BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. dan pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh. menginventasikan dana diberbagai bentuk aset.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kebangkrutan. 1. Pengertian Kebangkrutan. Kebangkrutan atau kepailitan adalah biasanya diartikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mendukung seperti kerangka penelitian dan hipotesis

BAB I PENDAHULUAN. kebangkrutan tersebut yaitu terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesulitan keuangan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya artinya perusahaan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. a. Pengertian Laporan Keuangan. mempunyai arti yang sangat penting terutama bagi pihak-pihak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Munculnya globalisasi perekonomian yang merupakan suatu proses kegiatan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA dalam Kartikawati, 2008). Financial distress juga didefinisikan sebagai

ANALISIS PENILAIAN FINANCIAL DISTRESS MENGGUNAKAN MODEL ALTMAN (Z-SCORE) PADA PERUSAHAAN KOSMETIK YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT KEDAUNG INDAH CAN TBK DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE KARINA MULIAWATI S 3EB

BAB I PENDAHULUAN. kebangkrutan itu sendiri. Menurut Marcelinda et al. (2014), perusahaan bisa

I. PENDAHULUAN. Pada umumnya perusahaan yang go public memanfaatkan keberadaan pasar

Nama : Putri Wulan Sari Kosnadi NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing: Rini Dwiastutiningsih.,SE.,MMSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi keuangan perusahaan. Pada mulanya laporan keuangan hanya dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan (Laba) yang optimal serta pengendalian yang seksama yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan lainnya (Gitosudarmo, 2002:5). Perusahan harus terus memperoleh laba agar

PENDAHULUAN. ke seluruh negara. Dwijayanti (2010) menyatakan bahwa krisis ekonomi pada negaranegara

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK. Nama NPM Jurusan Pembimbing

BAB II KAJIAN PUSTAKA. model Grover, Altman Z-Score, Springate, dan Zmijewski pada perusahaan Food

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan. Dimana faktor terpenting untuk melihat perkembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai kekuatan rasio keuangan dalam memprediksi kondisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. semakin kuat, cerdas dan semakin berisiko. Perluasan industri biasa dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan menjadi semakin ketat, baik perusahaan konvensional maupun

BAB I PENDAHULUAN. itu perusahaan harus mempertahankan dan mampu berkembang di berbagai. mengalami financial distress bahkan kebangkrutan.

BAB I PENDAHULUAN. dari permasalahan ekonomi. Permasalahan ekonomi yang terjadi dapat

BAB II LANDASAN TEORI. Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI. Setiap perusahaan mempunyai laporan keuangan yang bertujuan menyediakan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi. keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis di Indonesia sejak pertengahan tahun 1998 dimulai dengan merosotnya

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Financial distress merupakan kondisi saat keuangan perusahaan dalam keadaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian laporan keuangan menurut Sofyan Syafri Harahap (2013:1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai industri yang berkembang pesat dan memiliki kegiatan usaha yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Sinyal Grand teori dari penelitian ini adalah teori sinyal. Teori sinyal

Prediksi Kebangkrutan Menggunakan Altman Z-Score Studi Kasus pada Perusahaan Rokok yang Terdaftar di BEI Periode Tahun

BAB IV. ANALISA dan PEMBAHASAN. 4.1 Kinerja dan Posisi Keuangan PT. BAKRIE TELECOM Tbk beserta

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. maupun teknologi yang digunakan untuk menyampaikan informasi.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada umumnya perusahaan berdiri untuk memperoleh laba, meningkatkan penjualan, memaksimalkan nilai saham, dan meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. semakin majunya perekonomian serta teknologi saat ini, ditambah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan krisis ekonomi global yang melanda dunia, banyak masalah dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN DAN MODEL-MODEL PREDIKSI KEBANGKRUTAN

BAB II TINJAUAN TEORITIS. saham merupakan surat berharga sebagai bukti pemilikan individu atau

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Landasan Teori Indeks KOMPAS 100 Indeks KOMPAS 100 adalah indeks harga saham dari 100 perusahaan go

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. prospektif untuk dikembangkan. Dengan populasi lebih dari 250 juta penduduk, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan bertujuan untuk memperoleh laba yang merupakan hasil yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BURHANUDDIN Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang, Kepulauan Riau ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. umum untuk menggambarkan situasi tersebut adalah kebangkrutan, kegagalan,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mengalami kemajuan ataupun kemunduran dalam menjalankan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal menjalankan dua

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan ekonomi global mengalami perubahan yang

ANALISA POTENSI KEBANGKRUTAN PT HERO SUPERMARKET Tbk DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN PERIODE

KAJIAN TEORI. terhadap suatu institusi atau individu. Menurut Drs. A. Abdurrachman dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Potensi kebangkrutan yang dimiliki oleh setiap perusahaan akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT MULIA INDUSTRINDO, Tbk.

