EVALUASI KLASIFIKASI BERBASIS OBJEK UNTUK PEMETAAN LIPUTAN HUTAN DAN LAHAN

dokumen-dokumen yang mirip
DISKRIMINASI TEGAKAN HTI (Hutan Tanaman Industri) MENGGUNAKAN OBJECT ORIENTED CLASSIFICATION Studi kasus PT. HTI Wira Karya Sakti, Jambi 1

EVALUASI TUTUPAN LAHAN DARI CITRA RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE KLASIFIKASI DIGITAL BERORIENTASI OBJEK (Studi Kasus: Kota Banda Aceh, NAD)

III. BAHAN DAN METODE

BAB II TEORI DASAR. Beberapa definisi tentang tutupan lahan antara lain:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERBANDINGAN KLASIFIKASI TUTUPAN LAHAN DENGAN METODE OBJECT-BASED DAN PIXEL- BASED

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan :

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian

III. METODE PENELITIAN. berlokasi di kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya

PERBANDINGAN KLASIFIKASI MAXIMUM LIKELIHOOD DAN OBJECT ORIENTED PADA PEMETAAN PENUTUPAN/PENGGUNAAN LAHAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin

Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

EKSTRAKSI GARIS PANTAI MENGGUNAKAN HYPSOGRAPHY TOOLS

III. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Terhadap Citra Satelit yang digunakan 4.2 Analisis Terhadap Peta Rupabumi yang digunakan

Metode Klasifikasi Digital untuk Citra Satelit Beresolusi Tinggi WorldView-2 pada Unit Pengembangan Kertajaya dan Dharmahusada Surabaya

KAJIAN CITRA RESOLUSI TINGGI WORLDVIEW-2

Laporan Praktikum III KLASIFIKASI CITRA SATELIT MENGGUNAKAN ERDAS IMAGINE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Studi Banding antara Metode Minimum Distance dan Gaussian Maximum Likelihood Sebagai Pengklasifikasi Citra Multispektral

III. METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 hingga Maret 2014.

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

KOREKSI RADIOMETRIK CITRA LANDSAT-8 KANAL MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN TOP OF ATMOSPHERE (TOA) UNTUK MENDUKUNG KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN

Stella Swastika Putri Projo Danoedoro Abstract

PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan

PERBANDINGAN METODE SUPERVISED DAN UNSUPERVISED MELALUI ANALISIS CITRA GOOGLE SATELITE UNTUK TATA GUNA LAHAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG NANING KABUPATEN SEKADAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

LAMPIRAN 1 HASIL KEGIATAN PKPP 2012

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Perumusan Masalah Bagaimana kondisi perubahan tutupan lahan yang terjadi di daerah aliran sungai Ciliwung dengan cara membandingkan citra satelit

III. METODE PENELITIAN. Tampak pada bulan Januari September Resort Pugung Tampak memiliki luas

Gambar 7. Lokasi Penelitian

MODEL PENDUGA BIOMASSA MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HARLYN HARLINDA

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

SIDANG TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KERUSAKAN HUTAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) MENGGUNAKAN DATA CITRA LANDSAT 7 DAN LANDSAT

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Image Fusion: Trik Mengatasi Keterbatasan Citra

PENDAHULUAN. hutan yang luas diberbagai benua di bumi menyebabkan karbon yang tersimpan

III. METODE PENELITIAN

Orientasi adalah usaha peninjauan untuk menentukan sikap (arah, tempat, dan sebagainya) yang tepat dan benar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989).

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.

METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 1997

LAPORAN PROYEK PENGINDERAAN JAUH IDENTIFIKASI PENGGUNAAN LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN HIRARKI DI KOTA BATU

Anita Dwijayanti, Teguh Hariyanto Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

BAB III METODE PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN UKURAN TRAINING SAMPLE OPTIMUM UNTUK KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN DENGAN METODE KEMUNGKINAN MAKSIMUM ALFIANSYAH MUHAMMAD

KAJIAN PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN LANDSAT 7 ETM+ DI SUB DAS BATANGHARI HULU TENGAH, JAMBI.

