Binti Wulansari, Srini M Iskandar, dan Ida Bagus Suryadharma Jurusan Kimia FMIPA

dokumen-dokumen yang mirip
Arifah Zurotunisa, Habiddin, Ida Bagus Suryadharma Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Malang

Auliya Puspitaningtyas, Parlan, Dedek Sukarianingsih Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

Ragil Kurnianingsih 1, Srini M. Iskandar 1, dan Dermawan Afandy 1 Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Malang

Kata kunci: Learning Cycle 5 Fase, stoikiometri, prestasi belajar

METODE. Kata kunci: inkuiri terbimbing, hasil belajar, larutan elektrolit dan larutan non elektrolit

Widhar Dwi Utami, I Wayan Dasna, Oktavia Sulistina Universitas Negeri Malang

Kata kunci: Inkuiri Terbimbing kolaboratif, hidrolisis garam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi

Mono Eviyanto, Ridwan Joharmawan, Dermawan Afandy Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

PERBEDAAN HASIL BELAJAR PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5 FASE (LC 5-E) & LC 5E-STAD PADA MATERI TERMOKIMIA KELAS XI SMK NEGERI 6 MALANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (Quasi Experimental

Inge Ratna Dwi Alitalya, Puger Honggowiyono. Kata-kata kunci: Numbered Head Together (NHT), CTL, NHT berbasis CTL

Iqma Novianty, Oktavia Sulistina, Neena Zakia Universitas Negeri Malang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1

BAB III METODE PENELITIAN. peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains pada

Rezki Hidayat*, Maria Erna **, R Usman Rery*** NO Hp:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. materi, sarana, serta prasarana belajar. Variabel bebas adalah lembar kerja siswa

BAB III METODE PENELITIAN. penjelasan tentang istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian. Penjelasan

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen

Ary Nuraini Nachdhiyah, Endang Budiasih, Dedek Sukarianingsih Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

Iklilul Millah, Parlan, Dedek Sukarianingsih Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

STUDI PENERAPAN STRATEGI METAKOGNITIF PADA MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING (PBL) TERHADAP METAKOGNITIF DAN HASIL BELAJAR SISWA

PERBEDAAN METAKOGNITIF SISWA MELALUI METODE THINK PAIR SQUARE DAN METODE PROBLEM SOLVING PADA MATA PELAJARAN TIK KELAS X

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA semester genap SMA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB IV. A. Deskripsi dan Analisis Data 1. Deskripsi Data

PENGEMBANGAN BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA SMA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LAJU REAKSI DAN KESETIMBANGAN KIMIA

PENERAPAN STAD DALAM PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DAN PENGARUHNYA TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

PENCAPAIAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL SNOWBALLING PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

Dita Ningtias, Ridwan Joharmawan, Yahmin Universitas Negeri Malang

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN 5-E LEARNING CYCLE TERHADAP KERJA ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA BAGI SISWA KELAS X MIA SMA LABORATORIUM UM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Quasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sebenarnya (Suryabrata, 2005 : 38). Dalam penelitian ini peneliti ingin

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Nuriah Habibah*, Erviyenni**, Susilawati*** No.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan tiga variabel, yaitu model pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan untuk penelitian, sehingga peneliti harus menerima apa adanya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Puger Honggowiyono, Dedy Arif Budiawan

Evi Aspirani SMAN 1 Mare, jalan Makmur no.1 Kec. Mare, Kabupaten Bone

Dosen Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang 2 Mahasiswa Pasca sarjana UM.

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALLING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 MALANG

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP HASIL BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH

Kholifatul Maghfiroh, Asim, Sumarjono Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk Penelitian Kuantitatif dengan metode quasi

BAB III METODE PENELITIAN

Nanda Maikristina, I Wayan Dasna, Oktavia Sulistina Universitas Negeri Malang

Wardah Fajar Hani, 2) Indrawati, 2) Subiki 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika. Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi Pendidikan Biologi OLEH :

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI JAMUR DI KELAS X SMK NEGERI 1 RAMBAH TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