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang memiliki peran penting dalam

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DITINJAU DARI RENTABILITAS DAN MODEL ALTMAN DALAM MENILAI KINERJA PERUSAHAAN ALAT BERAT YANG TERDAFTAR DI BEI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. (MEA) pada akhir tahun MEA atau AEC (ASEAN Economic

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software For evaluation only. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi makanan dan non makanan. Tingkat konsumsi makanan dan non. Gambar 1.1. Pengeluaran per Kapita di Indonesia

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Rasio dan Analisis Rasio Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. seperti beban bunga dan hutang lancar. Kebangkrutan telah digunakan sebagai istilah

BAB I PENDAHULUAN. Dari kedua tujuan tersebut, maka pihak manajemen harus dapat menghasilkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN MODEL ALTMAN REVISI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. suatu era globalisasi mendorong manusia untuk giat bekerja guna meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. minim, khususnya di wilayah luar Jawa. Hal tersebut terjadi karena setelah krisis pemerintah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kumpulan prosedur-prosedur untuk mencatat, mengklasifikasikan, mengikhtisarkan dan melaporkan dalam bentuk laporan keuangan.

ANALISIS Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PULP AND PAPER

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi. Masalah keuangan yang dihadapi oleh sebuah perusahaan apabila

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PEMBAHASAN. kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan sampai sejauh mana tagihan-tagihan jangka

Transkripsi:

11 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Manajemen Keuangan Menurut Ahmad Rodono & Herni (2010) Manajemen keuangan adalah segala aktivitas yang berhubungan dengan perolehan,pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh. Manajemen keuangan memiliki tiga kegiatan utama yaitu sebagai berikut : a) Perolehan dana, yakni aktivitas untuk memperoleh sumber dana baik itu berasal dari internal perusahaan atau dari eksternal perusahaan. b) Penggunaan dana, merupakan suatu aktivitas penggunaan atau menginventasikan dana diberbagai bentuk aset. c) Pengelolaan Aset (Aktiva), adalah kegiatan yang dilakukan setelah dana telah didapat dan telah diinvestasikan atau dialokasikan kedalam bentuk aset (aktiva), dan harus dikelola secara efektif dan efisien. Tujuan dari manajemen keuangan adalah memaksimalkan kekayaan pemegang saham dalam jangka panjang, tetapi bukan untuk memaksimalkan ukuran-ukuran akuntansi seperti laba bersih atau EPS.

12 2. Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan dalam suatu perusahaan mempunyai arti yang sangat penting terutama bagi pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perusahaan. Pengertian laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2010) Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti misal, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misal informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga. Menurut Munawir (2010) laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan. Tujuan laporan keuangan menurut A Statement of Basic Accounting Theory (ASOBAT) dalam Harahap (2009), merumuskan empat tujuan laporan keuangan sebagai berikut :

13 a. Membuat keputusan yang menyangkut penggunaan kekayaan yang terbatas dan untuk menetapkan tujuan. b. Mengarahkan dan mengontrol secara efektif sumber daya manusia dan faktor produksi lainnya. c. Memelihara dan melaporkan pengamanan terhadap kekayaan. d. Membantu fungsi dan pengawasan sosial. Menurut IAI No. 1, Tujuan Laporan Keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu sumber informasi yang penting disamping informasi lain. Adapun jenis-jenis laporan keuangan adalah: 1) Neraca adalah laporan keuangan yang disusun secara sistematis untuk menyajikan posisi keuangan perusahaan selama periode akuntansi tertentu, yang umumnya setiap kuartal atau satu tahun. 2) Laporan laba rugi merupakan ikhtisar yang disusun secara sistematis tentang pendapatan dan beban perusahaan selama periode akuntansi tertentu, yang umumnya setiapa kuartal atau satu tahun.