TM / 16 Mei 2006 U.S. Geological Survey* Landsat 5 4 Mei 2000 Global Land Cover Facility** 124/64 ETM+ / Landsat-7. 2 Maret 2005

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

5. SIMPULAN DAN SARAN

Jurnal Geodesi Undip April 2016

Aplikasi Object-Based Image Analysis (OBIA) untuk Deteksi Perubahan Penggunaan Lahan Menggunakan Citra ALOS AVNIR-2

Indra Jaya Kusuma, Hepi Hapsari Handayani Program Studi Teknik Geomatika, FTSP, ITS-Sukolilo, Surabaya,

Klasifikasi Berbasis Objek pada Citra Pleiades untuk Pemetaan Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan Purwokerto 2013

III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

Analisa Pantauan dan Klasifikasi Citra Digital Remote Sensing dengan Data Satelit Landsat TM Melalui Teknik Supervised Classification

KLASIFIKASI CITRA SATELIT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MENGEKSTRAKSI TAMPAKAN PERMUKIMAN DAERAH PERKOTAAN

TINJAUAN PUSTAKA. Secara geografis DAS Besitang terletak antara 03 o o LU. (perhitungan luas menggunakan perangkat GIS).

Pemetaan Potensi Batuan Kapur Menggunakan Citra Satelit Landsat 8 di Kabupaten Tuban

III. METODE PENELITIAN

Manfaat METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

Analisis Perubahan Lahan Tambak Di Kawasan Pesisir Kota Banda Aceh

Tabel 11. Klasifikasi Penutupan Lahan Data Citra Landsat 7 ETM, Maret 2004

KARAKTERISTIK CITRA SATELIT Uftori Wasit 1

BAB IV METODE PENELITIAN

Bab IV Hasil dan Pembahasan

NLYSIS QICKBIRD IMGERY SING SPERISED ND NSPERISED CLSSIFICTION Latifa lfah ( ) Information System Major, Faculty of Computer and Technology Inf

Gambar 1. Satelit Landsat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Nilai Koefisien Limpasan di DAS Krueng Meureudu Provinsi Aceh

Transkripsi:

EVALUASI KLASIFIKASI BERBASIS OBJEK UNTUK PEMETAAN LIPUTAN HUTAN DAN LAHAN Muhammad Ardiansyah 1, Muhammad Rusdi 2 dan Abu Bakar Karim 2 1 Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Jl. Meranti No. 1 Kampus IPB Darmaga Bogor 16680 Tilp. + 62 +251 629 360 Fax. + 62 +251 629 358 email: ardysaja@yahoo.com 2 PS Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Tilp. +62 +651 51977 Abstrak Evaluation of Object Oriented Classification for Forest and Land Cover Mapping: Dynamics of forest and land cover is generally studied by following changes of its boundary and pattern at period of selected time. For wide area map or boundary of forest and land covers is made by digital classification of remote sensing data. The result of the classification such as accuracy of geometry and attribute depends on the classification approach and thus the classification method determines success of mapping. So that, this research is conducted to evaluate object oriented classification (OOC) in mapping of forest and land covers using Landsat and Quickbird data in 3 different study area: Gayo Lues Aceh, District I PT Wirakarya Sakti Jambi and Toro village, the National Park of Lore Lindu. This research is carried out to map forest and land covers using OOC and compare the results with method of maximum likelihood classification (MLC). The result show that OOC promise to greatly improve the analysis and the accuracy on each level classification class, so the result is seem more related and acceptable contextually to the field observation compare to the MLC. Nevertheless, that the OOC was able to map forest and land cover at higher level of classification system hierarchy, to present no effect of salt and paper, and to obtain higher accuracy compared to MLC in each area study. Keywords: OOC, MLC, forest and landcover, segmentation 1. PENDAHULUAN Dinamika liputan hutan dan lahan umumnya dipelajari dengan mengikuti perubahan batas atau pola liputan hutan dan lahan pada periode waktu tertentu. Untuk wilayah yang luas umumnya peta atau batas liputan hutan/lahan dibuat dengan melakukan klasifikasi secara digital data penginderaan jauh. Hasil klasifikasi seperti ketelitian atribut dan geometri ditentukan oleh metoda klasifikasi yang digunakan. Mengingat metode klasifikasi citra yang digunakan menentukan keberhasilan pemetaan, oleh karena itu salah satu persoalan pemetaan dengan menggunakan data Penginderaan Jauh adalah pemilihan metode klasifikasi. Klasifikasi citra biasanya dilakukan menggunakan dua metoda konvensional yaitu klasifikasi terbimbing (supervised classification) dan klasifikasi tidak terbimbing (unsupervised classification). Klasifikasi tidak terbimbing memiliki kelemahan, karena analis hanya memiliki sedikit kontrol terhadap kelas-kelas objek, yang menyebabkan kesulitan dalam perbandingan antar objek. Disamping itu, penciri spektral selalu berubah sepanjang waktu, sehingga hubungan antara respon spektral dengan kelas objek/liputan lahan tidak konstan, karena itu diperlukan pengetahuan detil mengenai spektral permukaan (Richard, 1993). Diantara prosedur klasifikasi terbimbing yang paling sering digunakan adalah maximum likelihood classification (MLC). Pendekatan ini memiliki kelemahan, yaitu banyak kesalahan klasifikasi yang muncul dalam bentuk poligon salt and pepper, terutama ketika piksel berada di luar area spesifik atau diantara area yang bertumpang tindih (Ardiansyah, 2004). MLC banyak digunakan pada citra beresolusi rendah sampai menengah seperti Landsat dan TIS-1