ARTIKEL ILMIAH. Oleh Yuniarti A1C112021

BAB III METODE PENELITIAN A.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandar Lampung yang terletak di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan desain Nonequivalent Control Group Design. Desain ini sama

Mahasiswa S1 Pendidikan Kimia, FKIP, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN METODE RESITASI BERBASIS MOODLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN WEB DESIGN

Pengaruh Model Pembelajaran ARIAS dengan Pendekatan CTL terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII SMPN 1 Padang

PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR DAN KETERAMPILAN METAKOGNISI TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester ganjil SMP

BAB III METODE PENELITIAN. experiment. Penelitian quasy experiment memiliki variabel kontrol, tetapi

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TSTS TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X MAN 3 MALANG PADA MATERI REAKSI REDOKS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Unesa Journal Of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 3, pp , September 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas Eksperimen : O X O... Kelas Kontrol : O O (Sugiyono, 2013)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan penjelasan definisi operasional sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEVELS OF INQUIRY TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS TERPADU DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI SMAN 2 PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Mahasiswa Prodi Kimia, Jurusan PMIPA, FKIP, Universitas Sebelas Maret, Surakarta 2

*Keperluan korespondensi, HP: ,

*Keperluan Korespondensi, telp: ,

Fesy Mintania, Muhammad Su aidy, dan I Wayan Dasna Jurusan Kimia FMIPA

PENGARUH MODEL PROJECT-BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS XI MIA SMA NEGERI 1 KEPANJEN

Wahyu Nugraha Putra, Sujono; Perbedaan Hasil Belajar Menggunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Titian Ilmu Vol. IX, No. 1, 2015

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ibnu Hadjar Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Tadulako

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi

( Pembelajaran Biologi Kelas XI IPA Semester 2 di SMA Negeri 7 Kota Kediri Tahun Pelajaran 2014/2015) TESIS

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, sedangkan

PENGARUH TEKNIK MENCATAT PETA PIKIRAN DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X MAN 1 MALANG

BAB III METODE PENELITIAN

THE USE OF COOPERATIVE THINK PAIR SHARE (TPS) LEARNING MODEL TO IMPROVE STUDENTS ACHIEVEMENT ON BUFFER SOLUTION AT CLASS XI SAINS SMAN 1 SUNGAI APIT

PENGARUH PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING. Info Artikel. Abstrak.

Firmansyah, Srini M. Iskandar, Darsono Sigit Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

Transkripsi:

Pengaruh Penerapan Keterampilan Metakognitif Pada Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar dan Motivasi Belajar Siswa Kelas XI SMAN I Malang Pada Materi Larutan Penyangga Binti Wulansari, Srini M Iskandar, dan Ida Bagus Suryadharma Jurusan Kimia FMIPA Email:bintiwulansari@gmail.com ABSTRAK: Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar dan mendeskripsikan motivasi belajar antara siswa yang dibelajarkan menggunakan inkuiri terbimbing disertai metakognitif dengan yang dibelajarkan menggunakan inkuiri terbimbing saja. Penelitian yang dilakukan menggunakan rancangan ekperimental semu dengan Post-test only dan deskriptif. Sampel terdiri dari dua kelas diambil dengan cara undian kelas. Instrumen terdiri dari 25 soal dengan validasi isi 81,06 % dan reliabilitas 0,757. Angket motivasi terdiri dari 36 pernyataan. Data dianalisis dengan uji-t berbantuan SPSS 16.0 for Windows pada taraf signifikasi 0,05. Hasil penelitian adalah: (1) terdapat perbedaan hasil belajar kognitif yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. (2) hasil belajar afektif, psikomotorik, dan motivasi belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol Kata kunci: inkuiri terbimbing, metakognitif, hasil belajar, larutan penyangga, motivasi belajar PENDAHULUAN Kegiatan pembelajaran kimia terutama pembelajaran larutan penyangga di SMAN I Malang belum maksimal karena pembelajaran yang digunakan berpusat pada guru dan tidak mengutamakan keaktifan siswa dalam penemuan dan penguasaan konsep sehingga penguasaan siswa terhadap materi kimia khususnya larutan penyangga tergolong kurang dan masih banyak siswa yang tidak bisa membedakan konsep larutan penyangga dan hidrolisis garam. Hal itu diketahui dari nilai siswa mencapai KKM 75 sekitar 60% jika soal berupa konsep, jika soal berupa hitungan siswa yang mencapai nilai diatas KKM sekitar 70% (Hasil wawancara dengan guru kimia di SMAN I Malang tanggal 26 September 2012). Pembelajaran yang berpusat pada guru di SMAN I Malang tidak sesuai dengan BSNP (2007: 6) yang menyatakan bahwa proses pembelajaran harus interaktif dan menjadikan siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Salah satu model pembelajaran kimia yang berpusat pada siswa serta berbasis eksperimen adalah model inkuiri terbimbing. Schwab (dalam Barrow, 2006: 266) merekomendasikan pembelajaran sains dengan berbasis inkuiri. Selain dengan penyelidikan laboratorium untuk belajar konsep, siswa juga membaca buku, hasil penelitian, dan mendiskusikan data hasil penelitian. Metakognitif adalah serangkaian proses untuk mengontrol aktifitas kognitif dan memastikan tujuan kognitif tercapai (Livingstone, 1997: 1). Kemampuan metakognitif dapat memudahkan siswa dalam menyelesaikan tugas yang sulit, lebih percaya diri terhadap kemampuannya, dan lebih bisa bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan (Daley dalam Nbina 2010: 35). Beberapa penelitian mengenai inkuiri terbimbing dan keterampilan metakognitif dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar siswa sehingga penelitian penerapan keterampilan metakognitif pada inkuiri terbimbing diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar 1