14 3) Laporan Ekuitas Pemilik adalah suatu ikhtisar perubahan ekuitas pemilik yang terjadi selama periode akuntansi tertentu, yaitu satu kuartal atau satu tahun. 4) Laporan arus kas berguna untuk meringkas kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan, termasuk jumlah dana yangdihasilkan dari kegiatan usaha perusahaan yang dilakukan dalam tahun buku yang bersangkutan, dan melengkapi penjelasan perubahanperubahan dalamposisi keuangan selama tahun buku yang bersangkutan. 5) Catatan atas Laporan Keuangan mengungkapkan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting, informasi yang diwajibkan dalam PSAK tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas, informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar. Dari semua apa yang peneliti paparkan diatas dapat disimpulkan, laporan keuangan (financial statement) adalah hasil akhir dari akuntansi yang merupakan suatu ringkasan transaksi keuangan. Laporan keuangan disajikan dengan maksud memberikan informasi mengenai posisi harta, utang, dan modal serta perolehan laba atau rugi yang menunjukkan

15 hasil aktivitas yang terjadi dalam rumah tangga perusahaan dan membantu pimpinan dalam pengambilan keputusan. 3. Kinerja Keuangan Perusahaan Kinerja keuangan adalah hasil yang dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Kinerja suatu perusahaan dapat dilihat dari perspektif keuangan perusahaan dengan cara melakukan penilaian kinerja keuangan. Hal ini dilakukan untuk memonitor efektifitas manajemen dalam menjalankan kegiatan bisnisnya, yang pada gilirannya akan dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan perusahaan. Menurut Sucipto (2003) pengertian kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan menghasilkan laba. Sedangkan menurut IAI (2007) kinerja keuangan adalah kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengendalikan sumber daya yang dimilikinya. Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja keuangan adalah usaha formal yang telah dilakukan oleh perusahaan yang dapat mengukur keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba, sehingga dapat melihat prospek, pertumbuhan, dan potensi perkembangan baik perusahaan dengan mengandalkan sumber daya

16 yang ada. Suatu perusahaan dapat dikatakan berhasil apabila telah mencapai standar dan tujuan yang telah ditetapkan. 4. Tujuan Kinerja Keuangan Tujuan Kinerja keuangan adalah untuk membantu perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Adapun secara terperinci tujuan dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan menurut Munawir (2010) antara lain untuk mengetahui : a. Tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangan saat ditagih. b. Tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuntungannya apabila perusahaan tersebut likuid baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun keuangan jangka panjang. c. Tingkat rentabilitas, yaitu kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada periode tertentu. d. Stabilitas usaha, yaitu kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil dan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar dividen secara teratur. 5. Kebangkrutan Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami ketidakcukupan dana untuk menjalankan usahanya.

17 Emiten atau perusahaan publik yang gagal atau tidak mampu menghindari kegagalan membayar kewajibannya terhadap pemberi pinjaman yang tidak terafiliasi. Maka emiten atau perusahaan publik wajib menyampaikan laporan mengenai pinjaman termasuk jumlah pokok dan bunga, jangka waktu pinjaman, nama pemberi pinjaman,penggunaan pinjaman dan alasan kegagalan atau ketidakmampuan menghindari kegagalan kepada Bapepam dan Bursa Efek Indonesia dimana efek emiten atau perusahaan publik tercatat secepat mungkin paling lambat akhir kedua sejak emiten atau perusahaan publik mengalami kegagalan atau mengetahui ketidakmampuan menghindari kegagalan dimaksud (Br Ferdinand D. Saragih,2005). Ada beberapa istilah kebangkrutan yang digunakan menurut Brigham & Gapenski (2006), yaitu : a. Economic Failure. Yang berarti bahwa pendapatan perusahaan tidak dapat menutup biaya total, termasuk biaya modal. Usaha yang mengalami economic failure dapat meneruskan operasinya sepanjang kreditur berkeinginan untuk menyediakan tambahan modal dan pemilik dapat menerima tingkat pengembalian (return) di bawah tingkat bunga pasar. b. Business Failure. Istilah ini merupakan penyusun utama failure statistic, untuk mendefinisikan usaha yang menghentikan operasinya dengan akibat kerugian bagi kreditur. Dengan demikian