hanya mempertimbangkan nilai spektral. Perkembangan citra satelit saat ini telah mengarah ke citra resolusi tinggi seperti IKONOS, QuickBird yang menyajikan informasi bentuk, pola, dan tekstur lebih baik dari citra yang beresolusi rendah atau medium. Sejalan dengan peningkatan resolusi juga telah berkembang metode klasifikasi lain, yang dalam proses pengelompokan kelas-kelas objek dari liputan lahan tidak hanya memperhatikan nilai spektral, tetapi juga bentuk, pola dan tekstur. Salah satu metode yang makin dikembangkan adalah object oriented classification (OOC). Proses klasifikasi dalam metode ini menggunakan prosedur segmentasi dengan sistem hirarki, sehingga suatu karakteristik objek dapat ditambahkan dengan kumpulan informasi tambahan dari objek yang diklasifikasikan seperti bentuk, tekstur, konteks dan informasi lain yang terkait dengan objek yang diklasifikasikan. Penggunaan informasi tambahan ini akan memperkaya informasi dalam klasifikasi, sehingga dapat menghasilkan pengelompokan yang lebih homogen dan akurat. Perbedaan mendasar pada pendekatan ini dibandingkan dengan klasifikasi konvensional terletak pada unit dasar proses analisis citra berupa objek citra atau segmen, bukan piksel tunggal, serta tindakan klasifikasi yang harus diterapkan pada objek citra (Baatz and Shape, 2000). Berdasarkan kendala dan keterbatasan MLC yang disebutkan sebelumnya, dilakukan penelitian evaluasi OOC untuk diskriminasi liputan hutan terhadap liputan lahan lainnya menggunakan citra beresolusi medium dan tinggi. 2. METODE PENELITIAN 2.1. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di tiga lokasi yang dipilih dengan pertimbangan ketersediaan data, yaitu Kabupaten Gayo Lues Provinsi NAD yang mempunyai pola penutupan/penggunaan lahan hutan alam dan pemukiman, Distrik I PT. HTI Wirakarya Sakti Jambi yang mempunyai pola penutupan/penggunaan lahan hutan tanaman industri, dan wilayah Toro di Taman Nasional Lore Lindu Palu dengan pertimbangan memiliki liputan lahan hutan alam, hutan sekunder dan tersedia citra resolusi tinggi. 2.2. Data Penginderaan Jauh Data penginderaan jauh yang digunakan dalam penelitian ini adalah Landsat ETM+ path-row 130-057 akuisisi 2 Agustus 2000 (Gayo Lues), Landsat TM path-row 125-061 akuisisi 1 September 2000 (Distrik I), dan QuickBird Multispektral akuisisi 15 April 2004 (Toro). Software yang digunakan adalah ecognition v3.0, ERDAS Imagine 8.7, Geomatica/OrthoEngine v9.1, dan perangkat lunak pendukung lainnya. 2.3. Pengolahan Citra Citra TM dari wilayah penelitian dipotong dari citra utuh dengan mempertimbangkan batas lokasi penelitian. Masing-masing potongan citra direktifikasi terhadap peta RBI skala 1:50.000 menggunakan transformasi polinomial orde 2 dengan rata-rata rms 0.3 pixel. Normalisasi pengaruh atmosfer pada citra TM dilakukan dengan kompensasi terhadap pixel tercerah dan tergelap. Pemukiman dengan atap seng/asbes dipilih sebagai pixel tercerah, sedangkan sebagai pixel tergelap dipilih laut dalam. Citra Quickbird direktifikasi menggunakan model parametrik orbit satelit (rms=0.5) untuk menekan distorsi akibat geometri sensor, orbit dan ketinggian satelit, bentuk bumi, rotasi dan topografi. Rektifikasi dilakukan dengan Geomatica/OrthoEngine v9.1. Klasifikasi citra bertujuan memetakan area-area homogen dari liputan lahan, yang menyajikan tipe-tipe penutup lahan yang dominan di dalam area proyek. Untuk tujuan ini dilakukan segmentasi citra sebelum klasifikasi citra. Generalisasi citra selalu berarti hilangnya informasi. Inilah alasan kenapa dalam banyak kasus klasifikasi pixel-based digunakan untuk data satelit resolusi medium. Pada sisi lain, klasifikasi pixel-based selalu menghadapi masalah mixed-pixels dan menyajikan kenampakan saltand-pepper, sehingga dalam banyak kasus memerlukan pre- atau post-classification. Metode klasifikasi yang dievaluasi adalah OOC dan dibanding terhadap MLC. OOC dikerjakan TIS-2