siswa dan mendeskripsikan motivasi belajar antara siswa yang dibelajarkan menggunakan inkuiri terbimbing disertai metakognitif dengan yang dibelajarkan menggunakan inkuiri terbimbing saja. Sintaks inkuiri terbimbing disertai keterampilan metakognitif dapat dilihat pada Gambar 1. Tujuan Prosedur Keterampilan Metakognitif Pemilihan prosedur Kelemahan/ kelebihan Evaluasi Tercapainya tujuan Pemberian Masalah Pengambilan keputusan Hipotesis diterima/ditolak Proses Inkuiri Terbimbing Penyusunan hipotesis Evaluasi hipotesis Eksperimen/ studi literatur Analisis Data Gambar 1 : Sintaks pembelajaran inkuiri terbimbing disertai Keterampilan Metakognitif METODE Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan deskriptif dan eksperimental semu (Quasi Experiment Design) dengan posttest only. Kelas kontrol dibelajarkan dengan inkuiri terbimbing saja sedangkan kelas eksperimen dibelajarkan dengan inkuiri terbimbing disertai keterampilan metakognitif. Sampel terdiri dari dua kelas diambil dengan cara undian kelas. Instrumen perlakuan dalam penelitian ini meliputi silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun berdasarkan KTSP, Lembar Kerja Siswa (LKS), 2