18 suatu usaha dapat diklasifikasikan sebagai gagal meskipun tidak melalui kebangkrutan secara normal. Dan juga suatu usaha dapat menghentikan atau menutup usahanya tetapi tidak dianggap sebagai gagal. c. Technical insolvency. Sebuah perusahaan dapat dinilai bangkrut apabila tidak memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo. Technical insolvency ini mungkin menunjukkan kekurangan likuiditas yang sifatnya sementara dimana pada suatu waktu perusahaan dapat mengumpulkan uang untuk memenuhi kewajibannya dan tetap hidup. Di lain pihak apabila technical insolvency ini merupakan gejala awal dari economic failure, maka hal ini merupakan tanda ke arah bencana keuangan (financial disaster). d. Insolvency in bankrupcy. Sebuah perusahaan dikatakan insolvency bankruptcy apabila nilai buku dari total kewajiban melebihi nilai pasar dari aset perusahaan. Hal ini merupakan suatu keadaan yang lebih serius bila dibandingkan dengan technical insolvency, sebab pada umumnya hal ini merupakan pertanda dari economic failure yang mengarah ke likuidasi suatu usaha. Perlu dicatat bahwa perusahaan yang mengalami insolvency in bankrupcy tidak perlu melalui proses legal bankrupcy. e. Legal Bankrupcy. Istilah kebangkrutan digunakan untuk setiap perusahaan yang gagal. Sebuah perusahaan tidak dapat dikatakan sebagai bangkrut secara hukum, kecuali diajukan tuntutan secara

19 resmi dengan undang-undang federal. Menurut ISDA (International Swaps and Derivatives Association), dalam Muliaman D Hadad (2003) suatu perusahaan dapat dikatakan bangkrut apabila telah terjadi hal-hal sebagai berikut : 1) Perusahaan yang mengeluarkan surat hutang berhenti beroperasi (pailit) 2) Perusahaan tidak solven atau tidak mampu membayar utang 3) Timbulnya tuntutan kebangkrutan 4) Proses kebangkrutan sedang terjadi 5) Telah ditunjuknya receivership 6) Dititipkannya seluruh aset kepada pihak ketiga Jauch dan Glueck dalam Aris Wahyu Kuncoro (2012). Di sini diperlukan suatu analisis mengenai kebangkrutan sebagai titik 7 awal pihak manajemen harus bisa berinovasi dalam menjalankan kegiatan operasionalnya agar hal seperti kebangkrutan ini tidak terjadi. Menurut Peter dan Yoseph (2011), kebangkrutan dalam perusahaan itu bisa didefinisikan dalam dua pengertian, antara lain : a) Kegagalan Ekonomi (Economic Distressed), yang dimana perusahaan tersebut kehilangan pendapatan yang akibatnya perusahaan tidak mampu menutupi biayanya sendiri. b) Kegagalan Keuangan (Financial Distressed), di sini mempunyai arti bahwa perusahaaan mempunyai kesulitan dana

20 baik dana dalam pengertian kas atau dalam pengertian modal kerja. Kegagalan keuangan ini juga bisa diartikan sebagai insolvensi yang membedakan antara dasar arus kas dan dasar saham. Insolvensi atas dasar arus kas ini ada dua, yakni : 1) Insolvensi teknis, yang dimana perusahaan bisa dianggap gagal jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo 2) Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan, yang berarti bahwa kebangkrutan didefinisikan dalam ukuran nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan tersebut lebih kecil dari kewajiban. Sebelum mengalami kebangkrutan, perusahaan tersebut awalnya mengalami kesulitan keuangan (financial distress). Hal ini seperti yang dinyatakan Plat dan Plat (2002) dalam Almilia (2006) bahwa financial distress ini sebagai tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi. Sementara itu, Kahya dan Theodossiou (1999:324) dalam Endri (2009) mengkategorikan kondisi financial distress berdasarkan kriteria debt default, yaitu terjadinya kegagalan membayar utang atau terdapat indikasi kegagalan membayar utang (debt default) dengan melakukan negosiasi ulang dengan kreditur atau institusi keuangan lainnya, dimana informasi mengenai debt default dan indikasi debt default diambil dari informasi Wall Street Journal Index (WSJI).