dengan econition v3.0, sedangkan MLC dengan ERDAS Imagine 8.7. Prosedur OOC yang digunakan didalam penelitian ini meliputi tahap-tahap berikut: cropping liputan awan, segmentasi citra berdasarkan attribut sepektral dan spasial, pendefinisian kelas objek dan training set, klasifikasi fuzzylogic dari citra tersegmentasi, dan penilaian akurasi. Prosedur MLC yang digunakan didalam penelitian ini meliputi tahap-tahap berikut: cropping liputan awan, pendefinisian kelas objek dan training set, klasifikasi citra, dan penilaian akurasi. 2.4. Pengukuran Lapangan Kegiatan lapangan meliputi pekerjaan: Orientasi lapangan untuk memperoleh gambaran umum dari lokasi penelitian Penentuan penutupan/penggunaan lahan yang belum diketahui pada pendefinisian objek, dan verifikasi kebenaran hasil klasifikasi. Penempatkan plot di lapangan untuk pewakil tipe penutupan/penggunaan lahan. Kedudukan plot di lapangan diukur dengan GPS. Pengukuran-pengukuran biofisik yang diperlukan pada plot, seperti kerapatan, diameter batang, dan tinggi pohon. diambil 3 kelas objek yaitu hutan alam, HTI dan tanah terbuka, sedangkan untuk wilayah Toro dipilih hutan primer, hutan sekunder, tegalan/kebun, sawah, pemukiman, badan air, dan tanah terbuka. 3.2. Klasifikasi Klasifikasi dengan MLC pada citra ETM+ dan TM dari lokasi Gayo Lues dan Distrik I memperlihatkan misclassification dan efek salt and paper (Gambar 1 dan 2). Efek tersebut makin banyak ketika klasikasi MLC diterapkan pada citra QuickBird seperti disajikan pada Gambar 3. Mansor et al. 2003 menyebut bahwa klasifikasi pixel based menghadapi kesulitan terutama untuk citra resolusi sangat tinggi seperti IKONOS dan QuickBird, sedangkan untuk resolusi sedang seperti pada Landsat TM menghasilkan karakteristik efek klasifikasi yang disebut salt and pepper yang tidak konsisten, dan jauh dari kemampuan ekstraksi objek yang diinginkan. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Liputan Hutan dan Lahan Berdasarkan pemeriksaan lapangan penutup/ penggunaan lahan dominan di Gayo Lues adalah hutan alam, hutan rakyat, hutan pinus, kebun campuran, tegalan, sawah, semak belukar, dan perkampungan, sedangkan pada Distrik I dijumpai penutup/penggunaan lahan: hutan alam, HTI, dan tanah terbuka. Pada wilayah Toro liputan lahan dominan adalah hutan alam, hutan sekunder, perkebunan rakyat, tegalan, tanah terbuka, dan sawah. Dari informasi di atas ditetapkan kelas objek utama untuk mengekstrak area homogen dari citra. Untuk citra ETM+ Gayo Lues ditetapka kelas objek hutan alam, hutan rakyat, pemukiman, tanah terbuka dan badan air, untuk Distrik I Hutan Hutan Rakyat Sungai Gambar 1. Hasil MLC Citra ETM+ Gayo Lues OOC dilakukan pada citra tersegmentasi. Proses segmentasi menggunakan kriteria homogenitas berdasarkan parameter skala (scale parameter). Parameter skala merupakan nilai sembarang yang menentukan heterogenitas maksimum yang diperbolehkan untuk menghasilkan objek tanpa korelasi langsung dengan ukuran pixel. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 1. TIS-3