jurnal individu siswa kelas eksperimen, serta bahan ajar materi larutan penyangga. Instrumen pengukuran adalah test terdiri 25 soal dengan validasi isi 81,06 % cukup tinggi ( Gabel dkk, dalam Rikawati, 2007), reliabilitas 0,757 dan angket motivasi terdiri dari 36 pernyataan. Hasil uji coba dianalisis indeks kesukaran, daya beda soal, validitas, dan reliabilitas soal dengan berbantuan SPSS 16.0 for Windows dan M.S Excel. Berdasarkan analisis indeks kesukaran didapatkan soal kriteria mudah, 13 soal kriteria sedang, 8 soal kriteria sukar. Hasil analisis daya beda soal didapatkan 9 butir soal dengan kategori mudah, 13 soal dengan kategori sedang, dan 8 soal dengan kategori sukar. Hasil analisis daya beda butir soal didapatkan 12 soal kategori jelek, 13 soal kategori cukup, dan 5 soal kategori baik (Arikunto, 2009: 208-21). Pengumpulan data terdiri dari tahap pertama yaitu persiapan meliputi observasi, pembuatan proposal, pembuatan instrumen, validasi instrumen oleh tenaga ahli, uji coba instrumen, serta penetapan sampel. Tahap kedua meliputi pelaksanaan pembelajaran, melakukan observasi untuk penilaian afektif dan psikomotorik, penyebaran angket, pelaksanaan tes akhir larutan penyanga pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dilakukan oleh peneliti dibantu observer Septika Ariyanti dan Yoranda Meinita. Tahap ketiga mengumpulkan semua data dan membuat laporan penelitian. Data hasil belajar kognitif dianalisis secara statistik yaitu dengan uji prasyarat analisis terdiri dari uji normalitas dan homogenitas. Jika data yang didapatkan terdistribusi normal dan homogen digunakan uji t, jika tidak terdistribusi normal dan tidak homogen digunakan uji U (Mann-Whitney). Kriteria untuk Uji t adalah apabila t hitung < t tabel atau α hitung > 0,05 maka H 0 diterima artinya tidak ada perbedaan hasil belajar kognitif antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing disertai keterampilan metakognitif dengan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing saja. Data hasil belajar afektif, psikomotorik serta angket motivasi dianalisis secara deskriptif. Kriteria motivasi belajar dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Kategori Motivasi Belajar Siswa Rentang nilai Kategori 36-64 Sangat tidak termotivasi 64-93 Tidak termotivasi 94-122 Kurang termotivasi 123-151 Termotivasi 152-180 Sangat termotivasi HASIL Keterlaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing disertai keterampilan metakognitif dapat terlaksana dengan cukup baik sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Pada pertemuan pertama siswa mengalami kesulitan mengisi jurnal metakognitif. Pertemuan kedua, siswa kesulitan memahami materi yang telah dituliskan pada jurnal metakognitif. Pada pertemuan ketiga dan keempat siswa 3

lebih memahami konsep yang telah dituliskan pada jurnal metakognitif. Pada pertemuan kelima persiapan belajar menjadi lebih baik. Data kemampuan awal siswa didapatkan dari nilai rapor semester ganjil dengan rata-rata nilai kelas kontrol sebesar 81,5 dan kelas eksperimen sebesar 82,4. Uji normalitas dan homogenitas menunjukkan bahwa kedua sampel terdistribusi normal dan homogen. Uji kesamaan rata-rata kemampuan awal siswa dengan taraf signifikasi 0,201 maka dapat disimpulkan bahwa kedua sampel memiliki kemampuan yang sama. Data hasil belajar kognitif diperoleh nilai tertinggi kelas eksperimen adalah 96,0 dan kelas kontrol adalah 95,0. Nilai terendah kelas eksperimen adalah 50 dan kelas kontrol adalah 21. Hasil uji normalitas dan homogenitas hasil belajar kognitif siswa adalah kedua kelas terdistribusi normal dan homogen sehingga digunakan uji t. Berdasarkan hasil uji t, didapatkan t hitung (2,240) > t tabel (1,667) dengan taraf signifikasi 0,05 maka dapat disimpulkan H 0 ditolak yang berarti bahwa ada perbedaan hasil belajar kognitif yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Inkuiri terbimbing disertai keterampilan metakognitif dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing saja pada materi larutan penyangga. Hasil belajar afektif siswa dipaparkan dalam persentase dengan kriteria cukup, baik, dan sangat baik. Presentase nilai afektif dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Persentase Nilai Afektif Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Pertemuan Kelas Kontrol Kelas Eksperimen ke- Cukup Baik Sangat Baik Cukup Baik Sangat baik I 22,2% 63,8% 8,3% 13,8% 77,8% 13,9% II 16,7% 2,05% 27,8% 8,3% 63,9% 58,3% III 11,1% 27,8% 30,6% 5,6% 63,9% 61,1% IV 5,5% 44,4% 63,9% 0,0% 36,1% 50,0% V 5,5% 38,8% 88,9% 0,0% 11,1% 55,5% Rata-rata 12,2% 35,4% 43,9% 5,5% 50,6% 47,8% Nilai afektif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sama-sama mengalami peningkatan secara signifikan namun peningkatan nilai afetif kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing disertai dengan keterampilan metakognitif lebih meningkatkan hasil belajar afektif siswa dari pada pembelajaran inkuri terbimbing saja. Hasil belajar psikomotorik siswa diperoleh dari nilai kinerja selama kegiatan praktikum. Indikator yang diukur selama kegiatan praktikum berlangsung meliputi : (a) cara membersihkan peralatan praktikum, (b) cara memipet, (c) cara mengukur volume larutan dan (d) cara mengukur ph larutan dengan indikator universal. Rata-rata nilai psikomotorik kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada Gambar 2. 4