21 Mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan sangat penting dalam menjaga kesehatan perusahaan. Kondisi keuangan yang ada baiknya menunjukkan grafik yang bagus karena hal ini bisa mempengaruhi pihak eksternal atau investor mempunyai kepercayaan untuk menanamkan modalnya. Kondisi kesulitan keuangan (financial distress) sebaiknya dihindari oleh perusahaan. Selain dapat mengakibatkan kebangkrutan, bisa juga mempengaruhi kepercayaan investor dalam menanamkan modalnya. Ada beberapa indikator yang bisa digunakan untuk mengetahui kemungkinan dari kesulitan keuangan (financial distress). Menurut Foster (2006) dalam Almilia dan Kristijadi (2003), terdapat 4 indikator mengenai kemungkinan dari kesulitan keuangan, diantaranya : a. Analisis arus kas untuk periode sekarang dan yang akan datang. b. Analisis strategi perusahaan yang mempertimbangkan pesaing potensial, struktur biaya relatif, perluasan rencana dalam industri, kemampuan perusahaan untuk meneruskan kenaikan biaya, kualitas manajemen dan lain sebagainya. c. Analisis laporan keuangan dari perusahaan serta perbandingannya dengan perusahaan lain. Analisis ini dapat berfokus pada suatu variabel keuangan tunggal atau suatu kombinasi dari variabel keuangan. d. Variabel eksternal seperti return sekuritas dan penilaian obligasi.

22 Dari pembahasan di atas, dapat disimpullkan bahwasannya kondisi keuangan yang melemah atau biasa yang disebut financial distress merupakan salah satu indikator awal yang bisa menunjukkan bahwa perusahaan bisa menuju ke arah kegagalan atau kebangkrutan. Kebangkrutan dalam suatu perusahaan merupakan suatu hal yang tidak ingin dialami. Kebangkrutan di sini mempunyai definisi bahwa sebagai suatu keadaan atau situasi dalam hal ini perusahaan gagal atau tidak mampu lagi memenuhi kewajiban-kewajiban kepada debitur karena perusahaan mengalami kekurangan dan ketidakcukupan dana untuk menjalankan atau melanjutkan usahanya sehingga tujuan ekonomi yang ingin dicapai oleh perusahaan tidak dapat dicapai yaitu profit, sebab dengan laba yang diperoleh perusahaan bisa digunakan untuk mengembalikan pinjaman, membiayai operasi perusahan dan kewajibankewajiban yang harus dipenuhi bisa ditutup dengan laba atau aktiva yang dimiliki (Ramadhani, Suci dan Lukviarman, 2009). 6. Faktor-faktor penyebab kebangkrutan Perusahaan yang berada pada negara sedang mengalami kesulitan ekonomi akan lebih cepat mengalami kebangkrutan, karena kesulitan ekonomi akan memicu semakin cepatnya kebangkrutan perusahaan yang mungkin tadinya sudah sakit kemudian semakin sakit dan bangkrut. Perusahaan yang belum sakitpun akan mengalami kesulitan dalam pemenuhan dana untuk kegiatan operasional perusahaan akibat adanya krisis ekonomi tersebut. Namun demikian, proses kebangkrutan sebuah

23 perusahaan tentu saja tidak semata-mata disebabkan oleh faktor ekonomi saja, tetapi bisa juga disebabkan oleh faktor lain yang sifatnya non ekonomi. Menurut Darsono dan Ashari (2005) mendeskripsikan bahwa secara garis besar penyebab kebangkrutan bisa dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari bagian internal manajemen perusahaan. Sedangkan faktor eksternal bisa berasal dari faktor luar yang berhubungan langsung dengan operasi perusahaan atau faktor perekonomian secara makro. Faktor internal yang bisa menyebabkan kebangkrutan perusahaan meliputi: a. Manajemen yang tidak efisien akan mengakibatkan kerugian terusmenerus yang pada akhirnya menyebabkan perusahaan tidak dapat membayar kewajibannya. Ketidakefisien ini diakibatkan oleh pemborosan dalam biaya, kurangnya keterampilan dan keahlian manajemen. b. Ketidakseimbangan dalam modal yang dimiliki dengan jumlah piutang-hutang yang dimiliki. Hutang yang terlalu besar akan mengakibatkan biaya bunga yang besar sehingga memperkecil laba bahkan bisa menyebabkan kerugian. Piutang yang terlalu besar juga akan merugikan karena aktiva yang menganggur terlalu banyak sehingga tidak menghasilkan pendapatan. c. Adanya kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan bisa mengakibatkan kebangkrutan. Kecurangan ini akan