menjadi hutan primer dan sekunder, sedangkan non-hutan menjadi tegalan/ladang, sawah, pemukiman, badan air, tanah terbuka dan jalan. HTI Gambar 2. Hasil MLC Citra TM Distri I PT WKS Masalah kemiripan respon spektral dari beberapa vegetasi dan kecilnya dimensi spasial tajuk pohon dari pada resolusi pixel pada MLC citra TM Distrik I diatasi dengan membuat kelas objek menjadi lebih detil. Oleh karena itu citra TM Distrik I disegmentasi dengan 3 level, dimana pada level pertama hanya memisahkan hutan dan non hutan, level dua memisahkan hutan menjadi HTI dan hutan alam, dan level ketiga membedakan HTI menjadi Acaccia mangium dan Acacia cracicarpa. Sawah Hutan Sekunder Tubuh Air Pemukiman Kebun Dengan mengklasifikasikan citra tersegmentasi kedalam kelas-kelas objek yang didefinisikan dapat dihasilkan area-area homogen dari citra yang menggambarkan penutup/penggunaan lahan dari wilayah penelitian. Pada kondisi ini masalah misclassification dan kenampakan salt and peper seperti pada MLC sedikit dijumpai. Dengan lain perkataan hasil generalisasi OOC secara kontektual sesuai dengan kenampakan liputan lahan di lapangan. Hasil OOC masing-masing lokasi disajikan pada Gambar 4 6. Gambar 3. Hasil MLC Citra QuickBird Toro Tabel 1. Parameter Segmentasi Lokasi Segmentasi Skala Homogenitas Warna Bentuk Gayo Lues Level 1 5 0,8 0,2 PT.WKS Level 1 15 0,8 0,2 Level 2 7 0,8 0,2 Level 3 3 0,8 0,2 Toro Level 1 50 0,8 0,2 Level 2 25 0,8 0,2 OOC Citra ETM+ Gayo Lues dibuat dengan satu level segmentasi. Kendala kemiripan spektral dari sungai dan sawah, yang dijumpai pada MLC, diatasi dengan membedakannya kedalam 2 kelas objek. Untuk lokasi Toro segmentasi dibuat dua level kelas, dimana level pertama untuk mengelompokan kelas objek hutan dan non-hutan, level keduanya untuk memisahkan kelas objek menjadi lebih detil, dimana hutan dipisahkan Hutan Rakyat Tubuh Air Sawah Gambar 4. Hasil OOC Citra ETM+ Gayo Lues Dari Gambar 4-6 dapat dilihat bahwa OOC efektiv digunakan untuk aplikasi pemetaan liputan hutan pada semua lokasi penelitian. Meskipun resolusi dari citra ETM+ dan TM rendah, hutan alam dapat dibedakan dan didelineasi terhadap hutan sekunder, hutan tanaman industri dan penutup lahan lainnya. Sebagai tambahan pada citra TM Distrik I hutan tanaman industri dapat TIS-4