Gambar 2 Grafik Rata-rata Nilai Psikomotorik Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Hasil motivasi belajar siswa diukur berdasarkan indikator perhatian (attention), relevansi (relevance), percaya diri (confidence), dan kepuasan (satisfaction). Motivasi belajar siswa diukur dengan menggunakan angket motivasi. Dari angket motivasi dengan skala likert dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju kemudian didapatkan jumlah siswa dan persentase siswa yang masuk dalam kriteria sangat termotivasi. Presentase motivasi belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Persentase Motivasi Belajar Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Kategori Motivasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Siswa % Siswa % Sangat termotivasi 0 0% 0 0% Termotivasi 25 69,4% 22 61,1% Kurang termotivasi 11 30,6% 7 19,4% Tidak termotivasi 0 0% 5 13,9% Sangat tidak termotivasi 0 0% 2 5,6 % Perolehan nilai keterampilan metakognitif didapat dari hasil pelatihan keterampilan sebelum dan sesudah pembelajaran larutan penyangga pada kelas eksperimen. Keterampilan metakognitif yang dinilai meliputi : (a) kemampuan siswa dalam mebuat perancanaan belajar dan (b) kemampuan siswa dalam melakukan kegiatan refleksi setelah proses pembelajaran. Keterampilan metakognitif dilatihkan selama lima kali. Grafik nilai rata-rata keterampilan metakognitif dapat dilihat selengkapnya pada Gambar 3. 5

65,6 70 73,7 76 80,8 Gambar 3 Grafik Nilai Rata-rata Keterampilan Metakognitif Siswa Kelas Eksperimen PEMBAHASAN Pada pertemuan pertama, tujuh siswa masih bingung mengenai tatacara penulisan jurnal metakognitif sehingga guru harus menjelaskan kembali tatacara penulisan jurnal dan membutuhkan waktu lebih. Pada pertemuan kedua, siswa mulai memahami menuliskan jurnal metakognitifnya namun lima siswa tidak memahami konsep yang dituliskan pada jurnal metakognitifnya. Pada pertemuan ketiga, siswa mulai bisa memahami konsep sesuai dengan yang dituliskan pada jurnal metakognitif namun siswa menemui kesulitan ketika menganalisis data mengenai penentuan rumus ph larutan penyangga. Pada pertemuan keempat, hambatan pada waktu pembelajaran yang dilaksanakan 45 menit. Pada tahap analisis data, enam siswa yang kurang mempersiapkan belajarnya membutuhkan waktu yang lebih lama dalam menganalisis data. Pada pertemuan kelima sama dengan pertemuan keempat, lima siswa membutuhkan waktu lebih dalam analisis data namun saat evaluasi hipotesis ketika presentasi di depan kelas, siswa sudah berani menjelaskan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas meski ada beberapa konsep yang perlu diklarifikasi. Rata-rata hasil belajar kognitif kelas eksperimen adalah 80,08 sedangkan rata-rata kelas kontrol adalah 72,19. Setelah dianalisis dengan uji t dua pihak diperoleh nilai t hitung > t Tabel dan nilai signifikasi 0,028< 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil belajar kognitif yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing disertai keterampilan metakognitif lebih bisa digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa daripada pembelajaran inkuiri terbimbing saja. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Setyowati, 2011) melaporkan bahwa pembelajaran Learning Cycle 5E disertai keterampilan metakognitif lebih efektif meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Berdasarkan penelitian ini, keterampilan metakognitif dalam pembelajaran inkuiri 6

terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar kognitif sehingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal. Pembelajaran inkuiri terbimbing menjadikan siswa mengkonstruksi konsep dan berdiskusi dalam penemuan konsep sehingga siswa mendapatkan pengetahuan lebih bermakna dalam jangka panjang. Pelatihan keterampilan metakognitif menyadarkan siswa untuk belajar, merencanakan belajarnya, mengontrol proses belajarnya, menilai sejauh mana kemampuannya sendiri sebagai pelajar serta merefleksi pembelajarannya, serta menilai kelemahan dan kelebihannya sebagai pelajar. Inkuiri terbimbing disertai keterampilan metakognitif menjadikan siswa menjadi pebelajar aktif dan mandiri sehingga berdampak pada hasil belajar yang maksimal. Penelitian ini sesuai dengan pendapat Livingstone (1997: 1) yang menyatakan bahwa metakognitif memungkinkan siswa menjadi pebelajar sukses. Dengan aktifitas metakognitif berupa perencanaan menyelesaikan tugas, memantau pemahaman, dan mengevaluasi kemajuan dapat mengontrol secara aktif proses kognitif siswa. Penelitian Setyowati (2011) melaporkan bahwa siswa lebih siap secara fisik dan mental sebelum mengikuti pembelajaran dengan penggunaan jurnal metakognitif dalam pembelajaran model CLC 5E. Hasil penelitian Amnah (2011) juga melaporkan bahwa pemberian latihan dengan strategi metakognitif dengan membuat ringkasan dari bahan yang dibaca sangat efektif mengembangkan kontrol metakognitif siswa sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa. Penelitian ini sesuai dengan pendapat Livingstone (1997: 1) yang menyatakan bahwa metakognitif memungkinkan siswa menjadi pebelajar sukses. Dengan aktifitas metakognitif berupa perencanaan menyelesaikan tugas, memantau pemahaman, dan mengevaluasi kemajuan dapat mengontrol secara aktif proses kognitif siswa. Hasil pembelajaran belum lengkap jika yang dicapai hanya satu ranah saja, dari tiga ranah yaitu afektif, kognitif dan psikomotorik (Surya, 2004: 17). Hasil belajar afektif yang diukur pada penelitian ini meliputi kejujuran, tanggung jawab, keaktifan dan perhatian terhadap presentasi kelompok. Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa rata-rata nilai afektif siswa yang dibelajarkan dengan inkuiri terbimbing disertai keterampilan metakognitif adalah 47,8% kategori sangat baik, 50,6% kategori baik dan 5,5% kategori cukup. Rata-rata nilai afektif siswa yang dibelajarkan tanpa keterampilan metakognitif adalah 43,9% kategori sangat baik, 35,4% kategori baik dan 12,2% kategori cukup. Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan bahwa hasil belajar afektif baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen dari pertemuan pertama sampai kelima terus mengalami peningkatan. Namun rata-rata hasil belajar afektif dari kelima pertemuan siswa kelas eksperimen (75,12) lebih tinggi dari pada kelas kontrol (70,46). Berdasarkan persentase dan rata-rata nilai afektif dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing disertai keterampilan metakognitif lebih efektif meningkatkan hasil belajar afektif siswa daripada pembelajaran inkuiri terbimbing saja. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Dwivanty (2009) yang melaporkan bahwa inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar afektif siswa. Temuan ini juga didukung oleh penelitian Setyowati (2011) melaporkan bahwa hasil belajar afektif siswa yang dibelajarkan dengan LC disertai metakognitif lebih tinggi daripada siswa yang dibelajarkan dengan LC tanpa metakognitif. Hasil belajar psikomotorik yang diukur meliputi: (a) cara membersihkan peralatan praktikum, (b) cara memipet, (c) cara mngukur volume larutan, dan (d) 7