24 mengakibatkan kerugian bagi perusahaan yang pada akhirnya membangkrutkan perusahaan. Kecurangan ini bisa berbentuk manajemen yang korupsi ataupun memberikan informasi yang salah pada pemegang saham atau investor. Sedangkan faktor eksternal yang bisa mengakibatkan kebangkrutan berasal dari factor yang berhubungan langsung dengan perusahaan meliputi pelanggan, supplier, debitor, kreditor, pesaing ataupun dari pemerintah. Sedangkan faktor eksternal yang tidak berhubungan langsung dengan perusahaan meliputi kondisi perekonomian secara makro ataupun faktor persaingan global. Faktorfaktor eksternal yang bisa mengakibatkan kebangkrutan adalah: a. Perubahan dalam keinginan pelanggan yang tidak diantisipasi oleh perusahaan yang mengakibatkan pelanggan lari sehingga terjadi penurunan dalam pendapatan. Untuk menjaga hal tersebut perusahaan harus selalu mengantisipasi kebutuhan pelanggan dengan menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. b. Kesulitan bahan baku karena supplier tidak dapat memasok lagi kebutuhan bahan baku yang digunakan untuk produksi. Untuk mengantisipasi hal tersebut perusahaan harus selalu menjalin hubungan baik dengan supplier dan tidak menggantungkan kebutuhan bahan baku pada satu pemasok sehingga risiko kekurangan bahan baku dapat diatasi.

25 c. Faktor debitor juga harus diantisipasi untuk menjaga agar debitor tidak melakukan kecurangan dengan mengemplang hutang. Terlalu banyak piutang yang diberikan debitor dengan jangka waktu pengembalian yang lama akan mengakibatkan banyak aktiva menganggur yang tidak memberikan penghasilan sehingga mengakibatkan kerugian yang besar bagi perusahaan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan harus selalu memonitor piutang yang dimiliki dan keadaan debitor supaya bisa melakukan perlindungan dini terhadap aktiva perusahaan. d. Hubungan yang tidak harmonis dengan kreditor juga bisa berakibat fatal terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Apalagi dalam undang-undang no.4 tahun 1998, kreditor bisa memailitkan perusahaan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan harus bisa mengelola hutangnya dengan baik dan juga membina hubungan baik dengan kreditor. e. Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan agar selalu memperbaiki diri sehingga bisa bersaing dengan perusahaan lain dalam memenuhi kebutuhan pelanggan. Semakin ketatnya persaingan menuntut perusahaan agar selalu memperbaiki produk yang dihasilkan, memberikan nilai tambah yang lebih baik bagi pelanggan. f. Kondisi perekonomian secara global juga harus selalu diantisipasi oleh perusahaan. Dengan semakin terpadunya perekonomian dengan

26 Negara-negara lain, perkembangan perekonomian global juga harus diantisipasi oleh perusahaan. 7. Model- model analisis kebangkrutan a. Analisis kebangkrutan Model Altman Z-score Setelah dipelopori Beaver kemudian Edward Altman juga melakukan penelitian tentang kebangkrutan. Altman melakukan apa yang Beaver sarankan di akhir tulisannya yaitu melakukan analisis multivariate. Model yang dikemukakan Altman dikemudian hari menjadi model yang paling populer untuk melakukan prediksi kebangkrutan model tersebut dikenal dengan nama Z-score. Penelitian Altman pada awalnya mengumpulkan 22 rasio perusahaan yang mungkin bisa berguna untuk memprediksi kebangkrutan. Dari 22 rasio tersebut dilakukan pengujian-pengujian untuk memilih rasio-rasio mana yang akan digunakan dalam membuat model. Hasil pengujian rasio memilih lima rasio yang dianggap terbaik untuk dijadikan variabel dalam model. Rasio-rasio yang terpilih tersebut adalah : 1) Working capital/ total assets ( Modal Kerja/total asset) 2) Retained earnings/total assets (Saldo Laba/total asset) 3) EBIT/total assets 4) Market value of equity/book value of debt (Nilai pasa ekuitas/buku hutang)

