diplomatik antara negara pengirim dan negara penerima. Sebagai pihak yang menanggalkan hak kekebalan dari pejabat diplomatiknya, negara pengirim pasti akan mempertimbangkan secara matang-matang sebelum akhirnya memutuskan untuk mengabulkan atau menolak permintaan penanggalan hak kekebalan dari negara penerima, sehingga negara penerima dapat melaksanakan yurisdiksinya untuk mengadili pejabat diplomatik yang bersangkutan. Pertimbangan tersebut tentunya mencakup alasan-alasan yang 4

mendasari untuk mengabulkan atau menolak serta konsekuensi-konsekuensi yang harus diterima dari keputusan yang telah diambilnya tersebut, baik yang bersifat politis, ekonomi, dan lain sebagainya. Sehingga tidak jarang juga ditemui adanya penolakan terhadap permintaan penanggalan hak kekebalan yang kemudian dimungkinkan malah akan menimbulkan masalah baru tersendiri. Setelah mengetahui adanya hal-hal tersebut, lantas akan seberapa efektifkah tindakan penanggalan hak kekebalan ini apabila dibandingkan dengan penyelesaian secara diplomasi atau pemberian status persona non grata? Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, penulis sangat tertarik sekali untuk melakukan penelitian dengan harapan dapat menemukan solusi yang tepat dengan menganalisis permasalahan-permasalahan yang menjadi poin-poin penting dalam penelitian ini. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah praktik negara dalam melaksanakan penanggalan hak kekebalan bagi pejabat diplomatik? 2. Bagaimanakah pelaksanaan yurisdiksi oleh negara penerima terhadap pejabat diplomatik sehubungan dengan adanya tindakan penanggalan hak kekebalan? 5

C. Tujuan Penelitian Secara subyektif, tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk memenuhi salah satu persyaratan demi memperoleh gelar Sarjana Hukum dari Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. Secara obyektif, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui penerapan penanggalan hak kekebalan bagi pejabat diplomatik. 2. Mengetahui pelaksanaan yurisdiksi oleh negara penerima terhadap pejabat diplomatik sehubungan dengan adanya tindakan penanggalan hak kekebalan. D. Keaslian Penelitian Sebelum melakukan penelitian ini, penulis menemukan bahwa terdapat penelitian sebelumnya dengan tema yang sama, yaitu Penulisan Hukum oleh Dona Agustina Pohan pada tahun 2002 dengan judul Tinjauan Hukum Internasional Atas Penanggalan Kekebalan Diplomatik Sebagai Bentuk Perlindungan Bagi Negara Penerima. Penulisan hukum tersebut hanya mengupas mengenai prosedur pelaksanaan penanggalan hak kekebalan bagi pejabat diplomatik dengan memberikan contoh-contoh kasus yang pernah ada sebelumnya, kemudian menganalisis hubungannya dengan adanya perlindungan bagi negara penerima apabila penanggalan hak kekebalan tersebut dilaksanakan. Sedangkan yang menjadi pembeda dalam tulisan ini antara lain bahwa penulisan hukum yang sebelumnya memandang tindakan 6

penanggalan hak kekebalan hanya sebagai bentuk perlindungan untuk negara penerima, sedangkan dalam penulisan hukum ini memandang bahwa tindakan penanggalan hak kekebalan dimungkinkan untuk dijadikan sebagai suatu keharusan bagi negara pengirim sehingga dengan demikian negara penerima dapat melaksanakan yurisdiksinya terhadap pejabat diplomatik. E. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Penulis berharap agar hasil dari penelitian dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dalam ilmu hukum internasional khususnya hukum diplomatik mengenai penanggalan hak kekebalan bagi pejabat diplomatik saat ini mulai banyak dipraktikkan dalam hubungan diplomatik antara negara-negara. 2. Secara Praktis Apabila suatu saat nanti negara Republik Indonesia dalam posisinya baik sebagai negara pengirim atau sebagai negara penerima sedang menemui permasalahan terkait untuk memutuskan akan mengabulkan atau menolak penanggalan hak kekebalan bagi pejabat diplomatiknya, maka penulis sangat berharap tulisan ini dapat menjadi salah satu referensi dalam pertimbangannya. 7