cara mengukur ph larutan dengan indikator universal. Berdasarkan Gambar 2 dapat diketahui bahwa rata-rata nilai psikomotorik siswa kelas eksperimen sebesar 89,3 sedangkan kelas kontrol sebeasar 83,09. Nilai rata-rata psikomotorik siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol, hal ini disebabkan karena siswa kelas eksperimen lebih mempersiapkan diri mengikuti kegiatan praktikum. Penelitian mengenai nilai psikomotorik ini sesuai dengan penelitian Setyowati (2011) melaporkan bahwa siswa yang dibelajarkan dengan Learning Cycle 5E disertai metakognitif memiliki rata-rata nilai psikomotorik lebih tinggi sebesar 88,2 dari pada siswa yang dibelajarkan dengan Learning Cycle 5E tanpa keterampilan metakognitif sebesar 86,3. Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol persentase motivasi siswa kategori sangat termotivasi sebesar 0%. Persentase motivasi siswa kategori termotivasi pada kelas eksperimen sebesar 69,4% sedangkan kelas kontrol sebesar 61,1%. Persentase motivasi siswa kategori kurang termotivasi pada kelas eksperimen sebesar 30,6% sedangkan kelas kontrol sebesar 19,4%. Persentase motivasi kategori tidak termotivasi pada kelas eksperimen sebesar 0% sedangkan kelas kontrol sebesar 13,9%. Persentase motivasi siswa kategori sangat tidak termotivasi pada kelas eksperimen sebesar 0% sedangkan kelas kontrol sebesar 5,6%. Berdasarkan persentase tersebut, dapat diketahui bahwa motivasi siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada motivasi kelas kontrol namun selisih persentase tidak terlalu jauh. Pada kelas eksperimen tidak ada siswa yang tidak termotivasi dan sangat tidak termotivasi, sedangkan pada kelas kontrol terdapat lima siswa yang tidak termotivasi dan dua siswa yang sangat tidak termotivasi. Berdasarkan penelitian ini ditemukan bahwa pelatihan keterampilan metakognitif dengan jurnal metakognitif terbukti dapat meningkatkan motivasi siswa. Pelatihan jurnal metakognitif melatih siswa menyiapkan bahan belajar dan menuliskan konsep-konsep yang sukar dalam jurnalnya sehingga siswa merasa tertantang untuk mengikuti proses pembelajaran agar dapat lebih memahami konsep sukar tersebut dan rasa keingintahuan terhadap konsep sukar semakin besar. Temuan ini sesuai dengan pendapat Dimyati dan Mudjiono (2009: 105) yang menyatakan bahwa optimalisasi pemanfaatan pengalaman siswa yaitu dengan menugasi siswa membaca bahan sebelumnya, tiap apa yang dibaca dicatat hal-hal sukar lalu catatan hal-hal sukar diserahkan pada guru dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Setyowati (2011) yang melaporkan bahwa rata-rata nilai motivasi belajar siswa yang dibelajarkan dengan Learning Cycle 5E disertai keterampilan metakognitif lebih tinggi daripada motivasi belajar siswa yang dibelajarkan dengan model Learning Cycle 5E tanpa keterampilan metakognitif. Rata-rata nilai motivasi belajar siswa kelas Learning Cycle 5E disertai keterampilan metakognitif sebesar 84,3 dan rata-rata nilai motivasi belajar siswa kelas Learning Cycle 5E tanpa keterampilan metakognitif sebesar 73,2. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian Rad (2012) yang menyatakan bahwa metakognisi dan motivasi belajar siswa berkolelasi positif, artinya jika siswa memiliki keterampilan metakognitif yang tinggi maka akan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. 8