27 5) Sales/total assets (Penjualan/total asset) Analisis ini merupakan suatu teknik yang mengidentifikasi beberapa macam rasio keuangan yang dianggap memiliki nilai penting dalam mempengaruhi suatu kejadian, lalu mengembangkannya ke suatu model (Ramadhani dan Niki, 2009). a. Model persamaan yang diterapkan, yaitu : Z= 0,012X 1 + 0.014 X 2 + 0,033X 3 + 0,006X 4 + 0,999X 5 Keterangan : Z = bankrupcy index X1 = working capital / total asset (aktiva lancar-hutang lancar)/ total asset X2 = retained earnings / total asset (laba ditahan)/ total asset X3 = earning before interest and taxes/total asset ( laba sebelum bunga dan pajak)/total asset X4 = market value of equity / book value of total debt (nilai pasar saham biasa dan preferen)/nilai buku total hutang. X5 = sales / total asset (penjualan)/total asset. Dari persamaan di atas, terdapat nilai cut off dari nilai Z yang bisa menjelaskan apakah perusahaan tersebut termasuk perusahaan yang di masa mendatang akan mengalami kebangkrutan atau termasuk perusahaan yang sehat. Kriteria yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan adalah jika nilai Z < 1,8, maka perusahaan termasuk perusahaan yang bangkrut, sedangkan apabila nilai Z antara 1,81 sampai 2,99, maka perusahaan termasuk dalam perusahaan grey area (tidak dapat menentukan apakah perusahaan sehat atau bangkrut).

28 Kemudian jika nilai Z > 2,99 maka perusahaan tersebut termasuk perusahaan sehat. Pada tahun 1984, Altman melakukan revisi persamaan yang telah dibuat sebelumnya yakni pada tahun 1968. Persamaan ini dibuat agar model prediksi ini tidak hanya bisa digunakan pada perusahaan manufaktur yang go public melainkan juga bisa diimplikasikan pada perusahaan swasta. Altman mengembangkan persamaan terbarunya dengan mengganti X4 yang semula nilai pasar modal sendiri 11 terhadap nilai buku hutang menjadi nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku hutang. b. Model Persamaan hasil revisi terbaru ini yaitu : Z = 0,717X 1 + 0,847X 2 + 3,107X 3 + 0,420X 4 + 0,998X 5 Kriteria yang digunakan dalam persamaan revisi ini adalah jika nilai Z < 1,23 maka perusahaan termasuk perusahaan yang bangkrut, sedangkan apabila nilai Z antara 1,23 sampai 2,9 maka perusahaan termasuk perusahaan grey area (tidak dapat menentukan sehat atau bangkrut). Kemudian apabila nilai Z > 2,9 maka perusahaan termasuk perusahaan sehat (Ramadhani dan Niki, 2009). Dalam perkembangannya, Altman kemudian memodifikasi modelnya agar persamaan yang telah dia buat dapat digunakan di semua perusahaan. Dalam modifikasi ini, Altman mengeliminasi variabel X5 karena rasion ini sangat

29 bervariatif pada industri dengan ukuran aset yang berbeda-beda (Ramadhani dan Niki, 2009). c. Model persamaan modifikasi ini adalah : Z = 6,56X 1 + 3,26X 2 + 6,72X 3 + 1,05X 4 Kriteria untuk persamaan model ini yakni apabila nilai Z> 2,6 maka termasuk perusahaan sehat. Standar pengukuran model Altman Z-score adalah apabila Z<1.81 maka perusahaan diprediksi Bangkrut, Jika 1.81 <Z <2.99 maka perusahaan diprediksi berada dalam Grey Area atau Rawan Bangkrut. Sedangkan Jika Z>2.99 maka perusahaan diprediksi Tidak Bangkrut. b. Analisis Kebangkrutan Model Springate Springate membuat model prediksi kebangkrutan pada tahun 1978. Dalam pembuatannya Springate menggunakan metode yang sama dengan Altman yaitu Multiple Discriminant Analysis (MDA) seperti Beaver dan Altman pada awalnya Springate mengumpulkan rasio-rasio keuangan populer yang dipakai untuk memprediksi kebangkrutan jumlah rasio awalnya yaitu 19 rasio. Setelah melalui uji yang sama dengan yang dilakukan Altman, Springate menggunakan 4 rasio yang dipercaya bisa membedakan antara perusahaan yang mengalami kebangkrutan dan