dipisahkan lebih detil kedalam A. mangium dan crassicarpa dengan batas-batas yang jelas dan homogen. A. mangium A. crassicarpa Gambar 5. Hasil OOC Citra TM Distri I PT WKS akurasinya rendah dengan akurasi total 72,00% dan kappa 63,69%, hal ini sesuai dengan hasil klasifikasinya yang banyak menyajikan kenampakan salt and paper (lihat Gambar 3) Akurasi MLC hanya terjadi pada satu level klasifikasi, sehingga untuk memperoleh akurasi yang lebih tinggi/baik harus dilakukan perbaikan training set dan reklasifikasi citra. Pada OOC akurasi dapat dievaluasi pada setiap level klasifikasi. Nilai akurasi OOC dari yang tertinggi sampai terendah berturut-turut adalah citra QuickBird Toro dengan akurasi total 100% dan kappa 100% baik pada level 1 maupun level 2, citra TM Distrik I pada level 1 dan 2 keduanya menghasilkan akurasi total 100% dan kappa 100%, dan level 3 dengan akurasi total 94,10% dan kappa 88,10 %; dan Citra ETM+ Gayo Lues dengan akurasi total 94,70% dan kappa 93,40%. Hal di atas berindikasi bahwa ketelitian OOC dalam memisahkan kelas-kelas objek lebih tinggi dibandingkan dengan akurasi MLC. Selain itu, pada OOC dimungkinkan untuk mengetahui secara detil dan terstruktur nilai akurasi dari tiap level yang dibuat, sehingga hasil klasifikasi dapat disempurnakan pada level yang diinginkan. 4. KESIMPULAN Sawah Hutan Sekunder Tubuh Air Pemukiman Kebun OOC efektiv digunakan untuk aplikasi pemetaan liputan hutan pada semua lokasi penelitian. Meskipun resolusi dari data ETM+ dan TM rendah, hutan alam dapat dibedakan dan didelineasi terhadap hutan sekunder, hutan tanaman industri dan penutup lahan lainnya. Gambar 6. Hasil OOC Citra QuickBird Toro Peta yang diperoleh dari OOC mungkin berkorelasi dengan pengamatan-pengamatan lapang pada level desa atau level regional dan dengan demikian dapat menerangkan pola-pola landskap yang kecil dan heterogen pada wilayah pertanian intensif seperti banyak di jumpai di Indonesia. 3.3. Akurasi Akurasi MLC pada citra Landsat yang tertinggi sampai terendah berturut-turut adalah Distrik I dengan akurasi total 93,33% dan kappa 87,66%, Gayo Lues dengan akurasi total 85,95% dan kappa 80,41%. Untuk citra QuickBird Toro OOC dapat memetakan liputan hutan/lahan pada hirarki sistem klasifikasi yang lebih tinggi, tidak menghasilkan efek salt and paper, dan menyajikan ketelitian klasifikasi lebih tinggi dibandingkan klasifikasi MLC. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bappeda Gayo Lues Nanggroe Aceh Darussalam, Proyek Penelitian Hibah Bersaing XII - DP3M, STORMA Indonesian German Research Program, dan PT HTI Wirakarya Sakti Jambi atas dukungan finansial dan fasilitas selama penelitian ini berlangsung. TIS-5

DAFTAR PUSTAKA Ardiansyah, M. dan M. Rusdy, 2004. Diskriminasi Tegakan HTI (Hutan Tanaman Industri) Menggunakan Object Oriented Classification: Studi Kasus Pt. Hti Wira Karya Sakti, Jambi. Proceding PIT 13 MAPIN. Baatz, M. and A. Shape, 2000. Multiresolution Segmentation an optimization approach for high quality multiscale image segmentation. Angewandte Geographische Informationsverarbeitung XII. Wichmann, Heidelberg. Mansor S., TH. Wong and AR. M Sharif, 2003. Object Oriented Clasification for Land Cover Mapping. Spatial and Numerical Modelling Laboratory. ITMA Universiti Putra Malaysia. Richards, JA, 1993. Remote Sensing Digital Image Analysis: An Introduction. Springer- Verlag, Berlin. TIS-6