KESIMPULAN Pelaksanaan metode pembelajaran inkuiri terbimbing disertai keterampilan metakognitif pada kelas XI IA 6 SMA Negeri I Malang terlaksana dengan cukup baik, hal ini ditunjukkan oleh kesesuaian keterlaksanaan pembelajaran dengan RPP. Terdapat perbedaan hasil belajar kognitif antara kelas yang dibelajarkan dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing disertai dengan keterampilan metakognitif dan kelas yang dibelajarkan dengan metode inkuiri terbimbing saja, sehingga ada pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing disertai dengan keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar siswa. Dari hasil uji-t diperoleh nilai t hitung > t tabel (2,240 > 1,667) dan nilai rata-rata kelas eksperimen yang dibelajarkan dengan metode inkuiri terbimbing disertai keterampilan metakognitif sebesar 80,08 sedangkan nilai rata-rata kelas kontrol yang dibelajarkan dengan inkuiri terbimbing saja sebesar 72,19. Hasil belajar afektif siswa yang dibelajarkan dengan inkuiri terbimbing disertai keterampilan metakognitif lebih tinggi (x =75,12) daripada siswa yang dibelajarkan dengan inkuiri terbimbing saja (x =70,46). Hasil belajar psikomotorik siswa yang dibelajarkan dengan inkuiri terbimbing disertai keterampilan metakognitif lebih tinggi (x = 89,30) daripada siswa yang dibelajarkan dengan inkuiri terbimbing saja (x =83,09). Motivasi belajar siswa yang dibelajarkan dengan inkuiri terbimbing disertai keterampilan metakognitif lebih tinggi daripada motivasi belajar siswa yang dibelajarkan dengan inkuiri terbimbing saja. Hal ini ditunjukkan dengan persentase motivasi belajar siswa kelas eksperimen kategori sangat termotivasi sebesar 0%, termotivasi sebesar 69,4%, kurang termotivasi sebesar 30,6%, tidak termotivasi sebesar 0%, sangat tidak termotivasi sebesar 0%. Sedangkan persentasi motivasi belajar siswa kelas kontrol kategori sangat termotivasi sebesar 0%, termotivasi sebesar 61,1%, kurang termotivasi sebesar 19,4%, tidak termotivasi sebesar 13,9%, sangat tidak termotivasi sebesar 5,6%. Mengacu dari hasil penelitian yang telah dilakukan saran yang dapat disampaikan adalah sangat dianjurkan penggunaan pembelajaran inkuiri terbimbing disertai keterampilan metakognitif untuk materi yang lain pada pembelajaran di sekolah. Guru juga dianjurkan untuk melatihkan keterampilan metakognitif pada siswa selain dalam pelajaran kimia. Dalam melaksanakan pembelajaran inkuiri terbimbing seperti di atas diharapkan guru memberikan pertanyaan yang lebih tepat sesuai dengan pendekatan inkuiri. DAFTAR RUJUKAN Amnah S, Sri.2011. Pembelajaran Think Pair Share, Keterampilan metakognitif, dan Hasil Belajar Kognitif Siswa SMA. Jurnal Ilmu Pendidikan, 17(6): 489-493. Ariani, Dwivanty Dewi. 2010. Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) terhadap Hasil Belajar, Keterampilan Kerja Ilmiah dan Motivasi Belajar Siswa Kelas XI IPA SMAN 2 Probolinggo Tahun Ajaran 2009/ 2010 pada Materi Pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Kimia FMIPA UM Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta 9

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP Barrow, Lloyd H. 2006. A Brief History of Inquiry: From Dewey to Standards Lloyd. Journal of Science Teacher Education, 17: 265 278. Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Livingston, Jennifer A. 1997. Metacognition: An Overview, 16(2). (Online), (http://gse.buffalo.edu/fas/shuell/cep564/metacog.htm), diakses 5 Agustus 2012. Nbina, Jacobson Barineka. 2010. Effect of Instruction in Metacognitive Self- Assessment Strategy on Chemistry Students Self-Efficacy and Achievement. Academia Arena, (Online), (http://sciencepub.net/academia/aa0208/04_3685aa0208_34), diakses 6 Agustus 2012. Rad, Mojtaba Rezaei. 2012. The Relationship Between Metacognition and Students Training-Learning Process. Middle-East Journal of Scientific Research 11 (8): 1095-1099, (Online), (http://idosi.org/mejsr/mejsr11%288%2912/14.pdf), diakses 10 November 2012. Rikawati, Retno. 2007.Deskripsi Pemahaman Konseptual dan Pemahaman Algoritmik Materi Kesetimbangan Kimia Pada Siswa Kelas XI SMAN I Lawang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Kimia FMIPA UM. Setyowati, Istri. 2011. Pengaruh Variasi Media pada Cooperative Learning Cycle (CLC) dan Kemampuan Awal Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa dalam Matero Laju Reaksi.. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Kimia Program Pascasarjana UM. Surya, Mohammad. 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy. 10