30 yang tidak mengalami kebangkrutan. Keempat rasio tersebut adalah: 1) Working capital/ total assets ( Modal Kerja/total asset) 2) EBIT/total assets 3) Net Profit before taxes/current liability (Laba bersih sebelum pajak/kewajiban lancar) 4) Sales/total assets (Penjualan/total assets) adalah : Persamaan model yang dikemukakan oleh Springate ini Z = 1.03A + 3.07B + 0.66C + 0.4D Keterangan : A = Working Capital / Total Assets ( modal kerja terhadap total aset) B = Net Profit before Interest and Taxes / Total Assets (laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aset) C = Net Profit before Taxes / Current Liabilities (laba sebelum pajak terhadap kewajiban lancar) D = Sales / Total Assets (penjualan terhadap total aset) Kriteria untuk persamaan model Springate ini adalah jika nilai Z < 0,862 maka perusahaan termasuk perusahaan bangkrut dan apabila nilai Z > 0,862 maka perusahaan dikategorikan termasuk perusahaan sehat. Jika memiliki skor kurang dari 0,862 maka perusahaan diklasifikasikan perusahaan bangkrut dan sebaliknya.

31 B. Penelitian Terdahulu 1. Evi Whardani (2009) Penelitian mengenai Analisis Tingkat kebangkrutan Model Altman dan Foster pada Perusahaan Textile dan Garrment Go Public di Bursa Efek Indonesia dengan hasil penelitian Terdapat perbedaan hasil statistik antara hasil analisis menggunakan model Altman dan Foster pada tahun 2002 dan tidak terdapat perbedaan antara kedua model pada tahun 2003 dan 2004. 2. Kokasih (2010) Penelitian mengenai Analisis Tingkat kebangkrutan Model Altman dan Foster pada perusahaan Textile dan Garment Go Public di Bursa Efek Indonesia (periode 2007-2009) dengan hasil penelitian Tidak terdapat perbedaan antara hasil analisis menggunakan model Altman dengan Foster pada perusahaan Textile dan Garment Gopublic di BEI. 3. Yoseph (2011) Penelitian mengenai Analisa Kebangkrutan dengan Metode Altman Z-score, Springate dan Zmijewski pada PT. Indofood Sukses Makmur Tbk periode 2005-2009 dengan hasil penelitian analisis kebangkrutan menggunakan model Altman Z-score tahun 2005-2009 berpotensi bangkrut, model Springate pada tahun 2005,2006, dan 2009 tidak berpotensi bangkrut sedangkan tahun 2007 dan 2008 berpotensi bangkrut dan model Zmijewski tahun 2005-2009 tidak berpotensi bangkrut. 4. Rismawaty (2012) Penelitian mengenai Analisis Perbandingan Modek Prediksi Financial Distress Altman, Springate, Ohlson dan Zmijewski

32 (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI) dengan hasil penelitian Model Zmijewski adalah model yang paling sesuai diterapkan untuk perusahaan manufaktur di Indonesia dibandingkan ketiga model prediksi lainnya. 5. Ni Made E.D.P dan Maria M.R.S (2013) Penelitian mengenai Prediksi Kebangkrutan dengan Model Grover, Altman Z-score, Springate, dan diindonesia dengan hasil penelitian terdapat perbedaan antara model Grover,dengan model Altman Z-score, Springate, dan Zmijewski serta model Grover merupakan prediksi yang paling sesuai diterapkan pada perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

33 C. Kerangka Pemikiran Berikut adalah kerangka pemikiran dari penelitian ini yang menjelaskan bahwa penelitian ini membandingkan kelima model analisis kebangkrutan pada PT. Argo Pantes Tbk. Laporan Keuangan Perusahaan Textile PT. Argo Pantes Tbk Periode 2010-2014 Altman Z-score pertama X1 = working capital/total asset X2 = Retained earnings/total asset X3 = EBIT/total asset X4 = Market value of equity/book value of debt X5= Sales/total assets SPRINGATE A = Working capital / total asset B = Net profit before interest and taxes / total asset C = Net profit before taxes / current liability D = Sales / total asset Bangkrut Grey area Tidak Bangkrut Bangrut Tidak bangkrut Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran